PERGESERAN FUNGSI UANG JUJUR (SINAMOT) PADA PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MOTUNG KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

(1)

PERGESERAN FUNGSI UANG JUJUR (SINAMOT) PADA

PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT BATAK TOBA

DI DESA MOTUNG KECAMATAN AJIBATA

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi

Sebagai Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Patimah Manurung

NIM. 3113111047

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

iii ABSTRAK

Patimah Manurung, NIM.3113111047.Pergeseran Fungsi Uang Jujur (Sinamot) Pada Perkawinan Adat Masyarakat Batak Toba Di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pergeseran fungsi uang jujur (sinamot) pada perkawinan adat masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika uang jujur (sinamot) tidak mampu dibayar oleh pihak paranak (laki-laki) dalam perkawinan di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara atau metode yang menggambarkan keadaan atau obyek penelitian dilapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah melalui observasi, angket dan wawancara. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan statistik sederhana (persentase). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh masyarakat di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dengan jumlah 250 Kepala Keluarga. Maka sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara random sampling (acak sederhana) adalah sebanyak 25 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya fungsi uang jujur (sinamot) pada masyarakat Batak Toba di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir. Fungsi uang jujur (sinamot) dalam masyarakat adat Batak Toba adalah uang yang telah disiapkan keluarga laki-laki untuk disampaikan kepada keluarga perempuan supaya terjalin hubungan kekerabatan sesuai dalihan na tolu. Mengenai jumlah sinamot tidak ada batasnya, pihak laki-laki memberikan uang jujur (sinamot) kepada pihak perempuan atas dasar kesepakatan bersama pada saat marhata sinamot.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan kasih setianya proposal penelitian ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Uang jujur (sinamot) merupakan syarat sahnya suatu perkawinan. Uang jujur (sinamot) mempunyai fungsi pada perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba karena suatu perkawinan menurut adat harus terlebih dahulu membayar uang jujur (sinamot). Uang jujur (sinamot) pada zaman dahulu ke zaman sekarang sudah bergeser/berubah. Karena pada zaman dahulu uang jujur (sinamot) diberikan dalam bentuk ternak atau pun benda berharga lainnya, namun seiring berkembangnya zaman sekarang sinamot (uang jujur) diberikan dalam bentuk uang tunai (cash).

Skripsi ini berjudul “Pergeseran Fungsi Uang Jujur (Sinamot) Pada Perkawinan Adat Masyarakat Batak Toba Di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir” adalah skripsi yang ditujukan untuk memenuhi syarat-syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Dengan rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing skripsi Ibu Dra.Yusna Melianti, MH, yang senantiasa mendukung dan membimbing dalam penyelesaian Skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH, M.Si, selaku Dosen PA dan Pengguji Utama yang telah banyak memberikan bimbingan akademik dan masukan-masukan dalam penyelesaian skripsi ini, ucapan terima kasih juga kepada Ibu Dr. Reh Bungana


(6)

v

Beru PA, SH, M.Hum, selaku dosen penguji utama dan Ibu Sri Hadiningrum SH,M.Hum, selaku dosen penguji bebas yang telah banyak memberikan kritikan dan masukan kepada penulis terutama dalam penyusunan proposal dan skripsi ini.

Seiring dengan itu penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak (S.Manurung), Mama (S.Siahaan), Kakak terkasih (Juita Manurung dan Lenni Manurung), Abang terkasih (Komsar Manurung SE), Adik-adik terkasih (Delpina Manurung Amd, dan Melita Manurung Amd) dan juga buat Abang Ipar (Mario Siagian, dan Farel Sihombing) serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan kasih sayang, doa, motivasi dan kebutuhan penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, sebagai Rektor UNIMED beserta seluruh jajarannya.

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu M.Pd, sebagai Dekan FIS UNIMED beserta seluruh jajarannya.

4. Ibu Dr. Reh Bungana Beru PA, SH, M.Hum, sebagai Ketua Jurusan PPKn, Bapak Arief Wahyudi, SH, MH, sebagai sekretaris Jurusan PPKn FIS UNIMED beserta jajarannya yang telah memberi informasi selama perkuliahan.

5. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 6. Buat kakak-kakak stambuk yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini terkhusus buat kakakku terkasih Rosani Manurung S.Pd, Reguler A angkatan 2009.


