PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG
PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI
MAKHLUK HIDUP

(Skripsi)

Oleh
INDAH SURYA PERTIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG
PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI

MAKHLUK HIDUP
Oleh
INDAH SURYA PERTIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model Discovery
Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri
makhluk hidup

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain pretestpostest kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan
VII B yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini
berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari dari rata-rata
pretest, postest, dan N-gain yang dianalisis dengan menggunakan uji t dan uji u.
data kualitatif berupa kemampuan berpikir kritis siswa terhadap penggunaan
model Discovery Learning yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan penggunaan model Discovery
Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan rata-rata

Indah Surya Pertiwi


N-gain dari pretest dan postest kelas eksperimen lebih tinggi disbanding kelas
kontrol (eksperimen = 62,80; kontrol = 27,49). Rata-rata peningkatan pada aspek
memberikan penjelasan dasar adalah 68,92, membangun keterampilan dasar
44,37, membuat penjelasan lebih lanjut 66,58, dan menyimpulkan 63,42.
Peningkatan ini didukung dengan aktivitas belajar siswa terhadap penggunaan
model Discovery Learning. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model
Discovery Learning berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

Kata kunci : ciri-ciri makhluk hidup, Discovery Learning, kemampuan berpikir.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG
PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI
MAKHLUK HIDUP

Oleh
INDAH SURYA PERTIWI


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Syahidi Arfan, S.Pd dengan Ibu Marhedah, S.Pd yang
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 November
1992. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK
Transmigrasi (1997-1999), SDN 3 Labuhan Ratu (1999-2005), SMPN 19 Bandar
Lampung (2005-2008), dan SMAN 9 Bandar Lampung (2008-2011). Pada tahun

2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan.
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Liwa dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desaWay
Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat pada tahun
2014. Penulis dapat dihubungi pada alamat Jl.Untung Suropati Gg. Family VII,
Labuhan Ratu, Kedaton, Bandar Lampung atau kontak 085279334788.

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih
lagi Maha penyayang
Kupersembahkan karya ini teruntuk yang tersayang

Ibu,Ibu,Ibu
Ayah
Kakak (Tuti Andaya Pratiwi, S.E)
Adik (Briliyan Agung Nugraha)
Atas limpahan cinta yang tak terhitung
Sahabat-sahabat terbaik

Atas semangat, keceriaan, dan bantuan yang diberikan

Diriku, Indah Surya Pertiwi
Atas semangat, kelelahan, dan perjuangan yang dilakukan

Almamater, Pendidikan Biologi Universitas Lampung

Moto

Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar,
maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan
(Imam Syafi i)

Barang siapa membereskan urusan akhiratnya, niscaya Allah
akan membereskan baginya urusan dunianya
(Ali bin Abi Thalib)

Pendidikan memang bukan segalanya, tapi dengan
pendidikan kita bisa memiliki segalanya
(Indah Surya Pertiwi)


SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”PENGARUH
PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR
LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP”
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
dan Pembimbing II atas motivasi, saran, dan masukannya.
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas bimbingan dan masukan yang
diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik atas motivasi, saran, dan masukannya.
6. Dina Maulina, S.Pd., M.Si., sebagai Pembimbing II atas motivasi, saran, dan

masukannya.
7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan.
8. Dra. Risnawati selaku Kepala SMP Perintis 2 Bandar Lampung dan Ibu Putri
Selvia Sari, S.Pd. selaku guru mitra atas bantuan yang diberikan.

9. Bapak Syahidi Arfan, S.Pd. dan Ibu Marhedah, S.Pd. orang tuaku tercinta, atas
limpahan kasih sayang, motivasi, dan materi yang tidak terhitung.
10. Rekan seperjuangan dalam penelitian Winda Riana dan Janggan Asmoro, atas
kerjasama, semangat, dan kesabarannya.
11. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2011 yang tak dapat disebutkan satu per satu,
terimakasih atas kebersamaan, keceriaan dan persahabatan yang terjalin.
Semoga persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa studi kita.
Aamiin
12. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis
dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015

Penulis

Indah Surya Pertiwi

xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.


