PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Krui Lampung Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh MEGASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh MEGASARI

Hasil observasi terhadap guru Biologi yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat, diketahui bahwa dalam pembelajaran guru lebih dominan menggunakan metode diskusi, siswa kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki, termasuk kemampuan berpikir kritis (KBK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Desain penelitian adalah group pretest-posttest equivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIA dan VIIB yang dipilih secara acak dengan teknik clusster random sampling. Data penelitian diperoleh dari pretest dan posttest pada setiap pertemuan, dihitung dengan rumus skor gain. Analisis data menggunakan uji–t pada taraf kepercayan 5% dengan menggunakan program SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan KBK siswa pada kelas

eksperimen dengan rata-rata N-gain 29,67 lebih tinggi daripada rata-rata N-gain pada kelas kontrol yaitu 24,55. Selain itu, rata-rata indikator KBK siswa pada kelas

eksperimen juga mengalami peningkatan 22,2 % lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 70,72; kontrol = 66,52). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KBK dan akivitas belajar siswa pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Kata kunci : inkuiri terbimbing, ciri-ciri makhluk hidup, kemampuan berpikir kritis.


(3)

(4)

(5)

(6)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka pikir ... 7

G. Hipotesis Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Inkuiri terbimbing ... 9

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 17

C. Desain Penelitian ... 17

D. Prosedur Penelitian ... 18

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 24

1. Jenis Data ... 24

2. Teknik Pengambilan Data ... 24

F. Teknik Analisis Data ... 27

1. Analisis Data ... 27

1.1 Data Kuantitatif ... 27

1.2 Data Kualitatif ... 27

1.2.1 Uji Normalitas Data ... 27

1.2.2 Kesamaan Dua Varians ... 28

2. Pengujian Hipotesis ... 28

2.1 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 28

2.2 Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 28

G. Pengolahan Data keterampilan berpikir kritis ... 30


(7)

xiii

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 51

2. Data Hasil Penelitian ... 105

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 122

4. Foto-Foto Penelitian ... 130


(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar proses dalam pencapaian kompetensi lulusan merupakan salah satu standar yang harus dikembangkan. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan potensi serta kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Proses pembelajaran dituntut interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif (BSNP, 2007: 6).

Berdasarkan Standar Isi Biologi SMA, dikatakan bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya dan alam sekitar. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains, sehingga siswa perludibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar (BSNP, 2006: 451).


(9)

Melihat pentingnya Biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu pendidikan harus selalu diupayakan. Salah satu kecakapan hidup ( life skill ) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah ketrampilan berpikir (Depdiknas, 2003:3). Oleh karena itu guru dalam merancang persiapan mengajar perlu menyusun strategi pembelajaran yang dirancang secara seksama sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal (Sanjaya, 2008:128).

Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Saat ini kemampuan berpikir kritis dirasakan perlu dalam kegiatan pembelajaran karena segala informasi global masuk dengan mudah, hal tersebut menyebabkan selain informasi yang bersifat baik ataupun buruk akan terus mengalir tanpa henti dan dapat mempengaruhi sifat mental anak. Maka dari itu, diperlukan suatu kemampuan berpikir kritis dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti, bermain logika dan mencari alternatif untuk menemukan suatu solusi, memberi anak sebuah rute yang jelas di tengah kekacauan pemikiran pada zaman teknologi dan globalisasi saat ini (Johnson, 2009:187). Mereka harus mampu membedakan antara alasan yang baik dan buruk dan membedakan kebenaran dari kebohongan.

Kemampuan berpikir kritis merupakan alat yang dipergunakan dalam proses penguasaan konsep karena pengetahuan konseptual merupakan akibat dari proses konstruktif. Kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan perjalanan usia seseorang. Kemampuan ini akan berkembang dengan baik apabila secara sengaja dikembangkan.


