Pengaruh Akuntabilitas,Tranparansi dan Kualitas Pelayanan Lembaga Pengelola Zakat terhadap Kepercayaan Muzakki dan Pengaruh Kepercayaan Muzakki terhadap Komitmen Muzakki

(1)

ABSTRAK

Pengaruh Akuntabilitas, Tranparansi dan Kualitas Pelayanan Lembaga Pengelola Zakat terhadap Kepercayaan Muzakki dan Pengaruh Kepercayaan

Muzakki terhadap Komitmen Muzakki.

Oleh Eha Nugraha

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi pengaruh akuntabilitas, transparansi dan kualitas pelayanan lembaga zakat terhadap kepercayaan muzakki. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan muzakki terhadap komitmen muzakki. Penelitian ini dilakukan di lembaga zakat di Bandar Lampung sebagai pemegang mandat Lembaga UU No. 23 tahun 2011: Rumah Zakat, DPUDT dan PKPU. Responden dalam penelitian ini berjumlah 83 orang, dan data diolah dengan

Structural Equation Modeling (SEM) dengan program SmartPLS dan SPSS versi 18.

Peneliti menemukan bahwa akuntabilitas dan transparansi tidak berpengaruh terhadap kepercayaan sementara kualitas layanan mempengaruhi kepercayaan muzakki.

Kepercayaan muzakki kemudian mendorong muzakki berkomitmen untuk terus membayar zakat pada lembaga zakat daripada harus membayar langsung kepada mustahik. Muzakki bahkan berkomitmen untuk merekomendasikan lembaga zakat tempat mereka membayar zakat kepada temannya.


(2)

Effect of Accountability , Transparency, and Service Quality Management of Zakah Institution Against Muzakki Trust and Effect of Muzakki Trust to

Muzakki Commitment

By Eha Nugraha

This research aims to confirm the influence of accountability, transparency and service quality to zakah institution against muzakki trust . This research also aims to investigate the influence of muzakki trust against muzakki commitment. This research was conducted at zakah institution in Bandar Lampung as a mandate holder Institutions Act No. 23 of 2011: Rumah Zakat, DPUDT and PKPU. Respondents in this research were 83 people, and the data processed by Structural equation Modeling (SEM) with smartPLS program and SPSS versi 18.

The researcher found that accountability and transparency has no effect on the trust muzakki while service quality affects the trust muzakki. Trust muzakki then pushed muzakki committed to continue to pay zakat zakat institution rather than having to pay it directly to mustahik . Muzakki even committed to recommend the institution where they pay zakat to friends


(3)

PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI

DAN KUALITAS PELAYANAN LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

TERHADAP KEPERCAYAAN

MUZAKKI

SERTA PENGARUH

KEPERCAYAAN

MUZAKKI

TERHADAP KOMITMEN

MUZAKKI

Oleh

Eha Nugraha

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER SAINS AKUNTANSI

Pada

Program Magister Ilmu Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PASCASARJANA MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Eha Nugraha, dilahirkan di Kota Cirebon pada tanggal 17 September 1978 yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bpk. Mustara dan Ibu Sumanah. Kini penulis memiliki dua putri yang cantik bernama Gaizka Aisha Shahraz dan Qaisahara Alifa Shafiyah dari suami tercinta Bpk. Taufik Hidayat, S.Pd.

Pendidikan yang pernah Penulis tempuh dimulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Bodelor pada tahun 1985 dan diselesaikan pada tahun 1991, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Plumbon tahun 1991-1994, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Palimanan tahun 1994-1997 serta sempat mengeyam pendidikan tinggi di Universitas Swadaya Gunung Djati pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi tahun 1997-1998. Semua pendidikan tersebut ditempuh di kota kelahiran, Cirebon.

Pada tahun 1998 melalui jalur UMPTN penulis kemudian diterima di Universitas Lampung pada fakultas dan jurusan yang sama yaitu Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada program strata 1 yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) pada almamater yang sama dan selesai satu tahun kemudian. Setelah menyelesaikan Pendidikan PPA, penulis langsung melanjutkan Pendidikan Pasca Sarjana Magister Ilmu Akuntansi (MIA), masih pada almamater tercinta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan lulus tahun 2015.


(8)

Khusus Muslimah, Badan Eksekutif Mahasiswa Fak. Ekonomi (BEM-FE) sebagai Bendahara Eksekutif, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM Universitas Lampung) sebagai Bendahara Eksekutif (Menteri Keuangan), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM), serta Sanggar Sabil sebagai anggota.

Pengalaman pekerjaan Penulis dimulai pada tahun 2004 sebagai Dosen di STIE-STIKOM Darmajaya Lampung (sekarang IBI Darmajaya) sampai dengan Desember 2007. Tahun 2004 dan 2005 Penulis menjadi Auditor pada Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Lampung “Teknokra”. Tahun 2006 penulis merangkap pekerjaan sebagai Staf Keuangan sekaligus HRD Manager pada PT. Radio Suara Tiara Indah (Radio Oz 94,4 FM) sampai dengan akhir tahun 2007. Antara tahun 2006 sampai dengan 2007 bersama dengan tiga rekan yang lain penulis juga mendirikan lembaga privat bernama “My Personal Teacher (MPT)”. Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 penulis tergabung dengan program PNPM sebagai konsultan Wilayah Kota Agung, Tanggamus-Lampung. Akhirnya, mulai Maret 2008 sampai sekarang Penulis bekerja pada Yayasan Pendidikan Al Kautsar Lampung sebagai Staf Pembukuan dan Pelaporan Keuangan dan mulai 2013 Penulis juga kembali ke kampus dan mengajar pada STIE Prasetya Mandiri Lampung.


(9)

THIS THESIS IS DEDICATED TO :

Bagian tersulit dalam hidupku adalah tetap menjadi diri sendiri ketika semua orang berusaha mengubahku untuk menjadi seperti yang mereka mau.

Terima ksih kekasih hatiku: Taufik Hidayat, S.Pd.

Yang tetap menghargai keputusanku untuk tetap menjadi diri sendiri tanpa pernah sekalipun mencela kekuranganku.

Terima kasih telah mengizinkanku untuk melanjutkn mimpi yang sempat terhenti… Terima kasih atas kado terbaiknya tiga tahun lalu, dan hari ini aku buktikan kalau aku mampu…

Terima kasih telah menghadiahkanku dua bidadari cantik dalam rum,ah kita: Gaizka Aisha Shahraz dan Qaishara Alifa Shafiyah

Terima kasih atas segalanya… Love is You

Memutuskan untuk hijrah dan menetap jauh dari jangkauan matamu bukanlah hal yang mudah Hati sempat demikian gundah gulana, mengingat usia kalian tak lagi muda

Terima kasih : Mama Papa…

Bahkan hingga kini aku kerap mengandalkanmu…

Terima kasih untuk terus menghargai apapun keputusan anakmu tanpa perlu menyetirku ini itu Terima kasih atas kasih saying yang masih mengalir aku rasakan hingga kini

Terima kasih atas doa-doa terbaik yang aku yakin kalian panjatkan disetiap helaan nafas Sungguh, terima kasih….


(10)

cukup untuk mengatur seluruh hidup manusia.” (QS. Al-Asr: 1-3)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”.

(Q.S. Asy-Syarh (94):5-8)

“Niscaya Allah akan meninggalkan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat”.

(Q.S. Al-Mujaadilah:11)

“Sebagaimanapun baiknya kamu berlaku baik, memang aka nada yang tetap merasa jika kamu tak cukuup baik baginya. Abaikan saja. Bukan


(11)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Kualitas Pelayanan Lembaga Pengelola Zakat terhadap Kepercayaan Muzakki serta Pengaruh Kepercayaan Muzakki terhadap Komitmen Muzakki” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains Akuntansi (M.S.Ak.) pada Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si,. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D., Akt., selaku Ketua Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Einde Evana, Akt. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan dukungan, saran, masukan dan waktunya selama penyusunan tesis. 4. Ibu Retno Y.N.S., M.Sc., Akt. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan dukungan, saran, masukan serta waktunya selama penyusunan tesis.

5. Ibu Ratna M.Sc., Akt. Selaku selaku Dosen Pembahas I yang telah memberikan dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis.

6. Ibu Liva Alvia, S.E., M.Sc. Selaku selaku D osen Pembahas II yang telah memberikan dukungan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan tesis.


(12)

8. Great Thanks to my lovely husband Taufik Hidayat, S.Pd.: “terima kasih cinta, untuk terus di sampingku dan terus memberikan dukungan, terima kasih telah memandangku dengan cara berbeda dari kebanyakan mata orang, terima kasih untuk segalanya …”, and my beauty daughters Gaizka Aisha Shahraz and Qaishara Alifa Shafiyah who have extraordinary support, care and love for bunda:”bunda really love you both..”

9. Papa dan Mama tercinta. Terima kasih yang tak terhingga atas dukungan moril, materil serta doa yang tak pernah luput dalam setiap dzikir dan sujudnya:”terima kasih ma, pa, telah menjadikanku ada sehingga seperti ini, terima kasih untuk terus mempercayai bahwa aku „mampu’.

10.Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga teruntuk Ibu dan Bapak yang selalu memberikan dukungan kepada keluarga kecil kami dalam kondisi apapun:

“sungguh, terima kasih telah menghadirkan laki-laki terbaik sebagai

pendampingku..”

11.Keluarga besarku di Cirebon: aang Ernanila beserta duo princessnya Hafazhah Nur Syahila Yanfa’ dan Syakira Aulia Syahila Rahma, Engkos Prihadi; “berdamailah dengan diri sendiri kemudian segera bangkit mengejar mimpi yang belum tercapai”, Ervina wahyuni beserta her new family : Iman dan Ade Fathi Afka Azzayyan; dan si bungsu Arief Alimuddin: “tuntaskan misi segera ya om Aip, jangan di tunda-tunda lagi”.

12.Keluarga besarku di Lampung: Mba lis dan Mas Warsito sekeluarga, Mba Ririn dan Mas Jarwo Sekeluarga, serta adik Diah.


(13)

13.Sahabat-sahabat terbaikku selama di MIA angkatan 2012: Tri Dharma Rosmalasari dan Pak Deni Syahrudin: “ terima kasih atas bantuan olah datanya

ya..”, Diana Marlina, Sri Risma Yenny, Ida Nirwana, Pulung Wicaksono dan rekan-rekan MIA lainnya atas persahabatan, teman diskusi dan tempat untuk bertanya selama Penulis menjalankan studi.

