PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

(1)

Gusriana

ABSTRAK

PENGARUH SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

INKUIRI TERBIMBING

Oleh Gusriana

Berdasarkan hasil observasi masih banyak siswa yang kurang memiliki sikap ilmiah dalam mempelajari fisika. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterima siswa masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Siswa hanya diberikan konsep tanpa ada proses ilmiah untuk menemukan konsep tersebut, sehingga siswa pasif dan kurang bisa mendorong sikap ilmiah siswa ke arah positif dalam mempelajari fisika. Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang positif terhadap fisika, akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, serta sikap kritis. Hal ini dapat

mempengaruhi tingkat penguasaan konsep siswa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi Suhu dan Kalor. Penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014 di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah seluruh Siswa Kelas X, sedangkan sampel yang diambil yaitu Kelas X4 dengan jumlah 34 siswa. Pemilihan kelas sampel dengan menggunakan teknik


(2)

Gusriana simple random sampling dan menggunakan desain one-shot case study. Sebelum dilakukan uji regresi, data sikap ilmiah dan penguasaan konsep dilakukan uji normalitas dan uji linieritas yang dianalisis dengan bantuan SPSS 17.0. Kemudian untuk menguji pengaruh dilakukan uji regresi linear sederhana antara sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa. Persentase rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 66% dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai belajar siswa adalah sebesar 70 dengan kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kontribusi sebesar 31%. yang merupakan nilai koefisien determinasi (R Square). Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,560 dan persamaan regresinya adalah Y= 34,807 + 0,528 X.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 28 Agustus 1993, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Subandi dan Ibu Khuzaimah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1997 di TK Siti Masitoh Metro. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Metro Pusat, diselesaikan tahun 2004. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Metro hingga tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 12 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Gunung Agung dan penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 2,5 bulan di Desa Marga Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian untuk skripsi di SMA Negeri 12 Bandar Lampung.


(7)

MOTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah : 286)

“Kami dapat merasakan kenikmatan hidup, ketika kami mampu bersabar.” (Umar bin Khatab ra)

“Ketika merasa ingin berhenti, ingat kembali pada saat dulu memulai.”


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Orangtuaku tercinta, Bapak Subandi dan Ibu Khuzaimah, yang sudah bersusah payah membesarkan, mendidik, memperhatikan, dan selalu menantikan keberhasilan penulis. Terima kasih untuk segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, serta doa yang tidak pernah putus. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada kalian dan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Adik tersayang Riski Mardiana yang selalu menghibur, memotivasi, serta memberikan dukungan untuk keberhasilan penulis.

3. Keluarga Besar yang selalu mendukung keberhasilan penulis.

4. Semua sahabatku yang begitu tulus menyayangiku, terimakasih atas do’a dan

dukungannya.

5. Keluarga besar Pendidikan Fisika. 6. Almamater tercinta.


(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. H. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik dengan perhatian yang besar telah memberikan didikan, bimbingan, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.


(10)

xi 8. Ibu Siti Rohayati, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 12 Bandar

Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Sri Adiningsih, S.Pd., selaku guru mitra yang telah bersedia membantu memberikan saran-saran, motivasi yang luar biasa serta memberikan waktu luangnya untuk berdiskusi demi keberhasilan penelitian ini.

10.Bapak, Ibu dewan Guru serta Staff Tata Usaha SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang ramah dan penuh cinta ikut mendukung terlaksananya penelitian ini

11.Siswa-siswi SMA Negeri 12 Bandar Lampung, khususnya X4 selaku subjek penelitian, yang selalu memberikan warna ceria penuh cinta dan semangat selama penelitian ini.

12.Bapak, ibu, dan Kiki tercinta atas segala kasih sayang dan dukungan baik moral maupun material serta tengadah do’anya di setiap sujud dengan harapan kesuksesan dalam hidup penulis.

13.Sahabatku, Nurria dan Keluarga (Bapak, Mamak, Mbak Lina, Mbak Ida, Atin, Oman, dan Nung) atas kekeluargaan selama ini.