(7)

vi

7. Buat teman-teman alumni kelas reguler A angkatan 2011 dan Angkatan 2012 jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial UNIMED

8. Buat teman dekat sejak di perguruan tinggi yaitu Anita Simatupang S.Pd, Etymalina Sinaga S.Pd, Widya Septiani Situmorang S.Pd, dan Abang Tohap simaremare S.Pd, yang mampu menjadi teman berdiskusi mengenai pelajaran dan masalah pribadi.

9. Buat rekan-rekan Pemuda-pemudi Gereja Pentakosta Indonesia sidang kebun pisang Medan.

10.Buat rekan-rekan PPLT SMK Budhi Darma Indrapura

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mohon masukan yang membangun demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2016

Penulis,

PatimahManurung


(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Uang Jujur (Sinamot) ... 9

2. Perkawinan Menurut Masyarakat Batak Toba ... 11

3. Adat ... 14

4. Tahap Perkawinan Adat Batak Toba... 18


(9)

viii

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Jenis Data ... 26

1. Data Primer ... 26

2. Data Sekunder ... 27

C. Lokasi Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

E. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 28

1. Variabel Penelitian ... 28

2. Defenisi Operasional ... 29

F. Teknik Analisi Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 60


(10)

viii LAMPIRAN DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pergeseran Uang Jujur (Sinamot) 33

Tabel 2 Pentingnya Uang Jujur (Sinamot) Dalam Upacara Perkawinan 34 Tabel 3 Bentuk Uang Jujur (Sinamot) Adalah Uang 36 Tabel 4 Dasar Pemberi Uang Jujur (Sinamot) Untuk Mencari

Keuntungan

37 Tabel 5 Upacara Adat Merupakan Kewajiban Bagi Masyarakat 40 Tabel 6 Marhata Sinamot Harus Dilaksanakan Oleh Dalihan Na Tolu 41 Tabel 7 Pelaksanaan Adat Perkawinan Dilaksanakan di Tempat Pihak

Laki-Laki

42 Tabel 8 Perubahan Pelaksanaan Adat Dalam Perkawinan Masyarakat

Batak

44 Tabel 9 n Memaksakan kehendak Mengenai Uang Jujur (Sinamot) Kepada

Pihak Laki-Laki

45

Tabel 10 Pembayaran Uang Jujur (Sinamot) 46

Tabel 11 Kedudukan Dalam Adat 47

Tabel 12 Dengan Disahkannya di Gereja, Mereka Sudah Sah Kawin. Apakah Uang Jujur (Sinamot) Masih Perlu Dibayar

49 Tabel 13 Perkawinan Dengan Kawin Lari Boleh Dilaksanakan 50

Tabel 14 Kunjungan ke Rumah Mertua 51

Tabel 15 Menurut Adat Bolehkah Responden Memberi Bantuan Kepada Anak Mereka Perempuan Atau Saudara Perempuan Yang Sudah Kawin Tetapi Membayar Uang Jujur (Sinamot)


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Penelitian Lampiran 2 : Wawancara Lampiran 3 : Nota Tugas

Lampiran 4 : Surat Penelitian dari Jurusan

Lampiran 5 : Surat Ijin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas Lampiran 6 : Surat Penelitian dari Tempat Penelitian

Lampiran 7 : Surat Keterangan Perpustakaan Jurusan PPK-n Lampiran 8 : Surat Keterangan Perpustakaan UNIMED

Lampiran 9 : Surat Keterangan Sudah Menyerahkan Skripsi kepada tempat penelitian

Lampiran 10 : Kartu Bimbingan Skripsi Jurusan PPK-n

Lampiran 11 : Daftar Peserta Seminar Proposal Penelitian Mahasiswa Jurusan PPK-n


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak. Secara administratif wilayah tempat tinggal suku bangsa Batak Toba meliputi 4 Kabupaten : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah sebuah pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi juga mengikat suatu keluarga besar yakni keluarga pihak laki-laki yang disebut paranak dan pihak perempuan disebut parboru. orang Batak Toba adalah masyarakat patrilineal. Pada masyarakat patrilineal ini marga, dalihan na tolu dan adat memegang peranan penting. Dari satu segi orang Batak memegang tradisi ini secara sadar dan penuh keyakinan. Karena mereka bangga menjadi orang Batak.