14.Guru, teman, sahabat sekaligus partner kerja di kampus Perguruan Al Kautsar: Bapak. Dr. Arpandi, Lc., M.A., “terima kasih atas motivasi, tausiyah dan nasehat yang menguatkan selama ini”; Pak Ahmad Rizal dan Pak Rudi Sulistiyo “Terima kasih atas bantuannya sebar kuesioner dan ikut „terdampar’ bersama saya”, bu Sudariyah dan Hendri “terima kasih atas bantuannya”, serta teman-teman lainnya yang tak bisa disebut satu persatu “terima kasih terus mendukungku dalam kondisi sempit maupun lapang”.

15.Mas Ikhman, Ayin dan Mas Andri serta segenap jajaran karyawan Magister Ilmu Akuntansi yang turut membantu kelancaran perkuliahan: “semoga menjadi amal

kebaikan..”.

16.Terima kasih untuk pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu namun memberikan kontribusi yang sangat berarti.

Semoga karya ini manfaat bagi seluruh pihak dan semoga Allah memberikan rahmat, hidayat dan ridho-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 2015 Penulis,


(14)

Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ... 1

2. Hasil Penelitian PIRAC Tahun 2003 ... 4

3. Hasil Survei Nasional ... 4

4. Jenis Usaha yang Wajib di Zakati ... 14

5. Penelitian Terdahulu ... 31

6. Definisi Operasional Variabel ... 38

7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pilot Study ... 47

8. Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 49

9. Informasi Umum Responden ... 50

10. Persentase Skor Variabel Akuntabilitas ... 51

11. Persentase Skor Variabel Transparansi ... 54

12. Persentase Skor Variabel Kualitas Pelayanan ... 56

13. Persentase Skor Variabel Kepercayaan Muzakki ... 59

14. Persentase Skor Variabel Komitmen Muzakki ... 61

15. Model Pengukuran PLS ... 62

16. Loading Factor ... 64

17. Cross Loading ... 65

18. Composite Reliability ... 66

19. Cron a h’s Alpha ... 67

20. Hasil Uji Path Coefficient ... 68

21. R-Square ... 70

22. Hipotesisi 1 ... 70

23. Outer Model Akuntabilitas ... 71

24. Hipotesis 2 ... 72

25. Outer Model Transparansi ... 73

26. Hipotesis 3 ... 75


(15)

28. Hipotesis 8 ... 77


(16)

No Lampiran : Judul Lampiran

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Rangkuman Isian Kuesioner

Lampiran 3. Daftar Sebaran Kuesioner

Lampiran 4. Frekuensi dari masing-masing Variabel Lampiran 5. Deskriptif Variabel


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Struktural Penelitian ... 35 2. Skema Metode Penelitian ... 37 3. Loading Factor PLS ... 62


(18)

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.4. Tujuan Penelitian ... 9

1.5. Kontribusi Penelitian ... 9

II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Dasar Zakat ... 11

2.1.1 Definisi Zakat ………. ... 11

2.1.2 Syarat Harta Sebagai Sumber Objek Zakat ... 12

2.1.3 Wajib Zakat (Muzakki) ... 14

2.1.4 Sasaran Dana Zakat ... 16


(19)

2.2 Konsep Akuntabilitas ... 20

2.3 Konsep Transparansi ... 21

2.4 Kualitas Pelayanan (Jasa) ... 23

2.5 Kepercayaan Muzakki ... 25

2.6 Rerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis ... 27

2.6.1 Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kepercayaan Muzakki ... 27

2.6.2 Pengaruh Transparansi terhadap Kepercayaan Muzakki .. 29

2.6.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepercayaan Muzakki 30

2.6.4 Pengaruh Kepercayaan Muzakki terhadap Komitmen Muzakki 31 2.7 Penelitian Terdahulu ... 35

2.8 Model Penelitian ... 41

III METODE PENELITIAN 3.1 Teknik Penelitin ... 42

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.3 Variabel Penelitian ... 44

3.4 Unit Analisi Data ... 46

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.6 Teknik Pengambilan Sampel ... 47

3.7 Teknik Analisis Data ... 48

3.7.1 Uji Model ... 49

3.7.1.1 Uji Validitas ... 49


(20)

3.8 Pengukuran Instrumen ... 51

3.8.1 Akuntabilitas ... 51

3.8.2 Transparansi ... 51

3.8.3 Kualitas Pelayanan (Jasa) ... 52

3.8.4 Kepercayaan Muzakki ... 52

3.8.5 Komitmen Muzakki ... 52

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data dan Responden ... 53

4.2 Demograsi Responden ... 57

4.3 Deskripsi Statistik ... 58

4.3.1 Variabel Akuntabilitas ... 59

4.3.2 Variabel Transparansi ... 61

4.3.3 Variabel Kualitas Pelayanan ... 63

4.3.4 Variabel Kepercayaan Muzakki ... 66

4.3.5 Variabel Komitmen Muzakki ... 69

4.4 Analisis data ... 71

4.4.1 Model Pengukuran ... 71


(21)

4.4.1.1 Uji Validitas ... 71

4.4.1.2 Uji Reliabilitas ... 76

B. Evaluasi Inner Model ( Structural Model) ... 77

4.4.1.3 Path Coefficient (β) ... 78

4.4.3.4 Coefficient of Determinant (R2) ... 80

4.5 Pengujian Hipotesis ... 81

4.5.1 Hipotesis 1 ... 81

4.5.2 Hipotesis 2 ... 83

4.5.3 Hipotesis 3 ... 86

4.5.4 Hipotesis 4 ... 88

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 91

5.2 Keterbatasan dan Saran ... 92

5.3 Implikasi ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi deklarasi yang disebut dengan Millenium Declaration Goals (MDG’s) di New York. Deklarasi ini memuat delapan poin yang harus dicapai oleh negara- negara anggota sebelum tahun 2015, salah satunya adalah poin masalah mengatasi kemiskinan dan kelaparan ekstrim.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia sampai Maret tahun 2013 mencapai 28.07 juta jiwa. Angka ini menurun sedikit 1.06 juta pada periode yang sama ditahun sebelumnya (2012) namun pada Maret tahun 2014

kemiskinan justru bertambah 213 ribu (www.bps.go.id). Karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, maka jumlah penduduk miskin yang paling besar dapat dipastikan adalah umat Islam.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Periode Jumlah Penduduk Miskin Persentase

Maret 2012 29.132,40 13.33

Maret 2013 28.066,55 8.52

Maret 2014 28.280,01 8.34

sumber: www.bps.go.id, diakses pada 02 Juli 2014 pukul 08.32 WIB

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam memiliki potensi zakat yang cukup besar. Berdasarkan perhitungan Forum Zakat (FOZ) potensi zakat di Indonesia mencapai 17.5 triliun pada tahun 2012, sementara


(23)

2

menurut perhitungan BAZNAS potensi zakat di Indonesia mencapai 217 triliun pada tahun yang sama dan baru terealisasi sekitar 2,73 triliun saja atau tak lebih dari satu persennya (Hafidhudhin, 2013).

Pertanyaannya kemudian adalah apakah ada korelasi antara potensi zakat yang mencapai lebih dari dua ratus triliun tersebut dengan permasalahan nasional seperti kemiskinan? Berdasarkan kalkulasi sederhana dan dengan asumsi jumlah penduduk 237 juta pada tahun 2010 (www.bps.go.id) dan penduduk yang

beragama islam sebesar 85% pada tingkat PDP 539 miliar dolar ( www.indonesi-investment.com) dikalikan dengan tarif zakat penghasilan sebesar 2,5 persen, maka akan diperoleh angka yang jika dikelola dengan baik dan terarah, akan mampu membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.

Sayangnya peran lembaga pengelola zakat belum optimal yang ditandai dengan adanya permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Menurut Widodo (2012), Ada tiga masalah besar yang dihadapi lembaga pengelolaan zakat, yang juga dialami oleh lembaga sosial lainnya. Pertama, problem kelembagaan. Sebagian besar dari pengelola zakat masih tergolong baru dan masih mencari bentuk dan struktur kelembagaan. Kedua, masalah SDM (sumber daya manusia). Kualitas sumber daya pengelolaan zakat cukup rendah karena kebanyakan pengelola zakat tidak menjadikan pekerjaannya sebagai profesi atau pilihan karir, tapi sebagai pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh waktu sehingga menjadi pengelola zakat hanya untuk mengisi waktu luang atau mengisi hari tua bagi yang sudah berusia lanjut atau pensiun. Ketiga, masalah


(24)

sistem. Sebagian besar pengelola zakat tidak memiliki atau memahami pentingnya sebuah sistem dalam kinerja organisasinya.

Lembaga pengelola zakat dalam hal ini Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai lembaga pemegang amanah UU No. 23 tahun 2011 merupakan lembaga kepercayaan publik yang sensitif pada isu public trust

sehingga lembaga tersebut berkewajiban untuk mencatat dan melaporkan dengan benar setiap dana yang dihimpun, dikelola maupun dana yang disalurkan dalam bentuk laporan keuangan kepada muzakki sebagai stakeholder maupun

masyarakat umum. Laporan keuangan ini sekaligus untuk memenuhi tuntutan Good Governance yang meliputi aspek-aspek transparancy, responsibility, accountability, fairness dan independency. Dasar legalitas dogmatis yang mengharuskan adanya pencatatan atas dana-dana yang dikelola oleh lembaga pengelola zakat terdapat dalam Al- Qur‟an Surat Al Baqarah, 2:282.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya....”

Tahun 2003 PIRAC melakukan survei yang melibatkan 2.500 responden dari 11 kota di Indonesia dengan beberapa temuan yang menarik. Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah mengapa mereka menolak menyumbang kegiatan yang dilakukan organisasi nirlaba. Jawaban yang diperoleh cukup beravariasi. Responden dari kelas A dan kelas B (responden dengan penghasilan


(25)

4

antara Rp. 750.000 sampai Rp. 1.500.000 ke atas) menolak untuk menyumbang dengan alasan tidak percaya dengan orang-orangnya (43 % dan 34 %). Angka penolakan ini cukup tinggi mengingat responden dari kelas A dan kelas B

dianggap orang-orang yang potensial secara finansial, namun batal menyumbang karena tidak percaya dengan pengelola lembaga nirlaba. Sebesar 14 % dan 11% responden menolak untuk menyumbang dengan alasan tidak percaya

organisasinya; dan 11 % dan 7% beralasan karena tidak mempercayai program-programnya. Sisanya mereka tidak percaya karena faktor-faktor lain. sementara dari kelas bawah C yaitu responden dengan penghasilan kurang dari Rp. 750.000 menyatakan menolak untuk menyumbang karena alasan tidak memiliki uang (49%), tidak percaya dengan pengelola dan orang-orangnya, tidak percaya pada program-program yang digulirkan (7%), tidak percaya pada organisasinya (6%), dan sisanya karena faktor lain.

