21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penentuan Bahan Dasar Minuman Santan
Penelitian pendahuluan bertujuan mengidentifikasi bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan minuman santan. Sebagai produk pembanding digunakan produk
minuman santan komersial dari Cina. Contoh produk minuman santan komersial dari Cina yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil pengamatan sensori pada
formula yang diuji dibandingkan dengan produk minuman santan komersial dari Cina dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Sensori pada Formula yang Diuji Dibandingkan dengan Produk Minuman Santan Komersial dari Cina
Hasil pengamatan sensori menunjukkan bahwa bahan dasar yang paling sesuai untuk minuman santan adalah minuman santan yang terbuat dari kelapa tua saja Formula
1. Hal ini dapat dinilai dari rasa, tektur dan aromanya yang paling menyerupai dengan produk minuman santan komersial dari Cina. Formula lain Formula 2, 3 dan 4
menunjukkan sifat sensori yang kurang sesuai dengan produk komersial dari Cina. Formula 2, 3 dan 4 menggunakan bahan kelapa muda sebagai bahan dasar dan hal ini
menyebabkan rasa dan aroma yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan kelapa tua, sehingga untuk bahan dasar minuman santan dipilih formula 1,
yaitu minuman santan kelapa yang diolah dari kelapa tua. 2.
Penentuan Perlakuan Optimum untuk Mendapatkan Minuman Santan Rendah Lemak
2.1 Tahap Pengenceran
Dari hasil pengenceran dan ekstraksi santan yang dilakukan didapatkan rendemen santan sebanyak 400 ml. Tahap pengenceran merupakan tahap penting dalam
menurunkan kadar lemak dari santan. Hasil pengamatan menunjukkan santan yang diencerkan terlebih dahulu sebelum dipanaskan dan didinginkan menghasilkan pemisahan
krim dan rasa yang lebih baik. Oleh karena itu, perlakuan pengenceran dipilih sebagai tahap pertama yang dilakukan sebelum pemanasan dan pendinginan. Tabel hasil
pengamatan kadar lemak dari tahap pengenceran dapat dilihat pada Tabel 7.
Formula Rasa, aroma, warna, kekentalan
1 Paling menyerupai dengan produk komersial dari Cina
2 Rasa dan aroma berbeda
3 Rasa dan aroma berbeda
4 Rasa dan aroma berbeda
22
Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Lemak dari Tahap Pengenceran
Kadar lemak
Produk komersial komersial dari
Cina Santan dengan
perbandingan kelapa parut : air = 1 : 4 gml
Santan dengan perbandingan kelapa
parut : air = 1 : 5 gml. 0.92
1.81 0.96
Data hasil proksimat menunjukkan bahwa kadar lemak yang paling menyerupai produk komersial adalah pada santan dengan perbandingan kelapa parut : air = 1 : 5
gml, tetapi pengamatan secara sensori menunjukkan bahwa kekentalan produk yang
sesuai dengan produk komersial didapatkan dari santan dengan perbandingan kelapa parut : air = 1 : 4 gml. Santan dengan perbandingan kelapa parut : air = 1 : 5 gml dirasakan
terlalu encer dan seperti minum air saja. Melihat hasil kadar lemak bahwa santan dengan perbandingan kelapa parut : air = 1 : 4 gml memiliki kadar lemak cukup rendah dan
dari segi sensori menunjukkan hasil yang lebih sesuai maka perlakuan yang dipilih adalah santan dengan perbandingan kelapa parut : air = 1 : 4 gml
2.2 Tahap Pemanasan dan Pendinginan
Tahap ini melihat bagaimana pengaruh perlakuan pemanasan dan tanpa pemanasan serta pengaruh suhu pendinginan pada santan terhadap pemisahan lemak dari
santan. Hal ini dilihat dari banyaknya krim yang terbentuk saat penyimpanan. Hasil pengamatan pada tahap ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Pemisahan Krim Akibat Pemanasan dan Pendinginan
Keterangan : + = pemisahan krim sangat sedikit; ++ = pemisahan krim sedikit; +++=pemisahan krim banyak; ++++ = pemisahan krim sangat banyak
Dari Tabel 8 diketahui bahwa pemisahan krim yang paling optimal terdapat pada santan yang diberi perlakuan dengan pemanasan dan disimpan dalam freezer sehingga
perlakuan pemanasan dan penyimpanan dalam freezer ini dijadikan perlakuan terpilih dan diterapkan untuk perlakuan selanjutnya. Pemisahan krim dan skim dari santan dapat
dilihat pada Gambar 9. Semakin rendah suhu yang digunakan dalam penyimpanan santan maka emulsi santan semakin tidak stabil sehingga pemisahan krim semakin banyak
Raghavendra dan Raghavarao 2010. Dari tahap ini juga diketahui bahwa waktu penyimpanan optimum minuman santan dalam freezer adalah 1 jam, yaitu setelah 1 jam
tidak lagi terbentuk pemisahan krim dan skim dari santan, hal ini diukur dari tinggi pemisahan krim yang dihasilkan.