Tetapi dari segi lain, orang Batak juga melihat bahwa beberapa unsur dari tradisi mereka tidak dapat dipertahankan terus karena tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang. Misalnya perkawinan antara kemanakan langsung (marboru ni tulang) sudah sangat jarang terjadi meskipun hal ini sangat dianjurkan oleh adat.


(13)

2

Perkawinan mengikat kedua belah pihak dalam suatu ikatan kekerabatan yang baru. Batak Toba disebut sebagai suku yang memiliki adat budaya yang sangat kuat sehingga sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan yang disebut Dalihan Na Tolu (dongan tubu, boru/bere, dan hula-hula). karena ketiga unsur Dalihan Na Tolu harus tetap selalu mengadakan musyawarah dan mufakat untuk tercapainya unsur kesatuan, rasa tanggung jawab, dan rasa memiliki.

Kelompok kekerabatan merupakan sekelompok orang yang memiliki hubungan darah atau perkawinan. Sistem kekerabatan patrilineal adalah sistem kekerabatan berdasarkan pertalian keturunan melalui kebapakan yang menarik garis keturunannya dari pihak laki-laki terus ke atas. Patrilineal ini terdapat didaerah adat orang Batak, orang Bali, dan orang Ambon. Menurut Niessen (1985:114) mengatakan: Perkawinan orang Batak Toba adalah eksogami. Hal ini sudah nampak dari sejak awal silsilah Raja Batak. Diman belahan Lontung memberi wanita-wanita mereka ke belahan Sumba. Sistem kekerabatan patrilineal diatas, berlaku adat perkawinan dengan pembayaran uang jujur (Batak: tuhor, boli: Bali: patukun) dimana sesudah terjadi perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, maka isteri melepaskan kewargaan adat dari kerabat ayahnya dan masuk kewargaan adat suaminya.

Oleh karena itu, hak dan kedudukan suami lebih tinggi dari hak dan kedudukan isterinya. Masyarakat Batak Toba memiliki kelompok kekerabatan yang kuat yaitu didasari dengan keturunan garis patrilineal (garis keturunan Bapak). Suatu hal yang sering dibahas dalam suatu sistem patrilineal yang sangat


(14)

3

ketat seperti halnya dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba adalah posisi perempuan.

Perempuan merupakan bagian dari kelompok ayahnya sebelum dia nikah. Karena setelah pernikahan, perempuan itu akan meninggalkan lingkungan ayahnya dan dimasukkan dalam satuan kekerabatan suaminya. Perkawinan masyarakat Batak Toba tidak luput dari uang jujur (sinamot) sebab sahnya suatu perkawinan Batak Toba didahului dengan pemberian uang jujur (sinamot). Uang jujur (sinamot) merupakan pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang berupa uang atau benda berharga lainnya.

Sinamot (uang jujur) adalah Tuhor Ni Boru yang artinya uang untuk pembelian perempuan Batak dari orang tua laki-laki yang diberikan kepada orang tua pemilik anak perempuan. Acara pemberian sinamot (uang jujur) ini sudah ada sejak zaman dahulu kala yang diwariskan nenek moyang suku Batak dan dilestarikan sampai sekarang. Pada zaman dahulu sinamot (uang jujur) diberikan dalam bentuk ternak atau pun hasil bumi, namun seiring berkembangnya zaman sekarang sinamot (uang jujur) diberikan dalam bentuk uang tunai (cash). Zaman dahulu, ketika uang belum dikenal, sinamot (uang jujur) itu lazim diberi berupa ternak yang dianggap berharga mahal: kerbau, sapi, kuda. Jumlahnya tergantung kesepakatan dan kemampuan pihak laki-laki atau permintaan pihak perempuan, bisa 30 ekor kerbau tapi bisa pula satu ekor diluar ternak yang akan dipotong untuk keperluan pesta. Uang jujur (sinamot) dari zaman dulu ke zaman sekarang sudah bergeser.