Tabel 2. Hasil Penelitian PIRAC tahun 2003

Alasan kelompok A Kelompok B Kelompok C

Tidak punya uang 22 28 49

tidak percaya Amil 43 34 28

tidak percaya lembaga 14 11 6

tidak percaya program 11 7 7

faktor lain 10 20 10

Jumlah 100 100 100

Sumber: PIRAC, 2003

Penelitian berikutnya adalah survei nasional yang dilakukan oleh Universitas Islam Negeri pada tahun 2009 dengan melibatkan ribuan responden tentang harapan muzakki terhadap lembaga zakat diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:


(26)

Tabel 3. Hasil Survei Nasional

Persentase

Hasil Keinginan Responden

97% LAZ bekerja secara akuntabel dan transparan

90% Adanya akses bagi publik untuk melakukan pengawasan terhadap

dana yang dikelola

92% Adanya pemuatan laporan keuangan di media massa

88% Adanya catatan data mengenai donatur

75% Enggan menyalurkan zakat pada LAZ yang tidak dikenal baik

akuntabilitasnya.

63% Adanya kepastian bahwa dana zakat disalurkan kepada yang berhak.

Sumber: Maryati, Sri. 2012

Permasalahan yang paling urgent berdasarkan hasil survei tersebut adalah masalah akuntabilitas dan transparansi keuangan lembaga pengelola zakat. Akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban atas sumber-sumber yang dikuasainya. Prinsip akuntabilitas terletak pada pelaksanaan pertanggung jawaban dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Suatu lembaga atau entitas dikatakan akuntabel setidaknya lembaga atau entitas tersebut harus

memenuhi ketiga kriteria berikut yaitu: adanya pertanggungjawaban dana publik, penyajian atas laporan keuangan yang tepat waktu serta telah diperiksa oleh auditor independen atau adanya respon dari pemerintah (Maryati, 2012).

Sementara transparansi merupakan ketersediaan informasi yang bersifat terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas


(27)

6

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatanya pada peraturan perundang-undangan (KK SAP, 2005). Transparansi lembaga menuntut adanya pertanggungjawaban

terbuka, aksesabilitas terhadap laporan keuangan dengan mudah serta adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan ketersediaan informasi kinerja lembaga (Maryati, 2012).

Selain masalah akuntabilitas dan transparansi yang masih dihadapi oleh sebagian besar lembaga zakat, permasalahan pelayanan (jasa) pada lembaga zakat juga sering dituding belum berkualitas padahal menurut hasil penelitian Jaelani (2008) kualitas pelayanan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan muzakki untuk berzakat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2006), kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan muzakki. Sayangnya lembaga zakat belum memberikan perhatian khusus kepada muzakki yang telah membayar zakat kepada lembaga tersebut sehingga muzakki belum memiliki loyalitas yang tinggi kepada satu lembaga zakat. Akibatnya muzakki kerap berpindah-pindah lembaga dalam membayar zakatnya. Padahal menurut Kotler (2007), kualitas layanan sangat erat

hubungannya dengan kepuasan pelanggan dan dapat dipastikan muzakki yang dalam hal ini diasumsikan sebagai pelanggan, yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh lembaga zakat akan kembali untuk membayar zakat kepada lembaga yang sama pada periode berikutnya bahkan dimungkinkan akan bersikap loyal dengan tidak berpindah lembaga zakat.


(28)

Jika semua lembaga pengelola menerapkan ilmu pemasaran maka pastilah pelayanan kepada muzakki yang dianggap sebagai konsumen akan lebih

diperhatikan. Kualitas pelayanan adalah sesuatu yang sifatnya tidak berbentuk (jasa). Kualitas pelayanan yang dimaksud dalam lembaga pengelola zakat adalah sejauh mana muzakki merasa puas terhadap produk, program penghimpunan dan pendistribusian zakat serta layanan yang diberikan oleh lembaga zakat. Karena kualitas pelayanan yang prima sebagaimana nasabah suatu bank dilayani akan memberikan kepuasan kepada muzakki. Dari kepuasan inilah akan lahir

kepercayaan. Muzakki yang merasa puas dan percaya kepada lembaga pengelola zakat akan berkomitmen untuk selalu membayar zakat di lembaga tersebut. Pada akhirnya hanya lembaga yang berkualitas dari sisi manajemen dan memberikan pelayanan yang prima kepada muzakkinya yang akan berkembang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas serta fakta yang terjadi di lapangan bahwa belum optimalnya lembaga zakat dalam menghimpun, mengelola,

mendistribusikan dan melaporkan keuangannya secara akuntabel dan transparan kepada publik serta belum adanya standar pelayanan lembaga zakat kepada muzakki sebagaimana standar pelayanan perbankan kepada nasabahnya yang menyebabkan muzakki kurang loyal kepada satu lembaga zakat menjadi penting untuk ditelusuri penyebabnya. Karenanya penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait permasalahan-permasalahan tersebut dengan judul: “ Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Kualitas Pelayanan Lembaga Zakat

terhadap Kepercayaan Muzakki serta Kepercayaan Muzakki terhadap


(29)

8

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini terkait dengan akuntabilitas, transparansi dan kualitas pelayanan (jasa) lembaga zakat serta pengaruhnya terhadap kepercayaan muzakki. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara akuntabilitas lembaga zakat terhadap kepercayaan muzakki?

2. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara transparansi lembaga zakat terhadap kepercayaan muzakki?

3. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara kualitas layanan lembaga zakat terhadap kepercayaan muzakki?

4. Apakah kepercayaan muzakki akan berpengaruh terhadap komitmen berzakat muzakki?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat begitu luasnya cakupan penelitian, maka penelitian dibatasi pada beberapa hal:

1. Penelitian ini hanya memfokuskan meneliti lembaga zakat berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No. 33 tahun 2011 yang berkedudukan di wilayah Bandar Lampung. Peraturan ini memuat daftar lembaga pengelola zakat yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto atas zakat yang dibayarkan melalui lembaga-lembaga dimaksud. Berdasarkan peraturan tersebut terdapat tiga lembaga zakat dan satu badan zakat yang sesuai yaitu LAZ Rumah Zakat Indonesia (LAZ RZI), LAZ PKP, DPUDT serta BAZNAS Provinsi Lampung.


(30)

2. Banyak faktor yang mempengaruhi muzakki untuk berzakat seperti yang diungkap oleh Kanji, et al (2011) yaitu motivasi ibadah,

pengetahuan tentang zakat, pendapatan, peran pemerintah dan ulama, kredibilitas lembaga dan faktor lainnya. Namun dalam penelitian ini hanya akan diteliti tentang faktor kredibilitas. (akuntabilitas dan transparansi) serta kualitas pelayanan lembaga zakat dan pengaruhnya terhadap kepercayaan dan komitmen muzakki.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi pengaruh akuntabilitas, transparansi dan kualitas pelayanan lembaga pengelola zakat akan terhadap kepercayaan muzakki baik dengan pengujian terpisah maupun secara bersama-sama. Penelitian ini juga bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh kepercayaan muzakki terhadap komitmen berzakat muzakki.

1.5. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti pihak praktisi dan akademisi sebagai berikut: a. Praktisi

Kontribusi praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi manajemen lembaga pengelola zakat untuk mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dititipkan secara amanah karena diduga akan memiliki konsekuensi ekonomik yang pada akhirnya akan menepis keraguan muzakki untuk menitipkan dana zakat, infak dan shodaqoh


(31)

10

kepada lembaga-lembaga yang telah ditunjuk oleh pemerintah melalui Peraturan Dirjen Pajak No. 33 tahun 2011 sehingga muzakki tidak lagi

menyalurkan sendiri dana zakat, infaq dan shodaqohnya melalui hand to hand yang justru sering berakibat kericuhan sosial. Sedangkan bagi muzakki

(Stakeholder) hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam mempertimbangkan untuk menitipkan dana zakat dan dana-dana keagamaan lainnya (infaq, shodaqoh, dll) hanya kepada lembaga pengelola zakat yang reputable dan trusted serta tidak lagi menyalurkan sendiri dana zakat, infaq dan shodaqohnya sehingga sinergi pengentasan kemiskinan yang dilakukan antara pemerintah dan lembaga pengelola zakat dapat lebih optimal tercapai. b. Akademisi

Mengingat masih terbatasnya sumber literatur seperti karya ilmiah, karya tulis, jurnal penelitian dan lain-lain mengenai perlakuan akuntansi zakat dan penerapan standar pelaporan keuangan lembaga zakat, hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan, data tambahan, serta menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan konsep dan literasi tambahan yang dapat memperkaya kajian ilmu baik teori maupun praktik.


(32)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Konsep Dasar Zakat 2.1.1. Definisi Zakat

Dari segi bahasa, menurut Qardhawi (2000), zakat berasal dari kata dasar zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu itu zaka berarti tumbuh dan berkembang. Sementara jika ditinjau dari segi istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.

Dalam Al-Zuhaily (2000), Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab tertentu kepada orang-orang yang berhak (mustahik) dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan barang-barang tambang dan bukan barang pertanian.

Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat sebagai bagian harta khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus yang telah ditentukan oleh syariat. Sementara Mazhab Syafi’i, zakat merupakan ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus dan Mazhab Hambali mendefinisikan zakat sebagai hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Kelompok yang khusus dimaksud adalah delapan kelompok yang disyariatkan oleh Allah SWT, yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat, para muallaf, untuk memerdekakan budak, orang yang berhutang,


(33)

12

fisabilillah atau orang yang berada di jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Q.S. At-Taubah; 60).

Dari beberapa definisi di atas maka zakat dapat berfungsi sebagai:

a. Fungsi Ekonomi. Dalam fungsi ekonomi ini zakat merupakan fungsi transfer kekayaan yang efektif, dimana seseorang yang memiliki harta dengan batas tertentu, wajib menyerahkan sebagian hartanya untuk kepentingan tertentu. b. Fungsi sosial kemasyarakatan. Zakat berfungsi untuk meredam ketegangan

sosial dan kelas dalam masyarakat sebab pihak-pihak tertentu (mustahik) mendapatkan jaminan yang cukup dari golongan lainnya.

c. Fungsi ibadah (keagamaan). Zakat merupakan salah satu kewajiban dari rukun islam yang ada (Wajdi, 2008).