14.Sahabat-sahabat tercinta, Beti, Kadek Ceria, Ismi, Nani, April, Ratri, Novita, Yunita, Liza, Imas, Maria Ulpa, atas dorongan, motivasi, kebersamaan dan canda tawa kita selama ini. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya. Penulis sangat bersyukur bisa memiliki sahabat seperti kalian. 15.Teman-teman yang sangat kusayangi, Andi, Andrian, Aprilia, Arfilian, Beti,

Cory, Didi, Farahita, Heru, Imas, Ismi, Kadek, Liza, Maria, Mei, Mirza, Nani, Novelly, Novita, Nurul, Ratri, Rika, Risky, Rosita, Sandi, Shela, Tofan, Trian,


(11)

xii Vandan, Widodo, dan Yunita. Terimakasih atas persaudaraan dan

kebersamaannya.

16.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2010 kelas A.

17.Kakak tingkat serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan satu persatu.

18.Teman – teman KKN dan PPL di SMP Negeri 2 Gunung Agung: Zusi, Eka, Rike, Nanang, Ajeng, Arby, Lingga, Mbak Masni, Tendy, dan Komang. Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini dan kapanpun.

19.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar lampung, Juni 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis ... 6

1. Sikap Ilmiah ... 6

2. Penguasaan Konsep ... 9

3. Model Inkuiri Terbimbing ... 11

B.Kerangka Pemikiran ... 13

C.Hipotesis ... 16

III. METODE PENELITIAN A.Populasi Penelitian ... 17

B.Sampel Penelitian ... 17


(13)

xv

D.Desain Penelitian ... 17

E. Instrumen Penelitian ... 18

F. Analisis Instrumen ... 18

1. Uji Validitas ... 18

2. Uji Reliabilitas ... 18

G.Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Sikap Ilmiah Siswa ... 20

2. Penguasaan Konsep ... 20

H.Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 20

1. Analisis Data ... 20

2. Pengujian Hipotesis ... 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 25

1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 25

a. Uji Validitas Soal Penguasaan Konsep ... 26

b. Uji Reliabilitas Soal Penguasaan Konsep ... 27

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 27

3. Data Hasil Penelitian ... 30

4. Hasil Uji Analisis Data ... 33

a. Hasil Uji Normalitas ... 33

b. Hasil Uji Linearitas ... 33

c. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 34

d. Keputusan Hipotesis ... 35

B.Pembahasan ... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pengelompokkan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli ... 7

2.2 Dimensi dan Indikator sikap ilmiah dalam penelitian ... 8

3.1 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s ... 19

3.2 Kategori sikap ilmiah siswa pada proses pembelajaran. ... 21

3.3 Kategori Penguasaan Konsep Siswa ... 21

4.1 Data hasil uji validitas isi ... 26

4.2 Hasil Uji Reliabilitas... 27

4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ... 33

4.4 Hasil Uji Linearitas ... 34


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Kerangka Pemikiran ... 15 4.1 Distribusi Sikap Ilmiah Siswa ... 31 4.2 Distribusi Penguasaan Konsep ... 32


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah banyak usaha yang dilakukan oleh pengelola pendidikan negeri ini demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik, antara lain adalah dengan menerapkan model pembelajaran agar tercapai standar keberhasilan di dalam suatu tujuan materi pelajaran, serta

kelengkapan sarana dan prasarana. Model apa yang cocok agar siswa dapat berpikir kritis, logis, dapat memecahkan masalah dengan terbuka, kreatif, dan inovatif serta tidak membosankan merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena masing-masing model mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Jika pendidik telah menerapkan model yang tepat, maka sudah seharusnya siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan dengan mengatur sikap ilmiah pada dirinya dan belajar memecahkan masalah sejak dini. Pada sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana siswa seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan suatu tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi penguasaan konsep dalam sebuah kegiatan belajar siswa ke arah yang positif.

Materi Suhu dan Kalor merupakan salah satu materi pokok yang terdapat pada pelajaran fisika SMA Kelas X Semester Genap. Pada materi Suhu dan


(17)

2 Kalor, akan dibahas mengenai cara perpindahan kalor serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan menguasai konsep-konsep materi yang ada dalam pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMA Negeri 12 Bandar Lampung didapatkan informasi bahwa nilai rata-rata tes formatif pada materi pokok Suhu dan Kalor Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 73,2. Siswa yang mendapat nilai ≥ 70 adalah 77,39%. Nilai tersebut belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA Negeri 12 Bandar Lampung yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih kurangnya tingkat penguasaan konsep siswa terhadap Mata Pelajaran Fisika.

