PENGARUH JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP HISTOPATOLOGI IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DENGAN UJI TANTANG VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

(1)

ABSTRACT

EFFECT Of BLACK CUMIN (Nigella sativa) AGAINTS

HISTOPATHOLOGY BARRAMUNDI (Lates calcarifer) CHALLENGED By VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN) AIMED.

By

ELY NOVISA

Nervous Viral Infection Virus (VNN) in barramundi (Lates calcarifer) can lead to death. One of the treatments against the disease is done by boosting the immune system of fish. Black cumin (Nigella sativa) is a plant that can be used as an immunostimulant. This study to determine the effect of black cumin against histopathology barramundi challenged by VNN aimed. A total of 60 white tail snappers were maintained 4 with 4 treatments addition of black cumin is 0g/Kg of feed, 25 g/Kg of feed, 50 g/Kg of feed and 75g/Kg of feed. The treatments is applied for 44 days, on the 37th day, it was performed challenge test by injecting of VNN isolates into the body of the fish intra peritoneal dose of 0.1 ml/individual. histopathological analysis of organs brain, eyes, liver and kidney proves that with the addition of black cumin (treatments B, C and D) can prevent organ damage due to infection VNN. Treatment B is the optimal dose of cumin to prevent tissue damage caused by VNN infection. These results demonstrated that the addition of black cumin in a feed can prevent tissue damage caused by infection of VNN.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH JINTAN HITAM (Nigella sativa)

TERHADAP HISTOPATOLOGI IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DENGAN UJI TANTANG VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

Oleh

ELY NOVISA

Infeksi Viral Nervous Virus (VNN) pada ikan kakap putih (Lates calcarifer) dapat menyebabkan kematian. Salah satu penanganan terhadap penyakit tersebut dengan meningkatkan sistem imun ikan. Jintan hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman yang dapat dijadikan bahan imunostimulan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jintan hitam terhadap histopatologi ikan kakap putih yang diuji tantang VNN. Sebanyak 60 ekor ikan kakap putih dimasukkan ke dalam 4 bak pemeliharaan dengan 4 perlakuan dosis jintan hitam yaitu 0 g/Kg pakan, 25 g/Kg pakan, 50 g/Kg pakan dan 75g/Kg pakan. Perlakuan diterapkan selama 44 hari, pada hari ke-37 dilakukan uji tantang dengan menyuntikkan isolat VNN ke tubuh ikan secara intra peritoneal dengan dosis 0,1 ml/individu. Hasil analisis preparat histopatologi organ otak,mata, hati dan ginjal ikan kakap putih menunjukkan bahwa dengan penambahan jintan hitam (perlakuan B, C dan D) dapat mencegah kerusakan organ akibat infeksi VNN. Perlakuan B merupakan dosis jintan hitam yang optimal untuk mencegah kerusakan jaringan akibat infeksi VNN. Hasil tersebut membuktikan bahwa penambahan jintan hitam dalam pakan dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat infeksi VNN.


(3)

(4)

PENGARUH JINTAN HITAM (Nigella sativa)

TERHADAP HISTOPATOLOGI IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DENGAN UJI TANTANG VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

(Skripsi)

Oleh Ely Novisa

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kakap putih ... 5

2. Migrasi Kakap Putih ... 7

3. Siklus Hidup Kakap Putih ... 7

4. Tanaman Jintan Hitam. ... 12

5. Biji Jintan Hitam ... 12

6. Preparat Jaringan Otak Ikan Kakap Putih ...31

7. Preparat Jaringan Mata Ikan Kakap Putih ...34

8. Preparat Jaringan Ginjal Ikan Kakap Putih ...36


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR ISTILAH ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Kerangka Pikir ... 3

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Manfaat ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) ... 5

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi ... 5

2.1.2 Kebiasaan Hidup dan Distribusi ... 6

2.2 Penyakit pada Ikan ... 8

2.3 Viral Nervous Necrosis (VNN) ... 9

2.2.1. Karakteristik VNN ... 9

2.2.2. Mekanisme Infeksi VNN ... 9

2.2.3. Gejala Klinis Infeksi VNN ... 10

2.4. Imunostimulan ... 11


(7)

ii

2.5.1 Biologi... 12

2.5.2 Ekologi dan Manfaat ... 14

2.6 Histopatologi………... 15

2.6.1. Organ Target Pengujian Histopatologi ... 15

2.6.2. Perubahan Abnormal pada Organ Ikan ... 18

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 19

3.2 Alat dan Bahan ... 19

3.3. Desain Penelitian ... 20

3.4 Metode Penelitian ... 20

3.4.1 Tahap Persiapan ... 20

3.4.1.1 Pembuatan Isolat VNN ... 20

3.4.1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 21

3.4.1.3 Pembuatan Pakan... 21

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 22

3.4.2.1 Pemberian Imunostimulan dan Uji Tantang ... 22

3.2.2.1 Pengukuran Kualitas Air ... 22

3.2.2.1 Uji Tantang VNN ... 23

3.4.3 Pengamatan ... 23

3.4.3.1 Penyedian Preparat Histopatologi ... 23

3.4.2.2 Analisis Preparat Histopatologi ... 27

3.5 Analisa Data ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Gejala Klinis ... 28

4.2 Pemeriksaan Histopatologi ... 29

4.2.1 Histopatologi Organ Otak Ikan Kakap Putih ... 29

4.2.2 Histopatologi Organ Mata Ikan Kakap Putih ... 32


(8)

iii

4.2.4 Histopatologi Organ Hati Ikan Kakap Putih ... 36

4.2.5 Histopatologi Ikan Kakap Putih antar Perlakuan ... 38

4.3 Analisis Kualitas Air ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ...43


(9)

vii

DAFTAR ISTILAH

Clearing : cara penjernihan dan pengeluaran sisa alkohol dari dalam sel/jaringan. Degenerasi : perubahan dari bentuk yang tinggi ke bentuk yang lebih rendah; terutama perubahan jaringan menjadi bentuk yang berfungsi kurang aktif.

Dehidrasi : proses menarik air dari dalam sel dengan cara merendam organ dalam larutan alkohol bertingkat selama waktu tertentu.

Embedding : cara pencetakan organ dengan parafin untuk memudahkan pengaturan dalam pemotongan jaringan.

Fiksasi : merendam organ target yang akan diuji histopatologi dalam larutan fiksatif (buffer formalin, bouin, carnoy) untuk mencegah autolisis pada organ pasca kematian. Floating bath : pemanas air pada suhu tertentu (40-45 0C) untuk meregangkan hasil pemotongan jaringan dari mikrotom.

Hemoragik : keluarnya darah dari pembuluh darah.

Hemosiderin : bentuk penyimpanan besi intraselluler, ditemukan dalam bentuk granula berpigmen kuning sampai coklat yang mengandung ferni hidroksida, polisakarida dan protein dengan kandungan besi sekitar 33%.

Hiperplasia : peningkatan jumlah sel-sel normal secara abnormal dalam susunan yang normal pada jaringan.

Histopatologi : cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang kondisi dan fungsi jaringan serta hubungannya dengan penyakit.

Hipertropi : pembesaran/pertumbuhan suatu organ/bagian secara berlebihan akibat peningkatan ukuran sel pembentuknya.

Impregnation : proses menyusupkan parafin cair ke dalam organ, tujuannya supaya morfologi sel tetap terjaga seperti pada saat masih berada dalam tubuh.


(10)

viii

Infiltrasi : penimbunan bahan patologis dalam sel/jaringan yang tidak normal atau dalam jumlah besar.

Jaringan : kumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi sama, yang menjadi objek pemeriksaan histopatologi

Kongesti : berhentinya aliran darah pada pembuluh vena.

Larutan Fiksatif : larutan yang digunakan untuk mempertahankan jaringan tanpa menyebabkan perubahan struktur.

Mikroskop : alat untuk mengamati contoh jaringan secara mikroskopik.

Mikrotom : alat yang digunakan untuk memotong jaringan sesuai ketebalan yang diinginkan

Nekropsi : pemeriksaan dilakukan pada ikan yang sudah mati baik dalam yang dengan sengaja dimatikan ataupun mati secara wajar. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengamati perubahan abnormal pada bagian luar tubuh ikan dan dilakukan pembedahan pada bagian perut ikan untuk mengamati perubahan abnormal pada organ dalam.

Nekrosis : hasil akhir perubahan morfologis yang mengindikasi kematian sel.