Perlakuan Suhu ruang
Suhu refrigerator Suhu freezer
Pemanasan +++
+++ +++++
Tanpa pemanasan ++
+++ +++
23
Gambar 9. Hasil Pemisahan Krim dan Skim dari Santan 2.3
Suhu Pemanasan Optimum Perbedaan perlakuan pemanasan ini bertujuan melihat berapa besar suhu
pemanasan yang paling efektif dalam memisahkan lemak krim pada santan tetapi dapat mempertahankan segi organoleptik santan. Perbedaan perlakuan dan pengamatan yang
diperoleh dapat dilihat pada Tabel 9. Pada pemanasan santan dengan suhu tinggi 80
o
C atau lebih protein mengalami denaturasi yang menyebabkan ketidakstabilan emulsi santan Peamprasart dan Chiewchan
2006, sehingga dapat dilihat bahwa pada suhu 80
o
C dan 100°C santan memiliki tekstur berpasir akibat protein yang terkoagulasi. Semakin tinggi suhu pemanasan maka
pemisahan krim dengan skim juga terlihat semakin banyak, tetapi dari segi organoleptik hal ini tidak baik karena menimbulkan tekstur berpasir dan hilangnya aroma kelapa.
Menurut Satoto 1999, aroma kelapa yang harum sebagian besar hilang akibat pemanasan pada suhu di atas 80°C, sehingga dari tahap ini dapat disimpulkan bahwa
pemanasan awal pada santan yang terbaik dilakukan sampai santan mencapai suhu 70°C. Tabel 9. Hasil Pengamatan Kadar Lemak dan Organoleptik Akibat Perbedaan Suhu
Pemanasan
Suhu Volume
sebelum dipanaskan
ml Volume setelah
dipanaskan ml Aroma
Rasa dan tekstur
Kadar lemak
70
o
C
400 400
Santan segar
Enak, tidak berpasir
3,32
80
o
C
400 315
Santan segar
Enak, agak berpasir
5,60
100
o
C 400
100 Santan
terlalu masak
Tidak terlalu enak,
berpasir 5,18
Bagian krim
Bagian skim
24
3. Pembuatan Ekstrak Stevia
Stevia memiliki tingkat kemanisan yang tinggi tetapi sifat sensori stevia memiliki aftertaste sepat menyerupai pahit ketika dikonsumsi. Hal ini menjadi
pertimbangan utama dalam memilih kombinasi formulasi gula dan ekstrak stevia yang digunakan dalam minuman santan sehingga minuman santan dapat diterima oleh
konsumen. Ekstrak stevia dalam bentuk larutan ditambahkan ke dalam minuman santan sebagai komponen pemanis. Pengamatan pendahuluan oleh peneliti menunjukkan
penambahan ekstrak stevia sebesar 4 dapat menyebabkan rasa pahit berlebihan pada minuman, sehingga dalam penelitian ini digunakan formula penambahan ekstrak stevia
sebanyak 1 dan 3. Penambahan ekstrak stevia juga dikombinasikan dengan gula pasir. Hal ini untuk membantu menutup rasa pahit yang timbul akibat penambahan
ekstrak stevia. Penambahan ektrak stevia secara tunggal menimbulkan rasa yang terlalu pahit dan aftertaste sepat ketika diminum.
4. Tahap Pasteurisasi
Santan kelapa secara alami mudah sekali rusak, umumnya hanya dapat bertahan selama 24 jam dalam penyimpanan pada suhu ruang Koswara 2003. Kondisi tersebut
disebabkan oleh komposisi kimia santan yang cocok bagi pertumbuhan mikroba. Hasil penelitian Kajs, et al. 1976, menunjukkan bahwa TPC Total Plate Count santan
mencapai batas yang menyebabkan kerusakan organoleptik 1,2x10
6
– 1,7x10
8
CFUml hanya dalam waktu 6 jam pada penyimpanan 35°C. Santan mengandung air yang tinggi
serta lemak dan protein sehingga menyebabkan produk ini mudah rusak. Pengawetan secara termal sulit diterapkan pada santan, karena santan sulit disterilisasikan dengan
pemanasan sebagaimana dilakukan terhadap produk yang lain Chiewchan et al. 2006. Sterilisasi pada santan dapat menyebabkan beberapa penurunan mutu produk, antara lain
pecahnya emulsi santan, timbulnya aroma tengik, dan perubahan warna menjadi kecoklatan. Berikut adalah gambar yang menunjukkan santan hasil sterilisasi.
