Analisis Framing Pemberitaan Isu Pencabulan Oleh Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf Pada Situs Republika.Co.Id Dan Detik.Com

(1)

REPUBLIKA.CO.ID DAN DETIK.COM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Muhammad Fadlun

NIM 108051100026

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Januari 2013


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi

berjudul

ANALISIS

FRAMING

PEMBERTTAAN

ISU

PENCABULAN

OLEH HABIB

HASAN

BIN JA'FAR

ASSEGAF PADA

SITUS

REPUBLIKA.]}.ID

DAN DETIK.17M telah diujikan dalam dalam

sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 25 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (s.Kom.I) pada program Studi Jurnalistik.

,

J akarta, 25 J anuari 20 1 3

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretartis

Penguji

I

Penguji II

-,,.t

Siti Nurbava. M.Si

NIP: 19790823 2009122 002

Ade Rina Farida. M.Si

NIP: 19770513 2007012 018

110 199303 1 004 NIP: 19710412 200003 2 001


(5)

Analisis Framing Pemberitaan Isu Pencabulan Oleh Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf Pada Situs republika.co.id dan detik.com

Selama bulan Maret 2012 pemberitaan mengenai isu pencabulan oleh Habib Hasan mulai menjadi sorotan media di Indonesia. Habib Hasan bin Ja’far Assegaf merupakan sosok tokoh agama dan pemimpin Majelis taklim Nurul Musthofa yang memiliki jamaah terbesar di Indonesia. Saat menginjak usia 23 tahun Habib Hasan mendirikan Majelis Taklim Nurul Musthofa pada tahun 2000. Isu ini bermula dari pengakuan sejumlah remaja putra yang merupakan murid Habib Hasan sendiri yang mengaku menerima tindakan pelecehan seksual dari Habib Hasan. Para remaja tersebut melaporkan Habib Hasan ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 atas tuduhan pencabulan. Kasus ini pun tak luput dari perhatian berbagai media massa, tidak terkecuali republika.co.id dan detik.com. Tentunya republika.co.id dan detik.com membingkai kasus dugaan pencabulan Habib Hasan ini dengan cara yang berbeda.

Berdasarkan pemaparan diatas maka timbul pertanyaan bagaimana republika.co.id dan detik.com membingkai kasus dugaan pencabulan oleh Habib Hasan ini dalam beritanya? Serta bagaimana proses produksi teks republika.co.id dan detik.com dalam kasus dugaan pencabulan oleh Habib Hasan?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi realitas sosial yang diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman. Menurut Berger dan Luckman proses dialektika berlangsung melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Dalam menganalisis kasus ini, penulis menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman yang menggunakan empat struktur analisis yaitu Define Problem (pendefinisian masalah), Diagnose Causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah), Make Moral Judgement (membuat keputusan moral) dan Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlandaskan pada paradigma konstruksionis. Paradigma konstruksionis memandang suatu realitas kehidupan bukanlah realitas yang natural melainkan hasil sebuah konstruksi dan pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Republika.co.id cenderung melihat kasus dugaan pencabulan Habib Hasan sebagai masalah hukum. Republika.co.id menilai pencabulan yang dilakukan Habib Hasan merupakan pelanggaran hukum sehingga menyebabkan sejumlah remaja putra melaporkan kasus ini ke kepolisian. Republika.co.id merekomendasikan kasus dugaan pencabulan ini diproses secara hukum dan diungkapkan kebenarannya. Detik.com melihat kasus dugaan pencabulan Habib Hasan tidak hanya terkait masalah hukum saja, tetapi juga masuk ke masalah moral. Detik.com menilai adanya pelanggaran hukum dan norma agama yang tidak pantas dilakukan oleh seorang ulama seperti Habib Hasan. Detik.com meminta kasus ini diproses secara hukum dan korban harus mendapatkan perlindungan guna lancarnya proses penegakkan hukum.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan para pengikutnya.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril dan materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A. Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal, L.K, M.A.

2. Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.

3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Rubiyanah, M.A dan Sekertaris Kosentrasi Jurnalistik, Ibu Ade Rina Farida, M.Si

4. Dosen Pembimbing skripsi, Ibu Ade Rina Farida, M.Si yang telah menyediakan waktunya dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menjalani proses pembuatan skripsi ini dengan baik dan lancar.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.


(7)

vi

7. Republika Online, khususnya kepada Bapak M. Irwan Ariefyanto yang di sela kesibukannya rela menyempatkan diri untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini, begitu juga dengan Mbak Erna yang telah banyak membantu penulis dalam proses wawancara.

8. Detikcom, khususnya kepada Bapak Irwan Nugroho yang di sela kesibukannya rela menyempatkan diri untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini, begitu juga Bapak Nanang yang telah banyak membantu penulis dalam proses wawancara.

9. Kedua orangtua tercinta, Bapak Ahmad Syarif dan Ibunda Nani Saodah atas doa, kasih sayangnya dan semangat yang tak terhingga sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Adikku, Hilda Arfiani dan Ramzi Kamali atas doa dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

11.Firda Aulia yang telah mendukung, mendoakan, menyemangati dan mengingatkan penulis, terima kasih telah memberikan semangat penulis menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman Jurnalistik angkatan 2008, Hermul, Reza, Muklis, Adit, Hida, Laili, Rida, Elly, Lia serta teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga persahabatan dan tali silaturahmi kita akan terus terjalin. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini dapat selesai.


(8)

vii

13.Teman-teman KKN “The Revolutions” yang sama-sama berjuang mengerjakan skripsi, bertukar pikiran dan saling menyemangati, terima kasih atas semangatnya.

14.Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung, mendoakan, dan membantu penulis yang tidak penulis sebutkan.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak.

Penulis


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

1. Batasan Masalah ... 6

2. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konseptualisasi Berita ... 15

1. Pengertian Berita ... 15

2. Nilai Berita ... 18

3. Kategori dan Jenis Berita... 19

B. Pengertian, Efek dan Fungsi Media Massa ... 22

1. Pengertian Media Massa... 22

2. Efek Media Massa ... 22

3. Fungsi Media Massa ... 23

4. Media Online ... 24

C. Konstruksi Sosial ... 27

D. Analisis Framing ... 30

1. Konsep Framing ... 30

2. Efek Framing ... 33

3. Model Framing Robert N. Entman ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Republika.co.id ... 39

1. Sejarah Singkat Republika.co.id ... 39

2. Visi dan Misi Republika.co.id ... 41

3. Produk Republika.co.id ... 41

4. Prinsip Dasar Republika.co.id ... 42

5. Struktur Organisasi Republika.co.id ... 42

B. Profil Detik.com ... 43


(10)

ix

2. Visi dan Misi Detik.com ... 45

3. Struktur Organisasi Detik.com... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Analisis Framing Pemberitaan Kasus Dugaan Pencabulan Oleh Habib Hasan di Republika.co.id ... 50