Section/Pemotongan : proses pemotongn block organ menggunakan mikrotom sehingga menghasilkan preparat jaringan yang sangat tipis.

Sel : bagian terkecil penyusun jaringan yang mampu bermetabolisme dan menjadi objek dalam pemeriksaan penyakit dengan metoda histopatologik.

Staining : proses mewarnai sel dengan larutan pewarna (Hematoxylin-Eosin). Proses ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisa jaringan.

Trimming : teknik pemotongan blok parafin untuk memudahkan pemotongan contoh pada mikrotom, sehingga lebih efisien dan baik.


(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengamatan Gejala Klinis ... 47

2. Foto Pengamatan ... 49

3. Proses Pembuatan Preparat Histopatologi ... 50

4. Proses Pewarnaan Hematoksilin-Eosin ... 52


(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Zat Aktif Jintan Hitam ... 13

2. Formulasi Pakan ... 22

3. Proses Dehidrasi ... 24

4. Proses Clearing ... 24

5. Proses Impregnasi ... 25

6. Pengamatan Makroskopis ... 29

7. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Otak ... 30

8. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Mata... 33

9. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Ginjal ... 35

10. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Hati ... 38

11. Analisis Kualitas Air ...41

12. Pengamatan Gejala Klinis ...48


(13)

v

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Zat Aktif Jintan Hitam ... 13

2. Formulasi Pakan ... 22

3. Proses Dehidrasi ... 24

4. Proses Clearing ... 24

5. Proses Impregnasi ... 25

6. Pengamatan Makroskopis ... 29

7. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Otak ... 30

8. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Mata... 33

9. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Ginjal ... 35

10. Prevalensi Infeksi VNN pada Organ Hati ... 38

11. Analisis Kualitas Air ...41

12. Pengamatan Gejala Klinis ...48


(14)

(15)

(16)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan

suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri

mereka sendiri

Ar Ra`d : 11

Hai orang-orang yang beriman! Mohonlah

pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

Al

Baqarah : 153

Dunia ini seolah adalah kegelapan, kecuali dirimu

duduk bersama orang-orang berilmu.

Hasan al-Basrî

Semua akan indah pada waktunya. Karenanya,

nikmatilah semua rasa hingga waktunya tiba.


(17)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahakan sebagai tanda

baktiku kepada kedua orang tua,

ibu dan bapak yang selalu mendoakan,

mendukung dan selalu percaya bahwa aku mampu

melewati semuanya.

Untuk kakak-kakakku

yang selalu mendukung dan menguatkan aku

dalam menyelesaikan studi ini.

Untuk sahabat-sahabatku

serta semua pihak yang ikut membantu

menyelesaikan skripsi ini.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin pada tanggal 23 November 1992 sebagai putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ahmad Harun dan Ibu Saliyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Hurun Padang Cermin pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Padang Cermin pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang Cermin pada tahun 2010, selanjutnya pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Strata-I ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung, Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur PKAB dan telah menyelesaikan studinya pada tahun 2014.

Selama kuliah penulis aktif di organisasi internal kampus seperti Himpunan Mahasiswa Perikanan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang kerohanian (2011-2012), UKM-F Forum Studi Islam (FOSI) FP sebagai anggota Keluarga Muda (2010-2011), UKM-F FOSI FP sebagai sekretaris Bidang Penerbitan (2011-2012) UKM-F FOSI FP sebagai sekretaris Staff Dana dan Usaha (2012-2013), Forum Komukasi Mahasiswa Bidik Misi FP sebagai Koordinator Humas (2012-2013).


(19)

Tahun 2013 bulan Juli-Agustus penulis mengikuti Praktik Umum di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkunga (LP2IL) Serang dengan judul

Pemeriksaan Histopatologi pada Ikan Lele Menggunakan Larutan 1-Propanol sebagai Substitusi Xylol dengan Percepatan Metode Dehidration, Clearing, dan Impregnationdan pada tahun yang sama penulis melakukan penelitiannya yang

berjudul “ Pengaruh Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Histopatologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dengan Uji Tantang Viral Nervous Virus (VNN)” yang dilakukan pada bulan September-Oktober di Laboratorium Basah, Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBPBL Lampung. Pada tahun 2014 bulan Januari-Maret penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Banding, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.


(20)

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Virus merupakan agen infeksi paling berbahaya bagi ikan. Viral Nervous Necrosis

(VNN) merupakan virus yang sering menginfeksi ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogutatus) dan kakap putih (Lates calcarifer) (Chi et al, 2001). Infeksi VNN pada ikan kakap putih (L. calcarifer) dapat menyebabkan kematian atau kerusakan syaraf sentral sehingga sulit untuk merespon berbagai rangsangan dan tubuh mengalami ketidakseimbangan dalam hal pergerakan sehingga menimbulkan kematian (Amelia dan prayitno, 2012; Putri dkk, 2013). Kematian pada organisme budidaya akan berdampak pada kerugian karena mengalami penurunan hasil produksi (Roza dkk, 2010).

Cara penanggulangan penyakit pada ikan budidaya yang paling banyak diterapkan di lapangan berupa pencegahan dengan penggunaan antibiotik dan vaksinasi. Penggunaan antibiotik merupakan metode yang paling lama dan paling banyak diterapkan (Johnny dkk, 2010). Kelemahan pemberian antibiotik secara berlebihan pada sistem budidaya dapat menyebabkan munculnya patogen yang resisten (Dorucu

et al, 2009). Vaksinasi adalah memasukkan antigen yang sudah dihilangkan patogenitasnya ke dalam tubuh ikan. Penggunaan vaksinasi mempunyai kelemahan karena hanya meningkatkan ketahanan humoral dan hanya dapat mengatasi patogen


(22)

2

tertentu (spesifik) (Roza dkk, 2010). Cara yang lebih tepat untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara imunostimulan (Ridlo dan Rini, 2009). Imunostimulan tidak meninggalkan residu dan aman untuk lingkungan. (Marentek and Manoppo, 2013). Imunostimulan dapat meningatkan pertahanan spesifik (Suprayudi dkk, 2006; Ermantianingrum dkk, 2013) dan non-spesifik (Ridlo dan Rini, 2009; Dorucu et al , 2009) pada ikan dan udang sehingga dapat dijadikan alternatif cara dalam upaya perlindungan terhadap serangan penyakit (Suprayudi dkk, 2006; Herlina, 2004).

Jintan hitam (Nigella sativa) adalah tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan imunostimulan (Dorucu et al, 2009; Shewita et al, 2011). Biji jintan hitam (Nigella sativa) telah diuji pada manusia (Najwi et al, 2008; Sangi et al, 2008) dan juga hewan (Sater, 2009) memiliki kemampuan antivirus (Zaher et al, 2008) antifungi (Suthar, 2010), antibakteri (Hosseinzadeh et al, 2007; Hannan et al, 2008; Dorucu et al, 2009), antihipertensi (Tasawar et al, 2011), dan antiparasit (Ayaz et al, 2007). Ekstrak jintan hitam (N. sativa) juga terbukti mampu meningkatkan sistem imun non-spesifik pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang terinfeksi Aeromonas hydrophila dan meningkatkan sistem imun spesifik pada udang (Suprayudi dkk, 2006; Ermantianingrum dkk, 2013)

1.2Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jintan hitam terhadap histopatologi ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang diuji tantang dengan Viral Nervous Necrosis (VNN)


(23)

3

1.3Kerangka Pikir

Penerapan sistem intensif pada budidaya ikan kakap putih menimbulkan masalah berupa serangan penyakit. Infeksi penyakit yang paling berbahaya merupakan infeksi virus, salah satunya yaitu Viral Nervous Necrosis (VNN). Pengendalian penyakit tersebut harus segera dilakukan untuk meminimalisir wabah penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi. Penggunaan bahan kimia merupakan cara yang banyak dilakukan di lapangan untuk pengendalian penyakit. Namun, jika digunakan dalam waktu yang relatif panjang dapat menimbulkan efek negatif bagi organisme budidaya ataupun lingkungannya.

Pencegahan penyakit yang aman untuk diterapkan yaitu dengan meningkat sistem imun (kekebalan tubuh) ikan. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dapat dilakukan dengan imunostimulan. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk imunostimulan yaitu jintan hitam. Biji dari jintan hitam telah diuji pada manusia dan juga hewan memiliki kemampuan anti fungi, anti bakteri, anti hipertensi, dan antihelmintik (Dorucu et al, 2009; Tasawar et al, 2011; Ayaz et al, 2007). Ekstrak jintan hitam juga terbukti mampu meningkatkan sistem imun spesifik dan non-spesifik.