(10)

Dalam proses pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses berpikir kritis. Kurangnya siswa untuk melakukan proses berpikir kritis sesuai dengan hasil observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 2 Krui, diketahui bahwa selama ini guru kurang memunculkan

kemampuan berpikir kritis siswa secara optimal, khususnya pada materi Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Pentingnya mengukur kemampuan berpikir kritis siswa karena menurut hasil observasi siswa kurang untuk melakukan proses berpikir kritis terlihat dalam pembelajaran, guru lebih dominan menggunakan metode ceramah. Siswa pun lebih banyak menerima informasi dari guru sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki, termasuk kemampuan berpikir kritis. Guru jarang mengaitkan aplikasi konsep dengan kehidupan sehari-hari dan guru jarang mengajak siswa berlatih untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi suatu informasi data atau argumen. Sehingga diduga dengan kurangnya

memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa tersebut berdampak pada penguasaan materi.

Materi Ciri-ciri Makhluk Hidup dipilih dalam penelitian ini, karena

penyampaiannya selama ini kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui kajian yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan memberdayakan kemampuan berpikir kritis, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar minimal disekolah yaitu ≥ 65.


(11)

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat membantu siswa dalam memberdayakan kemampuan berpikir kritis yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model ini biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Model inkuiri terbimbing mempunyai lima tahapan yaitu : merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengevaluasi fakta, dan membuat kesimpulan. Dari langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini banyak menuntut kemampuan berpikir siswa terutama berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi yaitu berpikir kritis (Sumiati dan Asra,

2008:103).

Berdasarkan hasil penelitian Ubaidillah (2006:39) diketahui bahwa dengan metode pembelajaran inkuiri, hasil belajar siswa kelas dua semester dua SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan pada materi Reproduksi Makhluk Hidup

meningkat 32,2 %. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa dilibatkan secara langsung sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian Wijayanti (2009:31) pada siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Lampung Selatan diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran inkuirí terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep ekosistem oleh siswa. Penguasaan konsep oleh siswa pada penerapan metode pembelajaran inquirí terpimpin dengan

skor gain 23,50 lebih tinggi dibanding tanpa metode pembelajaran inkuirí terpimpin 17,89.


(12)

Model pembelajaran ini berpusat pada siswa, sehingga siswa terlibat aktif secara mental maupun fisik dalam proses pembelajaran namun dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Berbeda dengan model pembelajaran lain yang umumnya kelas lebih cenderung dikuasai oleh guru sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran terbatas, dan

kemampuan berpikir siswa kurang dapat terlatih. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dalam menggali kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP N 2 Krui?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup pada kelas VII SMP N 2 krui.


(13)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru biologi, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menggali kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Ciri-ciri Makhluk Hidup.

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dengan melatih kemampuan berpikir kritis mereka.

3. Bagi penelitian, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas, maka batasan masalah yang diberikan yaitu :

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dimaksud dalam penelitian ini, menurut (Sumiati dan Asra, 2008:103) merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru masih terlibat atau menyediakan bimbingan kepada siswa. Langkah pembelajaran dalam model inkuiri terbimbing adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data (menguji hipotesis dengan data), dan membuat kesimpulan.

2. Materi pokok yang diteliti yaitu Ciri-ciri Makhluk Hidup

3. Indikator keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah melakukan induksi, melakukan deduksi, memberikan argumen, dan melakukan analisis. 4. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIb sebagai kelas eksperimen dan kelas


(14)

F. Kerangka Pikir

Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara yang

bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Pendidikan Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah kemampuan berpikir kritis supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar.

Pada dasarnya, pelajaran Biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara “mengetahui” dan cara “mengerjakan”yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat mengungkapkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam model pembelajaran inkuiri

terbimbing siswa dibagi dalam kelompok-kelompok melalui masalah yang diberikan oleh guru kemudian mereka mencari pemecahan masalah melalui serangkaian kegiatan yang meliputi: merumuskan masalah, membuat hipotesis,


(15)

merencanakan kegiatan penyelidikan, mengumpulkan data, menganalisis data, mengumpulkan hasil penyelidikan dan menarik kesimpulan.

Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sehingga diharapkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang.

.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Keterangan :

X = penerapan model inkuiri terbimbing. Y = kemampuan berpikir kritis.

G.HipotesisPenelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah: “Penerapan model inkuiri terbimbing pada materi Ciri-ciri makhluk Hidup berpengaruh terhadap kemampuan berpikirkritis siswa”.

Hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Krui Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.


(16)

H1= Ada pengaruh yang signifikan penerapan model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Krui Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Model Inkuiri Terbimbing

Model inkuiri didefinisikan oleh Kourilsky (dalam Hamalik, 2004:220) “Pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inkuiri diberi suatu isu atau masalah-masalah sehingga mencari jawaban-jawaban terhadap isu atau pertanyaan melalui prosedur yang jelas dan struktural kelompok”

Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:137-138) menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan merupakan suatu proses yang bemula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut. 1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan model pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi


(18)

guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru memberikan kesempatan dan membimbing siswa untuk menentukan

langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ’benar’ atau ’salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. 5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Sementara itu, Slameto (2003:156) mengatakan bahwa inkuiri memungkinkan siswa menggunakan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah. Pendekatan ini banyak memberikan keuntungan antara lain meningkatkan fungsi intelegensi, membantu siswa belajar melakukan penelitian, meningkatkan daya ingat, menghindari proses belajar secara menghafal, mengembangkan kreativitas, meningkatkan aspirasi, membuat pengajaran menjadi “student centered” sehingga dapat membantu lebih ke arah


(19)

pembentukan konsep diri, memberikan lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk menanpung serta memahami informasi.

Sanjaya (2006:194) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari

pembelajaran inkuiri yaitu : Pertama, Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Kedua, Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).Ketiga, Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Keunggulan inkuiri adalah

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik


(20)

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka

4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif, dan merumuskan hipotesanya sendiri

5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik 6. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang

7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri

9. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar tradisional

10.Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah, 2008:76-77).

Menurut Sumiati dan Asra (2008:103) inkuirí artinya penyelidikan, melalui penyelidikan siswa akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan. Model inkuiri dipandang cukup ilmiah dalam melakukan penyelidikan untuk

memperoleh suatu penemuan. Langkah-langkah yang ditempuh dimulai dari merumuskan masalah, hipótesis, mengumpulkan data, menguji hipótesis dengan data dan menarik kesimpulan. Kegiatan ini dapat membimbing siswa untuk selalu menggunakan pendekatan ilmiah dan berpikir secara obyektif dalam memecahkan masalah. Jadi dengan model inkuiri, siswa melakukan suatu proses mental yang bernilai tinggi, disamping proses kegiatan fisik lainnya.


(21)

Pelaksanaan model inkuiri mempunyai tiga macam cara, yaitu: 1. Inkuiri Terbimbing.

Pada inkuirí terbimbing pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti. Dari jawaban yang dikemukakan, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan pendapat yang telah

dikemukakan. 2. Inkuiri bebas.

Dalam hal ini siswa melakukan penelitian bebas sebagai mana seorang scientis. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen (penyelidikan) dilakukan sendiri, dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri. 3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi.

Berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya (Sumiati dan Asra, 2008:103).

B.Kemampuan Berpikir Kritis

Johnson (dalam Supriya, 2007:8) merumuskan istilah “berpikir kritis” (critical thinking) secara etimologis, ia menyatakan bahwa kata “critic”dan “critical” berasal dari “krinein”, yang berarti “menaksir nilai sesuatu”.Lebih jauh ia menjelaskan bahwa kritis dalam perbuatan seorang yang mempertimbangkan, menghargai, dan menaksir nilai sesuatu hal. Tugas orang yang berpikir kritis adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap suatu hasil dan


(22)

mempertimbangkan nilainya dan mengarti kulasikan pertimbangan

tersebut.Selanjutnya Johnson (dalam Supriya, 2007:8) merangkum beberapa definisi critical thinking dan ia menyimpulkan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan berpikir kritis. Pertama, berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif; kedua, berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda.