1. Berita Terkait Kasus Dugaan Pencabulan Oleh Habib Hasan di Republika.co.id Periode Maret 2012 ... 50

2. Frame Republika.co.id Dalam Kasus Dugaan Pencabulan Habib Hasan ... 51

3. Analisis Framing Robert N. Entman Pemberitaan Republika.co.id ... 52

a. Republika.co.id Tanggal 7 Maret 2012 ... 52

b. Republika.co.id Tanggal 15 Maret 2012 ... 55

c. Republika.co.id Tanggal 16 Maret 2012 ... 57

d. Republika.co.id Tanggal 20 Maret 2012 ... 60

e. Republika.co.id Tanggal 20 Maret 2012 ... 62

f. Republika.co.id Tanggal 20 Maret 2012 ... 65

B. Analisis Framing Pemberitaan Kasus Dugaan Pencabulan Oleh Habib Hasan di Detik.com ... 68

1. Berita Terkait Kasus Dugaan Pencabulan Oleh Habib Hasan di Detik.com ... 68

2. Frame Detik.com Dalam Kasus Dugaan Pencabulan Habib Hasan ... 70

3. Analisis Framing Robert N. Entman Pemberitaan Detik.com ... 72

a. Detik.com Tanggal 6 Maret 2012 ... 72

b. Detik.com Tanggal 6 Maret 2012 ... 74

c. Detik.com Tanggal 9 Maret 2012 ... 77

d. Detik.com Tanggal 21 Maret 2012 ... 80

e. Detik.com Tanggal 21 Maret 2012 ... 83

f. Detik.com Tanggal 22 Maret 2012 ... 85

C. Analisis Perbandingan Framing Republika.co.id dan Detik.com ... 87

D. Analisis Prose Produksi Teks pada Republika.co.id dan Detik.com ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(11)

x

Tabel 1. Konsep Framing Model Robert N. Entman ... 11

Tabel 2. Nilai-nilai Berita ... 18

Tabel 3. Jenis-jenis Berita ... 21

Tabel 4. Dimensi Framing Model Robert N. Entman ... 36

Tabel 5. Konsep Framing Model Robert N. Entman ... 37

Tabel 6. Struktur Organisasi Republika.co.id ... 43

Tabel 7. Struktur Organisasi Detik.com ... 46

Tabel 8. Berita dan Artikel yang Terkait dengan Isu Pencabulan Habib Hasan di Republika.co.id Periode Maret 2012 ... 50

Tabel 9. Frame Berita dan Narasumber Berita... 51

Tabel 10. Perangkat Framing Entman Republika.co.id Tanggal 7 Maret 2012 ... 53

Tabel 11. Perangkat Framing Entman Republika.co.id Tanggal 15 Maret 2012 ... 55

Tabel 12. Perangkat Framing Entman Republika.co.id Tanggal 16 Maret 2012 ... 58

Tabel 13. Perangkat Framing Entman Republika.co.id Tanggal 20 Maret 2012 ... 60

Tabel 14. Perangkat Framing Entman Republika.co.id Tanggal 20 Maret 2012 ... 63

Tabel 15. Perangkat Framing Entman Republika.co.id Tanggal 20 Maret 2012 ... 66

Tabel 16. Berita dan Artikel Terkait dengan Isu Pencabulan Habib Hasan... 68

Tabel 17. Frame Berita dan Narasumber ... 70

Tabel 18. Perangkat Framing Entman Detik.com Tanggal 6 Maret 2012 ... 73

Tabel 19. Perangkat Framing Entman Detik.com Tanggal 6 Maret 2012 ... 75

Tabel 20. Perangkat Framing Entman Detik.com Tanggal 9 Maret 2012 ... 78

Tabel 21. Perangkat Framing Entman Detik.com Tanggal 21 Maret 2012 ... 80

Tabel 22. Perangkat Framing Entman Detik.com Tanggal 21 Maret 2012 ... 83


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Februari 2012, pemberitaan mengenai isu pencabulan yang dilakukan oleh Habib Hasan mulai menjadi sorotan masyarakat. Beliau diduga melakukan tindakan pencabulan kepada beberapa muridnya. Habib Hasan merupakan pendiri sekaligus pemimpin majelis taklim dan dzikir Nurul Musthofa.

Habib Hasan bin Ja‟far bin Umar bin Ja‟far Assegaf atau biasa dikenal

dengan Habib Hasan, lahir di Bogor tahun 1977. Tahun 2000 dia mendirikan Majelis Taklim Nurul Musthofa, ketika usianya menginjak 23 tahun. Barulah pada tahun 2005 di bentuk Yayasan Nurul Mustofha yang sudah mendapat izin resmi dari Departemen Agama RI. Saat ini, Majelis Taklim Nurul Mustofha selalu dibanjiri ribuan jamaah setiap kali diadakan pengajian. Nurul Mustofha sendiri termasuk majelis taklim dengan jamaah terbesar di Jakarta selain Majelis Rasulullah pimpinan Habib Mundzir Al-Musawa.

Isu ini bermula dari sebuah pengakuan sejumlah murid Habib Hasan terkait tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Habib Hasan. Para korban melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya dengan nomor laporan TDL/4432/12/2011/PMJ/Dit.Reskim 2011, terkait tindakan pelecehan seksual.1 Laporan tersebut diajukan oleh 11 remaja putra yang mengaku menjadi korban pencabulan Habib Hasan. Mereka rata-rata berusia 12 hingga 22 tahun.

1


(13)

Kasus ini mulai mencuat setelah lima dari 11 remaja itu mengadu ke Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia pada 9 Februari 2012. Isu ini pun kian memanas dengan adanya laporan korban tentang pesan mesum yang terdapat di dalam telepon seluler dan akun Facebook beliau. Ditambah sejumlah percakapan yang termuat dalam SMS, surat elektronik, status Facebook, dan pesan dalam blackberry yang diduga melibatkan Habib Hasan dengan santrinya.

Kasus ini pun menarik perhatian khalayak. Banyak pro dan kontra terkait pemberitaan isu ini. Ada dua pandangan yang berkembang seputar kasus ini. Ada yang menyatakan kasus ini menunjukkan kebobrokan Habib Hasan sebagai seorang pendakwah. Ia dianggap guru yang tidak baik karena mengajarkan tindakan tidak terpuji terhadap muridnya. Di pihak lain, ada yang menyatakan kasus ini hanya sebuah fitnah atau cara untuk menghambat laju dakwah sang Habib yang sedang naik daun.

Sebagai alat penyampai berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Lebih dari itu, penyampaian berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Setiap penulisan berita menyimpan ideologi/latar belakang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh. Dalam suatu berita tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intristik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang bisa diterapkan untuk menentukan kelayakan berita (newsworthy). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita


(14)

3

adalah mengandung aktualitas (timeliness), kedekatan (proximity), hal baru (novelty), dampak (conseguence), konflik (conflict), ketegangan (suspence), kemanusian (human interest), kejahatan dan seks.2

Diakui atau tidak, wartawan memiliki kekuatan dalam mengungkapkan peristiwa melalui media massa sebagai wadah pembingkaian (framing) berita. Melalui pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan angle, penambahan gambar, maka berita yang ditulis wartawan menjadi menarik.3

Media massa memiliki kekuatan untuk memilih isu apa yang diangkatnya untuk menjadi pembicaraan publik. Khalayak sering tidak sadar bahwa apa yang mereka ketahui dari media massa merupakan sesuatu yang sudah dipilih dan disaring oleh media. Masyarakat memang memiliki kebebasan untuk tidak menerima apa yang disajikan media secara mentah-mentah namun masyarakat sama sekali tidak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dijadikan wacana oleh media.