Kurangnya penguasaan konsep fisika siswa disebabkan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru adalah memberikan konsep, ceramah, dan latihan-latihan soal. Hal ini mengakibatkan banyak peserta didik yang menganggap mata pelajaran fisika hanya berupa rumus-rumus atau persamaan, sehingga membuat siswa takut dan malas dalam mempelajarinya. Selain itu, siswa kurang memiliki rasa keingintahuan dan sikap kritis dalam mempelajari fisika dan mengakibatkan siswa pasif dalam belajar fisika, sehingga kurang bisa mendorong sikap ilmiah siswa ke arah positif. Agar pembelajaran fisika menjadi pelajaran yang disukai dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, maka seorang pendidik perlu menumbuhkan sikap ilmiah pada


(18)

3 diri siswa. Sikap ilmiah dapat berpengaruh pada hasil akhir pembelajaran, dalam hal ini dikhususkan pada penguasaan konsep siswa.

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Tingkat sikap ilmiah siswa dapat dilihat dari bagaimana mereka memiliki rasa

keingintahuan yang sangat tinggi, memahami suatu konsep baru dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan, kritis terhadap suatu permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri. Hal-hal inilah yang dapat membantu siswa belajar secara ilmiah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013:29) menyimpulkan bahwa semakin tinggi sikap ilmiah siswa terhadap pelajaran fisika, maka hasil belajar siswa akan semakin tinggi juga. Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang positif terhadap fisika, akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan siswa tersebut cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta sikap kritis terhadap permasalahan fisika yang diberikan oleh guru. Untuk itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat mendorong sikap ilmiah siswa ke arah positif sehingga siswa mampu memahami dan

menguasai konsep-konsep yang dipelajarinya.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat digunakan pada materi Suhu dan Kalor, karena kegiatan belajar dengan berkelompok akan memudahkan siswa untuk bertukar pendapat sehingga akan terjadi diskusi. Kemudian menimbulkan adanya interaksi dan memunculkan sikap ilmiah serta dengan adanya evaluasi pada akhir pembelajaran untuk mengetahui penguasaan konsep siswa.


(19)

4 Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan, maka telah dilakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep

fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, diantaranya dapat:

1. Bagi guru: menjadi alternatif dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

2. Bagi siswa: meningkatkan aktivitas belajar dan menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga membantu siswa dalam menguasai konsep.

3. Memberikan informasi dan masukan pada para peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian pada bidang ini.


(20)

5 E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi sasaran yang telah dirumuskan, maka untuk mencapai tujuan tersebut ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu

merumuskan masalah, membuat hipotesis, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan data, dan mengambil kesimpulan.

2. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Adapun sikap ilmiah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: rasa ingin tahu yang tinggi, sikap jujur, sikap kritis, sikap luwes, dan teliti.

3. Penguasaan konsep yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi, dan mampu mengaplikasikannya. Penguasaan konsep dalam penelitian ini diukur melalui dapat diamati dengan tes evaluasi pada materi


(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Sikap Ilmiah Siswa

Pada sebuah kegiatan pembelajaran, sikap positif siswa sangat diperlukan untuk mendorong kemampuan siswa demi tercapainya tujuan

pembelajaran. Adanya sikap positif siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang sesuatu yang belum diketahui dapat mendorong siswa untuk belajar untuk mencari tahu. Siswa pun mengambil sikap seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya.

Slameto (2010:188) berpendapat bahwa:

Sikap dapat diartikan sebagai kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan. Dimana tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak, dari suatu tindakan yang dilakukannya.

Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi, sikap siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi dan menjadi faktor penting sehingga ia dapat menentukan sikap belajar.

Sikap memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sikap dalam pembelajaran Sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap


(22)

7 Sains (sikap ilmiah). Keduanya saling berhubungan dan keduanya

mempengaruhi perbuatan. Sikap ilmiah difokuskan pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan fakta dengan pendapat.

Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun jika ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi

muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang ditonjolkan. Misalnya pengelompokkan oleh American Association for Advancement of Science (AAAS) dan Harlen dalam Kusuma (2013:9), secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pengelompokan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli

Harlen AAAS

Curiosity (sikap ingin tahu) Honesty (sikap jujur) Respect for evidence (sikap respek

terhadap data)

Curiosity (sikap ingin tahu) Critial reflection (sikap refleksi

kritis)

Open minded (sikap berpikiran terbuka)

Perseverance (sikap ketekunan) Skepticism (sikap keragu-raguan) Cretivity and inventiveness (sikap

kreatif dan penemuan)

Co-operation with others (sikap bekerjasama dengan orang lain) Willingness to tolerate uncertainty (sikap keinginan menerima

ketidakpastian)

Sensitivity to environment (sikap sensitive terhadap lingkungan)


(23)

8 Sikap ilmiah merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodivikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan

mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Untuk mengukur sikap ilmiah siswa, dapat didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi, sikap selanjutnya dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. lndikator-indikator tersebut dapat dikembangkan sendiri agar tepat mendukung dimensi sikap yang akan diukur.

Merujuk pada pendapat para ahli di atas, maka dimensi sikap ilmiah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu yang tinggi, sikap jujur, sikap kritis, sikap luwes, dan teliti. Dimensi dan indikator pencapaiannya ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator sikap ilmiah dalam penelitian No Dimensi yang diamati

(Sikap Ilmiah Siswa) Indikator

1. Sikap Ingin Tahu

a. sikap antusiasme siswa melakukan praktikum dan diskusi

b. sikap berani siswa dalam bertanya c. siswa mencari hubungan sebab

akibat sesuatu dapat terjadi

berdasarkan percobaan dan diskusi yang dilakukan


(24)

9 Lanjutan Tabel 2.2

No Dimensi yang diamati

(Sikap Ilmiah Siswa) Indikator

2. Sikap Luwes

a. partisipasi siswa dalam melakukan praktikum dan diskusi

b. sikap siswa dalam bekerja sama dengan teman sekelompok c. sikap siswa dalam mengkaji

informasi dan menerapkan dalam melakukan percobaan dan diskusi

3. Sikap kritis

a. siswa mendiskusikan hasil

percobaan dan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKK.

b. siswa mengisi LKK.

c. siswa mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas.

4. Sikap Jujur

a. siswa tidak memanipulasi data b. mencatat data yang sebenarnya

sesuai dengan hasil LKK kelompoknya

c. tidak mencontek hasil LKK kelompok lain

5. Ketelitian

a. siswa memilih alat yang tepat/mengerjakan LKK. b. siswa dapat menggunakan alat

dengan baik/siswa mengamati gambar dengan benar.

c. siswa melakukan langkah-langkah percobaan dengan benar/ siswa dapat menjawab LKK dengan benar.

Dimyati dan Mudjiono (2004: 141-150)

2. Penguasaan Konsep

Sebagian materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Konsep sangat penting dalam proses belajar. Suatu konsep tidak dapat berdiri sendiri, artinya suatu konsep berhubungan dengan konsep lain. Untuk menguasai konsep baru, maka diperlukan konsep awal


(25)

10 yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman keseharian pada berbagai aspek pengetahuan. Setelah memahami suatu konsep, siswa akan menguasai konsep tersebut. Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Dahar (2003:24), penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan definisi penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom dalam Rustaman (2005:247), yaitu

Penguasaan konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang

disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.

Selain itu, Sumaya (2004:132) berpendapat bahwa:

Seseorang dapat dikatakan menguasai konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya sehingga mampu

menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya.

Menganalisis pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep tidak hanya sekedar memahami, tetapi juga mampu menerapkan konsep yang diberikan dalam suatu permasalahan. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui benar suatu materi pembelajaran.

