PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY
LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan
Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh
ENSYA WISTI AGNIYA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2013

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY
LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan
Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh
ENSYA WISTI AGNIYA

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas VII di
SMP Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur masih didominasi oleh guru
sehingga siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, hal ini berdampak terhadap
kurang munculnya aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode diskoveri
terhadap aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini adalah

eksperimen dengan desain pretes-postes tak ekuivalen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII A dan VII C yang dipilih dengan teknik

Ensya Wisti Agniya

purposive sampling. Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif berupa aktivitas belajar siswa terhadap penerapan metode diskoveri yang
dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes
yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam semua aspek yang
diamati pada kelas eksperimen mengalami peningkatan. Pada aspek
mengemukakan pendapat bernilai sebesar 86,20 %, aspek bertanya sebesar 93,10
%, dan aspek menjawab pertanyaan sebesar 70,68 %. Kemampuan berpikr kritis
juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (49,86); postes (76,44);
dan N-gain (48,52). Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator kemampuan
berpikir kritis pada memberikan penjelasan sederhana rata-ratanya sebesar 78,75;
membangun keterampilan dasar sebesar 56,90; dan menyimpulkan sebesar 32,28.
Dengan demikian, pembelajaran menggunakan metode diskoveri dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kata kunci : metode diskoveri, aktivitas belajar siswa, kemampuan berpikir kritis
siswa, ciri-ciri makhluk hidup

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang ................................................................................... ..
Rumusan Masalah .............................................................................. ..

Tujuan Penelitian ............................................................................... ..
Manfaat Penelitian ............................................................................. ..
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. ..
Kerangka Pikir ................................................................................... ..
Hipotes ............................................................................................... ..

1
3
4
4
5
6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Penemuan (Discovery Method)…….. ...................................... 9
B. Berpikir Kritis ....................................................................................... 13
C. Aktivitas Belajar ................................................................................... 16
III. METODE PENELITIAN
A.

B.
C.
D.
E.
F.

Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur Penelitian................................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................

20
20
20
21
25
28


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 33
B. Pembahasan .......................................................................................... 37
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 46
B. Saran ................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

LAMPIRAN
1. Silabus Pembelajaran ........................................................................... 51
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................... 55
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) .................................................................. 71
4. Soal Pretes-Postes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ........................... 108
5. Data Hasil Penelitian ............................................................................. 121
6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian .......................................... 139
7. Foto-Foto Penelitian ................................................................................ 149

9

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Metode Penemuan (Discovery Method)

Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan
studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.
Diskoveri membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu komponen
dari praktek pendidikan yang sering disebut sebagai heuristic teaching,
yakni: suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang disusun
untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada
proses, membimbing diri sendiri (self-directed), inkuiri, dan model belajar
reflektif (Hamalik, 2004:134). Richard (dalam Roestiyah, 2008:20)
menyatakan bahwa: “Discovery learning adalah suatu cara mengajar yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri”.
Metode Penemuan (Discovery Method) menurut Suryosubroto (2002: 192)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada
generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan
dengan kata-kata. Metode Penemuan (Discovery Method) merupakan


10

komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang
memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Metode Penemuan menurut Roestiyah
(2008: 20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan.
Metode discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi sesuatu
konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing
dan memberikan instruksi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah suatu
metode dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya
menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan
atau diarahkan. Penggunaan metode diskoveri ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas adalah proses belajar mengajar.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan (discovery method) menurut
Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002: 199) adalah :

1. identifikasi kebutuhan siswa,
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari,
3. seleksi bahan dan problema serta tugas-tugas,
4. membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan
masing-masing siswa,

11

5. mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan,
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugas siswa,
7. memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,
8. membantu siswa dengan informasi dan data, jika diperlukan oleh siswa,
9. memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses,
10. merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa,
11. memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, dan
12. membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.

Sedangkan langkah-langkah diskoveri yang dilakukan siswa menurut
Hamalik (2001: 220) adalah :
1. mengidentifikasi dan merumuskan topik,
2. mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta,
3. memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab
pertanyaan pada langkah 2,
4. mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji
setiap hipotesis dengan data yang terkumpul,
5. merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan
jawaban sebagai preposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan
sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang
diuji dengan informasi yang terkumpul.

12

Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi langkah-langkah Hamalik (2001:
220) tersebut menjadi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan
menganalisis data, serta membuat kesimpulan.