Latar Belakang .....................................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pemikiran .............................................................................
Hipotesis ...............................................................................................

1
4
5
5
5
6
8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Discovery Learning...................................................................
B. Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................


9
19

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian................................................................................
Jenis dan Teknik Pengambilan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................

26
26

26
27
35
37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................

xiii

41
45

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................

52
52

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

53

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Silabus................................................................................................... 56
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 60
Lembar Kerja Siswa............................................................................. 86
Kisi Soal Pretes dan Postes .................................................................. 139
Foto-foto Penelitian ............................................................................. 153

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis ............................................. 21
2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ........................................................ 36
3. Keterangan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .......................... 36
4. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ......................................... 38
5. Kriteria Berpikir Kritis Siswa ................................................................. 38
6. Hasil uji normalitas, homogenitas, persamaan dan perbedaan dua rata-rata,
dan uji u nilai pretest, posttest, dan N-gain oleh siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol. .......................................................................... 42
7. Hasil uji normalitas dan uji U rata-rata N-gain indikator kemampuan
berpikir kritis siswa pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. .... 44
8. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol ............................ 44

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat........................ 8
2. Desain pretest – posttest kelompok tak ekuivalen ................................. 27
3. Contoh jawaban siswa untuk indikator memberikan penjelasan
sederhana (LKS eksperimen pertemuan ke-2 soal nomor 2b) ............... 47
4. Contoh jawaban siswa untuk indikator membangun keterampilan dasar
(LKS eksperimen pertemuan ke-2 soal nomor 2a) ................................. 48
5. Contoh jawaban siswa untuk indikator membuat penjelasan lanjut
(LKS eksperimen soal nomor 3b) ........................................................... 49
6. Contoh jawaban siswa untuk indikator menyimpulkan (LKS
eksperimen pertemuan ke-2 soal nomor 5a) ........................................... 50

xvii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan
kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan
kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama
adalah mempertanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada (Noer, 2009:
474). Kemampuan berpikir kritis telah menjadi hal yang sangat diperhatikan
dalam perkembangan berpikir siswa. Beberapa negara maju telah
mengembangkan sistem pendidikan yang mampu mengasah dan melatih
kemampuan berpikir kritis siswa agar berkembang dengan baik (OECD, 2013:
1).

Di era globalisasi ini, semua informasi dengan sangat mudah masuk ke dalam
diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa
harus berpikir secara kritis untuk menyaring informasi-informasi tersebut.
Karena tidak semua di dalam informasi global tersebut bersifat baik,
melainkan ada yang bersifat buruk. Mereka harus mampu membedakan antara
alasan yang baik dan buruk dan membedakan kebenaran dari kebohongan
(Johnson, 2007: 187).

2

Namun pada kenyataannya, kemampuan berpikir kritis siswa-siswi Indonesia
masih terbilang rendah. Hal ini diketahui berdasarkan hasil Programme for
International Student Assessment (PISA) 2012, skor literasi sains Indonesia
adalah 382 dengan peringkat 64 dari 65 negara yang ikut serta (PISA, 2012).
Soal yang diujikan dalam PISA terdiri atas 6 level (level 1 terendah dan level
6 tertinggi) dan soal-soal yang diujikan merupakan soal kontekstual yang
permasalahannya diambil dari dunia nyata. Siswa di Indonesia hanya mampu
menjawab soal-soal rutin pada level 1 dan level 2 (Kertayasa, 2014: 1). Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menjawab soal yang
mengacu pada kemampuan berpikir kritis, logis, dan pemecahan masalah
masih sangat rendah.

Permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa juga terjadi di
sekolah menengah pertama di Bandar Lampung. Berdasarkan penelitian
pendahuluan yang dilakukan di kelas VII SMP Perintis 2 Bandar Lampung,
diperoleh informasi bahwa pada tahun ajaran 2013/2014 hasil belajar kognitif
siswa pada mata pelajaran IPA masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Persentase jumlah siswa yang
memperoleh nilai ≤ 65 yaitu 50%. Proses pembelajaran IPA yang sering
dilakukan adalah dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Dalam
proses pembelajaran diskusi, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
mengerjakan tugas dari guru dan selanjutnya mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya tersebut ke depan kelas. Namun, dalam proses diskusi tersebut
para siswa tidak diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya
sehingga siswa tidak menemukan dan memperoleh pengetahuan baru selain

3

dari materi yang diajarkan di sekolah berdasarkan buku pegangan siswa.
Siswa hanya dituntut untuk menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang
diberikan oleh guru yang diambil dari buku pegangan siswa di sekolah saja.
Pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga siswa
tidak terpacu untuk menemukan sendiri atau mencari informasi-informasi
mengenai materi kajian pelajaran yang sedang dipelajari yang dapat lebih
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan fakta-fakta mengenai permasalahan pendidikan tersebut,
diperlukan suatu model dan atau metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang melibatkan siswa secara
langsung dalam proses penemuan fakta/informasi materi yang diajarkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran penemuan (discovery learning).
Pembelajaran discovery learning mengembangkan cara belajar siswa aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama diingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer
dalam kehidupan bermasyarakat (Hosnan, 2014: 281).

Dengan mengaplikasikan discovery learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan
discovery learning ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.

4

Mengubah modus ekspositori siswa hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri
(Komara, 2014: 107).
Berdasarkan hasil penelitian Arbaitin (2010: 22), pada materi pokok Sistem
Pernafasan Manusia dengan pembelajaran discovery, diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Keterampilan berpikir kritis siswa
pada kelas yang menggunakan pembelajaran discovery lebih tinggi daripada
kelas yang pembelajarannya menggunakan metode diskusi (Arbaitin, 2010:
31). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Alisyani (2011: 45)
menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
materi pokok Fotosintesis menggunakan pembelajaran discovery meningkat
sebesar 65,29%. Merujuk pada hasil penelitian tersebut diduga model
Discovery Learning dapat diterapkan dalam pembelajaran sub materi ciri-ciri
makhluk hidup untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Discovery
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, untuk mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dalam
hal meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Bagi guru, dapat menjadikan model discovery learning sebagai alternatif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Bagi peneiliti, dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku
kuliah serta sebagai bekal untuk mempersiapkan diri sebagai calon guru.
4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Perintis 2
Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian
siswa kelas VII A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII B sebagai
kelompok kontrol.
2. Model discovery learning adalah menemukan konsep melalui serangkaian
data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

6

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut : (1)
stimulation (2) problem statement (3) data collection (4) data processing
(5) verification (6) generalization (Kurniasih dan Sani, 2014: 67).
3. Materi pokok pada penelitian ini adalah Ciri-ciri Makhluk Hidup di kelas
VII semester 2 yang terdapat dalam KD 6.1 Mengidentifikasi Ciri-ciri
Makhluk Hidup.
4. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis yang
diperoleh dari hasil pretest dan posttest.
5. Aspek kemampuan berpikir kritis yang diamati adalah: (1) memberikan
penjelasan dasar, (2) membangun keterampilan dasar, (3) membuat
penjelasan lanjut, (4) menyimpulkan.

F. Kerangka Pemikiran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pelajaran yang erat
kaitannya dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran IPA menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Selain itu melalui
pembelajaran IPA, siswa dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta mampu berkomunikasi.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi siswa
dalam bidang IPA adalah discovery learning. Discovery learning adalah suatu
pendekatan mengajar di mana guru memberi siswa contoh topik-topik spesifik
dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Model ini efektif untuk

7

mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka
mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas.

Model discovery learning dapat membuat perserta didik belajar secara aktif
untuk membangun konsep dan prinsip. Pada pembelajaran penemuan, siswa
didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai
pengalaman dan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Salah satu tujuan pembelajaran discovery learning adalah agar siswa memiliki
kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan siswa melakukan aktivitas
mental sebelum materi yang dipelajari dapat dipahami. Aktivitas mental
tersebut misalnya menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik
kesimpulan, menggeneralisasi dan memanipulasi informasi. Pembelajaran
yang menggunakan discovery learning dapat meningkatkan keterampilan
berpikir siswa karena siswa dilatih untuk mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengomunikasikan melalui sintaksnya seperti pada tahap
stimulation siswa diajak untuk mengamati dan menanya, tahap problem
statement siswa diajak untuk menanya dan mengumpulkan informasi, tahap
data collection siswa diajak untuk mencoba dan mengamati, tahap data
processing siswa diajak untuk menalar dan menanya dan tahap terakhir
verification siswa diajak untuk menalar, dan mengomunkiasikan.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental jenis eksperimental semu
kelompok pretest-postest tak ekuivalen dengan menggunakan dua kelas, yaitu