(15)

4

Pada zaman dahulu, uang jujur (sinamot) bisa berupa hewan atau barang, tetapi seiring berkembangnya zaman pada saat sekarang uang jujur (sinamot) dapat diuangkan. Kata sinamot sama dengan tinuhor (bahasa Toba). Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan selalu didahului dengan beberapa tahapan acara, salah satunya marhata sinamot yaitu adat yang harus dilaksanakan sebelum perkawinan dilangsungkan.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar biaya yang ditanggung oleh kedua belah pihak agar perkawinan itu dapat dilaksanakan. Perkawinan Batak Toba yaitu perkawinan eksogami marga, karena perkawinan satu marga dilarang keras. Perkawinan yang ideal bagi masyarakat Batak Toba adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki dari ibunya atau boru ni tulangna (pariban). Orang tua pada masyarakat Batak Toba selalu menganjurkan perkawinan ideal tersebut, tetapi bila anjuran ini tidak berhasil pihak orang tua sudah mengalah demi kebahagiaan anak-anaknya.

Marhata sinamot adalah bahagian dari acara perkawinan (pesta paranak) (pamasumasuon) dalam adat Batak Toba, dimana dalam acara ini pihak lelaki (paranak) dan pihak perempuan (parboru) bertemu ditempat yang telah dipersiapkan oleh pihak perempuan (parboru). Tempat diadakan acara ini biasanya dirumah pihak perempuan (parboru). Topik pembicaraan dalam acara ini adalah lebih dominan ke uang jujur (sinamot) atau sering disebut tuhor ni boru (bahasa Toba). Sebenarnya marhata sinamot merupakan tahap penentuan dalam pernikahan. Aslinya marhata sinamot itu harus dihadiri hula-hula masing-masing yaitu tulang calon pengantin laki-laki (paranak) dan tulang calon pengantin


(16)

5

perempuan (parboru). Ada baiknya acara marhata sinamot itu kita anggap resmi walau tidak dihadiri hula-hula. Dengan demikian, acara marhusip yang kita lakukan sekarang dianggap resmi adalah marhata sinamot supaya digedung tidak ada lagi marhata sinamot. Sebab kurang pada tempatnya marhata sinamot digedung padahal pengantin sudah diberkati digereja dan jambar juhut sudah dibagi.

Disinilah pihak laki-laki (paranak) dan perempuan (parboru) menjalin kesepakatan tentang cara pernikahan yang akan dilaksanakan serta wujud hak dan kewajiban masing-masing. Uang jujur (sinamot) menjadi dasar yang harus dipenuhi dan tidak dapat dihilangkan dalam rangkaian perkawinan adat Batak Toba. Karena sahnya suatu perkawinan dalam kehidupan masyarakat Batak Toba didahului dengan pemberian uang jujur (sinamot). Salah satu fungsi uang jujur (sinamot) adalah syarat sahnya suatu perkawinan. Karena jika uang jujur (sinamot) tidak dibayarkan sebagian atau seluruhnya maka itulah yang mengakibatkan adanya kawin lari dan jika terjadi perceraian maka istri tidak berhak mendapat apa-apa karena perkawinan mereka tidak sah menurut adat masyarakat Batak Toba.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul : Pergeseran Fungsi Uang Jujur (Sinamot) Pada Perkawinan Adat Masyarakat Batak Toba Di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir”


(17)

6

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini. Masalah yang di identifikasi adalah masalah yang menunjukkan perkawinan yang batal karena kurangnya uang jujur (sinamot) atau tidak sanggupnya pihak laki-laki (paranak) membayar sejumlah uang jujur (sinamot) kepada pihak perempuan (parboru).

Dengan demikian yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pergeseran fungsi uang jujur (sinamot) pada zaman dahulu dapat berupa hewan atau barang tetapi seiring berkembangnya zaman sekarang uang jujur (sinamot) dapat diuangkan.

2. Ketidakmampuan pihak paranak (laki-laki) dalam membayar sinamot (uang jujur) ke pihak parboru (perempuan)

3. Fungsi uang jujur (sinamot) dalam perkawinan adat masyarakat Batak Toba sudah bergeser

4. Jika uang jujur (sinamot) tidak dibayarkan sebagian atau seluruhnya maka mengakibatkan adanya kawin lari

5. Perkawinan yang batal karena kurangnya uang jujur (sinamot)

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah harus dilakukan dalam setiap penelitian agar terfokus pada masalah yang diteliti. Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penelitian


(18)

7

ini, serta mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini terbatas pada:

1. Ketidakmampuan pihak paranak (laki-laki) dalam membayar sinamot (uang jujur) ke pihak parboru (perempuan)

2. Fungsi uang jujur (sinamot) dalam perkawinan adat masyarakat Batak Toba sudah bergeser

D.Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah penyebab ketidakmampuan pihak paranak (laki-laki) dalam membayar sinamot (uang jujur) ke pihak parboru (perempuan)?

