Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet Di Rsud Kota Dumai

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKPATUHAN PASIEN HEMODIALISA

DALAM MENJALANI POLA DIET

DI RSUD KOTA DUMAI

TAHUN 2012

SKRIPSI

WAN NOVIYANTI 111121085

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Segala Puji kepada Allah SWT atas segala berkat rahmat dan hidayah Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet Di RSUD Kota Dumai.

Peneliti menyadari dalam penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi serta bahasa yang digunakan, hal ini dikarenakan pengetahuan dan kemampuan peneliti masih terbatas. Oleh karena itu penelit i mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik dikemudian hari.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp.MNS selaku PD I Fakultas Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS selaku PD II Fakultas Universitas Sumatera Utara.

4. Ikhsanudin Ahmad Harahap, S.Kp. MNS Selaku PD III Fakultas Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Syaiful selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai.

6. CholinaTrisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep. Sp.KMB, selaku dosen pembimbing Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 7. Salbiah, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji I Proposal dan Skripsi di Fakultas


(4)

8. Asrizal, S.Kep, Ns WOC(ET)N Selaku penguji II Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

9. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10.Suami tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi yang menjadikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Orang tua, mertua dan semua keluarga yang selalu memberikan doa yang tiada hentinya kepada penulis.

12.Rekan-rekan seangkatan yang saling membantu dan memberikan ide- ide cemerlang dan semangat selama melaksanakan proposal ini.

Akhir kata peneliti sekali lagi mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal ini semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, Februari 2013 WAN NOVIYANTI


(5)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Halaman Lembar Pengesahan

Prakarta ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Skema ... vi

Abstrak ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Hemodialisa ... 7

a. Pengertian Hemodialisa ... 7

b. Penyebab / Indikasi Dilakukan Hemodialisa ... 7

c. Komponen Hemodialisa... 8

c. Proses Hemodialisa ... 10

d. Metode Hemodialisa ... 12

e. Komplikasi Pada Hemodialisa ... 11

f. Pengukuran Adekuasi Hemodialisa ... 16

g. Manfaat Hemodialisa ... 17.

H. Komplikasi Hemodialisa ... 18

i. Penatalaksanaan Diet Pasien Hemodilisa ... 18

2.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa Terhadap Pola Diet ... 14

a. Faktor Internal ... 14

b. Faktor External ... 17

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 27

3.2. Kerangka Operasional... 28

BAB. 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 30

4.2. Populasi dan Sampel ... 30

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 31

4.5. Instrumen Penelitian ... 32

4.6. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 33

4.7. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

4.8. Pengolahan Data ... 35

BAB.5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 38


(6)

5.4. Faktor Interna l... 40

5.5. Faktor Eksternal ... 45

BAB.6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 48

6.2. Rekomendasi ... 48

DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 50

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 51

Lampiran 3. Lembar Bukti Bimbingan ... 56

Lampiran 4. Lembar Surat Pengambilan Data Dari Fakultas Keperawatan ... 57

Lampiran 5. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari Rumah Sakit ... 62

Lampiran 6. Lembar Surat Izin Penelitian ... 63

Lampiran 7. Izin Pengambilan Data ... 64

Lampiran 8. Survei Awal ... 65

Lampiran 9. Permohonan Izin Penelitian ... 66

Lampiran 10. Selesai Melakukan Penelitian ... 67

Lampiran 11. Permohonan Validitas ... 68

Lampiran 12. Hasil Reabilitas ... 69

Lampiran 13. Taksasi Dana ... 84

Lampiran 14. Table waktu pelaksanaan... 85


(7)

DAFTAR TABEL

1. Defenisi Operasional ... 28 2. Karakteristik Demografi... 38 3. Distribusi Frekuensi ... 37


(8)

DAFTAR SKEMA

1. Kerangka Penelitian Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan pasien Hemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet...27


(9)

Judul : Faktor faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

PasienHemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet Di RSUD Kota Dumai

Penulis : Wan Noviyanti

Nim : 111121085

Jurusan : Sarjana Keperawatan (SKep) Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Hemodialsa merupakan proses difusi melintas membrana semipermeabel untuk menyingkirkan substansi yang tidak diinginkan dari darah sementara menambahkan komponen yang diinginkan. Apabila seseorang telah menjalani terapi hemodialisa harus menjalankan program diet, karena program diet sangat menentukan keberhasilan terapi hemodialisa. Banyak faktor faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, prilaku,dan budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untukmengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam pola diet RSUD Kota Dumai. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien yang menjalani terapi hemodialisa sebanyak 39 orang dengan metode purposive sampling. Dari hasil distribusi frekwensi faktor faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yaitu lebih dari setengah responden memiliki Pendidikan tinggi, lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan rendah, lebih dari setengah responden memiliki sikap positif, lebih dari setengah responden memiliki perilaku baik, lebih dari setengah responden memiliki motifasi kurang, dan sebagian besar responden memiliki budaya baik. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat diruangan hemodialisa dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya pola diet melalui penyuluhan.


(10)

Judul : Faktor faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

PasienHemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet Di RSUD Kota Dumai

Penulis : Wan Noviyanti

Nim : 111121085

Jurusan : Sarjana Keperawatan (SKep) Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Hemodialsa merupakan proses difusi melintas membrana semipermeabel untuk menyingkirkan substansi yang tidak diinginkan dari darah sementara menambahkan komponen yang diinginkan. Apabila seseorang telah menjalani terapi hemodialisa harus menjalankan program diet, karena program diet sangat menentukan keberhasilan terapi hemodialisa. Banyak faktor faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, prilaku,dan budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untukmengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam pola diet RSUD Kota Dumai. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien yang menjalani terapi hemodialisa sebanyak 39 orang dengan metode purposive sampling. Dari hasil distribusi frekwensi faktor faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yaitu lebih dari setengah responden memiliki Pendidikan tinggi, lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan rendah, lebih dari setengah responden memiliki sikap positif, lebih dari setengah responden memiliki perilaku baik, lebih dari setengah responden memiliki motifasi kurang, dan sebagian besar responden memiliki budaya baik. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat diruangan hemodialisa dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya pola diet melalui penyuluhan.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penderita penyakit gagal ginjal kronik di negara Amerika menempati urutan pertama pada pembiayaan perawatan. Ada lebih dari 378 ribu warga Amerika tertolong dari gagal ginjal kronis dengan memerlukan mesin ginjal buatan untuk mempertahankan hidup, lebih dari 50 ribu pasien menunggu untuk dilakukan transplantasi ginjal tetapi hanya sekitar 14 ribu yang dapat menerimanya karena keterbatasan organ donor ginjal. Negara- negara maju lainnya seperti Jepang, Australia dan Inggris penderita gagal ginjal kronis dapat mencapai 77 sampai 283 per satu juta penduduk (Rubianto, 2009).

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari PERNEFTRI (Persatuan Nefrogi Indonesia), diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di Indonesia. Ternyata yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah hanya sekitar 4 ribu sampai 5 ribu(Syamsir & Iwan, 2008).

Terdapat peningkatan jumlah kunjungan pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai. Pada tahun 2009 jumlah pasien 72 orang dengan 532 kunjungan pertahun, tahun 2010 jumlah Pasien 156 orang dengan 996 kunjungan pertahun, dan pada tahun 2011 jumlah pasien 288 dengan 1985 kunjungan pertahun. Jumlah rata-rata kenaikan kunjungan sebesar 40-50% pertahun(Medical Record RSUD Kota Dumai, 2009).


(12)

Penyebab tingginya angka kasus gagal ginjal yang menjalankan terapi hemodialisa di pengaruhi banyak faktor yaitu perubahan gaya hidup, pola makan tinggi lemak dan karbohidrat, juga penyebab lainnya seperti penyakit genetik yaitu kelainan kekebalan dan cacat lahir (Syamsir & Iwan, 2008).

Hemodialisa adalah salah satu tindakan yang dilakukan pada kasus GG. Ketika ginjal tidak dapat bekerja dengan baik, sampah sisa hasil metabolisme dari apa yang dimakan dan diminum akan menumpuk didalam tubuh karena tidak dapat dikeluarkan ginjal, hal inilah mengapa diet khusus penting untuk dipatuhi. Pola makan harus diubah pada pasien yang mengalami gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa. Apabila seseorang telah menjalani terapi hemodialisa banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah program diet.

Tujuan terapi diet dan intervensi nutrisi pada pasien yg dilakukan hemodialisa adalah untuk me ncapai dan menjaga status nutrisi yang baik, mencegah atau memperlambat penyakit, mencegah atau memperbaiki keracunan uremik dan gangguan metabolik lain yang dipengaruhi nutrisi ,yang terjadi pada gagal ginjal dan tidak dapat teratasi secara adekuat denga n hemodialisis (Cahyaningsih,N. 2008).