Menurut Reese dan Shoemaker, setiap berita yang disajikan oleh media

tentunya telah didesain dengan “kepentingan” media baik secara internal maupun

eksternal. Dengan demikian, maka teks media sangat dipengaruhi oleh pekerja media secara individu, rutinitas media, organisasi media itu sendiri, institusi diluar media, dan oleh ideologi.4

2

Luwi Ishwara, Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), h. 53.

3

Eni Setiani, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Yogyakarta: ANDI, 2005) h.67.

4

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of Influence on Mass Media Content, (New York: Longman Publishing Group, 1996), h. 223.


(15)

Karena media massa dengan insan pengelolanya memiliki berbagai kepentingan, termasuk kepentingan politik maupun ekonomi yang dikusai negara-negara barat ataupun juga ada keterbatasan profesionalisme, maka tak jarang berita di suatu media tidak memenuhi standar jurnalisme. Institusi pers haruslah objektif dalam mengulas sebuah fakta dengan informasi yang diperolehnya. Objektivitas dalam arti akurat dan tidak berpihak.5

Berkembangnya teknologi dan informasi media massa saat ini semakin memberikan fleksibelitas akses kepada publik. Media massa yang semula tertuju pada cetak beralih pada media elektronik dan kini ramai dengan media online. Media online merupakan situs yang dijadikan sebagai media untuk menyebarkan berita atau informasi. Melalui media online berbagai berita atau informasi dengan cepat dapat disebarkan secara luas, lebih cepat dan lebih terbuka. Dengan hadirnya media online kebutuhan khalayak akan informasi terkini dengan cepat dan tepat dapat terpenuhi.

Internet adalah sebuah dunia maya jaringan komputer yang terbentuk dari milyaran komputer diseluruh dunia. Internet berasal dari kata atau Interconnection Networking. Inter yang disingkat dari kata International yang berarti seluruh dunia. Connection berarti hubungan dan Networking ialah jaringan komputer pribadi.6

Kasus pencabulan yang melibatkan Habib Hasan menjadi perhatian menarik bagi media massa untuk memberitakannya, terutama media online.

5

Henri Subiakto, Yan Yan Cahyana, Sri Moerdijati, Rachmah Ida, “Objektivitas

Pemberitaan Pers Indonesia”, Jurnal Penelitian Dinamika Sosial, Vol. 1 no. 3 Desember 2000, h. 50-61.

6

Michel R. Wijela, Kursus Kilat 24 Jurus Internet Explorer, (Jakarta: PT. Dinastindo, 1997), Cet. Ke-1, h.2.


(16)

5

Republika.co.id dan detik.com merupakan media online yang secara konsisten melakukan pemberitaan terkait isu pencabulan yang dilakukan Habib Hasan. Kedua media tersebut merupakan media online pertama yang lahir di Indonesia dengan banyak pembaca yang tersebar hampir di wilayah Indonesia.

Adapun penulis menganggap penelitian ini penting karena untuk mengetahui bagaimana republika.co.id dan detik.com mengkonstruksi berita isu pencabulan oleh Habib Hasan. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat bagaimana suatu realitas yang sama dilihat oleh dua media yang mempunyai dua sudut pandang yang berbeda. Alasan penulis memilih kedua media tersebut karena, ingin melihat bagaimana republika.co.id yang mengedepankan komunitas muslim sebagai basis pengunjungnya melihat isu pencabulan yang melibatkan seorang tokoh agama ini.7 Serta detik.com yang tidak mengedepankan komunitas agama tertentu sebagai basis pengunjungnya melihat isu pencabulan yang diduga dilakukan Habib Hasan. Sedangkan penelitian ini menarik karena kasus ini menyangkut seorang mubaligh sebuah majelis taklim ternama yang diklaim mencabuli santrinya sendiri. Habib Hasan adalah seorang yang bergelar Habib, yang hanya diberikan kepada orang yang bergaris keturunan dengan nabi Muhammad SAW.

Penulis menganalisis pemberitaan seputar isu pencabulan yang dilakukan Habib Hasan di republika.co.id dan detik.com dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat

7


(17)

bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.8 Sehingga penulis menggunakan analisis framing untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi isu pencabulan oleh Habib Hasan. Model framing yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Robert N. Entman.

Berdasarkan asumsi dan penjelasan diatas maka penulis mengangkat judul

“Analisis Framing Pemberitaan Isu Pencabulan Oleh Habib Hasan Bin

Ja’far Assegaf Pada Situs republika.co.id dan detik.com”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Melihat pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis membatasi penelitian pada bagaimana republika.co.id dan detik.com membingkai berita isu pencabulan oleh Habib Hasan selama periode bulan Maret 2012.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dijabarkan penulis, maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana pemberitaan isu pencabulan oleh Habib Hasan yang dikonstruksi oleh republika.co.id dan detik.com selama periode bulan Maret 2012 ?

2. Bagaimana proses produksi teks pada republika.co.id dan detik.com terhadap pemberitaan isu pencabulan oleh Habib Hasan selama periode bulan Maret 2012 ?

8

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2011), h. 11.


(18)

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemberitaan dikonstruksi oleh republika.co.id dan detik.com terhadap isu

pencabulan oleh Habib Hasan bin Ja‟far Assegaf. Serta untuk mengetahui

bagaimana produksi teks pada republika.co.id dan detik.com terhadap pemberitaan isu pencabulan oleh Habib Hasan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah khazanah pengetahuan, khususnya memberikan ilmu pengetahuan tentang model framing Robert N. Entman.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi komunikasi, terutama mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Kosentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana pembingkaian pemberitaan isu pencabulan oleh Habib Hasan bin Ja‟far Assegaf pada republika.co.id dan detik.com.

b. Untuk melengkapi penelusuran koleksi skripsi pada perpustakaan Fakuktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sehubungan dengan belum adanya penelitian khusus tentang framing pemberitaan isu pencabulan


(19)

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis framing Robert N. Entman. Sebagai penelitian yang berlandaskan pada paradigma konstruksitivisme maka kecenderungan penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian dengan jenis kualitatif ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kuantitatif yang berbasis pada paradigma positivistik (positivisme-empiris).9

Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi lapangan. Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.10

Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan

9

Antonious Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: GITANYALI, 2004), h. 184.

10

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigama, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 303.


(20)

9

sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.11

Teknik sampling pada penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang nonkualitatif. Pada penelitian nonkualitatif sampel itu dipilih dari satu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi, sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi. Selain itu dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).12

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Republika.co.id di Graha Pejaten No. 5E-F di Jl. Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510. Telp. 021-7997901, Fax. 021-7997903, email: newsroom@rol.republika.co.id webmaster@rol.republika.co.id. Penelitian juga dilakukan di Detik.com di

11

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Cet-26, h. 224.