2. Bagaimana fungsi uang jujur (sinamot) dalam perkawinan adat masyarakat Batak Toba yang sudah bergeser?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menurut Faisal (2005:100-101) mengatakan bahwa: Di dalam usulan/rancangan penelitian, apapun format penelitian yang digunakan (deskriptif ataupun eksplanasi, studi kasus, survei ataukah eksperimen), juga perlu secara tegas dan jelas merumuskan tujuan penelitian yang hendak dihasilkan. Rumusan tujuan penelitian itu tentu saja sejalan dengan rumusan masalah penelitian. Apa yang dinyatakan dalam rumusan masalah penelitian juga perlu


(19)

8

dinyatakan sebagai tujuan dari sesuatu penelitian, hanya saja formulasinya bisa berbeda.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, pembatasan, dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui pergeseran uang jujur (sinamot) pada perkawinan adat masyarakat Batak Toba di Desa Motung Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir 2. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika uang jujur (sinamot) tidak

mampu dibayar oleh pihak laki-laki (paranak)

F.Manfaat Penelitian

Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti berguna. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis: untuk mengenal budaya Batak Toba, khususnya tentang fungsi uang jujur (sinamot) dalam upacara perkawinan.

2. Bagi mahasiswa dan peneliti: sebagai bahan referensi dan penambah wawasan tentang pentingnya fungsi uang jujur (sinamot) pada perkawinan adat masyarakat Batak Toba.

3. Bagi Pemerintah: sebagai referensi untuk memberikan masukan akan pentingnya budaya Batak Toba.

4. Bagi Masyarakat: hasil penelitian ini memberikan masukan akan pentingnya mengetahui informasi lebih tentang menghargai adat istiadat dalam lingkungan masyarakat Batak Toba terkhusus adat perkawinan.


(20)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan di lapangan dan pembahasan dalam penelitian ini adalah:

1. Ketidakmampuan pihak paranak (laki-laki) dalam membayar sinamot (uang jujur) ke pihak perempuan (parboru) masih terjadi di Desa Motung. Hal itu dapat dilihat dari keadaan ekonomi pihak laki-laki kurang memadai. uang jujur (sinamot) merupakan syarat sahnya suatu perkawinan. Uang jujur (sinamot) masih mempunyai fungsi pada perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba khususnya di Desa Motung Kecamatan Ajibata. Hal itu terlihat dari uang jujur (sinamot) yang harus dibayar walau sudah meninggal sekalipun, jika mereka belum membayar sebelumnya. Sah tidaknya perkawinan menurut adat dalihan na tolu bukan oleh pemberkatan digereja atau pencatatan dicatatan sipil, ataupun resepsi mewah digedung, tetapi oleh adat, dimana yang hadir itu terdiri atas unsur dalihan na tolu dan dongan sahuta dan telah dilakukannya pembagian jambar juhut dan pemberian ulos sebagaimana dulu dilaksanakan ompu sijalo-jalo tubu. Masyarakat di Desa Motung sangat mementingkan uang jujur (sinamot) dalam perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba karena syarat sahnya suatu perkawinan adalah dengan adanya pemberian uang jujur (sinamot).


(21)