Diet cukup sulit dan diet sukar diikuti oleh pasien karena sering timbul perasaan bosan jika hanya mengkonsumsi makanan yg disarankan oleh rumah sakit. Nafsu makan pasien umumnya rendah dan perlu diperhatikan makanan kesukaan pasien dalam batas diet yang sudah ditetapkan. Perencanaan pengaturan diet cukup sulit oleh pasien akan tetapi bila itu tidak dipatuhi akan memberikan


(13)

konsekuensi yang merugikan dan akan mempercepat dari jadwal terapi yang akan ditentukan dan akan memperberat biaya terapi (Almatsier, 2008).

Seseorang yang telah menjalani terapi hemodialisa kemudian tidak menjalankan program diet dengan baik maka akan terjadi defisiensi gizi, keseimbangan cairan dan elektrolit akan terganggu dan akan terjadi akumulasi produk sisa metabolisme (uremia) yang berlebihan sehingga akan mempercepat dari jadwal terapi yang akan ditentukan dan akan memperberat biaya dari terapi (Almatsier 2008).

Kepatuhan pasien dalam menjalankan program diet sangat menentukan keberhasilan terapi hemodialisa, diet juga merupakan perawatan yang penting untuk pasien gagal ginjal.Banyak faktor yang melatarbelakangi ketidakpatuhan pasien GG, menurut Wuyung, VH tahun 2008 yang melakukan penelitian tentang bagaimana ketaatan diet pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RS Panti Rapih Jogjakarta yaitu dari faktor internal seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, perilaku dan sebagainya. Dari hasil uji statistik yang dilakukan terhadap semua variabel independen diperoleh nilai p=0,000, ternyata hanya pendidikan dan pengetahuan yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap ketaatan diet pasien (Wuyung, 2008).

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan hemodialisa RSUD KotaDumai, bahwa Penyuluhan telah diberikan oleh petugas kesehatan kepada pasien tentang pola diet yang harus mereka jalani supaya terapi yang diberikan lebih maksimal dan jadwal yang telah di tetapkan bisa dijalani seoptimal mungkin tanpa ada percepatan dari jadwal terapi yang telah di tetapkan petugas medis.


(14)

Dilihat dari segi biaya, sekali hemodialisa maka akan bisa memberatkan pasien.Dari segi waktu akan mengganggu aktifitas pasien tersebut. RSUD Kota Dumai memberlakukan kebijakan bahwa semua pasien menjalani hemodialisa dengan frekwensi 2 kali/minggu dengan lama waktu 5 jam,sehingga dosis hemodialisa yang diterima adalah 10 jam/minggu. Menurut konsesus pernefri (2003) untuk mencapai adekuasi hemodialisa diperlukan dosis 10-12 jam perminggu yang dapat dicapai dengan frekwensi hemodialisa 2kali/minggu dengan lama waktu 5jam atau 3 kali/minggu dengan lama waktu 4 jam. Di Indonesia dilakukan 2 kali/minggu dengan durasi 4-5 jam, dengan pertimbangan bahwa PT ASKES hanya mampu menanggung biaya hemodialisa 2 kali/minggu.

Mengingat begitu banyak kerugian apabila pasien yang menjalani terapi hemodialisa tidak patuh terhadap pola diet maka hendaknya setiap pasien harus patuh dan tidak boleh melanggar terhadap pola diet yang diberikan.

Dari banyaknya jumlah kunjungan pasien yang menjalani terapi hemodialisa dan ketidakpatuhan dalam menjalankan pola diet, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai faktor- faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa menjalani pola diet.

B. Rumusan Masalah

Program penyuluhan terhadap pola diet pada pasien hemodialisa sudah diberikan oleh perawat di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum daerah kota Dumai. Hal ini dilakukan agar setiap pasien yang menjalani terapi hemodialisa mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak mendapatkan kerugian yang


(15)

diakibatkan dari ketidakpatuhan dalam menjalankan pola diet. Namun kenyataan dilapangan masih ditemukan banyak pasien yang tidak mematuhi pola diet tersebut sehingga beberapa pasien harus menambah jadwal terapinya.

Dengan demikian dapat dirumuskan masalah penelitian: faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalankan pola diet.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor pendidikan pasien hemodialisa yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani pola diet.

b. Mengidentifikasi faktor pengetahuan pasien hemodialisa yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani pola diet.

c. Mengidentifikasi faktor sikap pasien hemodialisa yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani pola diet.

d. Mengidentifikasi faktor perilaku pasien hemodialisa yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani pola diet.

e. Mengidentifikasi faktor motivasi pasien hemodialisa yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani pola diet.


(16)

f. Mengidentifikasi faktor budaya pasien hemodialisa yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani pola diet.

D. Manfaat Penelitian 1. RSUD Kota Dumai

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan dimasa yang akan datang khususnya bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan penyuluhan

2. Pengembangan Ilmu terutama ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai evidence based untuk peneliti dimasa yang akan datang terkait tentang pasien hemodialisa dalam menjalankan pola diet.

3. Pasien

Hasil penelitian ini sebagai pertimbangan bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa untuk lebih mentaati pola diet yang benar agar mendapatkan hasil terapi yang maksimal.

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Hemodialisa A. Pengertian Hemodialisa

Hemodialisa merupakan proses difusi melintas membrana semipermeabel untuk menyingkirkan substansi yang tidak diinginkan dari darah sementara menambahkan komponen yang diinginkan, aliran konstan darah dari satu sisi membrana dan larutan dialisat pembersih di sisi lain menyebabkan penyingkiran produk buangan serupa dengan filtrasi glomerulus (Harrison, 2000).

Hemodialisa perlu dilakukan untuk menggantikan fungsi ekresi ginjal sehingga tidak terjadi gejala uremia yang lebih berat. Pada pasien dengan fungsi ginjal yang minimal, hemodialisa dilakukan untuk mencegah komplikasi membahayakan yang dapat menyebabkan kematian (Pernefri, 2003).

B.Penyebab / Indikasi dilakukan Hemodialisa Penyebab secara garis besarnya, adalah :

1) Gagal ginjal akut, dan 2) Gagal ginjal kronis.

Indikasi yang mungkin untuk dialisis jangka pendek : 1) Gagal ginjal akut.

2) Hiperkalemi > 7 mmol/L. 3) pH arterial < 7-15.


(18)

5) Urea darah cepat meningkat. 6) Beban cairan berlebihan. 7) Hiperkalsemi tak terkontrol. 8) Gangguan elektrolit.

9) Keracunan dengan ; a) Salisilat.

b) Barburat. c) Etanol.

10) Gagal ginjal kronik eksaserbasi akut mendahului pemberian terapi konservatif Indikasi yang mungkin untuk hemodialisa jangka panjang : a) Kegagalan penanganan konservatif.

b) Kreatinin serum > 1200 mmol/L. c) GFR < 3 ml/min.

d) Penyakit tulang progresif. e) Neuropati yang berlanjut.

f) Timbulnya perikarditis (dialisis peritoneal mungkin perlu dilakukan untuk menghindari hemoperikardium) (Syamsir & Iwan, 2008).

C.Komponen hemodialisa 1. Mesin hemodialisa

Mesin hemodialisa merupakan mesin yang dibuat dengan sistim komputerisasi yang berfungsi untuk pengaturan dan monitoring yang penting untuk mencapai adekuasi hemodialisa.


(19)

2. Dialiser

Dialiser merupakan komponen penting yang merupakan unit fungsional dan memiliki fungsi seperti nefron ginjal.Berbentuk seperti tabung yang terdiri dari dua ruang yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dipisahkan oleh membran semi permeabel. Di dalam dialiser cairan dan molekul dapat berpindah dengan cara difusi, osmosis, ultrafiltrasi, dan konveksi. Dialiser yang mempunyai permebilitas yang baik mempunyai kemampuan yang tinggi dalam membuang kelebihan cairan, sehingga akan menghasilkan bersihan yang lebih optimal (Brunner & Suddarth, 2001; Black, 2005 ).

3. Dialisat

Diasilat merupakan cairan yang komposisinya seperti plasma normal dan terdiri dari air dan elektrolit, yang dialirkan kedalam dialiser. Dialisat digunakan untuk membuat perbedaan konsentrasi yang mendukung difusi dalam proses hemodialisa. Dialisat merupakan campuran antara larutan elektrolit, bicarbonat, dan air yang berperan untuk mencegah asidosis dengan menyeimbangkan asam basa.Untuk mengalirkan dialisat menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran dialisat menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran dialisat yang disebut Quick Of Dialysate (Qd). Untuk mencapai hemodialisa yang adekuat Qd disarankan adalah 400-800 mL/menit (Pernefri, 2003).