Berpikir kritis menurut Ennis (1987:12) merupakan istilah yang digunakan untuk suatu kreativitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan perilaku yang rasional. Ia telah mengidentifikasi lima kunci berpikir kritis, yakni “praktis, reflektif, rasional, terpercaya, dan berupa tindakan”. Dengan dasar ini ia merumuskan definisi berpikir kritis adalah aktivitas berpikir secara reflektif dan rasional yang difokuskan pada penentuan apa yang harus diyakini atau dilakukan. Di bawah ini merupakan indikator dan aspek kemampuan berpikir kritis yang diadaptasi oleh Ennis (1985:19):

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan Indikatornya No Keterampilan Berpikir

Kritis Indikator

1 Memberikan argumen

Argumen atau alasan yang sesuai konteks; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.

2 Melakukan deduksi

Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan. 3 Melakukan induksi

Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik. 4 Melakukan evaluasi

Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif. Sumber: Ennis (dalam Herniza, 2011:19)


(23)

Berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginter pretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Berpikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan. Berpikir kreatif harus selalu melihat kedepan, professional tidak boleh membiarkan berpikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar Reason (dalam Sanjaya, 2006:228).

Berpikir kritis juga merupakan pola berpikir seseorang mempunyai wawasan dan wacana yang luas. Dia mampu menganalisa suatu masalah dengan tepat, cermat, jeli, tidak gegabah dan efisien. Dia mampu memberikan solusi yang benar,masuk akal, bias dipertanggung jawabkan dan valid. Pada dasarnya seseorang yang mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, dia otomatis akan berpikir secara kritis. Karena dia akan menganalisa masalah dengan berbagai kemungkinan dari sudut ilmu dan teori yang dia kuasai. Sehingga akan menghasilkan hasil analisa yang lebih detail, karena detail inilah seseorang akan menjadi lebih kritis Reason (dalam Sanjaya, 2006:229).

Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Berpikir kritis mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru.


(24)

Tahap awal sebagai syarat untuk memasuki sikap kritis adalah adanya sikap siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran baru. Tahap ini disebut tahap berpikir kreatif. Tahap kedua siswa membuat pertimbangan atau

penilaian atau taksiran yang dapat dipertanggung jawabkan.Tahap kedua ini dikategorikan sebagai tahap berpikir kritis, Savage dan Armstrong (1996:135).


(25)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Krui pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Krui Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Sampel

Siswa kelas VIIB dan VIIA SMP Negeri 2 Krui Tahun Pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel tersebut adalah siswa kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIIA sebagai kelas kontrol yang masing-masing kelas berjumlah 32 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes ekuivalen. Kelas eksperimen maupun kontrol menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberikan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kontrol menggunakan


(26)

metode diskusi kelompok. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek dibandingkan.

Struktur desainnya adalah sebagai berikut :

Keterangan:

I = kelas experimen II = kelas kontrol

X = perlakuan eksperimental ( menggunakan model inkuiri terbimbing) C = Metode diskusi

Gambar 2. Desain pretes postes kelompok ekuivalen (sumber: Riyanto, 2001: 46)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1.Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang telah diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan eksperimen. d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester genap yang telah

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2


(27)

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes untuk setiap pertemuan untuk mengukur berpikir kritis siswa.

g. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri terbimbing untuk kelas eksperimen dan tanpa model inkuiri terbimbing yaitu dengan menggunakan model yang biasa digunakan oleh guru biologi di SMP N 2 Krui untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

a. Kelas eksperimen (Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) Kegiatan Pendahuluan

1) Menyampaikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

2) Menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan

menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, dan setiap kelompok akan memperoleh LKK yang berisi soal-soal yang dibuat berdasarkan sintak model pembelajaran model Inkuiri Terbimbing untuk didiskusikan.