8

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pengujian
untuk kemampuan berpikir kritis siswa melalui model discovery learning pada
materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram
berikut:
X

Y

Keterangan: X = Model discovery learning; Y = kemampuan berpikir kritis
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
Ho = Model discovery learning tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok
ciri-ciri makhluk hidup.
H1 = Model discovery learning berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk
hidup.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Model Discovery Learning

Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain
dari pembelajaran penemuan (Kosasih, 2014: 83). Discovery adalah
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan (Sani, 2014: 97). Discovery terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip (Komara, 2014: 107).
Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang
menurut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta
didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri (Sani, 2014: 97).
Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa untuk dapat
menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa
diraih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan) (Kosasih, 2014: 83).
Discovery sering diterapkan percobaan sains di laboratorium yang masih
membutuhkan bantuan guru, yang disebut guided discovery (Sani, 2014:
97). Siswa tidak hanya disodori oleh sejumlah teori (pendekatan deduktif),
tetapi mereka pun berhadapan dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif).
Dari teori dan fakta itulah, mereka diharapkan dapat merumuskan sejumlah

10

penemuan. Bentuk penemuan yang dimasud tidak selalu identik dengan
suatu teori ataupun benda sebagaimana yang biasa dilakukan kalangan
ilmuwan dan profesional dalam pengertian yang sebenarnya. Penemuan
yang dimaksud berarti pula sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna
dengan kehidupan para siswa itu sendiri. Penemuan itu tetap berkerangka
pada kompetensi-kompetensi dasar (KD) yang ada pada kurikulum
(Kosasih, 2014: 83).
Belajar penemuan (discovery) pada umumnya membutuhkan kemampuan
untuk bertanya, mengobservasi, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi, dan membuat kesimpulan berdasarkan data/informasi sehingga
dapat menemukan hubungan antarvariabel atau menguji hipotesis yang
diajukan (Sani, 2014: 97). Prinsip belajar yang nampak jelas pada discovery
learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak
disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan
dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasikan atau
membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam
suatu bentuk akhir (Komara, 2014: 107).
Dalam mengaplikasikan metode discovery learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Kurniasih dan
Sani, 2014: 65). Dalam discovery learning, hendaknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver,

11

seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan
dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengatagorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulankesimpulan. (Kurniasih dan Sani, 2014: 65).
Ciri utama belajar menemukan, yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Hosnan, 2014: 284).
Bell (dalam Hosnan, 2014: 284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik
dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut.
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.

12

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilam yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Adapun peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan. Guru
lebih memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan
kreativitas siswa. Dalam hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator,
manajer pembelajaran sangat diharapkan. Proses pembelajaran semacam
inilah yang sering disebut sebagai student-centered dengan tujuan
mengembangkan kompetensi siswa dan membantu siswa mengembangkan
self-concept-nya (Kosasih, 2014: 84).
a. Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras
untuk bisa belajar dengan baik. Mereka tampil percaya diri bahwa
mereka pun mampu menemukan suatu yang penting dan bermanfaat.
b. Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa
dalam mewujudkan penemuan-penemuannya.
c. Manajer pembelajaran, yakni menata hubungan antarsiswa dan rencana
pembelajaran yang akan mereka lakoni, misalnya dengan berpasangpasangan, diskusi kelompok, dan mengunjungi tempat-tempat tertentu
sehingga kegiatan mereka berlangsung efektif (Kosasih, 2014: 84).