Metode penemuan, menurut Gilstrap (dalam Dimyati dan Moedjiono, 2006:
87), memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain. Beberapa keunggulan dalam metode penemuan
adalah sebagai berikut.
1. Metode ini kemungkinan yang besar untuk memperbaiki dan / atau
memperluas persediaan dan penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif
siswa.
2. Pengetahuan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa.
3. Metode penemuan dapat menimbulkan gairah pada diri siswa karena siswa
merasakan jerih payahnya membuahkan hasil.
4. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju
berkelanjutan sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri, sehingga
lebih termotivasi untuk belajar.
6. Metode ini membantu siswa memperkuat konsep siswa dengan
bertambahnya rasa percaya diri selama proses kerja penemuan.
7. Metode ini terpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator dan
pendinamisator dari penemuan.

13

8. Metode ini membantu perkembangan siswa menuju ke skeptisme
(perasaan meragukan) yang sehat untuk mencapai kebenaran akhir dan
mutlak.

Selain memiliki kelebihan, metode penemuan juga memiliki kelemahan.
Beberapa kelemahan metode penemuan adalah sebagai berikut:
1. Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang
dapat dipercaya.
2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang jumlahnya besar.
3. Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini, kurang bisa diterapkan oleh
guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran
yang tradisional.
4. Mengajar dengan pengetahuan akan dipandang sebagai metode yang telalu
menekankan pada penguasaan pengetahuan dan kurang memperhatikan
perolehan sikap.
5. Metode ini tidak memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif, bila sejak
awal konsep yang akan ditemukan telah dipilih guru dan proses
penemuannya juga dibawah bimbingan guru.
B. Berpikir Kritis
Ruggiero (dalam Johnson, 2007:187) mengartikan berpikir sebagai “segala
aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah,
membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami.
Reason (dalam Sanjaya, 2006:230) mengemukakan bahwa berpikir (thinking)
adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat

14

(remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya
hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu
saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami”
memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat
keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang
menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi
yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk
menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.

Menurut Gunawan (2004: 177) keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order
Thingking) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada
level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir
kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan,
menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan
penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan
memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah
kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan dan
mempertentangkan, dan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan
opini.
Selanjutnya, Johnson (2007: 183) mengatakan bahwa berpikir kritis
memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banyaknya
kejadian dan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis adalah
sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan

15

mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis
merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa
mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan
orang lain. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (dalam Filsaime, 2008:
56) memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun
menuju kepercayaan dan aksi.

Ada 5 indikator berpikir kritis menurut Ennis (dalam Costa, 1985: 54)
sebagai berikut :
Tabel 1. Aspek dan indikator kemampuan berpikir kritis
No
1

Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
Memberikan penjelasan
sederhana

2

Membangun ketrampilan
dasar

3

Menyimpulkan

4

Memberikan penjelasan
lanjut

5

Mengatur strategi dan
teknik

Sub Indikator Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa
1. memfokuskan pertanyaan,
2. menganalisis pertanyaan dan
bertanya,
3. menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau pernyataan.
1. mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak, dan
2. mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi.
1. kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi,
2. meninduksi atau mempertimbangkan
hasil induksi,
3. membuat pertimbangan, dan
4. menentukan nilai pertimbangan
1. mengidentifikasi istilah-istilah dan
definisi pertimbangan dan juga
dimensi, serta
2. mengidentifikasi asumsi.
1. menentukan tindakan, dan
2. berinteraksi dengan orang lain

16

Menurut Norris dan Ennis (dalam Marpaung, 2005:30). Tujuan berpikir kritis
adalah untuk mengevaluasi tindakan yang dipercaya paling baik. Kerangka
kerja yang menimbulkan proses berpikir ketika dilakukan penggalian
informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara
bertindak atau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Semangat
berpikir kritis adalah harus selalu berusaha keras dan tetap terbuka terhadap
informasi dan banyak sumber yang dapat dipercaya. Keterampilan berpikir
kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui
belajar penalaran, di mana dalam proses berpikir tersebut diperlukan
keterlibatan aktivitas si pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah
pertanyaan, sambil membimbing dan mengkaitkannya dengan konsep yang
telah dimiliki oleh siswa sebelumnya.