2.1.2. Syarat Harta Sebagai Sumber Objek Zakat

Kriteria harta atau aktiva yang memenuhi kewajiban zakat berdasarkan AAO-IFI (1998) adalah sebagai berikut:

1. Kepemilikan atas aktiva tersebut tidak sedang dicadangkan (unencumbered possession). Tidak ada kewajiban zakat bagi pemilik aktiva atas aktiva yang dicadangkan atau dijaminkan, serupa dengan hal ini adalah tidak ada

kewajiban zakat atas dana publik atau dana dikumpulkan untuk wakaf

(endowment) untuk tujuan shodaqoh dan dana dari lembaga shodaqoh, karena organisasi tersebut tidak memiliki pemilik secara khusus dan pengeluaran dananya dimaksudkan untuk memberikan manfaat sosial kepada masyarakat. Hal ini juga berlaku bagi organisasi non-profit atau nirlaba.


(34)

2. Mengalami pertumbuhan real atau dengan estimasi. Pertumbuhan dengan bentuk real timbul akibat adanya reproduksi atau dimaksudkan untuk

diperdagangkan. Pertumbuhan dengan estimasi timbul jika sebuah akuntansi memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan dan termasuk kas dan setara kas, juga termasuk emas dan perak walaupun tidak diinvestasikan. Aktiva yang dimiliki sebagai bagian aktiva tetap atau modal yang tidak dapat diputar (aktiva tetap) bukan merupakan subyek zakat.

3. Mencapai nishab. Nishab adalah batas minimum tidak dikenai kewajiban zakat. Hal ini dimaksudkan untuk membebaskan kepemilikan harta dari ketentuan minimum dikenakan zakat. Batas nisab telah ditentukan oleh syariah. Sedangkan nishab atas kas dan barang-barang perdagangan

diestimasikan menggunakan setara kas yang dibandingkan dengan nilai emas. 4. Telah melewati haul (tahun). Kewajiban zakat atas aktiva harus sudah

melewati kalender hijriyah yang dimulai saat nishab ditentukan. Sedangkan perhitungan zakat atas saldo dana adalah dilakukan pada saat awal tahun dan akhir tahun. Adanya penurunan selama tahun tersebut diabaikan dengan tujuan nishab. Jika perusahaan menggunakan tahun masehi maka harus dilakukan penyesuaian yang harus dibuat untuk mengkompensasikan

perbedaan periode antara tahun hijriah dan tahun masehi. Atas aktiva berupa kas dan barang-barang perdagangan jika perhitungannya menggunakan tahun masehi, maka kewajiban zakatnya harus disesuaikan menjadi 2,5775 % sebagai pengganti 2,5%.


(35)

14

2.1.3. Wajib Zakat (Muzakki)

Menurut Qardhawi (2000), syarat harta yang wajib zakat (muzakki) terdiri dari enam syarat yaitu:

1. Milik penuh dan tidak haram. Milik penuh dan tidak haram artinya

kekayaan yang diperoleh dengan cara yang baik (tidak riba, gharar atau hasil menipu), harus berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaannya atau seperti yang dinyatakan sebagian ahli fiqih bahwa kekayaan tersebut harus berada ditangannya, tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain, dapat ia pergunakan dan faedahnya dapat ia nikmati.

2. Berkembang atau namaa’ menurut terminologi berarti bertambah.

Bertambah di sini diartikan secara kongkret dan tidak kongkret. Bertambah secara kongkret adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan atau sejenisnya. Sedangkan bertambah secara tidak kongkret adalah kekayaan itu berpotensi baik berada di tangannya maupun ada di tangan orang lain atas namanya.

3. Senishab, diartikan bahwa kekayaan yang terkena kewajiban zakat harus sampai sejumlah tertentu .

4. Lebih dari kebutuhan biasa. Artinya lebih dari kebutuhan rutin atau sesuatu yang mesti ada untuk ketahanan atau kelangsungan hidupnya.

5. Bebas dari hutang. Artinya bila pemilik mempunyai hutang yang sampai menghabiskan atau mengurangi jumlah senishab itu, maka zakat tidaklah wajib. Landasannya adalah pertama, karena kepemilikan orang yang berhutang itu lemah dan tidak utuh. Kedua, pemilik piutanglah yang


(36)

dianggap lebih tepat terkena kewajiban zakat karena piutang adalah kekayaannya dan ia adalah pemilik sesungguhnya. Dan yang ketiga, orang yang mempunyai hutang adalah orang yang sedang berada dalam kesulitan untuk membayar hutangnya.

6. Berlaku setahun. Artinya kepemilikan yang berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan qomariyah untuk zakat atas modal seperti binatang ternak, uang, harta benda atau perdagangan. Sementara hasil pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia, harta karun dan lain-lain merupakan zakat pendapatan yang terbebas dari persyaratan ini.

Triwuyono (2000) menjelaskan batas minimal pembebasan (nishab) terhadap harta atau barang yang dimiliki adalah sebagai berikut:

1. Emas dan perak. Untuk emas batas nishabnya adalah 7.5 tolas (atau 87.480 gram) dan perak 52,5 tolas (606.508 gram).

2. Barang-barang tambang dan harta karun. Batas nishab untuk barang tambang dan harta karun adalah 20 % baik yang dimiliki oleh individu maupun negara dan dibayarkan kepada badan zakat.

3. Binatang ternak. Untuk binatang ternak dikenakan antara 1 % sampai dengan 2,5%.

4. Produk pertanian. Zakat yang dikenakan untuk barang ini antara 5% - 10% dari hasil bumi menurut keadaan tanah, misalnya menggunakan irigasi atau tidak.


(37)

16

5. Barang-barang komersil atau industri. Untuk barang-barang komersil atau industri dikenakan 2,5%. Untuk lebih rinci mengenai batas pembebasan zakat ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Usaha yang Wajib Dizakati

No Jenis Usaha Ketentuan Wajib Zakat Keterangan

Nishab % Haul

1

Industri (semen, tekstil, pupuk,

dll) 85 gram emas 2,5% tiap tahun

tahun hijriyah 2

Usaha perhotelan, hiburan,

restoran, dll 85 gram emas 2,5% tiap tahun

3 Perdagangan eksport-import 85 gram emas 2,5% tiap tahun

4

Jasa ( konsultasi, notaris,

transportasi, perdagangan, dll) 85 gram emas 2,5% tiap tahun

5

Usaha perkebunan, perikanan,

peternakan, dsb. 85 gram emas 2,5% tiap tahun

Sumber: Institut Manajemen Zakat: Menghitung Zakat Usaha. Jakarta.2001

2.1.4. Sasaran Dana Zakat

Penyaluran dana zakat tidak dapat dilakukan kepada sembarang orang. Sasaran dana zakat berbeda dengan sasaran dana infak dan shodaqoh yang lebih fleksibel. Berdasarkan surat At Taubah ayat 60, menyatakan tentang syarat penerima dana zakat yang terdiri dari delapan asnaf atau golongan menurut Qardhawi (2000) yaitu:

1. Fakir dan Miskin

Secara umum fakir dan miskin adalah mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri dan keluarga yang menjadi tanggungan, sedangkan secara fisik sudah tidak mampu bekerja atau tidak mampu memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang dapat mencukupi


(38)

kebutuhan dasar hidup seperti makan. Zakat yang disalurkan untuk kelompok ini dapat bersifat konsumtif maupun produktif.

2. Amil atau pengelola dana zakat

Amil atau pengelola dana zakat adalah orang atau lembaga yang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya walaupun hanya bekerja paruh waktu. Amil mendapat 12.5 % atau seperdelapan dari dana zakat yang dikelolanya. Amil zakat hanyalah untuk mereka yang secara langsung mensosialisasikan, menghimpun, mengelola, mendistribusikan dan

melaporkan kegiatan keamilannya dengan tepat. Amil tetap menerima zakat walaupun secara finansial ia mampu atau kaya karena zakat yang diterima amil diakui sebagai imbalan kerja (upah atau gaji).

3. Muallaf

Yaitu orang yang baru masuk Islam sehingga dianggap masih lemah keimananya. Dalam konteks kekinian kelompok muallaf dapat pula diberikan kepada lembaga-lembaga dakwah yang menfokuskan pada penyebaran Islam di daerah terpencil, daerah rawan akidah atau kepada lembaga-lembaga dakwah yang mengkhususkan diri pada upaya mereduksi pengaruh buruk atas paham-paham baru yang sesat atau misi-misi agama tertentu.

4. Untuk memerdekakan budak belian

Zakat pada bagian ini diperuntukkan untuk memerdekakan budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan. Sekalipun secara legal,


(39)

18

temukan kasus- kasus pekerja yang diperbudak dengan sistem upah yang menyebabkan pekerja terjebak dan tidak dapat membebaskan dirinya dari pekerjaan yang kurang manusiawi. Para ulama berpendapat bahwa untuk membebaskan perbudakan ini dilakukan dengan dua cara yaitu 1). Menolong pembebasan diri hamba mukatab, yaitu budak yang telah membuat kesepakatan dengan tuannya untuk membayar sejumlah harta (atau uang) tertentu untuk membebaskan dirinya dan cara yang ke 2). Membeli budak atau ammah (budak perempuan) untuk kemudian membebaskannya.

5. Kelompok gharimin (kelompok yang berhutang)

Kelompok gharimin adalah kelompok orang berhutang. Gharimin dibagi menjadi dua yaitu 1) Orang yang berhutang untuk kemaslahatannya sendiri misalnya nafkah keluarga, biaya berobat, biaya pendidikan atau kebutuhan rumah yang mendesak termasuk orang yang terkena bencana sehingga hartanya habis dan musnah. Kelompok yang ke 2) yaitu orang berhutang untuk kemaslahatan orang lain, misalnya yayasan sosial atau panti asuhan yang terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhan orang tua lanjut usia atau anak-anak yang dititipkan di yayasan atau panti. Lebih lanjut Qardhawi menjelaskan zakat untuk kelompok ini dapat juga diberikan untuk

perpustakaan sekolah, panitia pembangunan masjid, pondok pesantren dan lain-lain.