Pemberian jintan hitam dalam pakan akan meningkatkan imunitas ikan kakap putih. Pada saat ikan diuji tantang dengan VNN maka akan terjadi perlawanan di dalam tubuh ikan kakap sehingga infeksi penyakit dapat terhambat. Ikan kakap yang terinfeksi penyakit akan mengalami kerusakan organ pada jaringan tubuhnya. Perubahan tersebut dapat diamati melalui analisa histopatologi. Oleh sebab itu,


(24)

4

pengujian histopatologi perlu dilakukan untuk melihat keberhasilan penelitian ini. Pengujian histopatologi dilakukan dengan mengamati organ-organ yang sensitif terhadap infeksi penyakit.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

HO : σi = σj = 0 ; untuk i = j Penambahan jintan hitam dalam pakan tidak berpengaruh terhadap perubahan gambaran histopatologi ikan kakap putih yang diinjeksi Viral Nervous Necrosis (VNN).

H1 : σi ≠ σj ≠ 0 ; untuk i ≠ j Penambahan jintan hitam dalam pakan berpengaruh terhadap perubahan gambaran histopatologi ikan kakap putih yang diinjeksi Viral Nervous Necrosis (VNN).

1.5Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap peningkatan imunitas dengan jintan hitam (N. sativa) pada ikan kakap putih (L. calcarifer).


(25)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ikan Kakap Putih (L. calcalifer) 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Ikan kakap putih diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei Ordo: Percomorphi

Famili : Centropomidae Genus: Lates

Spesies : Lates calcarifer (FAO, 2006 ).


(26)

6

Ikan kakap putih (L. calcarifer) memiliki bentuk badan memanjang, gepeng, batang sirip ekor lebar dengan bentuk bulat, mata berwarna merah cemerlang, bukaan mulut lebar sedikit serong dengan gigi-gigi halus dan tidak memiliki taring, terdapat lubang kuping bergerigi pada bagian penutup insang, sirip punggung terdiri dari jari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 7-8 buah. Ikan kakap putih yang berumur 1-3 bulan berwarna terang, selanjutnya ikan kakap putih yang melewati umur 3 bulan akan berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna gelap. Badan atau sirip tidak terdapat corak bintik-bintik (Gambar. 1) (FAO, 2006).

2.1.2 Kebiasaan Hidup dan Distribusi

Ikan kakap putih merupakan ikan yang memiliki kemampuan toleransi yang tinggi terhadap kadar garam (euryhaline). Selain itu, ikan kakap putih juga termasuk ikan katadromus (besar di air tawar dan kawin di air laut) (Gambar.2). Karakteristik ikan kakap putih tersebut menyebabkan pembudidayaan dapat dilakukan di laut ataupun di tambak. Kisaran toleransi fisiologis ikan kakap putih cukup luas, fekunditas dan pertumbuhannya juga cepat sehingga dalam waktu 6-24 bulan ikan sudah siap dipanen dengan ukuran 350-2000 g (Gambar. 3) (FAO, 2006).


(27)

7

Gambar 2. Migrasi Kakap Putih (FAO, 2006)

Gambar 3. Siklus Hidup Kakap Putih (FAO, 2006)

Spawning Gound

Salinitas 30-32 ppt

Nursery

Salinitas 25-30 ppt Garis pantai

Feeding Ground

Air payau/Air tawar

Migrasi ke hulu

Migrasi ke hilir Pengumpulan telur


(28)

8

Habitat ikan kakap putih (L. calcarifer) berada di sungai, danau, muara dan perairan pesisir. Ikan kakap putih di alam memakan krustase dan ikan-ikan kecil. Pemijahan ikan kakap putih terjadi di muara sungai, di hilir muara atau sekitar tanjung pesisir. Ikan kakap putih bertelur setelah bulan purnama dan bulan baru. Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim dan pasang surut air laut yang membantu penyebaran telur dan larva ke muara (Schipp et al, 2007).

2.2Penyakit Ikan

Penyakit pada ikan merupakan kondisi abnormal saat organ tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Timbulnya penyakit pada sistem budidaya perairan merupakan interaksi kompleks antara ikan, lingkungan dan patogen. Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dibedakan menjadi penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh virus, parasit, bakteri dan fungi. Sedangkan penyakit non-infeksi disebabkan oleh faktor genetik, nutrisi dan kualitas air (Syarief, 2011).

Saat ikan berada pada kondisi stress maka pertahanan tubuh ikan mengalami penurunan sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit. Ikan mengalami stress akibat kondisi lingkungan yang buruk. Kondisi lingkungan yang buruk dapat berupa DO rendah, suhu dan pH yang berfluktuasi, kandungan amoniak yang tinggi dan

blooming fitoplankton yang berbahaya. Apabila kondisi tersebut ditunjang dengan keberadaan mikroorganisme patogen seperti parasit, bakteri, jamur dan virus, maka organisme budidaya akan lebih mudah terinfeksi penyakit (Affandi dan Tang, 2002).


(29)

9

2.3Viral Nervous Necrosis (VNN) 2.3.1 Karakteristik VNN

Viral Nervous Necrosis (VNN) memilik nama alternatif Virus Encephalopathy dan Retinopathy (VER). VNN termasuk dalam Betanodaviruses (virus kecil), bentuknya seperti bola, tidak mempunyai selubung kapsid, dan genome hanya terdiri atas dua ikatan tunggal (Chi et al, 2001; Thiery et al, 2006). Betanodaviruses telah menunjukkan infeksi pada lebih dari 30 jenis ikan laut terutama pada stadia larva dan juvenil (Yang et al, 2012). Infeksi VNN dapat mengakibatkan mortalitas yang tinggi (Ch et al i, 1997). Nodaviridae terdiri dari empat genotip yaitu Tiger Puffer Nervous Necrosis Virus (TPNNV), Striped Jack Nervous Necrosis Virus (SJNNV), Barfin Flounder Nervous Necrosis Virus (BFNNV), Red-sported Grouper Nervous Necrosis Virus (RGNNV) (Chi et al, 2001).

2.3.2 Mekanisme Infeksi VNN

Virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Virus menempatkan dirinya dalam tubuh inang (ikan) untuk bereplikasi. Hasil penggandaan tersebut yang akan menginfeksi inangnya. Penyakit infeksi virus biasanya terjadi pada pembudidaya dengan sumber daya air yang memilik kandungan organik tinggi. Insiden penyakit virus berkaitan erat dengan perubahan suhu air. Beberapa penyakit virus antara lain

Channel Catfish Virus Disease (CCVD), spring Viraemia of Carp (SVC), Infection Pancreatic Necrosis (IPN), Infectious Haematopoietic Necrosis (IHN), Viral Nervous Necrosis (VNN) (Yang et al, 2012).


(30)

10

Infeksi VNN pada ikan sering dijumpai pada stadia larva dan juvenile karena pada stadia tersebut kekebalan tubuh ikan masih sangat lemah. Sehingga mengakibatkan serangan infeksi VNN pada fase ini menjadi lebih akut (Putri dkk, 2013). Infeksi VNN menyerang syaraf otak sehingga merusak motorik ikan. Organ target infeksi VNN yaitu otak dan mata. Sirkulasi darah merupakan jalannya VNN dapat menginfeksi otak (Chi et al, 1997 ). VNN dapat secara langsung menempel pada inang, virus memasukkan materi genetik dalam sel inang tersebut (Chi et al, 2001).