(28)

3) Guru memberikan apersepsi pada siswa:

a) Pertemuan pertama: ”Apakah kalian tahu ciri-ciri makhluk hidup”? (ciri-ciri makhluk hidup yaitu: bernapas, peka terhadap rangsang memerlukan makanan (nutrisi), bergerak tumbuh dan berkembang, berkembangbiak, adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi)).

b) Pertemuan kedua: ”Kenapa makhluk hidup harus berkembang biak sebagai salah satu ciri makhluk hidup? (karena fungsi

berkembang biak bagi makhluk hidup adalah agar makhluk hidup dapat menghasilkan keturunan untuk mempertahankan

kepunahan)”

4) Guru memberikan motivasi pada siswa:

a) Pertemuan pertama: “Sebelum kalian berangkat ke sekolah, apakah kalian sudah makan? Mengapa kalian harus makan? Apakah semua makhluk hidup memerlukan makan? Apakah yang kalian lakukan apabila mata kalian terkena cahaya? Reaksi dari mata tersebut merupakan ciri-ciri makhluk hidup yang mana?”

b) Pertemuan kedua: “Berkembangbiak, adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi) dan kita akan mengetahui contoh yang

membuktikan ciri-ciri makhluk hidup sesuai dengan sekitar kita. Apabila kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang materi ini kalian bisa mengambil jurusan biologi pada saat kuliah nanti”.


(29)

Kegiatan Inti

1) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, dengan 1 kelompok terdiri dari 5-6 siswa, dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya secara acak.

2) Menjelaskan materi mengenai ciri-ciri makhluk hidup bernapas, peka terhadap rangsang, dan memerlukan makan (nutrisi).

3) Guru membagi lembar kerja siswa (LKK) tentang ciri-ciri makhluk hidup:

a)Pertemuan pertama: bernapas, peka terhadap rangsang, dan memerlukan makan (nutrisi), bergerak, tumbuh dan berkembang. b)Pertemuan kedua: berkembang biak, adaptasi, dan mengeluarkan

zat sisa (Ekskresi).

4) Menugaskan siswa untuk mengerjakan LKK secara berkelompok serta membimbing dan menjadi fasilitator bagi kelompok belajar yang kurang mengerti.

5) Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.

6) Memberikan kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya. 7) Membahas kembali dan membenahi hasil diskusi yang telah

diperesentasikan dengan konsep yang benar.

Kegiatan penutup

1) Membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

2) Memberi tugas rumah pada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari dipertemuan selanjutnya.


(30)

b. Kelas kontrol (Pembelajaran Dengan Metode Diskusi) Kegiatan Pendahuluan

1) Menyampaikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

2) Menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan menggunakan metode diskusi, dimana setiap kelompok akan memperoleh LKK yang berisi soal-soal untuk didiskusikan.

Guru memberikan apersepsi pada siswa:

a) Pertemuan pertama: ”Apakah kalian tau ciri-ciri makhluk hidup”? (ciri-ciri makhluk hidup yaitu: bernapas, peka terhadap rangsang memerlukan makanan (nutrisi), bergerak tumbuh dan berkembang, berkembangbiak, adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi)).

b) Pertemuan kedua: ”Kenapa makhluk hidup harus berkembang biak sebagai salah satu ciri makhluk hidup? (karena fungsi berkembang biak bagi makhluk hidup adalah agar makhluk hidup dapat menghasilkan keturunan untuk mempertahankan kepunahan)”

Guru memberikan motivasi pada siswa:

a) Pertemuan pertama: “Sebelum kalian berangkat ke sekolah, apakah kalian sudah makan? Mengapa kalian harus makan?dan apakah semua makhluk hidup memerlukan makan?”

b) Pertemuan kedua: “Berkembangbiak, adaptasi, mengeluarkan zat sisa (Ekskresi) dan kita akan mengetahui contoh yang


(31)

membuktikan ciri-ciri makhluk hidup sesuai dengan sekitar kita. Apabila kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang materi ini kalian bisa mengambil jurusan biologi pada saat kuliah nanti”.