59

2. Fungsi uang jujur (sinamot) dalam perkawinan adat masyarakat Batak Toba sudah bergeser karena pada zaman dahulu pemberian uang jujur (sinamot) itu masih berupa hewan peliharaan, hasil pertanian, dan barang berharga lainnya seperti emas. Tetapi seiring berkembangnya zaman modern sekarang ini pemberian uang jujur (sinamot) sudah berupa uang (cash). Mengenai jumlah uang jujur (sinamot) tidak ada batasnya. Sebenarnya uang jujur (sinamot) harus tinggi supaya kedua belah pihak saling puas atau setidaknya pihak perempuan tidak dirugikan. Sebab bagaimanapun suatu yang berharga dan sulit didapat tentu saja akan sangat dihargai. Suatu perkawinan menurut adat harus terlebih dahulu membayar uang jujur (sinamot) tetapi belakangan ini uang jujur (sinamot) boleh dibayar jika mereka sudah mempunyai penghasilan yang cukup. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah sebuah pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi juga mengikat suatu keluarga besar yakni keluarga pihak laki-laki disebut paranak dan keluarga perempuan disebut parboru. Pemberian uang jujur (sinamot) tidak untuk mencari keuntungan. Hal ini dikarenakan fungsi dari uang jujur (sinamot) untuk membeli ulos, ikan, biaya ongkos jika tempat pesta yang diadakan jauh dari keluarga perempuan, dibagi-bagikan kepada kerabat serta disumbangkannya kepada puteri mereka untuk membeli pakaian dan perhiasan si perempuan. Bahkan tidak sedikit pihak perempuan mengalami kerugian sebab uang jujur (sinamot) yang diberikan tidak sebanding dengan pengeluaran pada saat acara perkawinan tersebut. Yang mendapat


(22)

60

keuntungan bahkan pihak laki-laki karena mendapat tumpak, beras dari ale-ale, dongan tubu, dongan sahuta serta kerabat. Upacara adat merupakan sebuah kewajiban bagi masyarakat. Karena adat merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan oleh generasi penerusnya. Apa yang sudah dibuat atau dilaksanakan oleh nenek moyang yang dulu harus diteruskan oleh generasi selanjutnya. Adat merupakan sarana untuk mempererat kekeluargaan, itulah sebabnya orang Batak tidak pernah lepas dari adat. Dalam masyarakat adat Batak Toba, kawin lari merupakan jenis perkawinan menyimpang dan merupakan perkawinan tidak sah, tetapi pada hari kedepannya dapat dianggap sah apabila mereka telah membayar uang jujur (sinamot) serta dapat melaksanakan adat na gok. Menurut adat bahwa orang yang belum membayar uang jujur (sinamot) tidak diperbolehkan mengunjungi mertua atau saudara laki-laki, tetapi karena manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang memiliki hati nurani dan perasaan sehingga mereka tidak akan tega mengusir orang yang datang kerumahnya apalagi anaknya sendiri.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi yang belum membayar uang jujur (sinamot) hendaknya mereka membayar uang jujur (sinamot) setelah melakukan kawin lari tidak dipersoalkan masalah waktu dan besarnya uang jujur (sinamot) yang penting harus tetap dibayar karena merupakan syarat sah suatu perkawinan.


(23)

61

Seharusnya perkawinan haruslah dengan menggunakan adat na gok. Supaya terjalin ikatan kekeluargaan yang baik serta dapat ikut dalam upacara adat dan berhak atas jambar.

2. Orangtua tidak mungkin menolak kedatangan anaknya untuk berkunjung kerumah dengan alasan bahwa mereka merindukan orang tua mereka. Jangan karena adat kita mengorbankan manusia dan jangan karena manusia kita mengorbankan adat. Kiranya antara adat dan manusia harus sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tuntutan zaman. Para generasi muda hendaknya menghayati hukum adatnya karena penting untuk mereka dikemudian hari sehingga tidak menghilangkan nilai-nilai luhur budayanya. Bagaimanapun orang yang hidup tanpa didasari nilai luhurnya. Bagaimanpun orang yang hidup tanpa didasari nilai luhurnya tentu tidak akan mengenal jati dirinya.


(24)

62

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Soekanto, Soerjono. 2001. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Nainggolan, Togar. 2005. Batak Toba Di Jakarta. Jakarta: Bina Media Perintis Ali, Zainuddin. Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Hutajulu, Rithaony, dkk. 2005. Gondang Batak Toba. Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia

Irianto, Sulistyowati. 2003. Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia bekerja sama dengan IKAPI DKI Jakarta

Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Propinsi Sumutera Utara : FORKALA

Napitupulu, Selviana. 2013. Marhata Dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba. Medan : Universitas Sumatera Utara

Vergouwen, JC. 2004. Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta : PT. LKis Pelangi Aksara

Simajuntak, Bungaran. 2011. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Bisri,Ilhami. 2004. Sistem Hukum Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Prodjohamidjojo, Martiman. 2001. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta : PT.