2.3.3 Gejala Klinis Infeksi VNN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Putri dkk (2013), sel-sel otak dan mata ikan yang terinfeksi VNN tidak dapat dibedakan. Sel-sel penyusun organ mengalami perubahan dari segi warna, bentuk, dan ukuran. Sel-sel tersebut juga mengalami kerusakan berupa inclusion body, hipertrofi, vakuola dan nekrosis. Selain itu, ditemukan pula kongesti (pembendungan) pembuluh darah pada jaringan otak. Infeksi VNN pada ikan biasanya ditandai dengan pengeluaran toksin sehingga dapat menyebabkan aliran darah terganggu (Chi et al, 1997)

Gejala klinis yang muncul sebagai akibat infeksi VNN pada ikan yaitu berenang miring-miring, berenang memutar, berenang dengan posisi perut di atas, berdiam diri di dasar seolah-olah mati, penurunan nafsu makan (Amelia dan Prayitno, 2012) dan warna tubuh lebih gelap atau pucat (FAO, 2006). Gejala klinis tersebut terjadi sebagai akibat kerusakan syaraf motorik yang mengganggu pengontrolan pergerakan dan keseimbangan ikan dalam berenang (Putri dkk, 2013)


(31)

11

2.4 Imunostimulan

Imunostimulan dapat meningatkan kekebalan natural dan adaptif pada ikan sehingga dapat dijadikan alternatif cara dalam upaya perlindungan terhadap serangan penyakit. Pemberian pakan dengan tambahan bahan-bahan imunostimulan mampu meningkatkan kelangsungan hidup pada kisaran 86,67-96,67% hingga akhir pemeliharaan (Suprayudi dkk, 2006). Pencegahan penyakit dengan cara imunostimulan tidak meninggalkan residu dan aman untuk lingkungan (Allifuddin, 2002). Imunostumulan merupakan suatu zat yang termasuk adjuvant yang mampu meningkatkan ketahanan tubuh ikan. Imunostimulan dapat meningkatkan kekebalan natural dan adaptif pada ikan sehingga dapat dijadikan alternatif cara untuk upaya perlindungan terhadap serangan penyakit (Suprayudi dkk, 2006).

2.5 Jintan Hitam 2.5.1 Biologi

Klasifikasi Jintan Hitam (Nickavar et al, 2003), sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta Klas : Magnoliidae

Ordo : Ranunculales Famili : Ranunculaceae

Genus : Nigella


(32)

12

Jintan hitam (N. sattiva) merupakan tanaman perdu, tumbuh dengan ketinggian mencapai 35-50 cm, memiliki bunga berwarna biru pucat atau putih dengan jumlah mahkota 5-10, buahnya keras dan besar, dalam buah tersebut berisi banyak biji (Gambar 4). Biji berwarna hitam pekat, tekstur keras dengan bentuk limas ganda yang meruncing pada bagian ujung (Gambar 5). Daun berbentuk bulat telur berujung lancip. Permukaan daun dipenuhi bulu-bulu halus. Tanaman jintan hitam memiliki daun tunggal dan bisa juga majemuk dengan posisi berhadapan dan tersebar (Nickavar et al, 2003).

Gambar 4. Tanaman Jintan Hitam Gambar 5. Biji Jintan Hitam

BPOM (2013) dan Saleem (2005) menjelaskan biji jintan hitam (N. sativa) mengandung beberapa zat aktif yang bemanfaat untuk imunomodulator dan pengobatan penyakit (Tabel 1).


(33)

13

Tabel 1. Zat aktif jintan hitam

No Kandungan Zat Aktif Stuktur Kimia

1 Timokuinon

2 Ditimokuinon

3 Timohidrokuinon

4 Timol

2.5.2 Ekologi dan Manfaat

Jintan hitam dapat tumbuh di berbagai belahan dunia seperti Saudi, Afrika Utara dan Asia, termasuk Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang beriklim panas dan kering. Keistimewaan tanaman ini yaitu memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tanaman lain yang tumbuh disekitarnya (BPOM, 2013).


(34)

14

Jintan hitam memiliki kandungan nutrisi dalam bentuk monosakarida yang dapat dengan mudah diserap oleh tubuh sebagai sumber energi, dan juga mengandung non-starch polisakarida yang berfungsi sebagai sumber serat (El Tahir et al, 2006). Selain itu juga pernah dilakukan penelitian yang membuktikan bahwa jintan hitam dapat menjaga homeostatis darah, meningkatkan proliferasi sel dendritik dan limfotik, detoksikan dan menghambat pertumbuhan sel tumor (Akrom, 2012).

Sriningsih and Wibowo ( 2008) melakukan penelitian mengenai pemanfaatan minyak jintan hitam dalam bidang kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa minyak jintan hitam mampu meningkatkan aktivitas makrofag pada hewan uji (tikus) sebesar 87% dalam penghancuran Staphylococcus epidermidis. Penelitian selanjutnya dilakukan Dorucu et al (2009), membuktikan bahwa penambahan ekstrak jintan hitam dalam pakan mampu meningkatkan respon imun pada ikan rainbow trout. Setelah dilakukan penelitian tersebut biji jintan hitam direkomendasikan untuk digunakan pada sistem budidaya ikan untuk mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Shewita and Thaha (2011) telah berhasil membuktikan suplemen jintan hitam mampu meningkatkan laju pertumbuhan, imunologi dan hematologi pada ayam broiler.


(35)

15

2.6 Histopatologi

Histopatologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan serta hubungannya dengan penyakit (Underwood, 1999). Histopatologi sangat penting kaitannya dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam diagnosis penyakit yaitu melalui pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu (Priosoeryanto et al, 2010).

Efek patologi akibat infeksi penyakit ikan dapat diamati melalui metode pemotongan jaringan untuk melihat jaringan yang mengalami kerusakan (Priosoeryanto dkk, 2010). Histopatologi merupakan cara diagnosa penyakit dengan mengetahui perubahan patologi pada jaringan. Perubahan-perubahan patologi yang sering terjadi pada organ tubuh ikan yang terinfeksi penyakit antara lain hyperplasia (peningkatan ukuran sel-sel), desquamasi (pengikisan) lamella insang sekunder, kongesti pembuluh darah yang disertai dengan peningkatan jumlah sel-sel granula eosinofil, degenerasi dan nekrosis (Herlina, 2004).

2.6.1 Organ Target Pengujian Histopatologi 1. Insang

Insang merupakan organ respirasi utama ikan. Komponen insang terdiri dari filamen (lamella primer) dan lamella sekunder. Insang ikan merupakan bagian utama untuk proses pertukaran oksigen dari lingkungan dengan karbondioksida dari tubuh. Selain itu juga berfungsi dalam regulasi ion dan juga ekskresi nitrogen. Insang ikan rentan terhadap parasit, bakteri, fungi, virus. Selian itu, insang ikan juga sensitif terhadap


(36)

16

perubahan fisik dan kimiawi lingkungan hidupnya. Morfologi insang ikan dapat menjadi suatu indikator terhadap kualitas air dan kondisi kesehatan umum ikan (Priosoeryanto et al, 2010).

2. Mata

Viral Nervous Necrosis (VNN) atau yang disebut juga Virus Encephalopathy and Retinopathy (VER) merupakan virus yang menyerang sistem syaraf. Organ mata merupakan tempat berkumpulnya syaraf-syaraf (Putri dkk, 2013), oleh karena itu mata merupakan organ yang sensitif mengalami kerusakan akibat infeksi VNN.

3. Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh ikan yang memiliki peran untuk penyaringan beberapa bahan buangan sisa metabolisme. Bahan buangan tersebut berupa urine, air dan garam mineral. Bagian-bagian terkecil pembentuk ginjal yaitu kapsula bowman, tubuli ginjal, badan malphigi dan tubuli ginjal. Sel-sel tersebut memiliki fungsi masing-masing. Kapsula bowman merupakan sel yang bertanggung jawab pada penyaringan bahan buangan sisa metabolisme. Tubuli ginjal berfungsi sebagai reabsorbsi. Badan malphigi berfungsi untuk menyaring hasil buangan metabolik yang terdapat dalam darah. Cairan ekskresi dari badan malphigi akan masuk ke tubuli ginjal (Affandi, 2002).


(37)

17

4. Hati

Hati merupakan organ yang menerima semua bahan yang diserap oleh usus kecuali lemak. Hati tidak hanya menerima bahan-bahan yang dicerna dan diserap yang diasimilasi oleh usus saja. Namun, hati juga menerima berbagai bahan toksik yang terbawa darah porta. Kemudian bahan-bahan toksik tersebut didetoksikasi atau disekresikan oleh hati. Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Tiga fungsi dasar hati yaitu membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam traktus intestinalis, berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat, lemak, dan protein serta menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum (Leeson et al, 1996).

5. Otak

Otak merupakan struktur pusat pengaturan sel-sel syaraf. Otak berfungsi untuk mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh hemeostatis. Sel-sel syaraf pada otak menjadi target bagi infeksi VNN, oleh karena itu otak merupakan organ yang sensitif mengalami kerusakan akibat infeksi VNN. Kerusakan organ otak akibat infeksi VNN berupa munculnya inclusion body, degenerasi dan nekrosis (Putri dkk, 2013).