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam
proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam
belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan
demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis (Holt, dalam Wardani, 2007:9). Pengajaran yang
efektif menurut Hamalik (2011 :171) adalah pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Anak (siswa)
belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan

17

keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan
klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Diedrich (dalam Hamalik,
2011:172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah:
a) Kegiatan-kegiatan visual, antara lain adalah membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati
orang lain bekerja atau bermain.
b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), antara lain adalah mengemukakan suatu
fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, meberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi,
dan interupsi.
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, antara lain adalah mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,
mendengarkan radio
d) Kegiatan-kegiatan menulis, antara lain adalah menulis cerita, menulis
laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan
mengisi angket.
e) Kegiatan-kegiatan menggambar, antara lain adalah menggambar, membuat
grafik, chart, diagram peta, dan pola.

18

f) Kegiatan-kegiatan metrik, antara lain adalah melakukan percobaan,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
dan berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan mental, antara lain adalah merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat, hubunganhubungan, dan membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional, antara lain adalah minat, membedakan,
berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini
terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Menurut Marthayunanda, (2012:1), semua kegiatan tersebut merupakan
aktivitas siswa. Siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari sesuatu
informasi guna memecahkan suatu permasalahan. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, dimana para
peserta didik dapat mengembangkan aktivitas belajarnya secara optimal,
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Keaktifan siswa tentu juga
dipengaruhi oleh guru dalam memberikan pembelajaran, keaktifan tersebut
dapat dilihat saat proses pembelajaran berlangsung. Guru tidak hanya
mengajarkan materi saja namun juga mempunyai tugas sebagai pembimbing
siswa dalam belajar, seperti mengusahakan agar siswanya aktif, jasmani
maupun rohani. Whipple (dalam Hamalik, 2011:173) membagi kegiatankegiatan murid antara lain adalah bekerja dengan alat-alat visual, ekskursi dan
trip, mempelajari masalah-masalah, mengapresiasi literatur, ilustarasi dan
konstruksi, bekerja menyajikan informasi,cek dan tes.

19

Menurut Memes (dalam Andra, 2007:38), terdapat beberapa indikator
aktivitas yang relevan dalam pembelajaran, yang meliputi:
1. Interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran
2. Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.
3. Partisipasi siswa dalam proses belajar
4. Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
5. Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar.
6. Interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP
Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur.

B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII A – VII D SMP
Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013,
pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Untuk kepentingan penelitian ini
sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling dengan mengambil
dua kelas dari empat kelas yang ada dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah 29 siswa dan kelas VII C sebagai kelas kontrol
dengan jumlah 29 siswa (Sugiyono, 2009:83-84).

C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes – postes
kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kontrol
menggunakan kelas dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi
perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran diskoveri, sedangkan
kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Hasil pretes dan postes pada

21

kedua kelas kemudian dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah
sebagai berikut:
I

O1

X

O2

II

O1

C

O2

Ket : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; O2 = Posttest;
X = Perlakuan metode pembelajaran diskoveri, C = Perlakuan
metode ceramah (dimodifikasi dari Sukardi, 2007: 186).
Gambar 2. Desain pretest-posttest non ekuivalen.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat pengantar izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya
penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk
mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan masalah–
masalah yang dihadapi guru saat ini.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen.
d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan.

22

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal tes awal dan tes akhir berupa
pilihan jamak beralasan dan soal uraian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran diskoveri untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode
ceramah untuk kelas kontrol di SMP Muhammadiyah Pekalongan,
Lampung Timur. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

2.1 Kelas eksperimen (Pembelajaran dengan metode diskoveri)
a) Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) yang diberikan oleh
guru dengan jujur dan teliti.
2. Guru memberikan apersepsi kepada siswa:
Melakukan demonstrasi dengan menyentuh pena dan belalang
,siswa ditanyakan reaksi pena dan belalang sebelum melakukan
demonstrasi pada siswa sehingga memunculkan pertanyaan
mengenai perbedaan benda mati dan makhluk hidup (pertemuan
I). Guru menampilkan video tentang perubahan tumbuhan dari
kecil hingga dewasa, dan penampilan sebuah monumen dari
tahun ke tahun sampai memunculkan pernyataan mengenai
perbedaan benda mati dan makhluk hidup.
(pertemuan II)