(40)

Fi sabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Pada zaman rosulullah, kelompok yang dimaksud adalah sukarelawan dan prajurit yang turut berperang di jalan Allah dan mereka tidak memiliki penghasilan yang tetap untuk menafkahi keluarga. Dalam konteks modern, fisabililah dapat diberikan kepada da’i di daerah terpencil, untuk menerbitkan buku-buku agama, majalah atau untuk membangun masjid, sekolah, pondok pesantren pada daerah khusus dengan syarat-syarat tertentu dan untuk membangun serta mengembangkan media massa islam.

7. Kelompok Ibnu sabil

Adalah orang yang dalam perjalanan dan kehabisan bekal serta tidak ada sedikitpun niat untuk bermaksiat. Dalam konteks saat ini ibnu sabil dapat diberikan kepada musafir yang tengah melakukan perjalanan dakwah, bantuan sekolah atau beasiswa bagi mereka yang terputus pendidikannya (bukan karena capaian prestasi sebagai pertimbangan utama), untuk

merehabilitasi orang-orang miskin yang kacanduan narkoba atau perbuatan buruk lainnya.

2.1.5. Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi pengelola zakat merupakan lembaga atau badan yang melakukan pengelolaan dana zakat. Menurut UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Badan Amil Zakat (BAZNAS) merupakan lembaga bentukan pemerintah yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama sedangkan lembaga zakat (LAZ/LAZIS) adalah lembaga yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat yang memiliki tugas


(41)

20

membantu BAZNAS dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

Pada pasal 3 UU No. 23 tahun 2011, ditegaskan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan untuk meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

2.2. Konsep Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip utama tata kelola organisasi yang mengisyaratkan adanya kewajiban seseorang atau lembaga untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya (Yulinartati, 2012). Bentuk tanggung jawab pengelolaan dan pengendalian sumber daya oleh lembaga atau entitas diwujudkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca (laporan posisi keuangan), laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, laporan arus kas, catatan atas laporan dan materi lain yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan (PSAK No. 1).

Mardiasmo (2005) mengartikan akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Aspek yang


(42)

terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media pertanggungjawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban saja, tetapi mencakup juga praktik-praktik kemudahan si pemberi mandat dalam mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan.

Akuntabilitas dalam perspektif islam berarti pertanggungjawaban manusia kepada Allah SWT, sebagaimana dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa ayat 30:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menerapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

Menurut Triwuyono (2000), akuntabilitas dalam islam diturunkan dari dimensi trilogi yaitu Allah sebagai pemberi amanah dan principle tertinggi atas manusia dan alam. Trilogi ini mengandung arti bahwa manusia memiliki pertanggung jawabannya kepada manusia lain dan alam, namun pertanggungjawaban akhir dari semua itu kepada Allah SWT.

2.3. Konsep Transparansi

Transparansi merupakan ketersediaan informasi yang bersifat terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatanya pada peraturan perundang-undangan (KK SAP, 2005). Transparansi


(43)

22

lembaga menuntut adanya pertanggungjawaban terbuka, aksesabilitas terhadap laporan keuangan dengan mudah serta adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan ketersediaan informasi kinerja lembaga (Maryati, 2012).

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai, mudah diserap dan mudah dimengerti. Transpransi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat serta tepat waktu sehingga masyarakat dapat ikut serta dalam mengawasi kebijakan publik yang dibuat.

Transparansi dalam konteks filantropi dapat dilakukan dengan membangun komunikasi melalui berbagai media dengan bentuk community awareness. Menurut Jumaizi dan Wijaya (2011), mengkomunikasikan beberapa contoh best practice dalam community awareness melalui media dianggap cukup efektif untuk menggugah dan menyadarkan masyarakat yang memiliki kemampuan finansial untuk berderma. Best practice yanng dimaksud adalah contoh filantropi yang telah berhasil mengubah kehidupan seseorang atau sekelompok masyarakat dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi hidup yang lebih baik.

Menurut Rahmannurasjid (2008), informasi seharusnya tidak sekedar tersedia, tetapi juga harus relevan dan dapat dipahami publik dan (untuk kemudian) dapat dipantau. Transparansi berarti juga mempersempit peluang korupsi di kalangan

pejabat publik dengan “terlihatnya” segala proses pengambilan keputusan atau


(44)

2.4. Kualitas Pelayanan (Jasa)

Berbicara tentang kualitas pelayanan (jasa) lembaga zakat, tidak dapat dipungkiri hal ini terkait dengan kepuasan muzakki terhadap lembaga tersebut. Sebagaimana Heskere et al (1997) dalam Jaelani (2008), mengatakan bahwa kolektifitas sikap, sifat dan perilaku dari karyawan dalam services memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya akan membentuk loyalitas pelanggan dan perilaku pembelinya.

Dalam penelitian ini konsep kualitas jasa yang digunakan masih mengacu pada konsep kualitas pada industri jasa. Menurut Kotler (1987), jasa merupakan setiap kegiatan atau manfaat yang diberikan suatu pihak kepada pihak lain yang tidak berwujud dan tidak mengakibatkan terjadinya kepemilikan atas sesuatu tersebut. Jasa atau pelayanan merupakan serangkaian aktifitas yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan oleh hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksud untuk memecahkan masalah antara konsumen dan pelanggan (Winarsih, 2005).

Menurut Parasaruman, et al (1991), ada lima dimensi yang digunakan oleh

pelanggan dalam mengukur kualitas jasa yaitu reliability (handal), responsiveness (tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati), dan tangibles (penampilan). Kelima dimensi tersebut sering disebut SERVQUAL yaitu:

a. Realibility atau kehandalan merupakan kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya. Kinerja


(45)

24

jasa yang dihasilkan harus sesuai dengan harapan nasabah seperti ketepatan waktu dan pelayanan yang sama serta tidak dibeda-bedakan untuk semua nasabah tanpa melakukan kesalahan.

b. Responsiveness atau ketanggapan adalah kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan responsif kepada nasabah.

c. Assurance atau jaminan merupakan bentuk pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan melaksanakan tugas secara spontan yang menghasilkan kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan nasabah.

d. Emphaty atau empati menfokuskan perhatian kepada individu atau nasabah dan berusaha untuk memahami kemauan nasabah.

e. Tangible atau penampakan berwujud didefinisikan sebagai penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik yang terlihat yang digunakan untuk melayani kebutuhan nasabah.

Untuk selanjutnya dimensi-dimensi tersebut akan menjadi indikator untuk mengukur kualitas pelayanan (jasa) dalam penelitian ini.

Dalam konteks islam, pelayanan memiliki prinsip-prinsip FAST, yaitu Fatonah, Amanah, Shiddiq dan Tabligh. Fatonah jika diterjemahkan dalam nilai-nilai bisnis dan manajemen berarti cerdas, memiliki manajemen bervisi, sadar produk dan jasa serta mau belajar secara berkelanjutan. Amanah berarti bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Shiddiq berarti jujur, benar dan tidak berdusta dalam melakukan berbagai macam transaksi bisnis. Shiddiq juga berarti tahan uji serta memiliki kesinambungan emosional. Tabligh berarti mampu berkomunikasi


(46)

dengan baik, menjalin dan menjaga hubungan baik dengan relasi, kolega, klien dan sebagainya.

2.5. Kepercayaan Muzakki

Jensen dan Meckling (1976) dalam Fanani (2006) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) yang dipercaya untuk menjalankan suatu jasa atau usaha dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu

keputusan atas nama principal tersebut. Hubungan keagenan mewajibkan agent memberikan laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang

disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, dalam hubungan keagenan tersebut, laporan keuangan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen (agen) kepada pemiliknya (principal).

Menurut Jam, et al (2010), teori agency telah diaplikasikan ke dalam berbagai tipe dan struktur organisasi. Dalam kaitannya lembaga zakat, terdapat hubungan keagenan antara muzakki dan pengelola. Muzakki adalah principal yang

mendelegasikan kepercayaannya kepada pengelola lembaga zakat sebagai agent. Agent kemudian memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan periodik sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Muzakki memiliki hak untuk mengetahui pertanggung jawaban aliran dana zakat, infaq, sedekah dan

sumbangan keagaman lainnya yang mereka investasikan terdistribusi sekalipun muzakki tidak memiliki kepentingan atas saldo dana lembaga zakat di akhir tahun karena tidak ada balasan investasi yang mereka harapkan seperti pembagian


(47)

26

dividen atau lainnya. Jam, et al (2010) menggambarkannya dalam islamic model agency.

Menurut Rosseau, et al (1998) dalam Takidah (2004) kepercayaan merupakan keadaan psikologikal berupa niat untuk menerima ketidakpastian berdasarkan harapan positif atas niat atau perilaku orang lain. Dari definisi tersebut terdapat dua konsep mendasar yaitu expectancy (harapan) dan behavioral (perilaku). Konsep expectancy berhubungan dengan harapan positif atas niat dan atau perilaku partner pertukaran dengan memusatkan perhatian pada kepercayaan seseorang bahwa partner akan bertindak secara bertanggung jawab. Konsep kedua merupakan konsep behavioral atau perilaku artinya kepercayaan berhubungan dengan niat seseorang untuk bersandar pada partner pertukaran dalam menerima ketidakpastian

Dimensi kepercayaan menurut Hrenbiniak (1974) merupakan konstruk terpenting dalam suatu pertukaran karena akan berakibat pada komitmen salah satu pihak ke dalam pertukaran tersebut, sementara Ganesan (1994) menjelaskan bahwa

kepercayaan merupakan komponen terpenting untuk tujuan jangka panjang seperti untuk kembali mengkonsumsi produk atau jasa yang dipertukarkan.

Untuk mengukur dimensi kepercayaan dalam kualitas relasional pada lembaga zakat penulis mengadopsi dimensi kepercayaan yang dihasilkan oleh Morgan dan Hunt (1994) sebagaimana yang diadopsi pula oleh Takidah (2004) dan Rizal (2006), yaitu:


(48)

1. Share Value

Share value merupakan kesamaan tingkat kepercayaan antara masing-masing pihak terhadap perilaku, tujuan dan kebijakan yang penting atau tidak penting, yang sesuai atau tidak sesuai dan yang benar atau salah (Morgan dan Hunt, 1994).

2. Communication

Menurut Zaithaml (2003) untuk membangun komunikasi yang baik, diperlukan beberapa langkah seperti memilih target pelanggan, melakukan komunikasi dengan obyektif, memutuskan budget, membuat pesan, memilih media dan mengevaluasinya.

3. opportunistic behavior

Opportunistic behavior menurut Mukherjee, et al (2003) dalam Takidah (2004) dirumuskan sebagai regulatory control dan information asyimmetry. Regulary control berkaitan dengan peraturan pemerintah dan information asyimmetry berkaitan dengan kesenjangan informasi.