(38)

18

2.6.2 Perubahan Abnormal Organ Ikan

Ada beberapa perubahan pada organ ikan setelah terinfeksi penyakit yaitu hemoragi (keluarnya darah dari pembuluh darah), kongesti (aliran pada darah vena dalam kondisi berhenti), hyperemia (aliran pada darah arteri dalam kondisi berhenti), nekrosis (suatu keadaan sel dan jaringan mempunyai aktifitas yang rendah dan kadang mati), edema (akumulasi cairan abnormal di dalam rongga-rongga tubuh di dalam ruang-ruang interstitial), dan hyperplasia (suatu bagian tubuh yang ukurannya bertambah karena suatu peningkatan ukuran sel-sel individu) (Winaruddin, 2007).


(39)

19

III. METODE PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Adapun rincian kegiatan penelitian yaitu persiapan alat dan tempat 3 hari, aklimatisasi ikan 7 hari, pemberian pakan dengan tambahan jintan hitam 38 hari, uji tantang 7 hari, dan pengujian histopatologi ikan 10 hari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan yaitu bak plastik ukuran 45x35x30 cm sebanyak 5 buah, bak fiber volume 2 ton, selang air, ember, gayung, alat pengukur kualitas air (DO meter, thermometer, refraktometer, dan pH meter), microtube, pellet pastel, milipore, spuit, alat bedah lengkap, botol film 26 buah, botol winkler, mikrotom, pisau mikrotom, embeding cassete 26 buah, mesin embedding, slide glass, cover glass, rak

slide glass, botol pewarnaan, inkubator, refrigerator, pensil, spidol, stopwatch, mikroskop, komputer dan kamera


(40)

20

Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan kakap putih 60 ekor dengan panjang ±10 cm, air laut, jintan hitam, pakan buatan berupa pelet, isolat VNN, PBS, kaporit,

tisu, kertas label, larutan buffer formalin, larutan bouin’s, alkohol , akuades, xylol, parafin, hemaktosilin, eosin, air mengalir, alkohol acid, putih telur dan entellan.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian terdiri dari 4 perlakuan, dimana setiap bak perlakuan terdapat 15 ekor ikan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Perlakuan A : tanpa penambahan jintan hitam

Perlakuan B : penambahan jintan hitam 25 g/kg pakan Perlakuan C : penambahan jintan hitam 50 g/kg pakan Perlakuan D : penambahan jintan hitam 75 g/kg pakan

3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Tahap Persiapan

3.4.1.1 Pembuatan Isolat VNN

Adapun metode pembuatan isolat VNN adalah sebagai berikut: a. PBS, tabung reaksi, mictotube, pellet pastel dan mortar di autoklaf.

b. Organ (otak. mata, ginjal, hati) diambil dari sampel ikan yang terserang VNN. c. Organ digerus dengan menggunakan mortar

d. Organ tersebut dimasukkan ke microtube dan ditambahkan PBS steril 1ml. e. Microtube masukkan ke sentrifuge dengan kecepatan 12000 rpm selama 10 menit


(41)

21

f. Air gerusan disaring dengan menggunakan milipore (ThermoTM) 0,45 µm dan dimasukan ke microtube untuk mendapatkan virus VNN yang akan diganaskan. g. Air hasil saringan diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan spuit.

h. Ikan disuntikan secara intra peritoneal

i. Ikan dipelihara dan diamati gejala yang timbul untuk mengetahui apakah virus VNN sudah menginfeksi ikan tersebut.

j. Jika ikan sudah mati ulangi langkah kerja a,b, c, d, e , f. k. Isolat VNN dalam microtuber disusunpada rak

l. Isolat VNN dimasukkan kedalam refrigator dengan suhu -81 0C.

3.4.1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

a. Bak-bak pemeliharaan ikan dibersihkan dengan kaporit dan air mengalir.

b. Bak-bak pemeliharaan disusun sesuai dengan desain tata letak ruang dan dilengkapi dengan sistem saluran air serta aerator.

c. Ikan kakap putih disiapkan dengan ukuran panjang total 10 cm sebanyak 60 ekor lalu diaklimatisasi selama 7 hari.

d. Ikan dipelihara dan diberi pakan berupa pelet.

3.4.1.2 Pembuatan Pakan

a. Pakan ditimbang sebanyak 1 kg.

b. Jintan hitam ditimbang sesuai dosis lalu dicampurkan ke dalam pakan yang ditambahkan putih telur ayam sebagai binder dan diaduk dengan spatula.


(42)

22

c. Pellet dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian didinginkan pada suhu kamar dan dikemas dalam plastik.

Tabel 2. Formulasi Pakan No Perlakuan Pakan

(gram)

Jintan Hitam (gram)

Jumlah Total (Gram)

1. A 1000 0 1000

2. B 975 25 1000

3. C 950 50 1000

4. D 925 75 1000

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

3.4.2.1 Pemberian Pakan Ikan dengan Tambahan Jintan Hitam

Pakan bercampur jintan hitam diberikan pada ikan kakap putih setiap hari selama pemeliharaan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Pemberian pakan harian disesuaikan dengan feeding rate ikan kakap putih sebesar 4% dari biomassa. Setiap pagi dan sore dilakukan penyiponan. Penyiponan dilakukan sebelum permberian pakan.

3.4.2.2 Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati adalah oksigen terlarut, pH, salinitas, dan suhu. Pengukuran oksigen terlarut diamati setiap hari. Pengukuran oksigen terlarut harian dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pengukuran pH dan salinitas diamati secara berkala pada setiap hari kamis.


(43)

23

3.4.2.3 Uji tantang VNN

Metode Uji tantang yang digunakan adalah penginjeksian secara intra peritoneal

dengan dosis pemberian virus 0,1 ml/individu.

3.4.3 Pengamatan

3.4.3.1 Penyediaan Preparat Histopatologi

Cara kerja yang dilakukan untuk pembuatan sediaan preparat jaringan yaitu: a. Nekropsi

Proses pemeriksaan makroskopis yang dilakukan untuk melihat kelainan-kelainan yang terjadi pada organ tubuh ikan. pemeriksaan dilakukan pada ikan yang sudah mati baik dalam yang dengan sengaja dimatikan ataupun mati secara wajar. Syarat ikan sebelum dinekropsi harus hidup atau sudah mati maksimal 2 jam dan tidak boleh dibekukan karena dapat merubah struktur sel. Tubuh ikan bagian luar diamati ada tidaknya perubahan patologis. Kemudian dilakukan pembedahan pada bagian perut ikan untuk mengamati organ dalam ikan. Organ tubuh ikan yang akan diamati yaitu otak, mata. ginjal, dan hati.

b. Fiksasi

Proses pengawetan bertujuan untuk menghentikan proses enzimatis pada jaringan dan menjaga bagian-bagian sel terfiksasi pada tempatnya melalui proses perendaman dengan larutan fiksasi. Fiksasi dilakukan dengan perendaman organ otak, hati dan ginjal dalam larutan buffer formalin selama 24 jam, lalu organ mata direndam dalam larutan bouin selama 4 jam.


(44)

24

c. Dehidrasi

Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan air pada jaringan dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan yaitu alkohol, karena alkohol memiliki kemampuan untuk mengeluarkan air dari jaringan. Proses dehidrasi dilakukan dengan cara organ ikan direndam dalam larutan alkohol bertingkat (Tabel.3)

Tabel 3. Proses dehidrasi

No Larutan Waktu

1 Alkohol 70% I 2 jam

2 Alkohol 70% II 2 jam

3 Alkohol 80% I 2 jam

4 Alkohol 80% II 2 jam

5 Alkohol 95% I 2 jam

6 Alkohol 95% II 2 jam 7 Alkohol absolute I 2 jam 8 Alkohol absolute I 2 jam

d. Clearing (penjernihan)

Proses ini dilakukan dengan cara merendam organ dalam larutan xylol (Tabel.4). Proses ini merupakan upaya untuk mengeluarkan cairan dehidran yang digunakan untuk dehidrasi.

Tabel 4. Proses penjernihan (clearing)

No Larutan Waktu

1 Xylol 2 jam


(45)

25

e. Impregnasi

Impregnasi merupakan proses menyusupkan parafin dengan tujuan dapat menggantikan xylol pada jaringan (Tabel.5). Jika proses ini tidak dilakukan dengan sempurna, maka akan menyisakan larutan pembening dalam jaringan yang akan mengkristal dalam sel dan pada saat pemotongan jaringan akan rusak.