4. Akses vascular

Akses vascular merupakan jalan untuk memudahkan pengeluaran darah dalam proses hemodialisa untuk kemudian dimasukkan lagi kedalam tubuh pasien. Akses yg adekuat akan memudahkan dalam melakukan penusukan dan


(20)

memungkinkan aliran darah sebanyak 200-300 mL/menit untuk mendapat hasil yang optimal. Akses vaskular dapat berupa kanula atau kateter yang dimasukkan kedalam lumen pembuluh darah seperti sub clavia, jungularis, atau femoralis. Akses juga dapat berupa pembuluh darah buatan yang menyambungkan vena dengan arteri yang disebut Arteorio Venousus Fistula/Cimino (Pernefri, 2003). 5. Quick of blood

Qb adalah banyaknya darah yang dapat dialirkan dalam satuan menit dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bersihan ureum. Peningkatan Qb akan meningkatkan peningkatan jumlah ureum yang dikeluarkan sehingga bersihan ureum juga meningkat. Dasar peningkatan aliran (Qb) rata rata adalah 4 kali berat badan pasien. Qb yang disarankan untuk pasien yang menjalani hemodialisa selama 4 jam adalah 250-400 m/Lmenit (Daugirdas, 2007; Gatot,2003).

D. Proses Hemodialisa

Proses hemodialisa dimulai dengan pemasangan kanula Inlet kedalam pembuluh darah arteri dan kanulaoutlet kedalam pembuluh darah vena, melalui fistula arteorivenosa (Cimino) yang telah dibuat melalui proses pembedahan. Sebelum darah sampai ke dialiser, diberikan injeksi heparin untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Darah akan tertarik oleh pompa darah (blood pump) melalui kanula inlet arteri kedialiser dan akan mengisi kompartemen 1 (darah). Sedangkan cairan dialisat akan dialirkan oleh mesin dialisis untuk mengisi kompartemen 2 (dialisat).


(21)

Didalam dialiser terdapat selaput membran semi permeabel yang memisahkan darah dari cairan dialisat yang komposisinya merupai cairan tubuh normal. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah akan dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan Gradien tekanan, Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisisKarena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia atau keseimbangan cairan. Sistim bufer tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat kedalam darah pasien dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat.

Setelah terjadi proses hemodialisa didalam dialiser, maka darah akan dikembalikan kedalam tubuh melalui kanula outlet vena. Sedangkan cairan dialisat yang telah berisi zat toksin yang tertarik dari darah pasien akan dibuang oleh mesin dialisis oleh cairan pembuang yang disebut ultrafiltrat. Semakin banyak zat toksik atau cairan tubuh yang dikeluarkan maka bersihan ureum yang dicapai selama hemodialisa akan semakin optimal (Depkes, 1999; Bruner & Suddart, 2001).


(22)

E.Metode Hemodialisa

Dalam melaksanakan hemodialisa dikenal beberapa macam metode, yaitu : 1) Continuous Peritoneal Ambulatory dialisis (CAPD).

CAPD atau dialisis peritoneal ambulatorik kontinyu merupakan sesuatu bentuk dialisis yang dilakukan pada banyak pasien penyakit renal stadium terminal. Dialisis peritoneal tradisional memerlukan perawat dan teknisi yang terampil untuk melaksanakan prosedur ini. Dialisis peritoneal tradisional dilakukan secara intermiten sehingga diperlukan beberapa tahap yang biasanya berlangsung selama 6 hingga 48 jam untuk tiap tahap, dan selama pelaksanaan dialisis ini pasien harus berada keadaan imobilisasi. Berbeda dengan dialisis peritoneal tradisional, CAPD bersifat kontinyu dan biasa dapat dilakukan sendiri. Metode ini bisa dikerjakan di rumah oleh pasien. Kadang-kadang anggota keluarga dilatih agar dapat melaksanakan prosedur tersebut bagi paasien. Tekniknya disesuaikan menurut kebutuhan fisiologik pasien akan terapi dialisis dan kemampuannya untuk mempelajari prosedur ini. Metode CAPD harus dapat dipahami oleh pasien serta keluarganya, dan diperlukan petunjuk yang adekuat untuk menjamin agar mereka merasa aman serta yakin dalam melaksanakannya.

2) High-Flux Dialisis.

Dialisis aliran tinggi ini mengacu kepada cara dialisis dengan menggunakan membran baru yang meningkatkan klirens molekul dengan berat molekul kecil dan sedang. Mebran ini digunakan bersama dengan laju aliran darah keluar- masuk dialiser yang lebih tinggi ketimbang pada


(23)

dialisertradisional (500-800 ml/menit), dan aliran cairan dialisat yang cepat (800 ml). Dialisis aliran tinggi akan meningkatkan efisiensi terapi sementara lamanya dapat dikurangi dan kebutuhan akan heparin diperkecil. Namun, tidak semua unit pelayanan dialisis yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan dialisis aliran tinggi ini dan dengan demikian metode ini bukanlah metode yang rutin dilakukan.

3) Continuous Arteriovenous Hemofiltration (CAVH).

Merupakan metode lain untuk menggantikan sementara fungsi ginjal. Metode ini dilakukan di tempat tidur dalam ruang perawatan intensif untuk pasien muatan cairan berlebih akibat gagal ginjal oligurik (keluaran urin yang rendah) atau untuk pasien ginjal, dimana ginjal tidak mampu lagi menghadapi kebutuhan nutrisi atau metabolik yang tinggi dan akut. Darah dialirkan oleh tekanan darah pasien sendiri melewati sebuah filter dengan volume kecil serta resistensirendah, dan bukan oleh tekanan pompa darah seperti yang dilakukan pada hemodialisis. Darah mengalir dari arteri (via pirauarteriovenosa atau kateter arteri) kedalamhemofilter. Di sini cairan, elektrolit dan produk limbah Nitrogen yang berlebihan dikeluarkan melalui ultrafiltrasi. Kemudian darah tersebut dikembalikan kedalam sirkulasi darah pasien melewati

pirauarteriovenosa vena lengan atau kateter vena. Ultrafiltrat yang dihasilkan dan mengandung solut yang tidak diinginkan kemudian dibuang. Cairan

intravena dapat diberikan untuk menggantikan cairan yang hilang akibat prosedur tersebut.


(24)

Proses hemofiltrasi berlangsung lambat dan kontinyu sehingga sesuai bagi pasien dengan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil. Cara ini tidak memiliki gradien konsentrasi sehingga yang terjadi hanya filtrasi cairan.

Elektrolitdiekskresikan hanya jika terbawa dan dikeluarkan bersama cairan. 4) Continuous Arteriovenous Hemodialysis (CAVHD).

Memiliki banyak karakterstik CAVH tetapi cara ini memiliki kelebihan berupa gradien konsentrasi, untuk memudahkan klirens atau pengeluaran ureum. CAVHD dilaksanakan dengan mengalirkan cairan dialisat pada salah satu sisi membran semipermeabel. Aliran darah melewati sistem tersebut berganung pada tekanan arteri pasien seperti pada CAVHD; pompa darah tidak digunakan seperti pada hemodialisis standar.

Kelebihan utama dari CAVH dan CAVHD adalah bahwa kedua metode ini tidak menimbulkan perpindahan cairan yang cepat sehingga tidak membutuhkan mesin dialisis atau petugas dialisis untuk melaksanakan prosedur tersebur. Kedua metode tersebut juga dapat segera dikerjakan di rumah sakit tanpa fasilitas dialisis. Akses ke sistem vaskuler untuk prosedur ini dapat dilakukan melalui fistula interna yang sudah dibuat sebelumnya (seperti yang digunakan untuk hemodialisis) atau melalui kanulasi pembuluh darah

femoralis atau radialis. Gradien tekanan diperlukan untuk menghasilkan filtrasi yang optimal; dengan demikian kanulasi arteri vena femoralis akan menghasilkan gradien yang diperlukan antara tekanan arteri dan vena


(25)

Adekuasi hemodialisa merupakan kecukupan dosis hemodialisa yang direkomendasikan untuk mendapat hasil yang adekuat pada gagal ginjal yang menjalani hemodialisa (NKF-/DOQI, 2000).Tujuan adekuasi hemodialisa diperlukan untuk menilai efektivitas tindakan hemodialisa yang dilakukan. Hemodialisa yang adekuat akan memberikan manfaat yang besar dan memungkinkan pasien gagal ginjal tetap bisa menjalani aktifitasnya seperti biasa. Hemodialisis yang tidak adekuat juga dapat mengakibatkan kerugian material dan menurunnya produktifitas pasien hemodialisa.Hemodialisa yang tidak adekuat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bersihan ureum yang tidak optimal, waktu dialisis yang kurang,dan kesalahan dalam pemeriksaan laborotorium (ureum darah).