23

3. Memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa setelah
mempelajari materi KD 6.1 ini siswa dapat memiliki
keterampilan dalam mengidentifikasi (pertemuan I). Guru
memberikan motivasi dengan menunjukan bidang ilmu yang
relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup
seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, dan ilmu lainnya
(pertemuan II).
b) Kegiatan Inti
1. Siswa diminta oleh guru untuk duduk berdasarkan kelompok
yang telah dibacakan, masing-masing 7-8 orang.
2. Siswa dibagikan LKS pada tiap kelompok kemudian guru
menjelaskan maksud dan tujuan dari LKS yang telah dibagikan.
3. Guru meminta siswa mulai mengerjakan setiap langkah kerja
dalam LKS, mengamati proses, dan menulisnya.
4. Guru memeperlihatkan beberapa video gerak pada tumbuhan
5. Guru meminta siswa mulai mengerjakan setiap langkah kerja
dalam LKS 1 tentang bergerak, iritabilitas, bernapas, pada
hewan dan tumuhan, mengamati proses, dan menulisnya dalam
tabel hasil pengamatan
6. Guru memperlihatkan beberapa video tentang gerak pada
tumbuhan
7. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil
praktikum dan pengamatan yang mereka lakukan, menjawab
dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS.

24

8. Guru berkeliling membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.
9. Guru memilih perwakilan dari satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil percobaan dan diskusinya.
c) Kegiatan Akhir
1. Siswa diminta oleh guru untuk mengumpulkan LKS yang telah
dikerjakan
2. Guru mengadakan tes akhir (postes) (Pertemuan ke-II).
3. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dalam setiap
pertemuan.
2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode ceramah)
a) Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) yang diberikan oleh
guru (pertemuan I).
2. Guru memberikan apersepsi kepada siswa:
Melakukan demonstrasi dengan menyentuh pena dan belalang
hidup,ditanyakan reaksi pena dan belalang tersebut sebelum
melakukan demonstrasi pada siswa sehingga memunculkan
pertanyaan mengenai perbedaan benda mati dan makhluk hidup
(pertemuan I). Guru menaampilkan video tentang perubahan
tumbuhan dari kecil hingga dewasa, dan penampilan sebuah
monumen dari tahun ke tahun sampai memunculkan pernyataan
mengenai perbedaan benda mati dan makhluk hidup (pertemuan
II).

25

3. Memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa setelah
mempelajari materi KD 6.1 ini siswa dapat memiliki
kemampuan dalam mengidentifikasi (pertemuan I). Guru
memberikan motivasi dengan menunjukan bidang ilmu yang
relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup
seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, dan ilmu lainnya.
(pertemuan II).
b) Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan power point
2. Guru mempersilakan siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum dimengerti
3. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mngenai materi yang
dipelajari
c) Kegiatan Akhir
1. Guru mengadakan tes akhir (postes) (Pertemuan ke-II).
2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap
pertemuan.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
Data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari
nilai pretest dan post test. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest

26

dengan posttest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu
dianalisis secara statistik. Data kualitatif merupakan aktivitas belajar
siswa selama pembelajaran menggunakan metode diskoveri dan metode
ceramah. Data aktivitas belajar diambil saat pembelajaran berlangsung.
Kemampuan berpikir kritis ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain
yang dinormalisasi (N-gain), antara nilai tes awal dan tes akhir. Gain
yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake
(Loranz, 2008 : 2) sebagai berikut:

Keterangan :
X= nilai postes
Y= nilai pretes
Z= skor maksimum
2. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pretes dan postes dan menggunakan
lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari skror pretes
dan postes untuk setiap kemampuan berpikir kritis. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes diambil pada
pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes
diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas
baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil
setelah pembelajaran pertemuan kedua pada setiap kelas baik
eksperimen maupun kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang

27

sama. Bentuk soal adalah soal pilihan jamak beralasan dengan jumlah
6 soal dan 2 soal uraian. Soal pretes diberikan pada awal pertemuan,
mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postes yang
diberikan di akhir pertemuan.

Teknik penskoran nilai tes awal dan tes akhir yaitu :
S

R
 100
N

Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112)
b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada
saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang
dilakukan dengan cara memberi tanda ( ) pada lembar observasi sesuai
dengan aspek yang telah ditentukan
Tabel 2. Lembar observasi aktivitas siswa
No

Nama

Aspek yang diamati
A
B
C
0 1 2 0 1 2 0 1 2

1
2
3
dst.
̅
Kriteria
Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi
dari Arikunto, 2009:183)
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:

28

A. Mengemukakan Pendapat/Ide:
0) Tidak mengemukakan pendapat/ide
1) Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan
pembahasan
2) Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan
B. Bertanya:
0) Tidak mengemukakan pertanyaan
1) Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan
2) Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
permasalahan
C. Menjawab pertanyaan:
0) Tidak berkomunikasi secara lisan (diam saja)
1) Berkomunikasi secara lisan pada saat tanya jawab tetapi tidak
relevan dengan materi
2) Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat pada saat tanya
jawab yang relavan dengan materi
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga
yang lainnya (Nurgiantoro, Marzuki dan Gunawan, 2002: 118)

29

b. Uji Kesamaan Dua Varians
Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji
kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
o Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
o Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05
maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05
maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).
c.

Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji
kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan
menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak
berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji MannWhitney U.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
o Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
o Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

30

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 13).
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
o Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih rendah atau
sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol.
o Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto,
2004:10).
3) Uji Mann-Whitney U
o Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
sama
o Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima

d. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran biologi adalah sebagai berikut:
1) Menjumlahkan skor seluruh siswa

31

2) Menentukan persentase tiap indikator kemampuan berpikir kritis
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

P=

f  100%
N

Ket : P = Persentase
f = Jumlah point kemampuan berpikir kritis yang diperoleh
N = Jumlah total point kemampuan berpikir kritis
(Sudijono, 2004:318).
3) Menghitung persentase skor tiap item
Tabel 3. Deskripsi Kemampuanan Berpikir Kritis Siswa

No

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Memberikan
Membangun
Menyimpulkan
Penjelasan
Keterampilan
Sederhana
Dasar
A
B
C

Nama

f

P

Kriteria

1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
p

Kriteria
e.

Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan
data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan indeks aktivitas siswa.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:
X

x
n

Ket: X

i

x100 %

= Rata-rata skor aktivitas siswa

32

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh
n = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002 : 69).
2) Menafsirkan atau menentukan kategori Persentase Aktivitas Siswa
sesuai kriteria pada tabel 4
Tabel 4. Kriteria persentase aktivitas siswa
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100

Sangat baik

75,00 – 87,49

Baik

50,00 – 74,99

Cukup

0 – 49,99

Kurang

Sumber: dimodifikasi dari Hidayati (2011:17)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode diskoveri berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.
2. Penerapan metode diskoveri berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran dengan materi pokok ciri-ciri makhluk
hidup.

B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk penelitian lanjut, untuk kelas yang menggunakan metode diskoveri
sebaiknya guru membentuk kelompok dengan jumlah siswa kurang dari 6
orang/kelompok, agar setiap siswa dapat terlibat langsung dalam proses
penemuan.
2. Untuk penelitian lanjut, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi
oleh 2 pertemuan saja. Agar siswa memiliki pengalaman berdiskoveri
lebih optimal.

48

DAFTAR PUSTAKA

Alisyani. 2011. Mengungkap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melaluiMetode
Diskoveri pada Materi Pokok Fotosintesis (Studi Eksperimental pada
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 19 Bandar Lampung TP 2010/2011).
Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa
Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Arbaitin, N. 2010. Pengaruh Metode Diskoveri terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis pada Siawa SMP N 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2009/2010.
Skripsi. Universitas Lampung : Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA Mata pelajaran biologi. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Costa, A. L. 1985. Developing Minds A Resource Book For TeachingThinking.
Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian
Ranah Koknitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta
Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.Prestasi
Pustaka. Jakarta.
Gunawan, A. W. 2004. Genius Learning Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara. Jakarta
_________. 2004. Motivasi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

49

_________. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning
Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar
Lampung.
Johnson, E. B. 2007. Centextual Teaching and Learning. MLC: Bandung.
Loranz, D. 2008. Gain Skor. Dalam.http://www.tmcc.edu./vp/acstu/
assasment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAP
HYSDisipline Rep0708.pdf.(26 Desember 2012 : 09.04 WIB)
Marpaung, R. T. 2005. Penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis
Masalah (LKPBM) sebagai Assesment Alternatif untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Helajar Biologi Siswa. Tesis.
Universitas Malang. Malang
Marthyunanda. 2012. Jenis Aktifitas Dalam Pembelajaran.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2173729-jenis-aktivitasdalam-pembelajaran/#ixzz2GFiZ9AGr. (26 Desember 2012, 21:30)
Mumtazah, D. F. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guidid Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup. Skripsi. Unila. Bandar
Lampung.
Nurgiantoro, B., Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara: Jakarta.
Roestiyah. N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sudijono, A. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif
dan R &D. Alfabeta: Bandung.

50

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya.
Bumi Aksara. Jakarta
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta.
Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media
Group: Surabaya.
Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui
pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila.
Bandar Lampung.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012)

0 16 61

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 43

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 11 57

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

0 4 38

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Batu Ketulis Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 57

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

2 41 56

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

0 7 60

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

0 5 55