Tabel 5. Proses impregnasi

No Larutan Waktu

1 Parafin I 2 jam

2 Parafin II 2Jam

f. Embedding

Embedding merupakan cara menanam organ dalam block parafin. Proses ini dilakukan untuk memudahkan saat pemotongan jaringan dengan mikrotom. Pada saat pencetakan hindari terbentuknya gelembung udara supaya pada saat pemotongan tidak mudah robek.

Cara kerja yang dilakukan yaitu :

1. Organ dicetak (embedding) dengan parafin cair dan didinginkan hingga beku. Proses ini dikerjakan di dekat sumber panas dengan alat yang telah dihangatkan terlebih dahulu untuk mencegah pembekuan parafin sebelum proses selesai. 2. Setelah membeku, cetakan disimpan dalam refrigerator.


(46)

26

g. Pemotongan

Cetakan organ dilakukan trimming untuk meratakan bagian pinggir yang tidak terdapat organ. Cara kerja yang dilakukan :

1. Cetakan organ dilakukan slicing dengan mikrotom untuk menghasilkan preparat tipis dengan ukuran 5 milimikron.

2. Hasil diletakkan pada permukaan air di dalam water bath yang bersuhu 450 C. Proses ini dilakukan untuk merengangkan lembaran preparat sehingga tidak terjadi penumpukan pada titik tertentu.

3. Preparat diangkat dan ditempelkan pada gelas objek yang telah diolesi putih telur. Pengolesan putih telur bertujuan untuk merekatkan penempelan jaringan pada slide glass.

4. Preparat dikeringkan dalam inkubator pada suhu 600 C selama 45 menit agar melekat erat pada gelas objek.

h. Pewarnaan

1. Preparat dilakukan pewarnaan dengan pewarnaan ganda Hematoksilin-Eosin. 2. Hasil pewarnaan dibersihkan dari sisa-sisa larutan lalu dikering anginkan dalam

keadaan terbalik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan preparat yang bersih, tidak terkena kotoran dan debu.

3. Setelah preparat kering, dilakukan penempelan cover glass dengan menggunakan perekat (entellan). Saat penempelan diusahakan agar semua preparat dapat tertutup cover glass dan tidak terdapat gelembung udara


(47)

27

Hematoksilin bersifat basa yang akan mewarnai basofilik jaringan. Hematoksilin dapat mewarnai inti dan struktur asam dari sel. hematoksili akan memberikan warna biru pada preparat histopatologi. Sedangkan eosin bersifat asam yang mewarnai asidofilik jaringan. Eosin akan mewarnai mitokondria, granula, sitoplasma dan kolagen. Eosin akan memberikan warna merah mudah pada preparat histolopatologi.

3.4.3.2 Analisa Preparat Histopatologi

Analisis histopatologi dilakukan di bawah mikroskop binokuler. Mikroskop yang digunakan merupakan mikroskop yang dilengkapi dengan kamera yang tersambung otomatis ke komputer. Pengamatan dilakukan pada bagian-bagian jaringan yang rusak dengan perbesaran 40, 100, 400, hingga 1000 kali.

3.5Analisa Data

Dari penelitian ini akan diperoleh data gejala klinis infeksi Viral Nervous Necrosis

(VNN), tingkat prevalence infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) dan data kualitas air. Data tersebut dianalisis secara deskriptif.


(48)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat yaitu :

Jintan hitam mampu meningkatkan imunitas ikan sehingga dapat menghambat infeksi VNN. Hal ini terbukti melalui hasil pengamatan mikroskopis jaringan ikan kakap putih. Penambahan jintan hitam dalam pakan dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat infeksi VNN.

Perlakuan B merupakan dosis jintan hitam yang optimal untuk mencegah kerusakan jaringan akibat infeksi VNN.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengamatan tambahan dengan metode Polymerase Chain Reaction

(PCR) untuk mendukung hasil pemeriksaan preparat histopatologi agar data lebih akurat dan aplikasi penambahan jintan hitam dalam pakan yang efisien bagi pembudidaya sebaiknya menggunakan perlakuan B dengan penambahan jintan hitam sebanyak 2,5 %.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan Tang, U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau.

Akrom. 2012. Mekanisme Kemopreventif Ekstrak Heksan Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Tikus Diinduksi 7,12 Dimethylbenz (A) Antracene : Kajian Antioksidan dan Imunobulator. (Disertasi) Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Alifuddin, M., 2002. Imunostimulan pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 1(2):87-92.

Amelia, N. dan Prayitno S.B.. 2012. Pengaruh Ekstak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) untuk Menginaktifasi Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan Kerapu(Epinephelus fuscoguttatus). Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 1(1):264-278.

Ayaz, E., Yilmaz, H. Ozbek, H., Tas, Z. and Ozlem Orunc. 2007. Effect of

Nigella sativa L. Oil on Rat-peritoneum Macrophage Phagocyte Activity and Capacity. Saudi Med. Vol 28(11):1654-1657.

Badan SNI, 2011. Prosedur Diagnosis Penyakit Viral Secara Histopatologi pada ikan mas. 7666:2011. 20hal.

Badan POM RI. 2013. Jintan Hitam sebagai Imunostimulan. Artikel InfoPOM. Vol. 14. No. 1 Januari – Februari 2013.

Chi, S.C., Lo, C.F., Kou, G.H., Chang, P.S., Peng, S.E. and S.N. Chen. 1997. Mass Mortalities Association with Viral Nervous Necrosis (VNN) Disease in Two Species of Hatchery Grouper. Jurnal of Fish Disease. Vol (20);185-193

Chi, S.C., Lo, B.J. and S.C. Lin. 2001. Characterization of Grourper Nervous Necrosis Virus. Jurnal of Fish Disease. Vol (24);3-13.

Dorucu,M., Colak, S.O., Ispir, Altinterim, B., and Y. Celayer. 2009. The Effect of Black Cumin Seeds, Nigella sativa, on the Immune Response of Rainbow Trout, Oncorhynchus mykiss. Mediterranean Aquculture Journal. Vol 2(1);27-33.

El-Tahir, Kamal El-Din, Backeet, and Dana .M. 2006. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus-A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of Its Volatile Oil. J T U Med Sc. Vol 1(1):1-19.


(50)

Ermantianingrung, A.A., Sari, R., dan Prayitno, S.B. 2013. Potensi Chlorella sp. sebagai Imunostimulan untuk Pencegahan Penyakit Bercak Putih (White Spot Syndrome Virus) pada Udang Windu (Penaeus Monodon). Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 1(1):206-221.

Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2006. Cultured Aquatic Species Information Proramme. Fisheries and Aquaculture Departement. Hal 14.

Hannan, A., Saleem, S., Chaudhary, S. and Muhammad. B. 2008. Anti Bacterial Activity of Nigella sativa Against Clinical Isolate of Methicillin Resistent Staphylococcus aureus. Journal Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20(3):72-74.

Herlina, N. 2004. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Pembesaran Udang. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Laporan Tahunan 2004. Jakarta.

Hosseinzadeh, S., Bazzaz, B.S. and Haghi, M.M. 2007. Antibacterial Activity of Total Extracts and Essential oil of Nigella Sativa L. Seeds in Mice.

Pharmacolgyonline. Vol 2(1):429-435.

Johnny, F., Roza, D. dan Indah M. 2010. Aplikasi Imunostimulan untuk Meningkatkan Imunitas Non-spesifik Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Terhadap Penyakit Infeksi di Hatchery. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 945-948hal.

Kordi K, M.Ghufron H., dan Andi B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Makassar.

Leeson, C.R., Leeson, T.S. and Anthony, A.P. 1996. Histologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Hal 383.

Marentek, G.A.and Manoppo, H. 2013. Evaluation of The Use of Garlic (Allium sativum) in Enhancing Nonspesifik Immune Respone and Growth of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Budidaya Perairan.Vol 1(1):1-7.

Najwi, A., Haque, M., Naseeruddin, M. and Khan, R.A. 2008. Effect of Nigella sativa oil various clinical and biochemical parameters of metabolic syndrome. Int J Diabetes & Metabolism. Vol 16(1):85-87.

Nickavar, B., Mojab, F., Javidnia. K. and Amoli, M.A.R. 2003. Chemical Composition of The Fixed and Volatile of Nigella sativa L. From Iran. Verlag der Zeitschrift für Naturforschun. Vol 9(39): 629-631

Priosoeryanto, B.P., Ersa, I.M., Tiuria, R. dan Handayani, S.U. 2010. Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Indonesian Journal of Veterinary Science and Medicine. Vol II(1):1-7.