Kegiatan Inti

1) Guru membagi Lembar Kerja Kelompok (LKK) tentang ciri-ciri makhluk hidup:

a) Pertemuan pertama: bernapas, peka terhadap rangsang, dan memerlukan makan (nutrisi), bergerak, tumbuh dan berkembang. b) Pertemuan kedua:berkembangbiak, adaptasi, dan mengeluarkan zat

sisa (Ekskresi).

2) Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.

3) Memberikan kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya. 4) Membahas kembali dan membenahi hasil diskusi yang telah

dipresentasikan dengan konsep yang benar.

Kegiatan Penutup

1) Memberikan kesimpulan dari materi pelajaran yang telah ditentukan. 2) Memberi tugas rumah pada siswa untuk membaca materi yang akan


(32)

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup yang diperoleh dari nilai pretest dan postest. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest, lalu dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa, data LKK siswa dengan model inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pretes dan Postes

Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pertemuan kedua pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak.


(33)

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 1991 : 112)

b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Sumber: Carolina, 2010: 29 Keterangan :

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide 1. Tidak mengemukakan pendapat /ide

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan

N

o Nama

Aspek yang diamati

VII

A B C D E F

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 4


(34)

B.Kemampuan Bertanya:

1. Tidak mengemukakan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan

C.Bekerjasama dengan teman :

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja) 2. Bekerjasama tetapi hanya satu atau dua teman 3. Bekerjasama baik dengan semua anggota kelompok D.Melakukan kegiatan diskusi

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok

2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan

3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan E.Membuat Kesimpulan:

1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil pengamatan

3. Membuat kesimpulan lengkap tetapi tidak sesuai dengan hasil pengamatan

Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data

No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat

ukur

Analisis Data

1 Kemampuan berpikir kritis

Tes

kemampuan berpikir kritis siswa

Nominal dan tes tertulis

Uji t

2 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Lembar observasi aktifitas siswa


(35)

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian berupa data kuantitatif adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemampuan berpikir kritis ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelas eksperimen dan kontrol.

Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (dalam Loranz, 2008 : 2) sebagai berikut:

Keterangan : X= nilai postes Y= nilai pretes Z= skor maksimum

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes dan skor gain pada kelas kontrol dan eksperimen yang dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Liliefors dengan program

SPSS versi 17. a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro, Marzuki dan Gunawan, 2002: 118)


(36)

2. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika Lhitung < Ltabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika Lhitung > Ltabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13)


(37)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10)

G. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:

1. Menjumlahkan skor seluruh siswa

2. Menentukan persentase tiap indikator kemampuan berpikir kritis dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

Keterangan : P = Persentase

f = Jumlah point kemampuan berpikir kritis yang diperoleh N = Jumlah total point kemampuan berpikir kritis tiap indikator (Sudijono, 2004: 40)


(38)

3. Rubrik kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut: Tabel 4. Kriteria kemampuan berpikir kritis siswa

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. Skor pada tiap soal kemampuan berpikir kritis tertera pada penilaian soal (Sumber: Arief, 2009: 9).

4. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kemampuan

berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

Tabel 5. Kriteria kemampuan berpikir kritis siswa

Sumber: Arikunto, 2010: 245

H. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

No Nama

Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

F P Kriteria

Induksi Deduksi Argumen Evaluasi

No soal... No soal... No soal ... No soal ...

1 2 3 4 5 Dst Jumlah (F) Poin (P) Kriteria

Poin Kriteria

80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(39)

Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

1. Menghitung rata–rata persentase skor aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus:

% 100 x n

x

X

i

Keterangan

X = Rata-rata skor aktivitas belajar siswaxi= Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum

2. Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 6.