13

Selain itu guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Kegiatan belajar
mengajar berlangsung dari teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam hal ini siswa melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mereorganisasikan bahan, serta membuat kesimpulan sebagai produk dari
penemuan-penemuannya (Kosasih, 2014: 84).
Penemuan yang dimaksud dapat berupa teori, rumus, pengertian, ciri-ciri,
perbedaan, persamaan, contoh, dan materi-materi lainnya yang bersifat baru
dan merupakan sesuatu yang berguna bagi para siswa. Bentuk-bentuk
penemuan itu pun bergantung pula dengan KD yang sedang dikembangkan
guru. Dengan melihat rumusan KD-nya, guru harus bisa menentukan bentuk
penemuan yang harus dilakukan para siswanya. (Kosasih, 2014: 84).
Adapun keuntungan-keuntungan dari Discovery Learning menurut
Kurniasih dan Sani (2014: 66) yaitu:
1)

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.

2)

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

3)

Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.

14

4)

Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.

5)

Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6)

Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7)

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8)

Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9)

Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang.
14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar.
17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

15

Kelemahan-kelemahan dari discovery learning menurut Hosnan (2014:
288) yaitu:
1) Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman
antara guru dengan siswa.
2) Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar
yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,
motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru,
ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu
yang banyak, dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak
banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.
3) Menyita pekerjaan guru.
4) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
5) Tidak berlaku untuk semua topik.
6) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada
suatu kesimpulan.
7) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di
lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan
metode ceramah.
8) Tidak semua topik cocok untuk disampaikan dengan model ini.
Umumnya, topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat
dikembangkan dengan model penemuan.

16

Langkah-langkah operasional dari Discovery Learning menurut Kurniasih
dan Sani (2014: 67) terdiri dari sebagai berikut:
1. Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning
a)

Menentukan tujuan pembelajaran.

b)

Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan
awal, minat, gaya belajar dan sebagainya).

c)

Memilih materi pelajaran.

d)

Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

e)

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.

f)

Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik.

g)

Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

2. Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning
Dalam mengaplikasikan strategi discovery learning di kelas, ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut :
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan

17

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
b) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutnya adalah guru
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah). Memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka
hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta
didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c)

Data collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif

18

untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja
peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki.
d) Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternative jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing. Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
f) Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi)

19

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah
menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi yang menenkankan pentingnya penguasaan pelajaran
atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
B.

Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberikan keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah
(Sukmadinata dan Erliany, 2012: 122). Kemampuan berpikir kritis
merupakan penerapan dari aspek hasil belajar. Berpikir kritis merupakan
multitahap dari konstruksi makna (Jufri, 2013: 103).
Menurut Zeidler, et al (1992, dalam Jufri, 2013: 104) beberapa karakteristik
orang yang mampu berpikir kritis antara lain ialah: a) memiliki perangkat
pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya dan
memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, b)
bersikap skeptis, yaitu tidak mudah menerima idea tau gagasan kecuali telah
membuktikan sendiri kebenarannya. Mengacu pada karakteristik seperti di

20

atas, maka tentu saja proses pendidikan mengharapkan agar seluruh siswa
dapat berkembang menjadi manusia yang mampu berpikir secara kritis. Oleh
karena itu, maka pendidik pada semua jenjang pendidikan seharusnya dapat
memberikan perhatian penuh pada proses perkembangan keterampilan
berpikir kritis siswa.
Berpikir kritis itu rasional, logis, dan menujang keberhasilan peserta didik.
Untuk belajar dan mempraktekkan cara berpikir kritis peserta didik perlu
difasilitasi untuk berlatih mengembangkan beberapa indikator berpikir kritis
seperti:
1. Mengidentifikasi kejadian, peristiwa, proses, dan kegiatan.
2. Mengidentifikasi hubungn antarkejadian, objek, dan peristiwa.
3. Mendeduksi implikasi atau dampak.
4. Menyimpulkan motif.
5. Mengombinasikan elemen bebas untuk mengkreasi pola pikir baru yang
mengarah pada perkembangan kreativitas.
6. Membuat interpretasi asli sebagai suatu bentuk dari kreativitas (Jufri,
2013: 103).