Abadi, Jl. Salemba Tengah 19 Jakarta

Sinaga, Richard. 2012. Perkawinan Adat Dalihan Na Tolu. Jakarta : Dian Utama Simajuntak, Nelson. 2010. Kriteria Efektivitas dan Efisiensi Untuk Upacara Pesta

Perkawinan. Jakarta : Dian Utama

Tambunan, Emil. 2000. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: Tarsito

Sinambela, DL. 2004. Ragam Ni Ulaon Adat Dohot Turi-Turiturian Ni Halak Batak. Jakarta: Djambatan


(25)

63

Togar, Nainggolan. 2012. Batak Toba Sejarah Transformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis

SumberUndang-Undang :

Undang-undan Pernikahan No.1 Tahun 1974. 1986. Surabaya: Pustaka Tintia SumberJurnal :

Revida. Fungsi Uang Jujur.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15677/3/pkm-mei-agt2006-%20%287%29.pdf.txt. Tanggal 3 maret 2016. Online

http//luciusosc.blogspot.com/2009/12/tahapan-perkawinan-adat-batak-toba.html.Tanggal 3 Maret 2016. Online


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan di lapangan dan pembahasan dalam penelitian ini adalah:

1. Ketidakmampuan pihak paranak (laki-laki) dalam membayar sinamot (uang jujur) ke pihak perempuan (parboru) masih terjadi di Desa Motung. Hal itu dapat dilihat dari keadaan ekonomi pihak laki-laki kurang memadai. uang jujur (sinamot) merupakan syarat sahnya suatu perkawinan. Uang jujur (sinamot) masih mempunyai fungsi pada perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba khususnya di Desa Motung Kecamatan Ajibata. Hal itu terlihat dari uang jujur (sinamot) yang harus dibayar walau sudah meninggal sekalipun, jika mereka belum membayar sebelumnya. Sah tidaknya perkawinan menurut adat dalihan na tolu bukan oleh pemberkatan digereja atau pencatatan dicatatan sipil, ataupun resepsi mewah digedung, tetapi oleh adat, dimana yang hadir itu terdiri atas unsur dalihan na tolu dan dongan sahuta dan telah dilakukannya pembagian jambar juhut dan pemberian ulos sebagaimana dulu dilaksanakan ompu sijalo-jalo tubu. Masyarakat di Desa Motung sangat mementingkan uang jujur (sinamot) dalam perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba karena syarat sahnya suatu perkawinan adalah dengan adanya pemberian uang jujur


(2)

2. Fungsi uang jujur (sinamot) dalam perkawinan adat masyarakat Batak Toba sudah bergeser karena pada zaman dahulu pemberian uang jujur (sinamot) itu masih berupa hewan peliharaan, hasil pertanian, dan barang berharga lainnya seperti emas. Tetapi seiring berkembangnya zaman modern sekarang ini pemberian uang jujur (sinamot) sudah berupa uang (cash). Mengenai jumlah uang jujur (sinamot) tidak ada batasnya. Sebenarnya uang jujur (sinamot) harus tinggi supaya kedua belah pihak saling puas atau setidaknya pihak perempuan tidak dirugikan. Sebab bagaimanapun suatu yang berharga dan sulit didapat tentu saja akan sangat dihargai. Suatu perkawinan menurut adat harus terlebih dahulu membayar uang jujur (sinamot) tetapi belakangan ini uang jujur (sinamot) boleh dibayar jika mereka sudah mempunyai penghasilan yang cukup. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah sebuah pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi juga mengikat suatu keluarga besar yakni keluarga pihak laki-laki disebut paranak dan keluarga perempuan disebut parboru. Pemberian uang jujur (sinamot) tidak untuk mencari keuntungan. Hal ini dikarenakan fungsi dari uang jujur (sinamot) untuk membeli ulos, ikan, biaya ongkos jika tempat pesta yang diadakan jauh dari keluarga perempuan, dibagi-bagikan kepada kerabat serta disumbangkannya kepada puteri mereka untuk membeli pakaian dan perhiasan si perempuan. Bahkan tidak sedikit pihak perempuan mengalami kerugian sebab uang jujur (sinamot) yang diberikan tidak sebanding dengan pengeluaran pada saat acara perkawinan tersebut. Yang mendapat