Untuk mencapai adekuasi hemodialisis, maka besarnya dosis yang diberikan harus memperhatikan hal- hal berikut :

a. Time of Dialisis

Adalah lama waktu pelaksanaan hemodialisis yang idealnya 10-12 jam perminggu. Bila hemodialisa dilakukan 2 kali/minggu maka lama waktu tiap kali hemodialisis adalah 5-6 jam, sedangkan bila dilakukan 3kali/ minggu maka waktu tiap kali hemodialisis adalah 4-5 jam.

b. Interdiaalytic Time

Adalah waktu interval atau frekwensi pelaksanaan hemodialisa yang berkisar antara 2 kali/minggu atau 3 kali/minggu. Idealnya hemodialisa dilakukan 3 kali/minggu dengan durasi 4-5 jam setiap sesi, akan tetapi di Indonesia dilakukan 2kali/minggu dengan durasi 4-5 jam, dengan


(26)

pertimbangan bahwa PT ASKES hanya mampu menanggung biaya hemodialisa 2kali/minggu (Gatot, 2003).

F. Pengukuran adekuasi hemodialisa

Hemodialisa dinilai adekuat bila mencapai hasil sesuai dosis yang direncanakan. Untuk itu, sebelum hemodialisa dilaksanakan harus dibuat suatu peresapan untuk untuk merencanakan dosis hemodialisa, dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil hemodialisis yang telah dilakukan untuk menilai keadekuatannya. Adekuasi hemodialisa diukur secara kuantitatif denga n menghitung kt/V yang merupakan rasio dari bersihan urea dan waktu hemodialisa dengan volume distribusi urea dalam cairan tubuh (Eknoyan,2000 ; Owen, 2000).

Konsesus Dialisis pernefri (2003) menyatakan bahwa di Indonesia adekuasi hemodialisa dapat dicapai dengan jumlah dosis hemodialisa 10-15 jam perminggu. Pasien yang menjalani hemodialisa 3 kali/ minggu diberi target Kt/V 1,2 sedangkan pasien yang menjalani hemodialisa 2 kali/ minggu diberi target Kt/V 1,8 K/DOQI (2006) merekomendasikan bahwa Kt/V untuk setiap pelaksanaan hemodialisa adalah minimal 1,2 dengan target adekuasi 1,4.

Penghitungan Kt/V dapat dilakukan denga menggunakan rumus daugirdas sebagai berikut :

Kt/V = - In (R-0,008t) + (4-3,5R) x (BB pre dialisis – BB post dialisis) BB post dialisis

Keterangan :

K : Klirens dialiser yaitu darah yang melewati membran dialiser dalam mL/ menit Ln : Logaritma natural


(27)

R : Ureum post dialisis Ureum pre dialisis t : Lama dialisis (jam)

V : Volume cairan tubuh dalam liter (laki- laki 65 % BB/ berat badan dan wanita BB berat badan).

Konsesus dialisis pernefri (2003) menyatakan bahwa adekuasi hemodialisis diukur secara berkala setiap bulan sekali atau minimal 6 bulan sekali. Secara klinis hemodialisa dikatakan adekuat bila keadaan umum pasien dalam keadaan baik, merasa lebih nyaman, tidak ada manifestasi uremia dan usia hidup pasien semakin panjang.

G. Manfaat Hemodialisa

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan: 1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin, dan asam

urat.

2) Membuang kelebihan air.

3) Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh. 4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh. 5) Memperbaiki status kesehatan penderita (Lumenta, 2001).

H. Komplikasi pada Hemodialisa

Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah:


(28)

1) Hipotensi. 2) Kram otot.

3) Mual atau muntah. 4) Sakit kepala. 5) Sakit dada. 6) Gatal- gatal.

7) Demam dan menggigil. 8) Kejang (Lumenta, 2001).

I. Penatalaksanaan Diet pada Pasien Hemodialisa

Anjuran die t didasarkan pada frekuensi hemodialisa, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh. Sangat perlu diperhatikan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet yang di tetapkan.

1) Tujuan diet

Tujuan diet gagal ginjal dengan dialisis adalah:

a) Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar pesien dapat melakukan aktifitas normal.

b) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

c) Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan. 2) Syarat diet

Syarat-syarat diet dengan dialisis adalah: a) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal.


(29)

b) Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1-1,2 g/kg BB ideal/hari.

c) Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total. d) Lemak normal, yaitu 15-30 % dari kebutuhan energi total.

e) Natrium diberikan seseuai jumlah urin yang keluar /24 jam yaitu 1 g untuk tiap 1/2 liter urin.

f) Kalium sesuai dengan urin yang keluar /24 jam yaitu 1 g untuk tiap 1 liter urin.

g) Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium. h) Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari.

i) Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin /24 jam ditambah 500-750 ml.

j) Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B12, asam folat dan vitamin C.

k) Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung energi dan protein tinggi (Almatsier, 2008).

3) Jenis diet dan indikasi pemberian

Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal dan berat badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.

Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:

a) Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 50 kg.


(30)

b) Diet dialisi II, 65 g protein, diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 60 kg.

c) Diet dialisis III, 70 g protein, diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 65 kg (Almatsier, 2008).

4) Contoh-contoh makanan yang dianjurkan:

a) Nasi. k) Bihun.

b) Jagung. l) Kentang.

c) Makaroni. m) Mie.

d) Tepung-tepungan. n) Singkong.

e) Ubi. o) Selai.

f) Madu. p) Telur.

g) Daging ayam. q) Daging.

h) Ikan. r) Susu.

i) Minyak jagung. s) Minyak sawit.

j) Semua sayuran dan buah-buahan kecuali yang mengandung kalium tinggi seperti: pisang, tomat, ubi jalar, kelapa muda, nangka, bayam, sawi, durian, petai, jantung pisang.

Makanan yang tidak dianjurkan:

a) Kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu. b) Kelapa.

c) Santan.

d) Minyak kelapa. e) Margarin.


(31)

f) Lemak hewan.

g) Sayuran dan buah kalium tinggi (Sutomo, 2007).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet

a Faktor Internal 1) Pendidikan

Secara luas pendidikan mencakup selurun proses kehidupan, berupa interaksi individu dengan lingkungan, baik secara formal maupun informal proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok, seperti individu yang berpendidikan S1, perilakunya akan berbeda dengan yang berpendidikan SLTP (Sunaryo, 2004).

Adapun unsur- unsur pendidikan yaitu:

a) Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok) dan pendidik (pelaku pendidik).

b) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain). c) Output perilaku (Notoatmodjo, 2003).

2) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu dari seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas


(32)

perhatian dan perhatian terhadap objek, sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Notoadmojo, 2007)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Notoatmodjo (2003) mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b) Interest, yakni seseorang mulai tertarik kepada stimulus.

c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial, yaitu orang telah memulai perilaku baru.

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).


(33)

3) Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan adanya konotasi kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, yang dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial, sikap seseorang dapat mempengaruhi perilaku positif maupun negatif, seperti sikap pasien hemodialisa terhadap pentingnya kepatuhan diet. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Kesiapan tersebut merupakan kecendrungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu. Apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2007). Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan dalam sikap negatif kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Dalam kehidupan masyarakat, sikap ini penting sekali (purwanto, H, 1998).

Newcomb, seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesedi dan bukan merupakan pelaksaan untuk bertindak, dan bukan merupakan motiv tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan


(34)

suatu perilaku. Sikap itu masih me rupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap suatu objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoadmojo, 2003)

4) Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau mekhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai manusia, mempunyai aktifitas masing- masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan, antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir, dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah kegiatan, baik ya ng dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmojo, 2003). 5) Motivasi

Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam individu atau datang dari lingkungan, motivasi yang baik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, bukan pengaruh lingkungan. Contohnya: pasien hemodialisa termotivasi untuk mentaati dalam menjalankan program diet (Handoko, 2001).


(35)

b. Faktor exsternal 1) Budaya

Budaya menurut Ivan (2001), merupakan ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan, dalam arti sempit budaya sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia (Sudiharto, 2005). Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komuitas setempat, menurut pandangan antropologi tradisional, budaya dibagi me njadi dua, yaitu budaya material dan budaya non material. Budaya material dapat berupa objek, seperti pakaian, seni, benda-benda kepercayaan, atau makanan. Budaya non material mencakup kepercayaan, kebiasaan, bahasa dan institusi sosial (Sudiharto,2005).


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2005). Syarat kerangka penelitian adalah harus didasarkan pada teori yang ada. Adanya hubungan antara variabel, dan berupa gambar atau diagram.

Program diet bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa sangat penting. Apabila pasien tidak patuh akan merugikan pasien itu sendiri karena akan mempercepat jadwal terapi yang secara tidak langsung akan memperberat biaya terapi dan dari segi waktu akan mengganggu aktifitas pasien itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet di RSUD Kota Dumai.