(51)

Putri, R.R., Yunuhar, U. dan Asus M.S. 2013. Perubahan Struktur Jaringan Mata dan Otak pada Larva Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) yang Terinfeksi Viral Nervous Nercrosis (VNN) dengan Pemeriksaan Scanning Electron Microscop (SEM). MSPi Student Journa. Vol 1(1): pp1-10.

Ridlo,A. dan Rini .P. 2009. Aplikasi Ekstrak Rumput Laut sebagai Agen Imunostimulan Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada Udang (Litopennaeus vannamei). Ilmu Kelautan. Vol 14(3);133-137.

Roza, D., Johnny, F. dan Zafran. 2010. Pengembangan Vaksin Bakteri untuk Meningkatkan Imunitas Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Terhadap Penyakit Infeksi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 939-944hal.

Saleem. M. 2005. Immunomodulator and Therapeutic of the Nigella sativa L. seed. Review Elsevier. Vol 5 (13-14):1749.

Sangi, S., Ahmed, S.P., Channa, M.A., Ashfaq, M. and Mastoi, S.M. 2008. A New and Novel Treatment of Opioid Dependence : Nigella sativa 500 mg. J Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20(2):118-124.

Sater, K.A.A. 2009. Gastroprotective effects of Nigella sativa Oil on The Formation of Stress Gastritis in Hypohtyroidal Rats. Int J Physiol Pathophysiol Pharmacol. Vol 1(1):143-149.

Schipp, G., J. Bosmand and J. Humphrey. 2007. Nothern Territory Barramundi Farming Handbook. Departement of Primary Industry, Fisheries and Mines. Darwin Aquaculture Center. Darwin Nothern Territory.

Shewita, R.S. and Thaha A.E. 2011. Effect of Dietary Supplementation of Different Levels of Black Seed (Nigella Sativa L.) on Growth Performance, Immunological, Hematological and Carcass Parameters of Broiler Chicks.Word Academy of Science, Engineering and Technology.

Hal 53.

Sriningsih and Wibowo A.E. 2008. Effect of Nigella sativa L. Oil on Rat-peritoneum Macrophage Phagocyte Activity and Capacity. Proceeding of The International Seminar on Chemistry. pp 579-582.

Suprayudi, M.A., Indraastuti, L. dan Setiawati M. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan-bahan Imunostimulan dalam Formulasi Pakan Buatan Tehadap Respon Imunitas dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 5(1):77-86.

Suthar, M.P., Patel, P.N., Shah, T.G. and Patel, R.K. 2010. In Vitro Screening of

Nigella sativa Seeds for Antifungal Activity. International Journal of Pharmaceutical and Applied Sciences. Vol 1(2):86-91.


(52)

Syarief, A. 2011. Pemantauan di Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Laporan Tahunan 2011. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Batam

Tarsim, Setyawan, A., Harpen, E. dan Pratiwi, A.R. 2013. The Effication of Black Cummin (Nigella sativa) as Immunostimulant Humpback Gruoper (Cromileptes altivelis) Againts VNN (Viral Nervous Necrosis) Infection. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Vol V: 525-532 Tasawar, Z., Siraj, Z., Ahmad,N., Mushtaq H. and Lashari. 2011. The Effect on

Nigella sativa on Lipid Profile in Patients with Stable Coronary Artery Disease in Multan, Pakistan. Pakistan Journal of Nutrition. Vol 10 (2):162-167.

Thiery, R., J. Cozien, J. Cabon, F. Lamour, M. Baud & A. Schneemann. 2006. Induction of a Protective Immune Response against Viral Nervous Necrosis in the European Sea Bass Dicentrarchus labrax by Using Betanodavirus Virus-Like Particles. Journal Of Virology, Vol. 80 (20): 10201–10207.

Titford, M. 2009. Progress in the Development of Microscopical Techniques for Diagnostic Pathology. The Journal of Histotechnology. Vol 32(1):9-19. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Winaruddin. 2007. Invetarisasi Ektoparasit yang Menyerang Ikan Mas dalam

Jaring Apung di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol 2(2):66-69.

Yang, S.Y., Wu, J.L., Ngou, H.Y., Nan, F.H., Horng, H.E. and Ming. 2012. A novel quantitative immunomagnetic reduction assay for Nervous Necrosis Virus. Journal of Veterinary Diagnostic Investigation. Vol 24(5):911-917.

Zaher, K.S., Ahmad W.M. and Zerizer, S.N. 2008. Observation on The Biological Effects of Black Cumin Seed (Nigella sativa) and Green Tea (Camellia sinensis). Global Veterinary. Vol 2(4):198-204.


(1)

27

Hematoksilin bersifat basa yang akan mewarnai basofilik jaringan. Hematoksilin dapat mewarnai inti dan struktur asam dari sel. hematoksili akan memberikan warna biru pada preparat histopatologi. Sedangkan eosin bersifat asam yang mewarnai asidofilik jaringan. Eosin akan mewarnai mitokondria, granula, sitoplasma dan kolagen. Eosin akan memberikan warna merah mudah pada preparat histolopatologi.

3.4.3.2 Analisa Preparat Histopatologi

Analisis histopatologi dilakukan di bawah mikroskop binokuler. Mikroskop yang digunakan merupakan mikroskop yang dilengkapi dengan kamera yang tersambung otomatis ke komputer. Pengamatan dilakukan pada bagian-bagian jaringan yang rusak dengan perbesaran 40, 100, 400, hingga 1000 kali.

3.5Analisa Data

Dari penelitian ini akan diperoleh data gejala klinis infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN), tingkat prevalence infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) dan data kualitas air. Data tersebut dianalisis secara deskriptif.


(2)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat yaitu :

Jintan hitam mampu meningkatkan imunitas ikan sehingga dapat menghambat infeksi VNN. Hal ini terbukti melalui hasil pengamatan mikroskopis jaringan ikan kakap putih. Penambahan jintan hitam dalam pakan dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat infeksi VNN.

Perlakuan B merupakan dosis jintan hitam yang optimal untuk mencegah kerusakan jaringan akibat infeksi VNN.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengamatan tambahan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendukung hasil pemeriksaan preparat histopatologi agar data lebih akurat dan aplikasi penambahan jintan hitam dalam pakan yang efisien bagi pembudidaya sebaiknya menggunakan perlakuan B dengan penambahan jintan hitam sebanyak 2,5 %.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan Tang, U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau.

Akrom. 2012. Mekanisme Kemopreventif Ekstrak Heksan Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Tikus Diinduksi 7,12 Dimethylbenz (A) Antracene : Kajian Antioksidan dan Imunobulator. (Disertasi) Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Alifuddin, M., 2002. Imunostimulan pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 1(2):87-92.

Amelia, N. dan Prayitno S.B.. 2012. Pengaruh Ekstak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) untuk Menginaktifasi Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan Kerapu(Epinephelus fuscoguttatus). Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 1(1):264-278.

Ayaz, E., Yilmaz, H. Ozbek, H., Tas, Z. and Ozlem Orunc. 2007. Effect of Nigella sativa L. Oil on Rat-peritoneum Macrophage Phagocyte Activity and Capacity. Saudi Med. Vol 28(11):1654-1657.

Badan SNI, 2011. Prosedur Diagnosis Penyakit Viral Secara Histopatologi pada ikan mas. 7666:2011. 20hal.

Badan POM RI. 2013. Jintan Hitam sebagai Imunostimulan. Artikel InfoPOM. Vol. 14. No. 1 Januari – Februari 2013.

Chi, S.C., Lo, C.F., Kou, G.H., Chang, P.S., Peng, S.E. and S.N. Chen. 1997. Mass Mortalities Association with Viral Nervous Necrosis (VNN) Disease in Two Species of Hatchery Grouper. Jurnal of Fish Disease. Vol (20);185-193

Chi, S.C., Lo, B.J. and S.C. Lin. 2001. Characterization of Grourper Nervous Necrosis Virus. Jurnal of Fish Disease. Vol (24);3-13.

Dorucu,M., Colak, S.O., Ispir, Altinterim, B., and Y. Celayer. 2009. The Effect of Black Cumin Seeds, Nigella sativa, on the Immune Response of Rainbow Trout, Oncorhynchus mykiss. Mediterranean Aquculture Journal. Vol 2(1);27-33.