(21)

Aldevco Octagon Building, Lt. 2, Jl. Warung Buncit Raya No. 75, Jakarta Selatan 12740. Telp. 021-7941177, Fax. 021-7944472, email: redaksi@staff.detik.com.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah republika.co.id dan detik.com sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah enam berita pada bulan Maret 2012 oleh republika.co.id dan detik.com. Karena, keenam berita tersebut sudah mewakili gambaran pembingkaian dari republika.co.id dan detikcom mengenai pemberitaan isu pencabulan oleh Habib Hasan bin Ja‟far Assegaf

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: a. Wawancara, dalam riset kualitatif yang disebut sebagai wawancara

mendalam atau wawancara intensif dan kebanyakan tak berstruktur.13 Dengan tujuan mendapatkan data yang mendalam. Penulis melakukan wawancara dengan Redaktur Pelaksana republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto dan Redaktur Pelaksana detik.com, Irwan Nugroho tentang kebijakan redaksional republika.co.id dan detik.com dalam mengemas pemberitaan kasus dugaan pencabulan oleh Habib Hasan.

b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data yang bersangkutan dengan penelitian ini atau sumber-sumber tertulis dari bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang dimaksud. Dokumentasi yang dilakukan penulis berupa mengkliping data tertulis yang terdapat

13

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet II, h. 96.


(22)

11

pada republika.co.id dan detik.com tentang berita mengenai kasus dugaan pencabulan Habib Hasan dan juga data tentang profil republika.co.id dan detik.com. Peneliti juga menggunakan beberapa referensi buku yang terkait dan mendukung penelitian ini.

5. Teknik Analisa Data

Penelitian menggunakan teknik analisis framing Model Robert E. Entman. Teknik framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman terdiri dari empat konsep, yaitu: problem identifications (Identifikasi masalah), causal interpretation (Identifikasi penyebab masalah), moral Identification (evaluasi moral), dan treatment recommendation (Saran penanggungan masalah).

Tabel 1

Konsep Framing Model Robert N. Entman14

Define Problems

(pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes

(memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement

(membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau medelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

14


(23)

Selanjutnya data diolah dengan penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada model Robert N. Entman, sehingga penyajian tabel serta teori itu akan tampak perbedaan dua media online tersebut dalam mengangkat pemberitaan seputar isu pencabulan oleh Habib Hasan.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development And Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas mengenai analisis framing dan menjadi acuan dalam penelitian ini. Adapun tinjauan pustaka tersebut ialah:

Skripsi karya Emmi Sumiati, Mahasiswi Kosentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta, lulus tahun 2009 dengan judul “Analisis Berita Pernikahan Syekh Puji

dengan Pendekatan Framing Teori Robert N Entman. Skripsi ini mengenai pemberitaan-pemberitaan Syekh Puji dengan gadis yang masih dibawah umur, Mariana Ulfa. Penelitian ini membandingkan berita-berita tersebut yang terdapat pada situs kompas.com dan republika.co.id dengan menggunakan analisis Framing model Robert N. Entman. Hasil penelitian tersebut mengatakan Republika.co.id melihat kasus ini sebagai masalah hukum dan moral sedangkan


(24)

13

Kompas Online melihat kasus ini sebagai masalah hukum. Penulis memilih skripsi tersebut karena menggunakan media yang sama yaitu republika.co.id. Hal yang membedakan dari penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian terdahulu membandingkan Republika.co.id dengan Kompas Online sedangkan penulis membandingkan pemberitaan di Republika.co.id dengan Detik.com, serta pembahasan topik pemberitaan yang berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini menerangkan tentang konseptualisasi berita, pengertian, efek dan fungsi media massa, teori konstruksi sosial dan teori tentang framing.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini berisikan tentang gambaran umum situs republika.co.id dan detik.com. Yaitu berupa profil republika.co.id, sejarah republika.co.id, visi dan


(25)

misi, struktur redaksional republika.co.id serta profil detik.com, sejarah detik.com, visi dan misi, struktur redaksional detik.com.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini menjelaskan analisa berita isu pencabulan oleh Habib Hasan di republika.co.id dan detik.com dengan menggunakan analisis framing.

BAB V PENUTUP

Bab ini berupa simpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan yang menjadi penutup dari pembahasan.


(26)

15 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita

Berita dalam bahasa Inggris yakni “News”. Menurut Mitchel V. Charnley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru harus secepatnya disampaikan.1

Istilah “berita” berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi Write, yang memiliki arti “ada” atau

“terjadi”. Sebagian ada yang menyebutnya Vritta masuk dalam Bahasa Indonesia

menjadi “berita” atau “warta”.2

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.3

Ada beberapa definisi tentang berita, diantaranya:4

a. Dean M. Lyle Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca. b. Dr. Williard C. Bleyer menganggap berita adalah sesuatu yang termassa

(baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena

1

AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64

2

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. III, h. 46

3

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 40 4


(27)

itu, ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca surat tersebut.

c. William S. Maulsby menyebut berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

d. Eric C. Hepwood mengatakan berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

e. Dja‟far H. Assegaff mengartikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termassa dan dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa; karena penting atau akibatnya; karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.

f. J. B. Wahyudi mendefinisikan menulis berita sebagai laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan media massa secara periodik.

g. Amak Syarifuddin mengartikan berita adalah suatu kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik mass media. Merujuk dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan


(28)

17

atau penting bagi sebagian khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet.5

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir (memilah-milih) dan menentukan peristiwa dan tema dalam satu kategori tertentu.6 Ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana berita tersebut diproduksi. Faktor-faktor tesebut adalah:7

a. Rutinitas Organisasi

Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita, dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan keteraturan kerja yang dijalankan setiap hari.

b. Nilai Berita

Nilai berita bukan hanya menentukan peristiwa apa yang akan diberitakan, tetapi juga bagaimana berita dikemas. Peristiwa tidak lantas dapat disebut sebagai berita tetapi ia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita.

c. Kategori Berita

Kategori dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek peristiwa yang menjadi berita.

d. Ideologi Profesional/Objektivitas

Objektivitas dalam produksi berita digambarkan sebagai tidak mencampuradukkan antara fakta dan opini. Objektivitas merupakan

5

A.S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64

6

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2011), h. 119

7Ibid,


(29)

standar professional yang berhubungan dengan jaminan bahwa apa yang disajikan adalah suatu kebenaran. Menurut Michael Bugeja Objectivity is seeing the world as it is, not how you wish it were. (Objektivitas adalah melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan semestinya).8

2. Nilai Berita

Setiap hari ada jutaan peristiwa yang terjadi, dan jutaan peristiwa itu semuanya potensial dibentuk menjadi berita. Kenapa hanya peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu saja yang layak dan bisa disebut berita.9

Berita berasal dari peristiwa yang dianggap memiliki nilai-nilai berita adalah produk dari konstruksi media. Untuk melihat pembagian konstruksi berita oleh media lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Nilai-nilai Berita10

Prominence Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan hanya kejadian-kejadian penting. Seperti Presiden atau jatuhnya pesawat terbang yang menewaskan seluruh penumpang. Human Interest Peristiwa baru bisa disebut sebagai

berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak, seperti bencana Tsunami di Aceh, dll.

8

Luwi Ishwara, Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme dasar, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), h. 44.