2.6. Rerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis

2.6.1. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kepercayaan Muzakki

Menurut Grey, et al (1996) akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan informasi termasuk informasi keuangan sebagai bentuk perwujudan tanggung jawab organisasi. Wujud informasi keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang disusun secara sistematis mengenai posisi keuangan suatu entitas pada saat tertentu dan kinerja entitas pada periode tertentu. Menurut KK SAP (2005) suatu laporan keuangan dapat


(49)

28

dikatakan akuntabel setidaknya harus memenuhi tiga kriteria yaitu: adanya pertanggungjawaban dana publik, laporan keuangan disajikan tepat waktu serta telah diperiksa oleh auditor independen.

Teori asimetri informasi (information asymetry) berbicara mengenai

ketidakpercayaan masyarakat terhadap organisasi sektor publik lebih disebabkan oleh kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang memiliki akses

langsung terhadap informasi dengan masyarakat yang berada di luar manajemen (Rahman, 2011). Pada tataran ini, konsep mengenai akuntabilitas dan aksesibilitas menempati kriteria yang sangat penting terkait dengan pertanggungjawaban organisasi dalam menyajikan, melaporkan dan mengungkap segala aktifitas kegiatan serta sejauh mana laporan keuangan memuat semua informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh para pengguna dan seberapa mudah informasi tersebut diakses oleh masyarakat.

Lembaga zakat, sebagai lembaga yang rentan terhadap issue public trust

seyogyanya menempatkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangannya. Menurut Aldridge dan Siswanto (2005), penerapan prinsip akuntabilitas

merupakan bagian dari penerapan good corporate governance yang dapat

mencegah praktik pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan secara tidak transparan.

Menurut Letza dan Sun (2002), ada dua paradigma dalam corporate governance yaitu paradigma shareholding dan stakeholding. Paradigma shareholding dalam corporate governance mempunyai ciri individual liberty yaitu tujuan utama


(50)

entitas adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham, sementara menurut paradigma stakeholding entitas mempunyai tujuan untuk

mengakomodasi kepentingan seluruh stakeholder atau justice for all. Jika dilihat dari ciri khas kedua paradigma tersebut, lembaga pengelola zakat lebih mendekati pada paradigma stakeholding karena lembaga pengelola zakat tidak bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran muzakki sebagai investor. Muzakki bahkan cenderung tidak menuntut pertanggungjawaban dana yang telah mereka bayarkan. Bagi muzakki yang terpenting telah menginvestasikan sebagian dana yang dimiliki untuk kemanfaatan bersama sebagai bentuk pensucian atas harta yang dimilikinya.

Akuntabilitas lembaga pengelola zakat ditujukan untuk membangun kepercayaan muzakki dan masyarakat luas secara umum. Kepercayaan yang tinggi akan mendorong partisipasi muzakki yang lebih tinggi pula dalam membayar zakat. Menurut KK SAP (2005), syarat minimal suatu laporan keuangan dapat dikatakan akuntabel setidaknya harus mencerminkan tiga kriteria berikut yaitu: adanya pertanggung jawaban dana publik, laporan keuangan disajikan tepat waktu dan telah diperiksa oleh auditor independen, sehingga berdasarkan uraian tersebut, penulis mengajukan hipotesis:

H1 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kepercayaan Muzakki.

2.6.2. Pengaruh Transparansi terhadap Kepercayaan Muzakki

Menurut Abidin (2011), transparansi berarti keterbukaan yang memiliki arti bahwa setiap keputusan yang diambil dan pelaksanaannya dilakukan dengan cara atau mekanisme yang mengikuti aturan atau regulasi yang ditetapkan oleh


(51)

30

lembaga. Masih menurut Abidin (2011), kata kunci yang bisa menjelaskan

sekaligus menghubungkan antara akuntabilitas dan transparansi adalah disclosure (pengungkapan). Pengungkapan data dan informasi merupakan praktik dari transparansi dan pada saat yang sama merupakan prasyarat dari akuntabilitas.

Transparansi lembaga pengelola zakat bertujuan untuk membangun kepercayaan dan keyakinan kepada lembaga pengelola zakat bahwa lembaga pengelola zakat bersih, berwibawa dan profesional. Prinsip transparansi bertujuan menciptakan kepercayaan timbal balik antara lembaga pengelola zakat dengan publik melalui informasi yang memadai dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat.

Keberhasilan transparansi dapat dilihat oleh indikator meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik, meningkatnya partisipasi publik, serta bertambahnya wawasan dan pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan suatu lembaga (Sutedjo, 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis:

H2 : Transparansi berpengaruh positif terhadap kepercayaan Muzakki.

2.6.3. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepercayaan Muzakki

Takidah (2004) menjelaskan bahwa kualitas jasa berpengaruh positif terhadap kepuasan muzakki dan kepuasan muzakki juga berpengaruh positif terhadap kepercayaan muzakki. Muzakki yang merasa puas dan percaya kemudian akan berkomitmen terhadap lembaga zakat. Konstruk yang paling berpengaruh terhadap komitmen muzakki disebabkan oleh relationship termination cost atau kengganan muzakki untuk beralih ke lembaga zakat lainnya.


(52)

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rizal (2006), bahwa kualitas pelayanan LAZ terhadap muzakki terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan dan kepercayaan muzakki. Namun hasil penelitian tersebut belum memberikan penegasan bahwa faktor kepuasan pelayanan jasa dan

kepercayaan muzakki tidak terlalu mempengaruhi perilaku muzakki apakah akan tetap membayar zakat kepada lembaga pengelola zakat atau memilih untuk mendistribusikannya secara langsung. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Jaelani (2008) juga menegaskan bahwa kualitas pelayanan dan social marketing berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan berzakat muzakki.

Hubungan antara faktor-faktor menurut Parasaruman, Berry dan Zeithaml (1991) yang menentukan kualitas jasa yaitu emphaty, tangible, reliability, responsiviness dan assurance. Faktor-faktor tersebut apabila terpenuhi akan mendatangkan keyakinan dan rasa aman. Menurut Morgan dan Hunt (1994) dalam Takidah (2004), kepercayaan akan terbentuk apabila terdapat keyakinan dan rasa aman (confidence) pada salah satu pihak atas integritas dan kehandalan mitra

pertukarannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis: H3 : Kualitas pelayanan lembaga zakat berpengaruh positif terhadap

kepercayaan Muzakki.

2.6.4. Pengaruh Kepercayaan Muzakki terhadap Komitmen Muzakki Survei yang dilakukan oleh PIRAC (Public Interest Research And Advocacy Centre, 2007) menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan penyaluran zakat oleh muzakki kepada Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ)


(53)

32

sepanjang kurun 2004 sampai 2007. Salah satu faktor penyebabnya adalah menurunnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga pengelola zakat. Survei tahun 2007 menunjukkan bahwa responden yang menyalurkan zakatnya melalui BAZ atau LAZ hanya 6% dan 1,2%. 59% responden memilih untuk

menyalurkan zakatnya melalui masjid di sekitar rumah. Pemilihan masjid sebagai penyalur utama zakat ini mungkin lebih didasari pada pertimbangan kepraktisan dan kedekatan lokasi. Pertimbangan lainnya adalah masjid lebih mengutamakan penyaluran zakat untuk masyarakat sekitar rumah muzakki. Pola pengelolaan semacam ini biasanya bersifat pasif, tentatif dan tidak rutin dan

pendayagunaannya hanya sebatas pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat serta dikelola oleh amil adhoc yang tidak permanen dan berganti setiap tahunnya sehingga tidak ada sinergi program-program pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan.

Penelitian PIRAC sebelumnya (2003), yaitu tentang alasan penolakan responden untuk menyumbang pada organisasi nirlaba menyimpulkan sebagian besar responden menolak untuk menyumbang karena ketidakpercayan mereka terhadap organisasi nirlaba sebagaimana yang tergambarkan pada Tabel 3.

Dimensi kepercayaan dalam kualitas relasional yang dihasilkan oleh Morgan dan Hunt (1994) dibangun oleh tiga konstruk yaitu share value, communication dan oppotunistic behavior. Share value merupakan kesamaan tingkat kepercayaan antara masing-masing pihak terhadap perilaku, tujuan dan kebijakan yang penting atau tidak penting, yang sesuai atau tidak sesuai dan yang benar atau salah


(54)

(Morgan dan Hunt, 1994). Communication perlu dibangun untuk melahirkan kepercayaan (Pasaruman, et al, 1991), dan Opportunistic behavior berkaitan dengan perilaku pihak-pihak tertentu.

Dalam konsep lembaga zakat, share value diterjemahkan ke dalam sistem manajemen yang baik, pengungkapan laporan keuangan yang tepat waktu serta amil yang amanah dalam mengelola dana zakat. Communication diterjemahkan dengan adanya keterbukaan informasi, keakuratan informasi serta kecepatan dalam menyediakan pelayanan sedangkan Opportunity behavior dituangkan dengan seperangkat aturan hukum yang tersosialisasi dengan cukup dan mendukung peran lembaga zakat dalam menghimpun, mendistribusikan serta melaporkan kegiatan pengelolaan dana zakat.

Dari segi pemasaran jasa, menurut Parasaruman, et al (1991) dalam Takidah (2004) menyatakan bahwa hubungan dibentuk berdasarkan komitmen bersama (mutual commitment) sedangkan menurut Bitner (1995) dalam Takidah (2004), konsumen akan loyal pada jasa yang diberikan apabila mereka menerima nilai atau manfaat yang lebih besar dari yang mereka dapatkan dari perusahaan

pesaing. Konsumen sadar bahwa perusahaan pesaing bisa menyediakan jasa yang sama bahkan lebih baik, namun konsumen tetap memutuskan untuk tetap

menggunakan jasa dari perusahaan pilihannya karena kenyamanan dan kepastian yang diperoleh dari perusahaan pemberi jasa. Dengan demikian kepercayaan melahirkan komitmen. Menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan


(55)

34

merupakan faktor yang menentukan komitmen konsumen dalam menjalin hubungan dengan perusahaan.

Dalam konteks lembaga pengelola zakat, konsep tersebut diterapkan dalam hubungan antara amil dan muzakki. Amil berperan sebagai penyedia jasa

sedangkan muzakki berperan sebagai konsumen atau pemakai jasa/produk. Amil yang percaya pada lembaga zakat dalam pandangan Morgan dan Hunt (1994), Parasaruman, et al (1991) dan Bitner (1995) akan melahirkan komitmen muzakki untuk tetap membayar zakat pada lembaga pengelola yang dipercayanya

meskipun mungkin ada lembaga pengelola zakat lain yang menawarkan jasa serupa.