(3)

keuntungan bahkan pihak laki-laki karena mendapat tumpak, beras dari ale-ale, dongan tubu, dongan sahuta serta kerabat. Upacara adat merupakan sebuah kewajiban bagi masyarakat. Karena adat merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan oleh generasi penerusnya. Apa yang sudah dibuat atau dilaksanakan oleh nenek moyang yang dulu harus diteruskan oleh generasi selanjutnya. Adat merupakan sarana untuk mempererat kekeluargaan, itulah sebabnya orang Batak tidak pernah lepas dari adat. Dalam masyarakat adat Batak Toba, kawin lari merupakan jenis perkawinan menyimpang dan merupakan perkawinan tidak sah, tetapi pada hari kedepannya dapat dianggap sah apabila mereka telah membayar uang jujur (sinamot) serta dapat melaksanakan adat na gok. Menurut adat bahwa orang yang belum membayar uang jujur (sinamot) tidak diperbolehkan mengunjungi mertua atau saudara laki-laki, tetapi karena manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang memiliki hati nurani dan perasaan sehingga mereka tidak akan tega mengusir orang yang datang kerumahnya apalagi anaknya sendiri.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi yang belum membayar uang jujur (sinamot) hendaknya mereka membayar uang jujur (sinamot) setelah melakukan kawin lari tidak dipersoalkan masalah waktu dan besarnya uang jujur (sinamot) yang penting harus tetap dibayar karena merupakan syarat sah suatu perkawinan.


(4)

Seharusnya perkawinan haruslah dengan menggunakan adat na gok. Supaya terjalin ikatan kekeluargaan yang baik serta dapat ikut dalam upacara adat dan berhak atas jambar.

2. Orangtua tidak mungkin menolak kedatangan anaknya untuk berkunjung kerumah dengan alasan bahwa mereka merindukan orang tua mereka. Jangan karena adat kita mengorbankan manusia dan jangan karena manusia kita mengorbankan adat. Kiranya antara adat dan manusia harus sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tuntutan zaman. Para generasi muda hendaknya menghayati hukum adatnya karena penting untuk mereka dikemudian hari sehingga tidak menghilangkan nilai-nilai luhur budayanya. Bagaimanapun orang yang hidup tanpa didasari nilai luhurnya. Bagaimanpun orang yang hidup tanpa didasari nilai luhurnya tentu tidak akan mengenal jati dirinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Soekanto, Soerjono. 2001. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Nainggolan, Togar. 2005. Batak Toba Di Jakarta. Jakarta: Bina Media Perintis Ali, Zainuddin. Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Hutajulu, Rithaony, dkk. 2005. Gondang Batak Toba. Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia

Irianto, Sulistyowati. 2003. Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia bekerja sama dengan IKAPI DKI Jakarta

Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Propinsi Sumutera Utara : FORKALA

Napitupulu, Selviana. 2013. Marhata Dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba. Medan : Universitas Sumatera Utara

Vergouwen, JC. 2004. Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta : PT. LKis Pelangi Aksara

Simajuntak, Bungaran. 2011. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Bisri,Ilhami. 2004. Sistem Hukum Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Prodjohamidjojo, Martiman. 2001. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta : PT.

Abadi, Jl. Salemba Tengah 19 Jakarta

Sinaga, Richard. 2012. Perkawinan Adat Dalihan Na Tolu. Jakarta : Dian Utama Simajuntak, Nelson. 2010. Kriteria Efektivitas dan Efisiensi Untuk Upacara Pesta

Perkawinan. Jakarta : Dian Utama

Tambunan, Emil. 2000. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: Tarsito

Sinambela, DL. 2004. Ragam Ni Ulaon Adat Dohot Turi-Turiturian Ni Halak Batak. Jakarta: Djambatan


(6)

Togar, Nainggolan. 2012. Batak Toba Sejarah Transformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis

SumberUndang-Undang :

Undang-undan Pernikahan No.1 Tahun 1974. 1986. Surabaya: Pustaka Tintia SumberJurnal :

Revida. Fungsi Uang Jujur.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15677/3/pkm-mei-agt2006-%20%287%29.pdf.txt. Tanggal 3 maret 2016. Online