9

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.123. 10Ibid,


(30)

19

Conflict/Contriversy Peristiwa baru dianggap suatu berita, kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung konflik atau kontroversi. Unusual Peristiwa yang jarang atau tidak biasa. Proximity Peristiwa yang dekat lebih layak

diberitakan, baik fisik/emosional.

Daftar tabel di atas hanya ingin menunjukkan bagaimana peristiwa yang begitu banyak setiap hari, yang terjadi hampir setiap saat, diseleksi. Nilai berita merupakan konstruksi sosial. Ia menentukan apa yang layak dan apa yang bisa di sebut berita. Jika mengacu pada nilai berita maka peristiwa yang negatif, konflik, kontroversi, jarang terjadi, penting, dan semakin berkaitan peristiwa tersebut dengan khalayak maka semakin dapat dianggap sebagai berita.11

3. Kategori dan Jenis Berita

Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Kenapa sebuah peristiwa dapat dibilang sebagai berita sementara peristiwa yang lain tidak, ini adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah konstruksi ia menentukan mana yang dianggap berita mana yang tidak, mana yang penting dan yang tidak penting. Selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut kategori berita.12

Secara umum, seperti dicatat Gaye Tuchman, wartawan memakai lima kategori berita: hard news, soft news, spot news, developing news, dan continuing news. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek

11

Ibid, h. 107. 12Ibid,


(31)

peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:13

1. Hard news, berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah dari sudut kecepatannya diberitakan. Peristiwa yang masuk dalam kategori hard news ini bisa peristiwa yang direncanakan, bisa juga peristiwa yang tidak direncanakan.

2. Soft news, Kategori berita ini berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest). Jika dalam hard news, peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang terjadi saat itu dan dibatasi oleh waktu, maka soft news tidak. Ia bisa diberitakan kapan saja karena yang menjadi ukurannya adalah apakah informasi yang disajikan kepada khalayak tersebut menyentuh emosi dan perasaan khalayak.

3. Spot news adalah sub klasifikasi dari berita yang berkategori hard news. Dalam spot news, peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan. Peristiwa kebakaran, pembunuhan, kecelakaan, gempa bumi adalah jenis-jenis peristiwa yang tidak bisa diprediksikan.

4. Developing news adalah sub klasifikasi dari hard news. Baik spot news maupun developing news umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi dalam developing news dimasukan elemen lain, peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya.

13Ibid,


(32)

21

5. Continuing news adalah sub klasifikasi lain dari hard news. Dalam continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksikan dan direncanakan.

Sedangkan jenis berita diketahui terdapat lima jenis, yaitu Straight News, Deep News, Investigation News, Interpretative News dan Opinion News. Kelima jenis berita tersebut akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Jenis-jenis Berita14

Straight News Berita yang langsung pada sasaran secara singkat dan lugas. Diberitakan dengan tanpa mencampurbaurkan opini penulis, disiarkan secara cepat biasanya menjadi berita utama.

Deep News Berita mendalam, dikembangkan

dengan pendalaman hal-hal yang ada dibawah suatu permukaan.

Investigation News Berita yang dihasilkan lewat sebuah proses penyelidikan atau investigasi yang biasanya diangkat dari kasus penting yang diketahui oleh masyarakat luas. Serta berdasarkan penelitian dari berbagai sumber.

Interpretative News Berita yang dikembangkan dari pendapat wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.

Opinion News Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat pakar cendekiawan mengenai suatu hal.

14

Asep Syamsul Ramli, Jurnalistik Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.23.


(33)

B. Pengertian, Efek dan Fungsi Media Massa 1. Pengertian Media Massa

Istilah media massa bisa berarti perantara, media berasal dari bahasa

Yunani, yakni media. Adapun pengertian semantiknya yaitu “Segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (alat untuk mencapai suatu tujuan)”.15

Media massa (Mass Media) adalah saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-Rom, komputer, TV, radio, dan sebagainya.16 Menurut Kurt Lang dan Gladys Engel Lang, media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media massa secara konstan menghadirkan objek-objek yang menunjukkan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui, dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat.17

2. Efek Media Massa

Menurut M Chaffe, media massa mempunyai efek yang berkaitan dengan perubahan sikap, perasaan dan perilaku komunikannya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa media massa mempunyai efek kognitif, efek afektif dan efek konatif/behavioral. Penjelasannya adalah sebagai berikut:18

15

Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163. 16

Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008), h. 41.

17

Warner J. Severin dan James Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan Dalam Media Massa, (Jakart: Prenada Media Group, 2007), h. 264.

18

Elvinaro Adrianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,


(34)

23

a. Efek Kognitif

Adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

b. Efek Afektif

Tujuan dari media massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira dan sebagainya. c. Efek Konatif/behavioral

Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

3. Fungsi Media Massa

Ada banyak pendapat yang menjelaskan apa fungsi media massa. Definisi fungsi media massa mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Walaupun satu pendapat dengan pendapat yang lain berbeda tetapi mempunyai titik tekan yang sama.

Menurut Elvinaro, media massa berfungsi sebagai pemberi informasi, sarana edukasi, pengawas, pewarisan nilai-nilai, hiburan dan persuasif. Dari ke enam fungsi media massa yang paling menonjol adalah berfungsi sebagai


(35)

informasi.19 Kemudian Dominic menambahkan bahwa media massa juga bisa berfungsi sebagai pengawas dan penafsiran.20

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan fungsi dari media massa. Menurut Jay Black dan Federick C. Whitney (1988) fungsi dari media massa antara lain:21

a. to inform (menginformasikan) b. to entertaint (memberi hiburan) c. to persuade (membujuk), dan

d. transmission of the culture (transmisi budaya).

Fungsi media massa menurut H.R.G Radityo Gambiro adalah “Pers sebagai media massa, berfungsi sebagai pemberi informasi, penyalur aspirasi

rakyat dan sebagai mitra yang kritis bagi pemerintah”.22

4. Media Online

Internet adalah jaringan dunia yang mengembangkan ARPANET, suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi yang berjejaringan ini dengan cepat ditangkap oleh peneliti dan pendidik secara umum.23 Internet kemudian menjadi suatu fenomena baru, dengan internet semua orang dibelahan dunia manapun dapat berkomunikasi dengan cepat dan mudah.

19

Ibid., h. 32. 20Ibid.,

h. 15. 21

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 64.

22“13 tahun menuju kematangan,”

Republika, 4 Januari 2006. 23

Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan Dalam Media Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), h. 457.


(36)

25

Menurut Ashadi siregar, media online adalah sebutan umum untuk sebuah media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio online, televisi online, mail online dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya.24

Semenjak internet berkembang sangat pesat dan semakin canggih, jurnalistik lewat dunia maya pun berkembang. Kita menyebutnya dengan jurnalisme media online. Di Indonesia sendiri perkembangan jurnalistik media online dapat dilihat dengan banyaknya bermunculannya situs-situs berita, seperti detik.com, vivanews.co.id, dan okezone.com. Bahkan koran-koran nasional pun ikut membuat versi online, seperti Republika online, Kompas online, dan Media Indonesia online.

Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet (website). Sedangkan menurut kamus bebas Wikipedia mendefinisikan jurnalisme online sebagai pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet.25 Melalui jurnalisme online infomasi bisa disajikan dengan cepat, interaktif dan bisa langsung dipublikasikan saat kejadian sedang berlangsung.