Menurut teori variabel yang diteliti oleh Morgan dan Hunt (1994), konstruk yang mempengaruhi dimensi komitmen yaitu trust, share value, relationship benefit dan relationship termination cost. Relationship benefit berkaitan dengan manfaat yang diterima atau kepuasan yang dicapai oleh pelanggan atas kinerja produk atau jasa yang mereka gunakan. Puncak dari kualitas relational adalah relationship termination cost yaitu pelanggan enggan untuk beralih ke perusahaan penyedia produk atau jasa lainnya meskipun terdapat beberapa pilihan perusahaan yang menyediakan produk atau jasa yang sama. Alasan kenyamanan serta konsumen telah memiliki informasi yang cukup mengenai produk/jasa, kualitas layanan, kecepatan dalam merespon keluhan dan sebagainya menjadi pertimbangan pelanggan, sementara menurut Norton (tanpa tahun), komitmen dan kepercayaan adalah variabel penting dalam mediasi hubungan antar perusahaan.


(56)

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menawarkan hipotesis:

H4 : Kepercayaan Muzakki berpengaruh positif terhadap komitmen Muzakki dalam membayar zakat.

2.7. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis dan terkait dengan referensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Variabel Hasil

1 Erikah

Takidah (2004) Analisis Pengaruh kualitas jasa BAZNAS pada kepuasaan dan kepercayaan muzakki 1. Kualitas pelayanan 2. Kepuasan muzakki 3. Kepercayaan muzakki

1. Kualitas jasa

berpengaruh positif terhadap kepuasan muzakki. 2. Kepuasan berpengaruh positif terhadap kepercayaan.

2 Sofyan Rizal

(2006)

Pengaruh tingkat kepuasan dan kepercayaan

muzakki kepada LAZ terhadap perilaku berzakat muzakki 1. Kualitas pelayanan 2. Kepuasan muzakki 3. perilaku muzakki

1. kualitas pelayanan

berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan muzakki.

2. Faktor kepuasan dan

kepercayaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku

muzakki

3 Ahmad

Jaelani (2008) Pengaruh kualitas pelayanan dan social marketing terhadap keputusan berzakat 1. Kualitas pelayanan 2. Social marketing 3. Keputusan muzakki

1. Kualitas pelayanan

berpengaruh signifikan terhadap keputusan berzakat

muzakki.

2. Social marketing

berpengaruh signifikan terhadap

berzakat muzakki

3. Kualitas pelayanan

dan social marketing

secara bersama-sama berpenagruh


(57)

36

keputusan berzakat

muzakki.

4 Zaenal Fanani

(2006) Faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dan kepercayaan investor

1. Kualitas akrual

2. Persistensi

3. Prediktabilitas

4. Perataan laba

5. Relevansi nilai

6. Ketepat

waktuan

7. Konservatisme

1. tidak terjadi overlap

antar atribut

2. atribut kualitas basis akuntansi

berkontribusi kuat terhadap

kepercayaan investor 3. atribut kualitas basis

pasar berkontribusi kuat terhadap kepercayaan investor

4. kualitas pelaporan

keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan investor.

5 Gamsir

Bachmid et al (2011) Perilaku muzakki dalam membayar zakat 1. keyakinan 2. perilaku 3. balasan

1. nilai keyakinan diri

terdiri dari:

transeden-spiritual, sosial humanistis, ekonomi-material dan moral-psikologis.

2. keyakinan perilaku

terdiri: tujuan, kepuasan dan tidak mengurangi jumlah zakat.

3. Balasan yang

dirasakan terdiri dari: kelanggengan dan kemudahan hidup, kesehatan, anak-anak yang patuh dan rasa aman.

6 Jumaizi dan

Zainal A. Wijaya (2011)

Good Governance

Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah dan Dampaknya Terhadap Keputusan dan Loyalitas Muzakki 1. Transparansi 2. Akuntabilitas

3. Manfaat ZIS

4. Kepuasan muzakki 5. Keputusan muzakki 6. Loyalitas muzakki 1. Transparansi informasi berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan muzakki

2. Akuntabilitas

organisasi

berpengaruh positif terhadap kepuasan


(58)

muzakki.

3. Kualitas kemanfaatan

BAZIS berdampak positif terhadap

kepuasaan muzakki.

4. Akuntabilitas

berpengaruh positif terhadap loyalitas

muzakki.

5. Manfaat BAZIS

berpengaruh signifikan terhadap loyalitas muzakki.

7 Amin

Rahmanurras jid (2008) Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pertanggungjawab an Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintahan yang Baik di Daerah. (Studi di Kabupaten Kebumen) 1. Akuntabilitas 2. Transparansi 3. Pertanggungja waban Pemerintah daerah 1. Implementasi pertanggungjawaban pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan pasal 3 Undang-Undang No. 24 tahun 2003.

2. Implementasi

akuntabilitas dan transparansi dilakukan melalui media surat kabar,

direct mail surat bupati dan website.

8 Sutedjo

(2009) Persepsi stakeholder terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah 1. Stakeholder internal 2. Stakeholder eksternal 3. Transparansi 4. Akuntabilitas

1. stakeholder internal

dan stakeholder eksternal memiliki perbedaan persepsi terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah

2. perbedaan persepsi

tersebut disebabkan oleh masalah pelibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanan antara stakeholder internal dan eksternal

9 A.Parasarum

an, Leonard L. Berry dan

Refinement and Reassessment of the SERVQUAL 1. tangibles 2. reliability 3. responsiveness

1. 1. Dimensi SERVQUAL

merupakan lima aspek yang berbeda


(59)

38

Valarie A. Zeithaml (1991)

Scale 4. Assurance

5. Emphaty 6.service quality

dalam mengukur kualitas service tetapi saling terkait satu sama lain.

2. 2. Dari sudut pandang

kepraktisan, item pertanyaan dalam

questionare untuk variabel

responsiveness dan

assurance tampak berulang-ulang, namun peneliti tidak mengalami masalah dengan responden yang tidak memahami perbedaan antar bagian dalam pertanyaan tersebut.

3. 3. Petunjuk untuk

penggunaan SERVQUAL pada penelitian serupa berikutnya: hasil uji dengan

menggunakan SERVQUAL akan lebih optimal jika penelitian yang dilakukan merupakan kombinasi penelitian kualitatif dan kuantitatif karena keys of problem atau gap dapat

diidentifikasi.

10 Robert

Johnston (1995)

The Determinants of Service Quality: Satisfiers and Dissatisfiers 1. Attentiveness/ helpfulness 2. Responsiveness 3. Care 4. Availibility 5. Reliability 6. Friendliness 7. Courtesy 8. Communicatio n

4. 1. Beberapa faktor

determinan service

quality mendominasi antara faktor lainnya (faktor

responsiveness dan

reliability)

5. 2. Untuk nasabah bank,

sumber kepuasan berasal dari faktor:


(60)

9. Competence 10. Functionality 11. Commitment 12. Access 13. Flexibility 14. Aesthetics 15. Cleanliness/tidi ness 16. Comfort 17. Security attentiveness, responsiveness, care and friendliness, sedangkan ketidakpuasan berasal dari faktor:

reliability, responsiveness, availibility and functionality.

6. 3. Aspek intangible

memberi pengaruh positif dan negatif pada kualitas pelayanan.

7. 4. Responsiveness

merupakan faktor penting kualitas dan merupakan

komponen kunci dalam kepuasan pelayanan.

8. 5. Reliability merupakan faktor penentu dalam ketidakpuasan kualitas pelayanan.

11 Robert M.

Morgan dan Shelby D. Hunt (1994)

The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing. 1. Trust 2. Relationship commitment 3. Relationship Termination Cost 4. Relationship Benefit

5. Share Value

6. Communication

7. Opportunistic Behavior

8. Acquiscence

9. Propensity to Leave

10.Cooperation 11.Functional

Conflict 12.Uncertainly

1. The

commitment-trust theory menyatakan bahwa jaringan-jaringan yang ditandai dengan komitmen hubungan dan kerjasama menimbulkan kepercayaan.

2. Komitmen hubungan

dan kepercayaan berkembang ketika perusahaan hadir untuk hubungan dengan:

a. menyediakan

resource, opportunities

dan benefit yang lebih unggul persembahan


(61)

40

mitra alternatif.

b. Mempertahanka

n standar yang tinggi dari nilai-nilai perusahaan dan bersekutu dengan mitra pertukaran yang memiliki nilai yang sama.

c. Berkomunikasi

mengenai informasi berharga, termasuk expectancy, market

intelligence dan evaluasi dari kinerja partner.

d. Menghindari

malevolenty

dengan mengambil keuntungan dari mitra


(62)

2.8. Model Penelitian

Adapun model penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Model struktural penelitian

Keterangan:

: indikator : Variabel laten : pengaruh : pengukur

Share Value Communication Opportunity Behavior Relationship Benefit Relationship Termination Cost akuntabilitas

Info mudah diakses

Publikasi info lengkap Publikasi laporan jujur Kebijakan tertulis Transparansi Kualitas Pelayanan Kepercayaan Muzakki Laporan audited Pengungkapan info jelas jelasjjelas

Penyajian tepat waktu Mustahik tepat sasaran Komitmen Muzakki Assurance Realibility Responsiveness Emphaty tangible


(1)

Brown, L. David and Moore, Mark. H. Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly. Sage Publication Harvard University Vol. 30 No. 3. September 2001. Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Exposure Draft PSAK 109. Akuntansi Zakat

dan Infak/ Sedekah. 2008.

Fanani, Zaenal. Faktor-Faktor Penentu Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan Investor. SNA Bali. Universitas Airlangga Bali. 2006 Fanani, Zaenal. Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan

Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6 No. 1 Juni 2009.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2006

Ghozali, Imam. Structural Equation Modelling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. 2006.

Ganesan. Determinant of Longterm Orientation in Buyer-Seller Relationship. Journal Marketing Vol. 58 tahun 1994.

Hafiduddin, Didin. Proyeksi Penghimpunan Dana Zakat Tahun 2013 Rp. 3 Triliun. Hidayatullah.com. tahun 2012. Diakses pada sabtu, 3 Agustus 2013, pukul. 17:05 WIB.

Hafidhudhin, Didin. Potensi zakat 217 triliun terserap satu persen.