Tabel 6. Klasifikasi indeks aktivitas belajar siswa

Interval (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: Hake (dalam Belina, 2008: 37)


(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan N-gain (29.67) meningkat dari N-gain yang hanya menggunakan metode diskusi (24.55)

2. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode diskusi.


(41)

B.Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Sekolah yang kelas pembelajarannya belum pernah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya sebelum penelitian siswa diperkenalkan dahulu pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sampai beberapa pertemuan, sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat lebih efektif.

2. Untuk penelitian lanjut, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi oleh dua pertemuan saja, sehingga siswa memiliki pengalaman untuk belajar dengan inkuiri terbimbing secara optimal.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. dan I.K. Ahmad. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara. Jakarta. Belina. W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

BSNP. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Carolina. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inquiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terrhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Universitas Lampung

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Universitas Lampung. Lampung.

Johnson, Ph.D. Elaine B. 2009. Contextual Teaching & Learning. Mizan Learning Center. Bandung


(43)

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, A, Erwan, dan Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Jakarta.

Riyanto. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Sanjaya, M.Pd, Dr. Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT RajaGrafindo. Jakarta Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Supriyadi. 2010. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pada Materi Pokok Reproduksi Pada Manusia”. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Ubaidillah. 2006. “Penerapan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Sistem

Reproduksi Makhluk Hidup”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar


(1)

3. Rubrik kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria kemampuan berpikir kritis siswa

Petunjuk : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai.

Skor pada tiap soal kemampuan berpikir kritis tertera pada penilaian soal (Sumber: Arief, 2009: 9).

4. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kemampuan

berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

Tabel 5. Kriteria kemampuan berpikir kritis siswa

Sumber: Arikunto, 2010: 245

H. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis

dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

No Nama

Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

F P Kriteria

Induksi Deduksi Argumen Evaluasi

No soal... No soal... No soal ... No soal ...

1 2 3 4 5 Dst Jumlah (F) Poin (P) Kriteria

Poin Kriteria

80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(2)

31

Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

1. Menghitung rata–rata persentase skor aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus:

% 100

x n

x

X

i

Keterangan

X = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa

xi= Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum

2. Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa

sesuai klasifikasi pada tabel 6.

Tabel 6. Klasifikasi indeks aktivitas belajar siswa

Interval (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: Hake (dalam Belina, 2008: 37)


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan

berpikir kritis siswa pada penerapan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan N-gain (29.67) meningkat dari N-gain yang hanya

menggunakan metode diskusi (24.55)

2. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri

makhluk hidup yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan


(4)

47

B.Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Sekolah yang kelas pembelajarannya belum pernah menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya sebelum penelitian siswa

diperkenalkan dahulu pada pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing sampai beberapa pertemuan, sehingga

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dapat lebih efektif.

2. Untuk penelitian lanjut, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi

oleh dua pertemuan saja, sehingga siswa memiliki pengalaman untuk


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. dan I.K. Ahmad. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT.Bina Aksara. Jakarta.

Belina. W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

BSNP. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Carolina. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inquiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terrhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Universitas Lampung

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta

Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Universitas Lampung. Lampung.

Johnson, Ph.D. Elaine B. 2009. Contextual Teaching & Learning. Mizan Learning Center. Bandung


(6)

N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, A, Erwan, dan Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Jakarta.

Riyanto. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Sanjaya, M.Pd, Dr. Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT RajaGrafindo. Jakarta

Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Supriyadi. 2010. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pada Materi Pokok Reproduksi Pada Manusia”. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Ubaidillah. 2006. “Penerapan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Sistem

Reproduksi Makhluk Hidup”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 18 51

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012)

0 16 61

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Krui Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Natar, Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 6 52

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

0 4 38

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Batu Ketulis Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 57

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

0 7 60

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

0 5 55