Keunggulan jurnalisme online secara detail dikemukakan James C. Foust dalam bukunya, Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web (2005):26

24

Dikutip dari artikel bebas http://bincangmedia.wordpress.com pada 3 September 2012. 25

Dikutip dari artikel bebas http://www.shvoong.com pada 3 September 2012. 26Ibid.


(37)

1. Audience Control, yaitu audiens lebih leluasa dalam memilih berita. 2. Nonlienarity, yakni tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri

atau tidak berurutan.

3. Storage and Retrieval, adalah berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah.

4. Unlimited Space, yaitu memungkinkan jumlah berita jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.

5. Immediacy, yakni cepat dan langsung.

6. Multimedia Capability, yaitu bisa menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita.

7. Interactivity, yakni memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca.

Adapun perbedaan antara media online dengan media cetak dan elektronik yaitu:27 Pertama, pada media online berita-berita yang disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di-up date. Peristiwa-peristiwa besar yang baru saja terjadi sudah dapat diketahui dengan membaca media online, masyarakat tidak harus menunggu esok hari lewat koran atau pekan depan lewat majalah. Faktor kecepatan inilah yang tidak diperoleh lewat media cetak.

Kedua, dalam media online sangat mudah untuk mengakses berita-berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer atau laptop yang dipasang internet, tetapi lewat ponsel atau HP pun bisa sehingga sangat mudah dan praktis. Pembaca juga bisa berbagi cerita-cerita penting dari media online itu

27


(38)

27

kepada banyak orang yang tidak bisa dilakukan di media cetak maupun elektronik.

Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan. Pembaca dapat mengekspresikan pikiran dan unek-uneknya. Jadi, pembaca tidak perlu menulis surat pembaca yang pemuatannya bisa memakan waktu beberapa hari.

C. Konstruksi Sosial

Social construction (konstruksi sosial) pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman bahwa realitas bukan natural tapi dikonstruksi, adanya realitas karena hasil konstruksi manusia. Jadi, konstruksi sosial adalah pengembangan pola pikir masyarakat atau khalayak melalui isi yang terdapat pada media. Dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, Berger dan Luckman menyatakan bahwa pengertian dan pemahaman kita terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu.28

Kajian pokok Berger dan Luckman adalah manusia dan masyarakat. Dalam kajian ini Berger dan Luckman menjelaskan tentang pemikiran manusia mengenai proses sosial. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan

28

Peter L. Berger dan Thomas Luckman, The Social Construction of Reality, A Treatise in The Sociological of Knowledge (terj.) Hasan Basari (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 75.


(39)

interaksi manusia, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.29

Menurut Berger proses dialektis memiliki tiga tahapan:30

1. Eksternalisasi, yaitu ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik kegiatan mental maupun fisik. Misalnya, manusia lahir dan terus berkembang. 2. Objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental muapun fisik dari

kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Misalnya, produk yang telah dihasilkan oleh manusia, seperti meja, kursi, ataupun bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi.

3. Internalisasi, yaitu penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Misalnya manusia berinteraksi dan bersosialisasi.

Konstruksi sosial media massa diambil dari pendekatan teori konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckman dengan melihat fenomena media massa dalam proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi, yang akan dijelaskan sebagai berikut:31

29

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, h. 189.

30

Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran/ Geger Riyanto,

(Jakarta: LP3ES Indonesia, 2009), Cet I, h. 110-111. 31

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat, h. 203-212.


(40)

29

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi: sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi

berlangsung melalui: (a) konstruksi realitas pembenaran; (b) kesediaan dikonstruksi oleh media massa; (c) sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.

Menurut Ibnu Hamad dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualitas dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. Keberadaan bahasa diungkapkan Ibnu Hamad tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra) yang akan dimunculkan di benak khalayak, terutama dalam media massa.32

32

Ibnu Hamad, Agus Sudibyo, Mohamad Qodari, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69.


(41)

Dalam hal ini pendekatan konstruksionis memiliki penilian tersendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat:

1. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi

Realitas berita dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu wartawan, karena realitas bisa berbeda-beda tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

2. Media adalah agen konstruksi

Media adalah subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihaknya.

3. Berita bukan realitas

Berita yang kita baca hanya konstruksi dari realitas kerja jurnalistik yang hadir di hadapan khalayak.

4. Berita bersifat subjektif atau konstruksi realitas

Opini tidak dapat dihilangkan ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

5. Etika

Pilihan moral dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita.33

D. Analisis Framing 1. Konsep Framing

Gagasan mengenai Framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat

33


(42)

31

kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.34

Terdapat berbagai definisi mengenai framing yang dikemukakan oleh berbagai ahli. Menurut Todd Gitlin mendefinisikan framing sebagai: “Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, presentasi aspek tertentu dari realitas”.35

Menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik. Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak.36

Sementara itu, Robert N. Entman mendefinisikan framing yaitu suatu proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan

34

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet IV, h. 162.

35

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.78. 36Ibid,


(43)

informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.37

Pada dasarnya, Framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa, cara bercerita itu tergambar itu tergambar pada “cara

melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh

pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis Framing adalah analisa yang dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.38

Gans, Shomaker dan Reeses seperti dikutip Darmanto, menyarankan paling sedikit harus ada tiga pengaruh potensial dalam menframing berita, yaitu:39

a. Faktor pertama, yaitu pengaruh wartawan. Wartawan akan lebih sering membuat konstruksi analisis untuk membuat perasaan memiliki akan kedatangan informasi. Wartawan dalam menulis dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti ideologi, perilaku, norma-norma profesional dan akhirnya lebih mencirikan jalan wartawan dalam mengupas berita. b. Faktor kedua, yang mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan

pendekatan yang digunakan wartawan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik atau yang disebut “rutinitas

organisasi”.

c. Faktor ketiga, yaitu pengaruh dari sumber-sumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.

37Ibid, h. 77. 38

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 10.

39

Darmanto, Makalah: Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita dengan Analisa Framing, (T.tp: Universitas Brawijaya-Fakultas Teknik jurusan Teknik Mesin, 2004), h. 3.


(44)

33

Eriyanto menyebutkan ada dua dimensi yang mempengaruhi konsep Framing, yaitu:40

a. Dimensi Psikologis, framing adalah upaya atau strategi wartawan untuk menekankan dan membuat pesan menjadi bermakna, lebih mencolok dan diperhatikan publik. Secara psikologis, orang cenderung menyederhanakan realitas dan dunia yang kompleks bukan hanya agar lebih sederhana dan dapat dipahami, tetapi juga agar lebih mempunyai perspektif /dimensi tertentu, karenanya realitas yang sama bisa jadi digambarkan secara berbeda oleh orang yang berbeda karena mempunyai pandangan atau perspektif yang berbeda pula.

b. Dimensi Sosiologis, pada level ini frame dilihat terutama untuk menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang berita dan pembuat berita membentuk berita secara bersama-sama. Berita adalah produk dari institusi lainnya. Berita adalah produk dari profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikonstruk. 2. Efek Framing

Framing berkaitan dengan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. Dari definisi di atas, sudah tergambar apa efek framing. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda.41

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai

40

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 83-94. 41Ibid


(45)

sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal oleh khalayak. Karena itu, framing menolong khalayak untuk memproses informasi ke dalam kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka.42 Efek lainnya dari framing adalah mobilisasi massa. Ini diakibatkan adanya usaha setiap media massa dalam pembentukan opini publik untuk mengemas suatu realitas atau isu tertentu, yang mengakibatkan pemahaman khalayak yang berbeda atas suatu isu yang terjadi. Keberhasilan media dalam pembentukan perspektif yang diinginkan tergantung pada kemampuan suatu media dalam mengemas suatu isu menjadi sebuah berita. Semua itu membutuhkan frame: bagaimana isu dikemas, bagaimana peristiwa dipahami, dan bagaimana suatu kejadian dimaknai.