21

Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (2011: 2) terdiri atas 12
komponen, yaitu:
Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Kemampuan
Sub Kemampuan
Aspek
Berpikir Kritis
Berpikir Kritis
1. Memberikan
1. Memfokuskan
a. Mengidentifikasi
penjelasan
pertanyaan
atau
dasar
memformulasikan
suatu masalah
b. Mengidentifikasi
atau
memformulasikan
kriteria jawaban
yang mungkin
c. Menjaga pikiran
terhadap situasi yang
sedang dihadapi
2. Menganalisis
a. Mengidentifikasi
argumen
kesimpulan
b. Mengidentifikasi
alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi
alasan yang tidak
dinyatakan
d. Mencari persamaan
dan perbedaan
e. Mengidentifikasi
dan menangani
ketidakrelevanan
f. Mencari struktur
dari sebuah
pendapat/argumen
g. Meringkas
3. Bertanya dan
a. Mengapa?
menjawab
b. Apa yang menjadi
pertanyaan
alasan utama?
klarifikasi dan
c. Apa yang kamu
pertanyaan yang
maksud dengan?
menantang
d. Apa yang menjadi
contoh?
e. Apa yang bukan
contoh?
f. Bagaimana
mengaplikasikan
kasus tersebut?

22

Kemampuan
Berpikir Kritis

Sub Kemampuan
Berpikir Kritis

Aspek

g. Apa yang
menjadikan
perbedaannya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang
kamu katakan?
j. Apalagi yang akan
kamu katakan
tentang itu?
2. Membangun
4. Mempertimbangkan a. Keahlian
keterampilan
apakah sumber
b. Mengurangi konflik
dasar
dapat dipercaya
interest
atau tidak
c. Kesepakatan antar
sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan
prosedur yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan
memberikan alasan
h. Kebiasaan berhatihati
5. Mengobservasi dan a. Mengurangi
mempertimbangkan
praduga/menyangka
hasil observasi
b. Mempersingkat
waktu antara
observasi dengan
laporan
c. Laporan dilakukan
oleh pengamat
sendiri
d. Mencatat hal-hal
yang sangat
diperlukan
e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam
penguatan
g. Kondisi akses yang
baik
h. Kompeten dalam
menggunakan
teknologi
i. Kepuasan pengamat
atas kredibilitas
criteria
3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan
a. Kelas logika

23

Kemampuan
Berpikir Kritis

Sub Kemampuan
Berpikir Kritis
mempertimbangkan
deduksi

7. Menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
8. Membuat dan
mengkaji nilai-nilai
hasil pertimbangan

4. Membuat
penjelasan
lebih lanjut

9. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
definisi

10. Mengidentifikasi
asumsi

5. Strategi dan
taktik

11. Memutuskan suatu
tindakan

Aspek
b. Mengondisikan
logika
c. Menginterpretasikan
pernyataan
a. Menggeneralisasi
b. Berhipotesis
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Mengaplikasikan
konsep (prinsipprinsip, hukum dan
asas)
d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Menyeimbangkan,
menimbang dan
memutuskan
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk: sinonim,
klarifikasi, rentang,
ekspresi yang sama,
operasional, contoh
dan noncontoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)
a. Alasan yang tidak
dinyatakan
b. Asumsi yang
diperlukan:
rekonstruksi
argument
a. Mendefinisikan
masalah
b. Memilih kriteria
yang mungkin
sebagai solusi
permasalahan
c. Merumuskan
alternatif-alternatif
untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal
yang akan dilakukan
e. Me-review
f. Memonitor
implementasi

24

Kemampuan
Berpikir Kritis

Sub Kemampuan
Aspek
Berpikir Kritis
12. Berinteraksi dengan a. Memberi label
orang lain
b. Strategi logis
c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan
suatu posisi, baik
lisan atau tulisan

(Ennis, 2011: 2).