Hidayatullah.com. tahun 2013. Diakses pada senin, 29 April 2014, pukul 12:01 WIB.

Hafidhudhin, Didin. Analisis Efektivitas Promosi Lembaga Amil Zakat dalm Penghimpunan Zakat bagi Peningkatan Kesejahteraan Dhuafa. Media Gizi dan Keluarga. Vol 30 Juli 2006.

Hafiduddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Penerbit Gema Insani. Jakarta. 2002.

Hendrikson, Eldon.S. Teori Akuntansi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1999.

Heskere et al. The Service Profit Chain: How Leading Companies Link Profit and Growth to Loyalti, Satisfaction and Value. The Free Press. Newyork. U.S.A. 1997

Hrenbiniak, L.G. Personal and Role Related Factors in Development of Organizational Commitment. Journal of Administrative Science Quarterly. 1974


(2)

Hirmukhe, Jyotsna. Measuring Internal Customer’s Perceptionson Service Quality Using SERVQUAL in Administrative Service. International Journal of Scientific and Research Publications. Volume 2, Issue 3. March 2012.

Ikatan Akuntan Indonesia, “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. I (Revisi 2009)”. Penyajian Laporan Keuangan, Jakarta. 2009

Indrayenti. Thesis: Analisis Pengaruh Etika Profesi terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Universitas Lampung. 2013.

Institut Manajemen Zakat. Menghitung Zakat Usaha. Jakarta. 2001.

Jensen, M. dan Meckling W. Theory of Firm: Managerial Behavior Agency Cost And Ownership Structure, Journal of Financial Economics 3. 1976

Jam, Farooq Ahmed, et al. Agency Theory in Islamic Perspective.

Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. List in ULRICH’S August 2010 Vol. 2 No. 4 tahun 2010

Jaelani, Ahmad. Tesis. Pengaruh Kualitas Layanan (Jasa) dan Pemasaran Sosial Rumah Zakat Indonesia Terhadap Keputusan Berzakat Muzakki. Jakarta. Universitas Indonesia. 2008

Jumaizi dan Wijaya, Zainal. A. Good Governance Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah dan Dampaknya Terhadap Keputusan dan Loyalitas Muzakki. Majalah Ilmiah Informatika Vol. 2 No. 3, September 2011.

Jogiyanto, H.M. dan Abdillah, Willy. Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) untuk Penelitian Empiris. BPFE Universitsa Gajah Mada. 2014. Khamis, Mohd Rahim et al. Compliance Behavior of Business Zakat Payment in

Malaysia: A Theoritical Economic Exposition. 8th International Conference on Islamic Economics and Finance. Mara University of Technology, Malaysia. 2011

Komite Nasional Kebijakan Governance. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta. 2006

Kotler, Philip. Marketing Management: Analysis, Planning and Control. Prentice Hall of India. New Delhi. 1978

Kotler. Philip. Manajemen Pemasaran. Penerbit PT. Indeks Edisi ke-14. Jakarta. 2007


(3)

Kanji, Lusiana et al. Aktor Determinant Membayar Zakat. Seminar Nasional Akuntansi. 2011

Letza, Steve. Sun, Xiuping and Kirkbride, James. Shareholding Versus Stakeholding: Critical Review of Corporate Governance. 2002 Lela, Sugiyarti Fatma. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Organisasi Pengelola Zakat. Islamic Finance and Bussiness Review Vol. 5 No. 2 Agustus – Desember 2010. TAZKIA. Jakarta. 2010

Maryati, Sri. Analisis Akuntabilitas dan Transparansi Laporan Keuangan

Lembaga Amil Zakat di Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Repository.upi.edu. 2012

Mardiasmo. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2005

Morgan, Robert. M., and Hunt, Shelby D. The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing. Journal of Marketing No. 58 bulan Juli tahun 1994.

Novatiani, R.Ait, dan Feriansyah, Ilham. Effect of Application of Internal Control on the Improvement of Public Trust (Case Study at the Institution of Amil Zakat Alms House). Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis. Universitas Widyatama Bandung. 2012

Norton, Katherine et al. Beyond Exchange: The Commitment-Trust Theory Revisited. Universitas of Technology. Sydney. Tanpa tahun.

PIRAC. Meningkat Kesadaran dan Kapasitas Masyarakat dalam Berzakat. Pers Release. Jakarta. 2007

PIRAC. Pola dan Potensi Derma Perusahaan. Jakarta. Piramedia.2003.

Parasaruman, A. Berry, Zaithaml, Valerie, A and Berry, L. Leonard. SERVQUAL: A multiple- item Scale for Measuring Consummers Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing Vol. 65 tahun 1991.

Parasaruman, A. Berry, Zaithaml, Valerie, A and Berry, L. Leonard. Refinement and Reassesment of the SERVQUAL Scale. Volume 67. Number 4. Winter. 1991.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. 33 Tahun 2011 tentang Badan atau Lembaga yang Dibentuk/ Disahkan Oleh Pemerintah yang Ditetapkan


(4)

Sebagai Penerima Zakata atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dan Dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto.

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengeloaan Zakat.

Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Penerbit Litera Antar Nusa. Jakarta. 2000 Qardhawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Kontemporer 3. Diterjemahkan oleh Samsan

Rahman, dkk. Penerbit Pustaka Al Kautsar. Jakarta. 2002

Rahman, Idrus Andy. Membangun Transparansi dan Akuntabilitas Lembaga Pengelola Zakat. Majalah El-Zawa.com. 2011. Diakses pada tanggal 14 Juli 2014 pukul 07.16 WIB.

Rahmanurrasjid, Amin. Tesis: Akuntabilitas dan Transparansi Dalam

Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintah yang Baik di Daerah. Universitas Diponegoro. 2008

Raimondo, Maria Antoneitte. The Measurument of Trust in Marketing Studies:A Review of Models and Methodologies. ISTEI. Universitas Degli. Milano. Bicoca. 2001

Rizal. Sofyan. Tesis: Pengaruh Tingkat Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki Kepada LAZ Terhadap Perilaku Berzakat Muzakki. Universitas Indonesia. Jakarta. 2006

Richard, A. Lambert. Agency Theory and Management Accaounting The whartion School Universitas of Pennsylvania. Handbook of Management

Accounting Reserach. 2007

Rumah Zakat Indonesia: http://www.rumahzakat.org.

Syafa’at, Abdul Kholiq. Potensi Zakat, Infaq, Shodaqoh pada BAZNAS di

Kabupaten Banyuwangi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2014

Suprayogi, Naven. Sinergitas Pengelolaan Zakat. Keuangan Publik Islam. Unair.ac.id. 2013

Sutedjo. Tesis: Persepsi Steakholder Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Sekolah. Uniersitas Diponegoro. 2010.

Singaribun, Masri dan Effendy, Sofian. Metode Penelitian Survey. Pustaka LP3Es. Jakarta. 1995


(5)

Triwuyono, Iwan. Konsistensi Praktik Sistem Pengendalian Internal dan

Akuntabilitas Pada LAZIS. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vo. 3 No. 2 tahun 2000

Triwuyono, Iwan. Organisasi dan Akuntansi Syariah. LKIS. Yogyakarta. 2000 Trijunoto. Contoh Validitas dan Pengukuran. Trijunototp.wordpress.com. 2013.

Diakses pada Selasa, 4 Mei 2015 pukul 09.10 WIB.

Takidah, Erikah. Thesis: Analisis Pengaruh Kualitas Jasa BAZNAS Terhadap Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki. Universitas Indonesia. Jakarta. 2004 UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

Watt, R.L. dan J.L. Zimmerman. Positive Accounting Theory, United Stated of America: Prentice-Hall International. 1986

Umar, Husein. Metode Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1999.

Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. JBRC. Jakarta. 2000. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Rajawali Pers. Jakarta. 2000.

Widodo, Hertanto. Akuntansi dan Manajemen Keuangan Organisasi Pengelola Zakat. IMZ. Jakarta. 2012

Widodo, Hertanto. Pemeringkatan Rating LPZ di Indonesia. Pers Release. 2011 Wiranto, Tatag. Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik. 2011 Widhiarso, Wahyu. Penjelasan teoritik mengenai SEM bagi pemula. Jakarta. 2010 www. bpg.go.id. diakses pada tanggal 02 Juli 2014 pukul 08:32 WIB

www. indonesia-investmen.com. diakses pada tanggal 02 Juli 2014 pukul 09:11 WIB.

www. Jonathan.info. Teori SEM (Structural Equation Model. Diakses pada 1 November 2014 pukul 10.39 WIB.

Yulinartati, dkk. Three Circles Model Revitalisasi Lembaga Pengelola Zakat di. Kabupaten Jember. Annual International Conference on Islamic Studies. AICIS. Bandung. 2012


(6)

Yenny, Sri Risma. Thesis: Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Efektifitas Kerja Tim Sebagai Variabel Moderasi pada SKPD Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. 2014.


Dokumen yang terkait

Pola Fundraising Dana Zakat Pada Lazis Pt Pln Persero Kantor Pusat Kebayoran Baru

1 25 0

Pengaruh Promosi, Kualitas Pelayanan, dan Religiusitas terhadap Minat Masyarakat menjadi Muzakki pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa

7 43 209

Pengaruh distribusi produktif dana Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS) terhadap perilaku konsumsi mustahik: studi kasus 58 responden mitra usaha masyarakat mandiri

0 5 2

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas Dan Kepercayaan Kepada Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzakki Di Fakultas Agama Islam Dan Fakultas Ekonomi D

1 3 10

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas Dan Kepercayaan Kepada Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzakki Di Fakultas Agama Islam Dan Fakultas Ekonom

0 7 4

PENGARUH TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN, PENGELOLAAN ZAKAT, DAN SIKAP PENGELOLA TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN MUZAKKI : Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat Di Kota Bandung.

9 30 56

Pengaruh Zakat dan Infaq terhadap Pendapatan Muzakki di Kecamatan Cinere

0 1 80

PENGARUH TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN, PENGELOLAAN ZAKAT, DAN SIKAP PENGELOLA TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN MUZAKKI : Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat Di Kota Bandung - repository UPI S PEA 0907332 Title

0 0 5

PENGARUH KEPUASAN MUZAKKI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT TERHADAP LOYALITAS MUZAKKI (Studi Persepsi Pada LAZ Rumah Zakat) Indri Yuliafitri, Asma Nur Khoiriyah

0 0 14

PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN, RELIGIUSITAS, AKUNTABILITAS DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT MUZAKKI MEMBAYAR ZAKAT DI BAITUL MAL KOTA BANDA ACEH

1 2 13