3. Model Framing Robert N. Entman

Ide perihal Framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1995. Frame pada awalnya dimaknai sebagai bentuk struktur konseptual yang mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.43

Terdapat empat model atau rumusan yang membahas mengenai framing. Empat model tersebut yakni, model framing Murray Edelman, model framing

42

Ibid, h. 166. 43

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), Cet. I, h. 180.


(46)

35

Robert N. Entman, model framing William A. Gamson dan model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Murray Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi: pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Kategorisasi dalam pandangan Edelman, merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran. Kategori membantu manusia memahami realitas yang beragam dan tidak beraturan tersebut menjadi realitas yang mempunyai makna. Kategorisasi itu merupakan kekuatan besar dalam memengaruhi pikiran dan kesadaran publik.44

Menurut Gamson dan Modigliani frame adalah cara bercerita atau gugusan ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Ada dua perangkat dalam model framing Gamson dan Modigliani, yaitu framing device (perangkat framing) dan reasoning devices (perangkat penalaran).45

Model framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Dalam model ini perangkat framing dibagi ke dalam empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis, berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Kedua, struktur skrip, berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik, berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam

44

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 186-187. 45Ibid


(47)

proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan dan keempat, struktur retoris, berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita.46

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.47

Tabel 4

Dimensi Framing Model Robert N. Entman48

Seleksi Isu Aspek ini berhubungan dengan

pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (exclude). Tidak semua aspek atau bagian isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan Aspek Tertentu dari Isu Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

46

Ibid, h. 293-294. 47

Ibid, h. 221. 48Ibid


(48)

37

Tabel 5

Konsep Framing Model Robert N. Entman49

Define Problems

(pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes

(memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement

(membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikam untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau medelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan ketika ada peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara

49Ibid


(49)

berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.50

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.51

Elemen framing yang lainnya yakni, Treatment recommendation (menekankan penyelesaiannya). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.52

50

Ibid, h. 225. 51

Ibid, h. 226. 52Ibid


(50)

39 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Republika.co.id

1. Sejarah Singkat Republika.co.id

Republika merupakan koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan Komunitas Muslim bagi publik di Indonesia. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993. Terbitnya Republika diperoleh atas upaya-upaya Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang sukses menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan pada saat itu.

Keberhasilan Republika menapaki 10 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993. Selain dituntut piawai berhitung, pengelola koran juga harus jeli, cerdik, dan kreatif bersiasat untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Sejak awal, Republika memang dekat

dengan “sesuatu yang baru”. Tatkala lahir, Republika menggebrak dengan

tampilan “Desain Blok” yang tak lazim. Republika pun mampu menyabet gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993.

Tahun 1995, Republika menyajikan layanan berita di situs web internet, dengan alamat www.republika.co.id. Ini adalah koran pertama di Indonesia yang tampil di dunia internet, situs ini kemudian dinamakan Republika.co.id. Republika.co.id yang biasa disebut ROL muncul pertama kali di internet pada awal 1995 atau sekitar dua tahun setelah surat kabar Republika terbit. Pada saat


(51)

itu, muatan Republika.co.id hanya menduplikasi materi berita-berita koran Republika secara lengkap.

Tujuan utama penerbitan Republika versi internet adalah untuk melayani pembaca yang tidak terjangkau distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada di luar negeri. Pada fase berikutnya Republika.co.id secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai layanan web dan materi beritanya pun lebih diperkaya.1

Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan Republika.co.id tetap mengedepankan Komunitas Muslim sebagai basis pengunjungnya. Oleh karena itu, Republika.co.id lebih mengangkat content-content bermuatan Islam. Dengan ideologi tersebut Republika.co.id menjadi media online yang berciri khas keislaman.

Republika.co.id dibangun dengan pertimbangan bahwa masa depan media itu adalah online. Sayangnya tidak dikelola dengan baik, jadi masih menganggap bahwa online itu adalah bagian dari koran. Republika.co.id mulai membenahi online-nya pada 2010 tapi masih belum optimal. Baru sejak tahun 2012 mulai ada titik optimal artinya, keberadaan Republika.co.id betul-betul diterima oleh masyarakat. Pertimbangan Republika masuk ke ranah online karena masa depan media di dunia mana pun adalah online.2

Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, Republika.co.id kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan campuran

1

Dokumentasi resmi Republika.co.id

2

Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika.co.id, M. Irwan Ariefyanto, Jakarta, 24 Oktober 2012.


(52)

41

komunikasi media digital. Informasi yang disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa dipercaya. Selain menyajikan informasi, Republika.co.id juga menjadi rumah bagi komunitas. Republika.co.id kini juga hadir dalam versi English.3

2. Visi dan Misi Republika.co.id4

a. Visi

Menjadikan HU Republika sebagai koran umat yang terpecaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin.

b. Misi

Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efesien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara profesional.

3. Produk Republika.co.id5

a. Portal internet multimedia yang menampilkan content dalam format teks, voice, visual dan mendistribusikan content secara online, mobile, dan print.

b. Media interaktif komunitas Muslim untuk membangun partisipasi dan kesadaran umat terhadap pluralisme informasi berkualitas.

3

http://www.republika.co.id/page/about diakses pada 5 November 2012 4

Dokumentasi Resmi Republika.co.id

5


(53)

c. Fokus pada pengembangan content berbasis keislaman.

d. Memberi ruang informasi sangat luas dan cepat. “Tersaji begitu

terjadi”.

e. Melayani segmen audiens level SES Class A-B dengan usia 18-50 tahun.

4. Prinsip Dasar Republika.co.id6

a. Mengutamakan berita dan informasi interaktif dalam format netizen (citizen journalism).

b. Memberi ruang luas bagi content how to, tips, people, dan services. c. Santun, ramah dan akrab dengan keluarga.

d. Dekat dengan semua komunitas.

e. Mengutamakan berita dan informasi keislaman. f. Menyeimbangkan good news dengan bad news. g. Menyajikan berita secara ringkas dan cepat. h. Mudah diakses.

5. Struktur Organisasi Republika.co.id

Berdasarkan data Company Profil Republika.co.id berikut adalah susunan redaksi Republika.co.id.