Adapun kerangka Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:


(37)

Skema 3.1

Kerangka Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam pola diet:

Faktor Internal: 1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Sikap

4. Perilaku 5. Motivasi Faktor Eksternal:

1. Budaya

Ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet.


(38)

3.2. Kerangka Operasional

Tabel 3.1

Kerangka Operasional Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur 1. Faktor- faktor

yang

mempengaruhi ketidak

patuhan dalam menjalani pola diet:

Hal ( keadaan, peristiwa yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. a.Pendidikan Jenjang

pendidikan formal yang sudah ditempuh pada pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Kuesioner Pendidikan

Ordinal Tinggi: PT/Akademik Rendah: SD-SMP-SMA

b.Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Kuesioner sebanyak 22 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1. Benar 0. Salah

Ordinal Tinggi Rendah


(39)

c.Sikap Reaksi atau responterhadap stimulus pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban: 1. Sangat Setuju (SS) 2.Setuju (S) 3.Tidak Setuju (TS) 4.Sangat tidak setuju (STS)

Ordinal Positif Negatif:

d.Perilaku Tindakan pasien hemodialisadala m mengatur dan menjalani pola diet. Kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban: 1.Ya 0.Tidak

Ordinal Baik Buruk

e.Motivasi Doronganatau penggerak pasien hemodialisadala m menjalani pola diet. Kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban: 1. Sangat Setuju (SS) 2.Setuju (S) 3.Tidak Setuju (TS) 4.Sangat tidak setuju (STS)

Ordinal Baik Kurang:

f.Budaya Kebiasaan yang dimiliki, atau dikonsumsi suatu suku oleh pasien hemodialisa dalam menjalani Kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban: 1.Ya 0.Tidak

Ordinal Baik Buruk


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Pe nelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yang tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan gambaran faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalammenjalani pola diet di ruang hemodialisa RSUD Kota Dumai

4.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai. Berdasarkan survey awal dari data RSUD Kota Dumai Januari sampai Desember 2011 jumlah populasi adalah 448 orang.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sample yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu teknik penempatan sample dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan dikehendaki peneliti (Notoadmojo,S 2005). Pengambilan populasi kurang 100, maka lebih baik di ambil semuanya sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih tergantung kemampuan peneliti


(41)

(Suharsimi, 2007). Maka peneliti mengambil 10% dari 448 orang sehingga jumlah sample dalam penelitian ini 44 orang.

Jumlah Sampel ada 44 tetapi sampel yang diteliti hanya 39 orang, 3 orang (drop out), karena tidak bersedia menjadi sampel pada penelitian ini.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai di ruangan hemodialisa. Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian dan merupakan Rumah Sakit Umum milik pemerintah sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan di kota Dumai. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2012.

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai. Dalam penelitian ini responden akan diberi informasi tentang sifat, manfaat, tujuan dan proses penelitian. Kemudian diberikan lembar persetujuan yang akan ditandatangani sebagai bukti kesediaannya menjadi responden (informed consent). Dalam hal ini peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian (Self Determination). Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing- masing lembar persetujuan tersebut (anonymity). Peneliti menjamin


(42)

kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality) (Nursalam, 2009).

4.5. Instrument Penelitian

Insrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kusioner). Data lembar kuesioner berisi data demografi dan data kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Kuesioner tentang data demografi meliputi: kode responden, umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama menjalani hemodialisa dan frekwensi hemodialisa dalam satu minggu. Sedangkan kuesioner tentang faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam pola diet yaitu faktor internal terdiri dari: pendidikan, pengetahuan, sikap, perilaku, motivasi dan faktor eksternal yaitu budaya. Jumlah pertanyaan adalah 43 pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Unsur-unsur pertanyaan pada penelitian menggunakan kuesioner cek list.

Pengisian pada kusioner pendidikan menggunakan pengisian cek list dengan menggunakan skala Rating, jawaban untuk pengetahuan berdasarkan pilihan yang telah disediakan yaitu “Benar” atau “Salah”. Pernyataan positif dan jawaban benar diberi nilai 1 sedangkan jawaban salah diberi nilai 0. Pernyataan negative dan jawaban benar diberi nilai 0 sedangkan jawaban salah diberi nilai 1. Untuk perilaku dan budaya menggunakan skala Guttman menggunakan jawaban sudah ada hanya memilih “Ya” atau “Tidak”. Pernyataan positif jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban ya diberi nilai 0 dan jawaban tidak diberi nilai 1. Untuk sikap dan motivasi


(43)

menggunakan skala Likert. Setiap soal terdiri dari pernyataan Favorable (positif) dan Unfavorable (negatif). Setiap pernyataan dengan bentuk pertanyaan dan dukungan yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut, untuk pernyataan positif sangat setuju (SS) nilai 4, setuju (S) nilai 3, tidak setuju (TS) nilai 2, sangat tidak setuju (STS) nilai 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif sangat setuju (SS) nilai 1, setuju (S) nilai 2, tidak setuju (TS) nilai 3, sangat tidak setuju (STS) nilai 4. Rumus berdasarkan statistik dimana p = rentang/banyak kelas,menurut wahyuni (2011) dimana panjang kelas dan rentang adalah nilai tertinggi dikurangi nilai terendah.

4.6. Validitas dan reabilitas Instrumen Penelitian 4.6.1. Uji Validitas

Validitas isi merupakan sebuah instrument pengukuran yang mengukur sampai sejauh mana instrument tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti. Beberapa pakar dilapangan yang menguasai topik studi tersebut kemudian diminta untuk menguji setiap poin dan untuk menilai seberapa jauh poin dan instrument keseluruhan mewakili area isi yang tadi sudah ditetapkan (Dempsey & Dempse, 2002). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh 3 orang ahli yang berkompeten. Jumlah pertanyaan dan pernyataan sebanyak 43. Pernyataan pengetahuan, no 6, 20, 21, 22 dinyatakan bias dan pertanyaan perilaku, pertanyaan no 5 dinyatakan bias serta pernyataan motivasi, pernyataan no 3, 4, 5 dinyatakan bias. Setelah diperbaiki dan dikonsulkan lagi dengan 3 orang ahli lalu semua pertanyaan dan pernyataan yang dinyatakan bias telah dinyatakan valid.


(44)

4.6.2 Uji Realibilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data.Sebuah instrument disebut reliable jika instrument itu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan cara yang sama (Demsey & Dempsey, 2002). Dalam penelitian in, kuesioner faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet, telah diuji reliabilitas dengan metode uji satu kali pada 30 pasien hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan menggunakan rumus formula cronbach’s alfadan didapat nilai 0,809 sehingga sehingga semua aitem pertanyaan dan pernyataan dinyatakan reliabel. Setiadi (2007) menyatakan dengan instrumen dengan koefisien ya ng berada diantara 0,60-0,89 dikatakan reabilitas sedang .

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Tahap awal peneliti mengirimkan surat izin permohonan uji validitas instrumen dan izin Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utarayang ditujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai dan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Peneliti mengurus surat izin instrumen di Rumah Sakit Umum Kota Dumai untuk kemudian menyampaikan izin penelitian ini kepada penanggung jawab unit hemodialisa di Rumah Sakit tersebut. Menemui kepala ruangan untuk mengimformasikan kepada calon responden serta pengambilan data. Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dengan terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat ruangan. Peneliti menemui dan


(45)

memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan penelitian dan Informed concent

pada responden dan keluarganya. Pada saat penelitian, peneliti mengikuti jadwal hemodialisa tersebut. Peneliti mengurus melaksanakan pengumpulan data penelitian setelah mendapat izinproses pengisian kuisio ner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Penelitian ini dilakukan setelah pasien melakukan terapi hemodialisa dengan terlebih dahulu membuat kontrak dengan pasien, kemudian membagikan kusioner yang diisi langsung oleh responden dan peneliti menggigatkan agar semua pertanyaan diisi lengkap. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti maka responden dapat menanyakan langsung kepada peneliti. Setelah kusioner selesai diisi langsung dikembalikan kepada peneliti, jika ada kusioner yang belum terisi lengkap maka peneliti meminta kepada responden untuk melengkapi jawaban yang belum terisi. Setelah semua data yang dibutuhkan lengkap, dilakukan tahap selanjutnya yaitu pengolahan data.

4.8. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap dengan cara sebagai berikut:

a . Editing

Setelah kuisioner selesai diisi kemudian langsung dikumpul oleh peneliti, selanjutnya diperiksa kelengkapan datanya, apakah data dapat dibaca atau tidak serta kelengkapan isian, jika belum lengkap responden diminta melengkapi


(46)

b. Coding

Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data, peneliti memberikan kode pada pada lembaran kuisioner.

c. Entry

Setelah data dikumpul untuk selanjutnya diolah dalam analisa data kemudian dimusnahkan.

d. Cleaning

Data yang sudah ada dilengkapi lagi kelengkapannya, jika ada data yang sudah dimusnahkan ternyata tidak lengkap, maka sampel dianggap gugur dan diambil sampel baru.

e. Processing

Kemudian selanjutnya data diproses dengan mengelompokkan data kedalam variabel yang sesuai.

f. Analisa data.

