Pemikiran Habib Hasan bin Ahmad Baharun Tentang Pentingnya Bahasa Arab

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” Bahasa Arab memiliki keutamaan-keutamaan tersebut dan memudahkan kita mempelajari ajaran Islam. Di sekolah negeri kita tidak mempelajari bahasa Arab. Hanya bahasa Inggris, bahasa lokal, atau bahasa asing lain misalnyabahasa jerman. Padahal Bahasa Arab memiliki urgensi untuk dipelajari dan dapat memudahkan muslim serperti kita mempelajari ajaran Islam. Umar bin Khathab mengatakan: “Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu menguatkan akal dan menambah kehormatan”. Imam Syafi’i pernah berkata: “Aku tinggal di pedesaan selama dua puluh tahun. Aku pelajari syair- syair dan bahasa mereka. Aku menghafal Al Qur’an. Tidak pernah ada satu kata yang terlewatkan olehku, kecuali aku memahami maknanya”.Demikian perkataan ulama salaf tentang keutamaan mempelajari bahasa Arab. 21

D. Cita-cita Besar Habib Hasan bin Ahmad Baharun

Beberapa bulan sebelum ia wafat sering mengungkapkan cita-cita besarnya yaitu ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam. 22 Karena ia berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal yang bisa dilakukan. Bahkan ketika ada pertemuan Ulama di Jakarta dan ia berhalangan hadir ia menitip surat kepada Ust Qosim Baharun yang mewakilinya untuk membacakan surat tersebut sebagai usulan dari ia yaitu agar para ulama menggagas Organisasi Persatuan Habib, Ulama, Kiyai, Santri dan para 21 ahmad roghib, Pentingnya Bahasa Arab , dalam http:allathifiyyahpas.blogspot.co.id201302pentingnya-bahasa-arab.html 15 Desember 2015 22 Keluarga BesarAl-Hasaniyah, Biografi Sang Murobbi Abuya Al-Ustadz Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun Bangil: Ikatan Alumni Dalwa Al-Hasaniyah, 2012, 17. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id simpatisan dalam ikatan satu wadah non politik yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam. Bahkan ia berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan pondok kepada putranya Al Habib Zain Baharun sedangkan ia sendiri ingin bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk mensosialisasikan ide besar dan mulia tersebut. Selain itu, berdasarkan penuturan putra-putranya, tujuan akhir dari perjuangan habib Hasan adalah, ia menginginkan pondok pesantren yang telah ia dirikan itu menjadi wadah atau tempat disiapkannya generasi-generasi yang bertaqwa, yang dalam jangka pendek dan jangka penjangnya mereka dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat, khusunya perubahan dalam hal akhlak dan moral. Habib Hasan sangat menginginkan semua santrinya dapat menjadi agen Amar Ma’ruf Nahi Munkar. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis memaparkan pembahasan dalam penelitian skripsi dengan judul BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HABIB HASAN BIN AHMAD BAHARUN, maka penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Habib Hasan bin Ahmad Baharun adalah seorang ulama yang lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy. Ia mempunyai seorang istri yang bernama Syarifah Khodijah binti Muhammad al-Hinduan. Pernikahannya dengan Nyai Syarifah Khodijah dikaruniai 6 orang putra dan 2 orang putri yaitu Habib Hamzah, Syarifah Lina, Habib Muhammad Shodiq, Habib Ali Zainal Abidin, Habib Segaf, Habib Ali, Habib Husin dan Syarifah Ruqoyyah. Pendidikan agama ia didapatkan dari bimbingan kedua orang tuanya dan dari Madrasah Makarimul Akhlak Sumenep. Ia adalah seorang ulama dan pendiri serta pengasuh pondok pesantren Darullughah Wadakwah dan beliau dikenal sebagai seorang ahli bahasa Arab. 2. Habib Hasan bin Ahmad Baharun berpendapat bahwa konsep dakwah yang ideal adalah dakwah itu harus dilakukan dengan sikap yang lembut, tanpa paksaan, menyesuaikan metode dakwah dengan objek dakwah, rela berkorban, dan pantang menyerah. Sedangkan konsep pendidikan yang bagus adalah pendidikan yang bagus diawali oleh para pendidik yang memiliki kompetensi kepribadian yang mulia, seorang pendidik akan berhasil dalam melaksanakan pendidikan jika memiliki keikhlasan yang tinggi. Seseorang yang sudah bertekad memasuki dunia pendidikan maka dia wajib fokus memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan kemajuan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pendidikan serta rela meninggalkan urusan yang lain demi urusan pendidikan. Ia juga sangat memperhatikan pengajaran dan praktek bahasa Arab bagi para santrinya, menurutnya bahasa Arab sangat penting untuk dipelajari karena bahasa Arab adalah bahasa Al quran, bahasa Nabi Muhammad dan bahasa para ahli surga. 3. Karir Habib Hasan bin Ahmad Baharun dimulai dari bidang dakwah. Sejak ia aktif mengikuti ayahnya berdagang sambil berdakwah di sekitar pula Madura. Setelah berpindah-pindah tempat dakwah dan mengajar akhirnya ia mendirikan pondok pesantren di Raci Pasuruan yang diberi nama Pondok Pesantren Darullughah Waddakwah. Ia juga pernah aktif dalam partai NU, dan juga menjabat sebagai ketua MUI kabupaten pasuruan selama kurang lebih 19 tahun sampai akhir hayatnya. Perjuangan dakwahnya tidak pernah lepas dari masalah-masalah, namun semua masalah dapat ia atasi.

B. Saran

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HABIB HASAN BIN AHMAD BAHARUN ” penulis menyampaikan beberapa saran dengan harapan dapat bermanfaat dan berguna, sebagaimana berikut: 1. Perjuangan hidup Habib Hasan bin Ahmad Baharun merupakan hal sangat luar biasa, ia menjadi ulama’ dan pengasuh pondok yang sangat ikhlas, mengabdi kepada umat, dan selalu membalas keburukan dengan kebaikan, hal tersebut sangat perlu untuk dicontoh oleh generasi muda dalam upaya amar ma’ruf nahi munkar.