Untuk mata pelajaran dalam rumpun sains, khususnya pelajaran fisika, menguasai konsep sangatlah penting. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pelajaran yang


(26)

11 berikutnya, karena adanya keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Salah satu cara untuk mengukur penguasaan konsep fisika siswa adalah dengan melakukan evaluasi. Dimyati dan Mudjiono (2004:36) berpendapat bahwa evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar.

3. Model Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, dan mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Untuk proses belajar siswa agar lebih efektif, ada baiknya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing. Andriani, dkk.( 2011:133) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang


(27)

12 dilakukan oleh siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam kegiatan

pembelajarannya, masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Model tersebut dinilai cukup efektif karena berdampak positif bagi siswa.

Menurut Suryosubroto (2002 : 201) menyatakan bahwa:

Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: (1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. (2)

Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. (3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. (4) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. (5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. (6) Strategi ini berpusat pada anak,

misalkan memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui.

Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa.

Artinya, siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan atau dipilih oleh guru.

Menurut Suryosubroto (2002 : 201) menyatakan bahwa:

Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: (1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. (2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terbimbing.


(28)

13 Kelemahan inkuiri terbimbing ini, siswa belum terbiasa untuk

melaksanakan proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa mengandalkan guru. Siswa tidak terlibat langsung dan aktif dalam proses belajar.nya.

Langkah-langkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2002: 42):

(1) Merumuskan masalah, (2) Membuat hipotesis, (3) Merencanakan kegiatan, (4) Melaksanakan kegiatan, (5) Mengumpulkan data, (6) Mengambil kesimpulan.

Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi, dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas dan dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMA. Terdapat tiga bentuk variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah (X), variabel terikatnya adalah penguasaan konsep (Y), dan variabel moderatornya adalah model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Z).


(29)

14 Sebuah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru hendaknya dapat memunculkan sikap positif siswa. Siswa akan menunjukan sikap positif jika mereka merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan menjadi salah satu yang berpengaruh pada pemahaman dan penguasaan konsep bagi siswa. Sikap dalam pembelajaran Sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap Sains (sikap ilmiah).

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap akan

diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak). Melalui pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Hal inilah yang dapat mendorong sikap ilmiah siswa ke arah positif sehingga siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep yang dipelajarinya. Adapun sikap ilmiah yang akan diteliti yaitu ingin tahu, luwes, kritis, jujur, dan teliti.

Untuk itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing dirasa mampu digunakan pada materi Suhu dan Kalor di SMA, karena kegiatan belajar dengan

berkelompok akan memudahkan siswa untuk bertukar pendapat sehingga akan terjadi diskusi. Kemudian menimbulkan adanya interaksi dan memunculkan sikap ilmiah serta dengan adanya evaluasi pada akhir pembelajaran untuk mengetahui penguasaan konsep siswa. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk. (2013:5) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada sikap ilmiah siswa yang


(30)

15 dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing yang ditekankan adalah prosesnya, pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dan dapat menemukan jawaban sendiri atas

permasalahan yang dihadapi baik melalui percobaan atau pencatatan informasi. Dengan belajar secara inkuiri terbimbing siswa akan mendapat bimbingan sehingga memperoleh pengetahuan sendiri melalui pengalaman secara langsung dan dapat mendorong sikap ilmiah siswa pada diri siswa seperti sikap hasrat ingin tahu, kritis, terbuka dan kerja sama.

Dengan demikian, dalam penelitian ini sikap ilmiah siswa diduga berpengaruh positif terhadap penguasaan konsep fisika siswa. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian tentang pengaruh sikap ilmiah terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandar Lampung.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator, dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

X Y

Z r


(31)

16 Keterangan:

X = sikap ilmiah siswa Y = penguasaan konsep Z = model inkuiri terbimbing

r = pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis :

H0: Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

H1: Ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(32)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 314 siswa yang terdiri dari 8 kelas.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari delapan kelas diambil satu kelas secara acak sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas X4 yang berjumlah 34 siswa.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah siswa, variabel terikatnya adalah penguasaan konsep, dan variabel moderatornya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan desain one-shot case study yang menjelaskan bahwa terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan dan


(33)

18 selanjutnya diberikan soal ujian akhir (test) untuk melihat penguasaan konsep siswa.

