Hanabilah Hukum Melakukan Li’an

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Artinya adalah “dengan nama Allah saya bersaksi bahwa dia suami adalah termasuk orang yang berdusta dalam hal tuduhan zina yang dia tuduhkan kepada saya ”. Dan pada sumpah kelima isteri bersumpah sebagai berikut: ا َنِم ِِب ْ ِِاَمَر اَمْيِف َْنِقِداصلا َنِم َناَك ْنِا يَََع ِها ُبَضَغ اَنِزل Kemarahan Allah atas saya jika dia suami termasuk orang yang benar dalam hal tuduhan zina yang dia tuduhkan kepada saya.

b. Li’an sebab mengingkari atau menghapus nasab anak

Berbeda halnya apabila suami melakukan li’an untuk menghapus nasab anak dari isterinya, maka ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah berbeda pendapat terkait kalimat yang harus diucapkan baik oleh suami maupun isteri. Dalam hal ini menurut Hanafiyah, persaksian yang harus diucapkan oleh suami maupun isteri adalah sebagai berikut: ُدَهْشَأ َْنِقِداصلا َنِمَل َِِْأ ِهاِب ِِ نَأ َدَلَوْلا اَذَ ِِّم َسْيَل “Dengan nama Allah saya bersaksi bahwa saya adalah termasuk orang yang benar dalam hal bahwa anak ini bukanlah anak- saya”. َل ْع َ ُة ِها َع ََ ي ِا ْن ُك ْ ُت ِم َن ْلا َك ِذا ِب َْن ِِ نَأ َدَلَوْلا اَذَ ِِّم َسْيَل “Laknat Allah atas saya jika saya termasuk orang yang berdusta dalam hal bahwa anak ini bukanlah anak- saya”. Sedangkan sumpah yang diucapkan isteri adalah sebagai berikut: َأ َْنِبِذاَكْلا َنِمَل ُنَأ ِهاِب ُدَهْش ِِ نَأ َدَلَوْلا اَذَ َسْيَل ُِْم “Dengan nama Allah saya bersaksi bahwa dia suami adalah termasuk orang yang berdusta dalam hal bahwa anak ini bukanlah anaknya suami. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dan pada sumpah kelima isteri bersumpah yang artinya adalah “kemarahan Allah atas saya jika dia suami termasuk orang yang benar dalam hal bahwa anak ini bukanlah anaknya suami”. Adapun kalimat yang diucapkan adalah sebagai berikut: 40 َنِم َناَك ْنِا يَََع ِها ُبَضَغ َْنِقِداصلا ِِ نَأ َدَلَوْلا اَذَ َسْيَل ُِْم Terkait tata cara li’an, selain berawal dari adanya tuntutan isteri, ulama Hanafiyah juga mensyaratkan adanya perintah qad{i. Oleh sebab itu apabila seorang isteri telah mengajukan tuntutan kepada qad{i atas tuduhan atau pengingkaran yang dilakukan oleh suaminya, maka kemudian qad{i akan memberikan pilihan kepada suami untuk mengakui kebohongan dirinya atas tuduhan atau pengingkarannya atau ia lebih memilih untuk li’an. Jika ia menolak untuk memilih salah satu dari keduanya maka suami tersebut harus dipenjara karena ia telah menolak untuk melakukan hal yang wajib, seperti halnya seseorang yang menolak untuk membayar hutang. Lebih lanjut, apabila suami telah bersedia melakukan li’an maka dengan itu isteri juga wajib melakukan li’an, jika isteri menolak untuk melakukan li’an maka qad{i akan memenjarakannya sampai ia bersedia melakukan li’an atau membenarkan tuduhan suaminya. 41

2. Malikiyah

a. Li’an sebab tuduhan berzina

40 Abu al-Hasan Ali Bin Abi Bakar, al-Hidayah Syarh Bidayah al-Mubtadi Juz 3, 316-317. 41 Ibid., 315.