Analisa data menggunakan program komputer dengan analisa univariat. Analisa univariat ialah suatu analisa terhadap setiap variabel dari hasil penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Setelah data dikumpulkan dengan kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapan data. Apabila belum lengkap responden diminta untuk melengkapi data yang belum lengkap.


(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai Faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet di Ruang Hemodialisa RSUD Kota Dumai yang dilakukan penelitian bulan Oktober 2012.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dijabarkan tentang karakteristik responden dan Faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam pola diet di Ruang Hemodia lisa RSUD Kota Dumai.

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi pasien hemodialisa dalam pola diet di RSUD Kota Dumai (n=39)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Umur

< 43Tahun 28 71,79

34 - 43 Tahun 7 17,95

24 – 33 Tahun 4 10,26

2 Jenis Kelamin

Laki – laki 24 61,5

Perempuan 15 38,46

3 Pekerjaan

Sudah Bekerja 16 41,03

Swasta 13 33,33

PNS/TNI/POLRI Petani 5 3 12,82 7,69

Pedagang 2 5,13

4. Lama menjalani hemodialisa 5 jam 39 100 5. Frekwensi hemodialisa 2 kali 1 minggu 39 100


(48)

Karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama menjalani hemodialisa dan frekwensi hemodialisa dalam 1 minggu.Responden yang menjalani hemodialisadi RSUD Kota Dumai berjumlah 39 orang yang menjadi responden pada penelitian ini didapat karakteristik responden yaitu, sebagian besar responden berusia < 44 tahun sebanyak 28 responden (71,79 %), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar laki- laki sebanyak 24 responden (61,54 %),kurang dari setengah tidak bekerja sebanyak 16 responden (41,03%). Seluruhnya responden yang menjalani hemodialisa selama 5 jam sebanyak 39 responden (100 %), dan yang menjalankan frekwensi hemodialisa 2 kali/minggu seluruhnya 39 responden (100 %). Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa Dalam Pola Diet

No Variabel Dependen Frekwensi Persentase (%)

1 Pendidikan

Tinggi 22 56,4

Rendah 17 43,6

2 Pengetahuan

Tinggi 18 46,2

Rendah 21 53,8

3 Sikap

Positif 21 53,8

Negatif 18 46,2

4 Perilaku

Baik 21 53,8

Buruk 18 46,2

5 Motivasi

Baik 18 46,2

Kurang 21 53,8

6 Budaya

Baik 26 66,7


(49)

Berdasarkan hasil penelitian didapat data yang menunjukkan bahwa Dari 39 responden lebih dari setengah mempunyai Pendidikan tinggi (56,4 %) selebihnya mempunyai pendidikan rendah (43,6 %), Pengetahuan rendah yaitu sebanyak 21 responden (53,8%), sikap responden mayoritas positif yaitu sebanyak 21 responden (53,8 %), berdasarkan perilaku mayoritas kategori baik yaitu sebanyak 21 responden (53,8 %). Berdasarkan motivasi mayoritas kategori kurang sebanyak 21 responden (53,8%), berdasarkan budaya mayoritas sebanyak 26 responden (66,7 %).

2. Pembahasan

2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet

2.1.1. Faktor Internal a. Pendidikan

Menurut Sunaryo (2004), bahwa secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi individu dengan lingkungan, baik secara formal maupun informal proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok, seperti individu yang berpendidikan S1, perilakunya akan berbeda dengan yang berpendidikan SLTP. Data yang didapat Di RSUD Kota Dumai lebih dari setengah responden berpendidikan tinggi yaitu Perguruan Tinggi/Akademik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi mempengaruhi terhadap perilaku seseorang. Karena semakin tinggi tingkat


(50)

pendidikan seseorang semakin baik analisa seseorang terhadap sesuatu contohnya kepatuhan dalam menjalani pola diet. Sejalan dengan hasil penelitian Wuyung (2008) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yang benar. Adapun responden yang bependidikan rendah yaitu SD, SMP, SMA sebanyak 17. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam pola diet. Sesuai dengan pernyataan Notoatmojo (2003), pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan. b. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (53,8%) responden di RSUD Kota Dumai mempunyai tingkat pengetahuan rendah. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diterima oleh responden tentang pentingnya pola diet yang benar dan harus dipatuhi apabila menjalani terapi hemodialisa, responden kurang mencari informasi karena pengetahuan bisa juga didapat dari informasi- informasi seperti membaca dan pengalaman dari sesama pasien yang hemodialisa serta penyuluhan. Sesuai dengan pernyataan (Notoatmodjo, 2007), pengetahuan atau kognitif merupakan desain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wuyung (2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan pola diet yang benar.


(51)

Dari hasil penelitian didapat juga bahwa sebanyak 18 responden (46,2%) mempunyai pengetahuan tinggi. Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki responden di RSUD Kota Dumai baik terhadap sesuatu hal yang akan mudah untuk mengaplikasikan pengetahuannya tersebut terhadap kepatuhan dalam menjalani pola diet. Hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 43 tahun sebanyak 28 orang (71,79 %), hal ini menunjukkan bahwa pengetahuannya lebih baik karena pengalaman dan tingkat kematangan yang tinggi. Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Huclok (1998) dikutip dari Nursalam (2001), semakin cukup usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

c. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap seseorang dapat mempengaruhi perilaku positif maupun negatif, seperti sikap pasien hemodialisa terhadap pentingnya kepatuhan dalam menjalani pola diet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (53,8%)responden bersikap positif. Hal ini menggambarkan bahwa sikap menentukan dalam tingkah laku seseorangdalam memutuskan untuk selalu taat me njalani pola diet yang benar. Semakin positif sikap responden, semakin cendrung untuk mentaati pola diet yang telah ditetapkan dan yang harus dipatuhi serta sikap positif ini harus mendapat dukungan dari keluarga agar pasien termotivasi dalam


(52)

menjalani pola diet. Seperti apa yang diungkapkan oleh Notoatmojo (2003) bahwa sikap yang positif dari pasien yang menjalankan terapi hemodialisa harus mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lain seperti suami, istri, orang tua dan anak-anaknya sehingga lebih termotivasi dalam menjalani pola diet yang benar.

Dari hasil penelitian juga didapat bahwa sebanyak 18 (46,2%) responden memiliki sikap negatif. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya dorongan dari keluarga dan kesibukan dari aktifitas sehari- hari keluarga yang menyebabkan pasien hemodialisa di RSUD Kota Dumai tidak patuh dalam menjalani pola diet.

d. Perilaku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (53,8%) responden memiliki perilaku positif. Ini menggambarkan bahwa pasien hemodialisa di RSUD Kota Dumai tersebut dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti misalnya membaca buku, mengikuti penyuluhan, menjalankan program diet dengan cara mempunyai catatan menu sehari- hari, jumlah makanan yang boleh dikonsumsi, makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh, dan mengendalikan stres. Oleh Karena itu perilaku sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmojo (2003) bahwa manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan, antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir, dan sebagainya.


(53)

Perilaku manusia adalah kegiatan baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Dari hasil penelitian juga didapat sebanyak 18 (46,2%) responden memiliki perilaku negatif. Ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pasien hemodialisa dalam usaha untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seperti misalnya istirahat yang cukup, menjaga menu yang seimbang dan gaya hidup yang positif. Sesuai dengan pernyataan Notoatmojo (2003) bahwa walaupun perilaku baik cukup tinggi namun jika tidak didukung oleh kondisi dan lingkungan maka sesuatu hal akan sulit juga dihasilkan (Notoatmodjo, 2003).

e. Motivasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (53,8%) responden mempunyai motivasi kurang. Ini disebabkan oleh pasien hemodialisa di RSUD Kota Dumai kurang mendapat dukungan dari keluarga dalam menjalani pola diet karena keluarga merupakan orang terdekat pasien hemodialisa dalam pengambilan keputusan terhadap kepatuhan dalam menjalani pola diet. Sesuai dengan pernyataan Handoko (2001) bahwa Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan seperti keluarga.