Orlich, et al (1998, dalam Jufri, 2013: 104) menyatakan bahwa kemampuan
yang berasosiasi dengan berpikir kritis yang efektif meliputi: 1)
mengobservasi, 2) mengidentifikasi pada hubungan, hubungan sebab-akibat,
asumsi-kesalahan-alasan, kesalahan logika dan bias, 3) membangun criteria
dan mengklasifikasi, 4) membandingkan dan membedakan, 5) menginferensi
dan menginterpretasi, 6) membuat ringkasan, 7) menganalisis, mensintesis,
menggeneralisasi, 8) merumuskan hipotesis, 9) membedakan data yang
relevan dengan yang tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan yang
tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang tidak relevan.
Langkah-langkah berpikir kritis menurut Sukmadinata dan Erliany (2012:
122) adalah:
1. Penentuan isu, masalah, rencana atau kegiatan pokok yang akan dikaji.
Pokok yang akan dikaji perlu ditentukan dan dirumuskan dengan jelas
sebab akan menjadi focus kajian.
2. Sudut pandang. Dari sudut pandang mana pokok kajian tersebut akan
dikaji. Kemacetan lalu lintas umpamanya dapat dilihat dari sudut tata kota,
disiplin, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain.

25

3. Alasan pemilihan pokok kajian. Setiap pemilihan pokok kajian perlu
memiliki alasan yang kuat. Alasan tersebut akan menjelaskan pentingnya
pokok kajian.
4. Perumusan asumsi. Asumsi adalah ide atau pemikiran-pemikiran dasar
yang dijadikan pegangan dalam mengkaji suatu pokok kajian. Asumsiasumsi tersebut menentukan arah dari kajian.
5. Penggunaan bahasa yang jelas. Bahasa merupakan alat berpikir.
Penggunaan bahasa yang jelas dalam merumuskan, dan mengkaji masalah
akan meningkatkan kemampuan berpikir.
6. Dukungan fakta-kenyataan. Apakah pendapat, pandangan, argumentasi
didasarkan atas fakta-fakta nyata? Pendapat atau pandangan yang kuat
adalah yang didukung oleh kenyataan. Fakta kenyataan ini bisa bersumber
dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, informasi dari pemegang
kekuasaan atau data statistik.
7. Kesimpulan yang diharapkan. Rumusan tentang kesimpulan-kesimpulan
apa yang diharapkan diperoleh dari kajian tersebut. Kesimpulan
merupakan hasil akhir dari suatu kajian. Rumusan kesimpulan hendaknya
didasari oleh logika berpikir, alasan, dan fakta-fakta nyata.
8. Implikasi dari kesimpulan. Suatu kesimpulan memiliki beberapa implikasi
bagi penerapannya. Implikasi ini terkait dengan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapan hasil, saran, dan pemecahan masalah
maupun mengatasi hambatan dan dampak-dampak negatif.

26

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran
2014/2015, yaitu pada bulan April 2015 bertempat di SMP Perintis 2 Bandar
Lampung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP
Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas VII A yang berjumlah 37 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan kelas VII B yang berjumlah 37 siswa sebagai kelompok
kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu
(Arikunto, 2006: 140).

C. Desain Peneletian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest tak
ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan
kelas dengan kondisi yang homogen dalam jenjang pendidikannya. Kelompok

27

eksperimen diberi perlakuan dengan model discovery, sedangkan kelompok
kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Hasil pretest dan posttest pada
kedua kelompok subyek dibandingkan. Sehingga struktur desain
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelompok
I
II

pretes
O1
O1

posttest

perlakuan
X
C

O2
O2

Gambar 2. Desain pretest posttest tak ekuivalen (Dimodifikasi dari
Purwanto, 2008: 90)
Keterangan : I
= Kelompok eksperimen
II
= Kelompok Kontrol
O1
= Pretest
O2
= Posttest
X
= Perlakuan model discovery learning
C
= Perlakuan dengan metode diskusi
D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Langkah-langkah dari tahapan penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan dari FKIP Universitas
Lampung ke SMP Perintis 2 Bandar Lampung, tempat diadakannya
penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