E. Instrumen Penilaian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa: 1. Lembar observasi untuk mengamati sikap ilmiah siswa.

2. Soal uraian untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa.

F. Analisis Instrumen

Instrumen penilaian sebelum digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu agar valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Uji ini dilakukan untuk menguji kevalidan instrumen penguasaan konsep. Instrumen diuji menggunakan validitas isi untuk mengetahui kesesuaian dari instrumen tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis kesesuaian antara indikator soal dan butir soal pada tes hasil belajar (Margono, 2007:187). Setelah diuji validitas isi atau kesesuaian maka setiap butir soal akan dipeoleh kategori sesuai atau tidak sesuai pada setiap nomor soal yang digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.


(34)

19 Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

dimana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Uji ini digunakan pada instrumen evaluasi pebelajaran, yaitu soal penguasaan konsep. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1. Nilai kisaran Alpha Cronbach’s dapat diukur pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 Kurang reliabel 0,21-0,40 Agak reliabel 0,41-0,60 Cukup reliabel

0,61-0,80 Reliabel

0,81-1,00 Sangat reliabel

Arikunto (2008: 109)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.


(35)

20 G. Teknik Pengumpulan Data

1. Sikap Ilmiah Siswa

Pengumpulan data sikap ilmiah siswa dilakukan dengan lembar observasi sikap ilmiah. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sikap siswa selama kegiatan pembelajaran dan memberikan tanda (X) pada setiap dimensi yang dipenuhi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian akan diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran yang terdapat pada teknik analisis data.

2. Penguasaan Konsep

Data penguasaan konsep fisika siswa didapatkan dari lembar evaluasi pada akhir pembelajaran. Nilai diambil pada akhir pembelajaran. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian. Teknik pengumpulan data hasil belajar dikumpulkan melalui tes tertulis. Hasil data tes tersebut ditulis dalam bentuk tabel.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data a. Sikap Ilmiah

Proses analisis data sikap ilmiah adalah dengan memberikan skor pada setiap dimensi sesuai dengan indikator yang dipenuhi oleh siswa.


(36)

21 Penilaian sikap ilmiah siswa dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Dari hasil skor sikap siswa, dapat kita kategorikan sebagai berikut: Tabel 3.2 Kategori sikap ilmiah siswa pada proses pembelajaran.

No Persentase Kategori

1. 80,1 % - 100 % Sangat tinggi 2. 60,1 % - 80 % Tinggi 3. 40,1 % - 60 % Sedang 4. 20,1 % - 40 % Rendah 5. 0 % - 20 % Sangat rendah

Arikunto (2010: 245) b. Penguasaan Konsep

Proses analisis untuk penguasaan konsep siswa adalah:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b. Persentase penguasaan konsep siswa diperoleh dengan rumus:

Kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.3 Kategori Penguasaan Konsep Siswa

Nilai Kategori 80,1-100 Sangat tinggi 60,1-80 Tinggi 40,1-60 Sedang 20,1-40 Rendah 0,0-20 Sangat rendah


(37)

22 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel kedua data variabel berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : data terdistribusi secara normal

H1: data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas< 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas> 0,05 maka distribusinya adalah normal.

Uji ini dilakukan pada kedua variabel, yaitu sikap ilmiah dan penguasaan konsep.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasayarat dalam analisis korelasi atau regresi linear antara sikap ilmiah dan penguasaan konsep. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan


(38)

23 mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05; dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya, serta jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya.

c. Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi merupakan uji yang digunakan untuk meramalkan suatu variabel terikat (Y) berdasarkan satu variabel bebas (X) dalam suatu persamaan linear. Dimana X adalah sikap ilmiah dan Y adalah

penguasaan konsep. Pengamatan pasangan variabel X dan Y digambar dengan diagram titik dan kemudian titik tersebut dihuubungkan

sehingga membentuk pola garis. Pola garis tersebut secara matematis dapat didekati dengan suatu garis lurus atau persamaan linear yaitu :

Keterangan :

Y = variabel terikat X = varibel bebas

= intersep

= koefesien regresi

Nilai dan dapat ditentukan dengan cara berikut :