Tabel 6

Struktur Organisasi Republika.co.id7

Pemimpin Redaksi : Nasihin Masha

Wakil Pemimpin Redaksi : Arys Hilman Nugraha Redaktur Pelaksana

Republika.co.id :

M. Irwan Ariefyanto

6

Dokumentasi Resmi Republika.co.id

7


(54)

43

Asisten Redaktur Pelaksana

Republika.co.id :

Heri Ruslan

Tim Redaksi : Yeyen Rostiani, Ajeng Ritzki Pitakasari, Djibril Muhammad, Taufiqqurachman Bachdari, Chairul Akhmad, Dewi Mardiani, Endah Hapsari, MiftahulFalah, Hafidz Muftisany, Hazliansyah, Karta Raharja Ucu, Yudha Manggala P Putra, M. Amin Madani, Umi Lailatul, Adi Wicaksono, Hannan Putra, Satya Festiani, Sadly Rachman, Agung Sasongko, Firda Bahalwan, Yunita Sari, Fanny Damayanti

Kepala Sales dan Promosi : Andriyanto

Tim Sales dan Promosi : Danu Fitrio Kanigoro, Ramadani Eka Putra, Siti Rohanah, Achmad Muchlis, WK Hadi Laga, Sri Hartati, Tejo Andriastono, Febi Widyayani

Tim IT dan Desain : Mohamad Afif, Mufti Nurhadi, Dwi Sartika, Abdul Gadir

Powered by : PT Strategi Inisiatif Media (Mahaka Media Subsidiary)

Kepala Support dan GA : Slamet Riyanto

Tim Support dan GA : Erna Indriyanti, Riky Romadon

Keuangan : Wibowo

B. Profil Detik.com

1. Sejarah Singkat Detik.com

Detik.com merupakan portal berita pertama di Indonesia. Diluncurkan pada 1998 namun baru menjadi media berita pada 2004. Sebagai portal berita pertama Detik.com menyajikan berita dengan hitungan menit. Sebagai situs berita, Detik.com menyajikan berita dengan beragam topik, dari politik, ekonomi, keuangan, bisnis, entertainment, sampai olahraga.


(55)

Bermetamorfosis dari sebuah situs berita sederhana yang revolusioner menjadi sebuah portal berita lengkap, one-stop news portal, Detik.com tumbuh menjadi 15 kanal dan kanal komunitas yang terfragmentasi berdasarkan topik, hobi, kawasan geografis, produk dan layanan jasa, yang disajikan melalui web, SMS, WAP dan platform lainnya.8

Terdapat lima orang pendiri Detik.com yaitu, Abdul Rahman, Budiono Darsono, Didi Nugrahadi, Yayan Sopyan dan Calvin Lukmantara. Didi dan Yayan pada 2002-2003 melepas semua sahamnya ke Abdul Rahman, Budiono Darsono, dan Calvin Lukmantara. Tiger Investment kemudian masuk sekitar 2004-2005 dan saham Detik.com terdilusi.

Pada akhir 1996, Agranet Publishing Internet, membuatkan situs kepada Budiono, Yayan, Abdul, Didi, sebelum ada Detik mereka menggunakan nama PT yaitu Agranet. Setelah mereka bisa membuat situs sendiri, kemudian mendapatkan klien yaitu Kompas.com.

Waktu itu Kompas.com ingin redisign, Budiono dan kawan-kawannya mengajukan tender dan menang. Lalu mereka menaruh server-server mereka di AS. Kontennya merupakan pindahan dari edisi cetak. Mereka mendapatkan uang pertamanya dari Kompas.com. Mereka gunakan uang itu sebagai modal. Lalu Budiono dan kawan-kawannya mengatakan ke Kompas akan lebih baik kalu versi online itu isinya berita terus menerus, jadi bukan hanya memindahkan edisi cetak saja. Akan tetapi tidak ada yang melakukannya, akhirnya Budiono dan kawan-kawannya memutuskan untuk membuat sendiri yaitu Detik.com.

8


(1)

Chief Executive Officer Abdul Rahman

Finance & Accounting Mieke Ratna

FINANCE & HR GROUP

Accounting & Tax Oditya H P Group

Division

Department

Section

Accounting Heru

Finance & HR Director T. Edhie Laksono

Tax Planning Priastomo

Treasury Ike

Account Receivable Fitri

Account Payable Sandhya

Budget Control

vacant

Group

Division

Department

Section

Human Resource Development

Nellyana C

Recruit. & Training Development

Nanang S

HR Admin Ayi Y Remuneration


(2)

Chief Executive Officer Abdul Rahman

Content Director (Editor in Chief) Budiono Darsono

Content VP (Vice Editor in Chief)

Non News vacant

News Operation Nurul Hidayati

CONTENT GROUP

Detik Inet Wicak Detik Finance

Nurul Q

Detik Sport Andi S Sururi DetikOto

Dadan

Detik News Indra S

DetikHot Is Mujiarso Group

Division

Department

Section

Data / UGC Map/

Detik Foto Detik TV

Wolipop Ferdy

Detik Health Irna Community

Meliyanti

Blogdetik DetikBandung

Erna Detik Sby

Budi S

New Content Didik S Female Content

Fatia

Group

Division

Department

Section


(3)

Chief Executive Officer Abdul Rahman

Content Director / Editor in Chief Budiono Darsono

Product Management VP Heru Tjatur P

Marketing & Communication

Ine Yordenaya

Product Research & Development

vacant Product Management

Rohalina

PRODUCT MANAGEMENT GROUP

Product Creative Design

Yunus News Portal

Rohalina G

Vertical Portal Ferona

Retail, Community & Facility

vacant Marketing

Communication Gelies

News Portal Rohalina Creative Director

Ray Sebastian

Promotion Administration

Diah Ayu

Product Research & New Development

Asih Sena

Market Analysis & Research

Bambang Group

Division

Department

Section

Group

Division

Department

Section

Business Development Gerri Leo N


(4)

Chief Executive Officer Abdul Rahman

IT & Commerce Director Andry S Huzein

IT Operation Abdul Aziz

IT Research & Development Andreas Andri IT Infrastructure

Sarwani D

INFORMATION TECHNOLOGY GROUP

News Portal Rohalina G

General Support Wahyu News

Ditto

System & Network. Sigit Community

R Gesit

IT Development ? Group

Division

Department

Section

Mobile & Ads Bayoe

Data Base Admin

Mobile Development Viskaya

IT Research Joni Sugianto

Group

Division

Department

Section


(5)

Chief Executive Officer Abdul Rahman

Online Advertising Ghina I

Mobile Yoga Pranandi Retail & Consumer Market

vacant

COMMERCE GROUP

Iklan Baris Emrizah Display Advertising

Nuniek

Small Medium Enterprise vacant

Business Development Ika Probo Group

Division

Department

Section

Support Yudistira

Mobile Operation Dyah Ayu

Partnership Kaisar

Customer Serv Mufti K

Group

Division

Department

Section

DetikFood (Bus. Devt) Odillia IT & Commerce Director


(6)

Chief Executive Officer Abdul Rahman

Operation Director A Sapto Anggoro

General Affair Rachman 'wiwi' Alfianto

OPERATION GROUP

Office Managemnt Ninuk Group

Division

Department

Section

Purchasing

Vacant

Legal Fakih Fahmi

Group

Division

Department

Section