Dari hasil penelitian juga didapat bahwa sebanyak 18 responden (46,2%) memiliki perilaku baik. Ini menggambarkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi kepatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yang benar dikarenakan motivasi tidak hanya berbentuk


(54)

hadiah/reward tapi disebabkan oleh minat, keinginan, kebutuhan untuk mendapatkan informasi atau memecahkan masalah atau keinginan untuk mengerti, terutama dalam kepatuhan dalam menjalani pola diet seperti misalnya mengetahui tujuan pola diet, tertarik jika petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang program diet, dengan senang hati mentaati program diet tanpa paksaan dari keluarga, dan senang jika program diet yang diberikan berhasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko (2001) bahwa motivasi yang baik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri bukan pengaruh lingkungan, contohnya pasien hemodialisa termotivasi untuk mentaati dalam menjalani program diet. 2.1.2. Faktor Eksternal

a. Budaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (66,7%) responden memiliki budaya baik. Ini menggambarkan bahwa pasien hemodialisa di RSUD Kota Dumai mempunyai nilai- nilai dan keyakinan yang baik terhadap pengambilan keputusan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui ketaatan dalam menjalani pola diet seperti misalnya meyakini akan banyaknya kerugian yang didapat jika tidak menjalani program diet, mencari informasi tentang pola diet yang benar. Sudiharto (2005) menyatakan bahwa budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunitas setempat.


(55)

Dari hasil penelitian juga didapat bahwa sebanyak 13 (33,3%) responden mempunyai buruk. Hal ini disebakan oleh pasien hemodilaisa di RSUD Kota Dumai memiliki cara pandang yang negatif karena memiliki tidak memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik dan cendrung tidak menjalani pola diet dengan benar bahkan sering melanggar program diet yang telah ditetapkan pada pasien yang menjalankan terapi hemodialisa seperti misalnya kebiasaan pada keluarga untuk harus mengkomsumsi suatu makanan tertentu pada waktu tertentu, kebiasaan dilingkungan tempat tinggal tidak boleh ada pantangan dalam mengkomsumsi makanan, serta meyakini bahwa setelah menjalani program diet tidak mendapatkan manfaat apa-apa.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam pola diet di ruang hemodialisa RSUD Kota Dumai dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dari hasil distribusi frekwensi faktor faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yaitu lebih dari setengah responden memiliki Pendidikan tinggi, lebih dari setengah responden memiliki penge tahuan rendah, lebih dari setengah responden memiliki sikap positif, lebih dari setengah responden memiliki perilaku baik, lebih dari setengah responden memiliki motifasi kurang, dan sebagian besar responden memiliki budaya baik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti antara lain:

1. Bagi instansi RSUD Kota Dumai

Diharapkan agar lebih aktif lagi dalam memberikan bimbingan ataupun penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mematuhi pola diet, dan juga memberikan motivasi yang positif dalam menjalankan pola diet sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal.


(57)

2. Bagi pendidikan

Diharapkan bagi pendidikan keperawatan agar dapat menjadikan hemodialisa sebagai materi sehingga bisa menerapkan dalam praktek keparawatan di lapangan

3. Bagi responden

Diharapkan kepada pasien hemodialisa mematuhi program diet yang telah ditentukan serta dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi terhadap pentingnya perilaku yang taat dalam menjalankan pola diet.

4. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Sebaiknya menambahkan suku pada karakteristik responden, sampel yang diambil khusus pasien hemodialisa yang tidakpatuh dalam menjalani pola diet, Dan pada instrumen dibuat pernyataan yang menyangkut kriteria pasien hemodialisa yang tidak patuh dalam menjalani pola diet.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta

Aziz, A.H. (2008). Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika Almatsier, S. (2008). Penuntun diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Baradero, M., Dayrit, MW., dan Siswadi, Y. (2009). Seri asuhan keperawatan klien gangguan ginjal. Jakarta: EGC

Black, J.M, Hawks., J.H, (2005). Medical Surgial Nursing Clinical Managemen for Positive Outcome 7th Edition, Philadelphia : W.B Saunders Company. Burton, J. L. (1990). Buku segi praktis penyakit dalam edisi ke-4. Jakarta:

Binarupa Aksara

Cahyaningsih, ND. (2009). Hemodialisis (cuci darah). Jogjakarta: Mitra Cendekia Press

Dempsey, Patricia Ann, A, (2002). Riset Keperawatan, Jakarta: EGC

Dinkes RI. (2009). Data kasus gagal ginjal di indonesia. Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia

Handoko, M. (2001). Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta: Kanisius

Harrison. (2000). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

Hartono, A. (2008). Rawat ginjal cegah cuci darah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Hidayah, S. (2007). Metodologi penelitian. Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Hinchliff, S. (1999). Kamus keperawatan. Jakarta: EGC

Lumenta. (2001). Terapi hemodialisa dan transplantasi. Diperoleh tanggal 27 April 2012dari http://www.indonesiannurse.com

Medical Record RSUD Kota Dumai. (2012). Laporan tahunan angka kunjungan unit hemodialisa.Dumai. Tidak dipublikasikan


(59)

Naning. (2003). Hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal terhadap rutinitas menjalankan hemodialisa di RS Soepraoen Malang. Diperoleh tanggal 27 April 2012 dari http: //www.pernefri.org

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT.Rineka

Cipta

Notoatmodjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam. (2001). Pendekatan praktis metodologi riset keperawata. Jakarta: Informedika

Rubianto. (2009). Pengobatan gagal ginjal kronik.Diperoleh tanggal 27 April 2012 dari http:// www.medicastore.com

Samsuridjal, D. (2005). Dari soal ginjal sampai kanker. Jakarta: Penerbit Buku Kompasa

Smeltzer & Bare. (1997). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol 2. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Sudiharto. (2005). Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan trankultural. Jakarta: EGC

Sunaryo. (2004).Psikologi. Jakarta: EGC

Sutomo, B. (2007). Diet rendah protein untuk penyakit gagal ginjal. Diperoleh tanggal 27 April 2012 darihttp://www.penuntundiet.co.id

Swistantoro. (2004). Kebudayaan. Diperoleh tanggal23 Mei 2012 dari http:// www.wikipedia.com

Syamsir, A & Iwan, H. (2008). Gagal ginjal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama


(60)

Lampiran 1

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet di RSUD Kota Dumai

Oleh: Wan Noviyanti

Saya , Wan Noviyanti mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa Dalam Menjalani Pola Diet di RSUD kota Dumai. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dan syarat kelulusan menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, di mana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk menggundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.

Medan


(61)

Lampiran 2 LEMBAR KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN PASIEN HEMODIALISA DALAM MENJALANIPOLA DIET DIRSUD KOTADUMAI

Kode Reponden:

DAFTAR PERTANYAAN Karakteristik Responden

1. Inisial Nama : ………..

2. Umur : ………..

3. Jenis Kelamin : Laki-laki ( ) Perempuan ( ) 4. Pekerjaan : ( ) Tidak bekerja

( ) Swasta ( ) Pedagang ( ) Petani

( ) Pegawai Negeri sipil/TNI/POLRI 5. Lama menjalani hemodialisa : ...Jam

6. Frekwensi hemodialisa dalam 1 minggu :

Petunjuk pengisian pertanyaan :

1. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap benar dengan memberikan tanda ceklis (v) dalam tanda kurung yang berada disebelah kiri.

2. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan. 3. Isilah semua pertanyaan yang ada.

4. Kembalikan lembar Kuesioner setelah di isi dengan lengkap. 5. Selamat mengerjakan.


(62)

A. PENDIDIKAN

1. Jenjang pendidikan formal yang telah anda ikuti berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki adalah...

( ) 1. SD

( ) 2. SLTP

( ) 3. SLTA

( ) 4. Perguruan Tinggi / Akademi

B. PENGETAHUAN

Petunjuk pengisian pertanyaan tentang pengetahuan

Isilah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda dengan memberi tanda ceklis (v) pada kolam benar atau salah

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1 Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit adalah salah satu tujuan diet terapi hemodialisa 2 Protein tinggi sangat diperlukan oleh tubuh

untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis

3 Menjaga agar akumulasi produk sisa

metabolisme tidak berlebihan juga merupakan tujuan proram diet bagi yang menjalani terapi hemodialisa

4 Kadar kalium disesuaikan dengan urin yang keluar per 24 jam yaitu 1 g per 1 liter urin 5 Jenis diet dan indikasi pemberiannya

berdasarkan pada frekuensi, sisa fungsi ginjal dan ukuran badan pasien terbagi dua macam 6 Nasi, jagung, ubi, kentang, tepung-tepungan

sebagai sumber karbohidrat adalah contoh makanan yang tidak dibutuhkan tubuh


(63)

7 Vitamin B12, asam amino, dan vitamin C merupakan suplemen vitamin yang diberikan bila diperlukan

8 Buah-buahan yang mengandung kalium tinggi sangat diperlukan oleh tubuh

9 Pisang, tomat, ubi jalar, bayam, sawi adalah contoh makanan yang tidak mengandung kalium tinggi

10 Kalsium tinggi yaitu 100 mg/hari sangat dibutuhkan tubuh bila perlu berikan suplemen kalsium

11 Karbohidrat cukup diperlukan tubuh yaitu sebesar 15-30 % dari kebutuhan energi total 12 Tujuan yang penting dari program diet pasien

hemodialisa adalah mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi.