Untuk mempermudah menganalisis hubungan antar variabel menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 dengan uji Linear Regression. Dengan ketentuan pengujian, jika t hitung


(39)

24 mutlak > t tabel maka Ho ditolak. Jika t hitung mutlak < t tabel maka Ho diterima.

d. Uji Hipotesis

H0: µ1 = µ2 (berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan sikap

ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.) H1: µ1≠ µ2 (berarti ada pengaruh pengaruh positif dan signifikan sikap

ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.) Kriteria pengujian:

Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Dan jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan tingkat signifikansi: H0 diterima jika signifikansi > 0,05. H0 ditolak jika signifikansi < 0,05.


(40)

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu sebesar 31%.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memunculkan sikap ilmiah siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. 2. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi pada para peneliti berikutnya


(41)

42

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Nely., Imron Husaini, Lia Nurliyah. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011. Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. ________________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Wilis. 2003. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Erlangga.

Dewi, Narni Lestari., Nyoman Dantes, I Wayan Sadia. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Ipa. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar. Volume 3 Tahun 2013.

Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kusuma, Merta Dhewa. 2013. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa terhadap Hasil

Belajar Fisika dan Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif. Jurnal Online FKIP Universitas Lampung. I(2):23-33.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Memes, Wayan. 2002. Model Pembelajaran Model Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.

Rustaman. 2005. Pengembangan Konsep. Bandung: Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(42)

42 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha.

Sumaya. 2004. Sains di SD. Bandung : Erlangga.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(1)

22 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel kedua data variabel berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 : data terdistribusi secara normal

H1: data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas< 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas> 0,05 maka distribusinya adalah normal.

Uji ini dilakukan pada kedua variabel, yaitu sikap ilmiah dan penguasaan konsep.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasayarat dalam analisis korelasi atau regresi linear antara sikap ilmiah dan penguasaan konsep. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode


(2)

23 mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05; dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya, serta jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya.

c. Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi merupakan uji yang digunakan untuk meramalkan suatu variabel terikat (Y) berdasarkan satu variabel bebas (X) dalam suatu persamaan linear. Dimana X adalah sikap ilmiah dan Y adalah

penguasaan konsep. Pengamatan pasangan variabel X dan Y digambar dengan diagram titik dan kemudian titik tersebut dihuubungkan

sehingga membentuk pola garis. Pola garis tersebut secara matematis dapat didekati dengan suatu garis lurus atau persamaan linear yaitu : Keterangan :

Y = variabel terikat

X = varibel bebas = intersep

= koefesien regresi

Nilai dan dapat ditentukan dengan cara berikut :

Untuk mempermudah menganalisis hubungan antar variabel menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 dengan uji


(3)

24 mutlak > t tabel maka Ho ditolak. Jika t hitung mutlak < t tabel maka Ho diterima.

d. Uji Hipotesis

H0: µ1 = µ2 (berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.) H1: µ1≠ µ2 (berarti ada pengaruh pengaruh positif dan signifikan sikap

ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.) Kriteria pengujian:

Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Dan jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan tingkat signifikansi: H0 diterima jika signifikansi > 0,05. H0 ditolak jika signifikansi < 0,05.


(4)

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap penguasaan konsep fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu sebesar 31%.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memunculkan sikap ilmiah siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. 2. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi pada para peneliti berikutnya


(5)

42

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Nely., Imron Husaini, Lia Nurliyah. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang.

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011. Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. ________________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Wilis. 2003. Teori-TeoriBelajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Erlangga.

Dewi, Narni Lestari., Nyoman Dantes, I Wayan Sadia. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Ipa. E-JournalProgram Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar. Volume 3 Tahun 2013.

Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kusuma, Merta Dhewa. 2013. Pengaruh Sikap Ilmiah Siswa terhadap Hasil

Belajar Fisika dan Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Strategi Scaffolding-Kooperatif. Jurnal Online FKIP Universitas Lampung. I(2):23-33.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Memes, Wayan. 2002. Model Pembelajaran Model Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas. Rustaman. 2005. Pengembangan Konsep. Bandung: Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(6)

42 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha.

Sumaya. 2004. Sains di SD. Bandung : Erlangga.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.