28

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kegiatan
Siswa (LKS).
e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest dan posttest berupa
soal pilihan jamak beralasan dengan empat alternatif jawaban dan
uraian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran discovery untuk kelas
eksperimen dan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut:
a) Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model Discovery)
1) Kegiatan Pendahuluan
a. Siswa mengerjakan soal pretest mengenai keanekaragaman ciri
makhluk hidup pada pertemuan pertama.
b. Siswa diberikan apersepsi oleh guru:
Pertemuan I:
Guru memberikan pernyataan dan pertanyaan kepada siswa
berupa: Manusia bernafas melalui hidung, lalu apakah hewan
juga bernafas melalui hidung? Bagaimana dengan tumbuhan?
Apakah tumbuhan juga bernafas? Apakah tumbuhan juga

29

memiliki hidung yang dapat digunakan sebagai alat pernafasan
seperti manusia dan hewan?, sehingga akan menimbulkan rasa
penasaran dan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan
dipelajari.
Pertemuan II:
Berapa umurmu sekarang? Berapa tinggi badanmu sekarang?
Berapa kira-kira tinggi badanmu pada saat kamu berumur 2
tahun? Apakah tinggi badanmu dapat kembali seperti saat
kamu berumur dua tahun? Mengapa?
c. Guru memberikan motivasi kepada siswa:
Pertemuan I:
Guru memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari
materi keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup antara lain
dapat mengklasifikasi makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya,
serta dapat mengetahui morfologi serta fisiologi suatu
makhluk hidup.
Pertemuan II:
Guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang
relevan dalam mempelajari identifikasi keanekaragaman ciriciri makhluk hidup seperti klasifikasi, morfologi, dan fisiologi.
d. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai langkah-langkah pembelajaran Discovery.

30

2) Kegiatan Inti
a.

Siswa diorganisasikan dalam 9 kelompok yang sudah
ditentukan, 1 kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang dan
membagikan LKS per siswa dalam kelompok tersebut.

b.

Siswa diberi stimulasi oleh guru berupa wacana singkat yang
dimuat dalam LKS.

c.

Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah yang ada di
LKS.

d.

Siswa dibimbing untuk mengumpulkan data melalui
pengamatan terhadap ciri makhluk hidup dari gambar
keanekaragaman ciri makhluk hidup yang ada di LKS , video
keanekaragaman ciri makhluk hidup, dan pengamatan dengan
melakukan percobaan pada pertemuan :
Pertama:
Melakukan pengamatan video keanekaragaman bergerak dan
menanggapi rangsang pada makhluk hidup dan gambar
keanekaragaman adaptasi dan bernafas makhluk hidup yang
ada di LKS.
Kedua:
Melakukan pengamatan dari hasil percobaan tanaman kacang
hijau, video keanekaragaman reproduksi, dan gambar
keanekaragaman ekskresi dan memerlukan makan/ nutrisi. dan
lalat buah serta gambar keanekaragaman tumbuh dan
berkembang, memerlukan makan/ nutrisi, dan reproduksi

31

makhluk hidup yang ada di LKS pengamatan gambar contoh
keanekaragaman ciri tumbuh dan berkembang dan
memerlukan makanan/ nutrisi pada makhluk hidup.
e.

Siswa dibimbing untuk mengolah data dengan cara
mengomunikasikan hasil pengamatan yang berupa data atau
informasi yang diperoleh ke dalam bentuk tabel serta
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS.

f.

Siswa dibimbing untuk melakukan verifikasi.

g.

Siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan berdasarkan
hasil kegiatan yang dilakukan siswa.

h.

Siswa mengumpulkan LKS.

i.

Siswa maju ke depan untuk mencatat hasil diskusi kelompok
dari kelompok lain.

3) Kegiatan Penutup
a.

Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.

b.

Pada pertemuan pertama siswa diberikan PR untuk melakukan
percobaan menggunakan tanaman kacang hijau yang akan
dibawa pada pertemuan kedua.

c.

Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan kedua kemudian
mengumpulkan hasil posttest yang telah dikerjakan.

32

b) Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi)
1) Kegiatan Pendahuluan
a.

Siswa mengerjakan soal pretest mengenai me

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP KELAS VII SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

0 3 44

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012)

0 16 61

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 43

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

0 4 38

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

2 41 56

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

1 11 72

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

0 5 55

CIRI CIRI MAKHLUK HIDUP

0 1 7