El-Tahir, Kamal El-Din, Backeet, and Dana .M. 2006. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus-A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of Its Volatile Oil. J T U Med Sc. Vol 1(1):1-19.


(4)

Ermantianingrung, A.A., Sari, R., dan Prayitno, S.B. 2013. Potensi Chlorella sp. sebagai Imunostimulan untuk Pencegahan Penyakit Bercak Putih (White

Spot Syndrome Virus) pada Udang Windu (Penaeus Monodon). Journal

of Aquaculture Management and Technology. Vol 1(1):206-221.

Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2006. Cultured Aquatic Species Information Proramme. Fisheries and Aquaculture Departement. Hal 14.

Hannan, A., Saleem, S., Chaudhary, S. and Muhammad. B. 2008. Anti Bacterial Activity of Nigella sativa Against Clinical Isolate of Methicillin Resistent Staphylococcus aureus. Journal Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20(3):72-74.

Herlina, N. 2004. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Pembesaran Udang. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Laporan Tahunan 2004. Jakarta.

Hosseinzadeh, S., Bazzaz, B.S. and Haghi, M.M. 2007. Antibacterial Activity of Total Extracts and Essential oil of Nigella Sativa L. Seeds in Mice. Pharmacolgyonline. Vol 2(1):429-435.

Johnny, F., Roza, D. dan Indah M. 2010. Aplikasi Imunostimulan untuk Meningkatkan Imunitas Non-spesifik Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Terhadap Penyakit Infeksi di Hatchery. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 945-948hal.

Kordi K, M.Ghufron H., dan Andi B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Makassar.

Leeson, C.R., Leeson, T.S. and Anthony, A.P. 1996. Histologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Hal 383.

Marentek, G.A.and Manoppo, H. 2013. Evaluation of The Use of Garlic (Allium sativum) in Enhancing Nonspesifik Immune Respone and Growth of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Budidaya Perairan.Vol 1(1):1-7.

Najwi, A., Haque, M., Naseeruddin, M. and Khan, R.A. 2008. Effect of Nigella sativa oil various clinical and biochemical parameters of metabolic syndrome. Int J Diabetes & Metabolism. Vol 16(1):85-87.

Nickavar, B., Mojab, F., Javidnia. K. and Amoli, M.A.R. 2003. Chemical Composition of The Fixed and Volatile of Nigella sativa L. From Iran. Verlag der Zeitschrift für Naturforschun. Vol 9(39): 629-631

Priosoeryanto, B.P., Ersa, I.M., Tiuria, R. dan Handayani, S.U. 2010. Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Indonesian Journal of Veterinary Science and Medicine. Vol II(1):1-7.


(5)

Putri, R.R., Yunuhar, U. dan Asus M.S. 2013. Perubahan Struktur Jaringan Mata dan Otak pada Larva Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) yang Terinfeksi Viral Nervous Nercrosis (VNN) dengan Pemeriksaan Scanning Electron Microscop (SEM). MSPi Student Journa. Vol 1(1): pp1-10.

Ridlo,A. dan Rini .P. 2009. Aplikasi Ekstrak Rumput Laut sebagai Agen Imunostimulan Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada Udang (Litopennaeus vannamei). Ilmu Kelautan. Vol 14(3);133-137.

Roza, D., Johnny, F. dan Zafran. 2010. Pengembangan Vaksin Bakteri untuk Meningkatkan Imunitas Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Terhadap Penyakit Infeksi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 939-944hal.

Saleem. M. 2005. Immunomodulator and Therapeutic of the Nigella sativa L. seed. Review Elsevier. Vol 5 (13-14):1749.

Sangi, S., Ahmed, S.P., Channa, M.A., Ashfaq, M. and Mastoi, S.M. 2008. A New and Novel Treatment of Opioid Dependence : Nigella sativa 500 mg. J Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20(2):118-124.

Sater, K.A.A. 2009. Gastroprotective effects of Nigella sativa Oil on The Formation of Stress Gastritis in Hypohtyroidal Rats. Int J Physiol Pathophysiol Pharmacol. Vol 1(1):143-149.

Schipp, G., J. Bosmand and J. Humphrey. 2007. Nothern Territory Barramundi Farming Handbook. Departement of Primary Industry, Fisheries and Mines. Darwin Aquaculture Center. Darwin Nothern Territory.

Shewita, R.S. and Thaha A.E. 2011. Effect of Dietary Supplementation of Different Levels of Black Seed (Nigella Sativa L.) on Growth Performance, Immunological, Hematological and Carcass Parameters of Broiler Chicks. Word Academy of Science, Engineering and Technology. Hal 53.

Sriningsih and Wibowo A.E. 2008. Effect of Nigella sativa L. Oil on Rat-peritoneum Macrophage Phagocyte Activity and Capacity. Proceeding of The International Seminar on Chemistry. pp 579-582.

Suprayudi, M.A., Indraastuti, L. dan Setiawati M. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan-bahan Imunostimulan dalam Formulasi Pakan Buatan Tehadap Respon Imunitas dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 5(1):77-86.

Suthar, M.P., Patel, P.N., Shah, T.G. and Patel, R.K. 2010. In Vitro Screening of Nigella sativa Seeds for Antifungal Activity. International Journal of Pharmaceutical and Applied Sciences. Vol 1(2):86-91.


(6)

Syarief, A. 2011. Pemantauan di Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Laporan Tahunan 2011. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Batam

Tarsim, Setyawan, A., Harpen, E. dan Pratiwi, A.R. 2013. The Effication of Black Cummin (Nigella sativa) as Immunostimulant Humpback Gruoper (Cromileptes altivelis) Againts VNN (Viral Nervous Necrosis) Infection. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Vol V: 525-532 Tasawar, Z., Siraj, Z., Ahmad,N., Mushtaq H. and Lashari. 2011. The Effect on

Nigella sativa on Lipid Profile in Patients with Stable Coronary Artery Disease in Multan, Pakistan. Pakistan Journal of Nutrition. Vol 10 (2):162-167.

Thiery, R., J. Cozien, J. Cabon, F. Lamour, M. Baud & A. Schneemann. 2006. Induction of a Protective Immune Response against Viral Nervous Necrosis in the European Sea Bass Dicentrarchus labrax by Using Betanodavirus Virus-Like Particles. Journal Of Virology, Vol. 80 (20): 10201–10207.

Titford, M. 2009. Progress in the Development of Microscopical Techniques for Diagnostic Pathology. The Journal of Histotechnology. Vol 32(1):9-19. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Winaruddin. 2007. Invetarisasi Ektoparasit yang Menyerang Ikan Mas dalam

Jaring Apung di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol 2(2):66-69.

Yang, S.Y., Wu, J.L., Ngou, H.Y., Nan, F.H., Horng, H.E. and Ming. 2012. A novel quantitative immunomagnetic reduction assay for Nervous Necrosis Virus. Journal of Veterinary Diagnostic Investigation. Vol 24(5):911-917.

Zaher, K.S., Ahmad W.M. and Zerizer, S.N. 2008. Observation on The Biological Effects of Black Cumin Seed (Nigella sativa) and Green Tea (Camellia sinensis). Global Veterinary. Vol 2(4):198-204.


Dokumen yang terkait

PENGARUH FORMULASI TERHADAP KUALITAS NUGGET IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)

4 27 13

Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi-Fraksi Hasil Kolom Kromatografi dari Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Enzim RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 11 80

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Uji Efektivitas Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.2014

3 153 47

EFEKTIFITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus MELALUI PROFIL HISTOPATOLOGI

0 25 48

JUDUL INDONESIA : EFEKTIFITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus MELALUI PROFIL HISTOPATOLOGI JUDUL INGGRIS : EFFECTIVITY OF BLACK CUMIN (Nigella sativa) AS IMUNOST

1 15 47

PROFIL HISTOPATOLOGI KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis) YANG DISTIMULASI JINTAN HITAM (Nigella sativa) DAN DIINFEKSI Viral Nervous Necrosis (VNN)

5 38 54

EFEKTIVITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) PADA PENINGKATAN SISTEM IMUN NON SPESIFIK KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis) TERHADAP VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

2 19 61

PENGARUH PEMBERIAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP RESPON IMUN NON-SPESIFIK KAKAP PUTIH (Lates calcarifer B.) YANG DIINFEKSI VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

4 47 55

PENGARUH JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP HISTOPATOLOGI ORGAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) YANG TERINFEKSI VIRAL NERVOUS NECROSIS SECARA BUATAN

0 0 6