13 Daging ayam, telur, daging adalah sumber protein yang dibutuhkan tubuh

14 Lemak normal yaitu 15-30 % dari kebutuhan energi total

15 Bila nafsu makan kurang, tidak boleh diberikan suplemen enteral yang mengandung energi dan protein

16 Santan, minyak kelapa, margarin, adalah makanan yang tidak dianjurkan.

17 Madu, makaroni, selai adalah makanan yang dianjurkan

18 Kadar fosfor tidak dibatasi untuk dikonsumsi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa 19 Lemak hewan, kelapa, kacang-kacangan dan

hasil olahannya adalah makanan yang dianjurkan 20 Jumlah natrium yang boleh dikonsumsi tidak

ditentukan jumlahnya

21 Mie, singkong, dan bihun adalah sumber karbohidrat yang dibutuhkan tubuh

22 Cairan sangat dibatasi yaitu jumlahnya urin per 24 jam ditambah 500-750 ml


(64)

C. SIKAP

Petunjuk pengisian pertanyaan tentang sikap

Jawablah pertanyaan dengan memberikan ceklis (v) pada salah satu jawaban yang benar menurut anda, dimana SS = Sangat setuju

S = Setuju

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

NO PERTANYAAN SS S TS STS

1 Program diet merupakan program yang sangat tidak penting bagi pasien yang menjalankan terapi hemodialisa

2 Akibat yang ditimbulkan jika tidak dilaksanakan dengan baik akan merugikan 3 Program diet hanya program tim medis saja

4 Dalam menjalankan program diet harus ditaati dan tidak boleh melanggar

5 Dalam menjalani terapi hemodialisa tidak perlu ada pengaturan diet


(65)

D. PERILAKU

Petunjuk pengisian pertanyaan tentang perilaku.

Jawablah pertanyaan dengan memberikan ceklis (v) pada salah satu jawaban yang benar menurut anda, dimana YA atau TIDAK.

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda pernah membaca buku atau mengikuti penyuluhan tentang hemodialisa dan program diet nya

2 Apakah anda telah menjalankan program diet secara benar

3 Apakah anda mempunyai catatan menu sehari-hari tentang makanan apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh di konsumsi beserta takarannya

4 Apakah anda menyampaikan tentang pentingnya program diet pada rekan-rakan anda yang sama-sama menjalani terapi hemodialisa

5 Apakah anda panik ketika tubuh anda merasa ada yang lain/berubah ketika anda mengkonsumsi suatu makanan


(66)

E. MOTIVASI

Petunjuk pengisian pertanyaan tentang sikap

Jawablah pertanyaan dengan memberikan ceklis (v) pada salah satu jawaban yang benar menurut anda, dimana SS = Sangat setuju

S = Setuju

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

NO PERTANYAAN SS S TS STS

1 Tujuan ditaatinya program diet adalah untuk mencegah defesiensi gizi dan mempertahankan serta memperbaik i status gizi

2 Bapak/ibu sangat tidak tertarik jika petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang program diet

3 Bapak/ibu tidak mentaati program diet jika bapak/ ibu tidak merasakan manfaatnya 4 Bapak/ibu dengan senang hati mentaati program diet yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan tanpa paksaan dari keluarga 5 Bapak/ibu senang jika program diet yang


(67)

F. BUDAYA

Petunjuk pengisian pertanyaan tentang budaya.

Jawablah pertanyaan dengan memberikan ceklis (v) pada salah satu jawaban yang benar menurut anda, dimana YA atau TIDAK.

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda meyakini akan banyak kerugian yang anda dapatkan jika tidak menjalankan program diit dengan baik

2 Apakah ada kebiasaan pada keluarga anda untuk harus mengkonsumsi suatu makanan tertentu pada waktu tertentu pula

3 Apakah kebiasaan dilingkungan tempat tinggal anda, tidak boleh ada pantangan dalam

mengkonsumsi suatu makanan

4 Apakah anda meyakini setelah menjalankan program diet anda tidak mendapatkan manfaat apa-apa

5 Mencari informasi tentang pola diet yang benar merupakan tugas anggota keluarga anda yang lain


(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

Lampiran 13

GET

FILE='D:\master yg baku.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=PDDk P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 S1 S2 S3 S4 S5 PR1 PR2 PR3 PR4 PR5 M1 M2 M3 M4 M5 B1 B2 B3 B4 B5 UMR JK PKJ LMH FH

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 19-Feb-2013 10:16:44

Comments

Input Data D:\master yg baku.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 39

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=PDDk P1 P2 P3

P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 S1 S2 S3 S4 S5 PR1 PR2 PR3 PR4 PR5 M1 M2 M3 M4 M5 B1 B2 B3 B4 B5 UMR JK PKJ LMH FH

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00 00:00:00.063

Elapsed Time 00 00:00:00.108


(81)

(82)

Pendidikan

penget ahuan

1 pengetahuan 2 pengetahuan 3 pengetahuan 4 pengetahuan 5 pengetahuan 6

N Valid 39 39 39 39 39 39


(1)

motivasi 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat setuju 13 33.3 33.3 33.3

setuju 10 25.6 25.6 59.0

tidak setuju 8 20.5 20.5 79.5

sangat tidak setuju 8 20.5 20.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

motivasi 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 11 28.2 28.2 28.2

tidak setuju 11 28.2 28.2 56

setuju 7 17.9 17.9 74.4

sangat setuju 10 25.6 25.6 100.0

Total 39 100.0 100.0

motivasi 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 9 23.1 23.1 23.1

tidak setuju 11 28.2 28.2 51.3

setuju 15 38.5 38.5 89

sangat setuju 4 10.3 10.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

budaya 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 13 33.3 33.3 33.3

ya 26 66.7 66.7 100.0


(2)

budaya 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 24 61.5 61.5 61.5

ya 15 38.5 38.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

budaya 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 12 30.8 30.8 30.8

ya 27 69.2 69.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

budaya 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 25 64.1 64.1 64.1

tidak 14 35.9 35.9 100.0

Total 39 100.0 100.0

budaya 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 13 33.3 33.3 33.3

ya 26 66.7 66.7 100.0

Total 39 100.0 100.0


(3)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 24 61.5 61.5 61.5

perempuan 15 38.5 38.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak bekerja 16 41.0 41.0 41.0

swasta 13 33.3 33.3 74.4

TNI/POLRI 5 12.8 12.8 87.2

Petani 3 7.7 7.7 94.9

Pedagang 2 5.1 5.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

Lama menjalani Hemodialisa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 4 jam 15 38.5 38.5 38.5

5 jam 24 61.5 61.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

Frekuensi Hemodialisa dalam seminggu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(4)

Lampiran 14

TAKSASI DANA

A.

Persiapan Proposal

1.

Fotokopi materi dan pembelian buku

= Rp. 200.000

2.

Pencarian materi dari internet

= Rp. 20.000

3.

Print proposal

= Rp. 100.000

4.

Penggandaan dan penjilidan proposal

= Rp. 50.000

5.

Fotokopi transparan untuk persentasi

= Rp. 30.000

B.

Penyusunan Hasil Perbaiakan

1.

Print Perbaikan Laporan Skirpsi

= Rp. 100.000

2.

Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian

= Rp. 100.000

3.

Registrasi Sidang skripsi

= Rp. 350.000

C.

Biaya tak terduga

= Rp. 50.000


(5)

Lampiran 15

Tabel Waktu Pelaksanaan Proposal dan Skripsi

Nama

:

Wan Noviyanti

Nim

:

111121085

Judul pene litian

:

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet di

RSUD Kota Dumai Tahun 2012

Dosen pembimbing

:

Cholina Trisa Siregar, S.Kep,Ns,M.Kep.Sp.KMB.

No

Kegiatan

Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

1.

Pengajuan Judul

2.

Survey Awal

3.

Penyelesaian dan Bimbingan

Proposal dari BAB I - 4

4.

Sidang Proposal

5.

Penelitian

6.

Penelitian dan Bimbingan Skripsi

7.

Sidang Skripsi


(6)

Lampiran 16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Wan Noviyanti

Tempat/Tanggal lahir : Dumai, 12 April 1981

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Rambutan No. 21 Kota Dumai, Provinsi Riau

Pendidikan

:

1.

SD Negeri 011Dumai Tahun 1989 – 1994

2.

SMP Negeri 1 Dumai Tahun 1994 – 1997

3.

SPK Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 1997 – 2000

4.

Akademi Keperawatan Yayasan Sri Bunga Tanjung Dumai Tahun

2008 – 2010