Gambar 10. Santan Hasil Sterilisasi Teknologi pengawetan santan yang telah populer dan murah adalah dengan
pasteurisasi Sukasih et al. 2009. Pasteurisasi merupakan proses pengawetan pangan melalui pemanasan pada suhu di bawah 100°C yang bertujuan untuk membunuh
25
mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir serta menginaktivasi enzim yang terdapat dalam bahan pangan itu sendiri dengan masih mempertimbangkan mutunya
Fellows 2000. Menurut Sukasih, et al. 2009 kombinasi terbaik suhu dan waktu pasteurisasi pada santan adalah pemanasan suhu 75°C selama 31,2 menit. Santan hasil
pasteurisasi dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Santan Hasil Pasteurisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa santan hasil pasteurisasi tidak mengalami
pemecahan emulsi dan mutu dari segi organoleptik rasa dan aroma yang masih terjaga, yaitu rasa dan aroma santan tetap segar dan warna santan yang tetap putih. Setelah tahap
pasteurisasi, santan dituang ke dalam cup plastik kemudian diseal dan disimpan pada suhu refrigerator. Proses pembuatan minuman santan secara lengkap dapat diihat pada
Lampiran 9.
Gambar 12. Produk Minuman Santan dalam Cup 5.
Uji Rating Hedonik Uji organoleptik merupakan uji yang menggunakan manusia sebagai instrumen
pengujian. Uji yang digunakan adalah uji rating hedonik. Uji ini memiliki tujuan melihat tingkat penerimaan manusia sebagai pengonsumsi terhadap produk minuman santan,
sehingga dapat diketahui perbandingan jumlah gula dan ekstrak stevia yang ditambahkan
26
pada produk yang paling disukai oleh konsumen. Rekapitulasi hasil pengolahan statistik uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 1c.
Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa sampel dengan penambahan gula sebanyak 6 dan ekstrak stevia sebanyak 3 berbeda nyata dengan ketiga sampel
lainnya, sampel dengan penambahan gula sebanyak 6 dan ekstrak stevia sebanyak 1 tidak berbeda nyata dengan sampel dengan penambahan gula sebanyak 8 dan ekstrak
stevia sebanyak 3, sampel dengan penambahan gula sebanyak 8 dan ekstrak stevia sebanyak 1 berbeda nyata dengan ketiga sampelnya pada taraf signifikansi 0. 05.
Sampel dengan penambahan gula sebanyak 6 dan ekstrak stevia sebanyak 1 dan sampel dengan penambahan gula sebanyak 8 dan ekstrak stevia sebanyak 3 lebih
disukai dari sampel dengan penambahan gula sebanyak 6 dan ekstrak stevia sebanyak 3. Sampel dengan penambahan gula sebanyak 8 dan ekstrak stevia sebanyak 1
lebih disukai dari sampel B dengan penambahan gula sebanyak 6 dan ekstrak stevia sebanyak 1 dan sampel dengan penambahan gula sebanyak 8 dan ekstrak stevia
sebanyak 3. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel dengan formula penambahan gula 8 dan ekstrak stevia 1 merupakan formula yang paling disukai konsumen sehingga
formula ini yang digunakan pada produk. Uji rating hedonik menunjukkan penambahan jumlah ekstrak stevia
menyebabkan menurunnya preferensi dari konsumen. Sampel yang paling tidak disukai adalah sampel dengan penambahan gula sebanyak 6 dan ekstrak stevia 3. Hal ini
disebabkan selain memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, sifat sensori stevia memiliki aftertaste sepat menyerupai pahit ketika dikonsumsi. Semakin banyak ekstrak stevia yang
ditambahkan maka rasa manis pada produk juga meningkat, tetapi aftertaste pahit juga meningkat.
6. Komponen Produk Minuman Santan Terpilih
Produk minuman santan dengan formula terpilih kemudian dilakukan beberapa analisis. Tabel 9 menyajikan data keseluruhan komponen produk minuman santan
formula terpilih hasil analisis. Komponen yang dianalisis meliputi proksimat, pH, kapasitas antioksidan, total fenol dan mineral.
Tabel 10. Komponen Produk Minuman Santan Terpilih Hasil Analisis Komponen
Satuan Kandungan
Kadar air 90,12
Kadar abu 0,10
Kadar protein 0,32
Kadar lemak 0,46
Kadar karbohidrat 8,87
Nilai pH 6,02
Kapasitas antioksidan mgAEq100 ml
17,968 Total fenol
mg100 ml 0,846
Kalsium mg220 ml
7,79 Fosfor
mg220 ml 83,25
Kalium mg220 ml
24,98
27
6.1. Kadar Air Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa makanan tersebut. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan tingkat penerimaan,
kesegaran, dan umur simpan makanan tersebut. Jika dibandingkan antara produk minuman komersial dari Cina dan
minuman santan peneliti maka dapat dilihat bahwa kadar airnya memiliki nilai yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa pengenceran yang
dilakukan yaitu perbandingan kelapa dan air sebesar 1:4 gml sudah sesuai. Produk ini memiliki kadar air yang tinggi sehingga produk ini
termasuk ke dalam produk yang mudah rusak. 6.2
Kadar Abu Kadar abu yang terdapat dalam suatu bahan pangan menunjukkan
jumlah mineral yang dikandung dalam bahan tersebut. Santan kelapa diketahui mengandung beberapa mineral antara lain kalsium, fosfor dan
kalium. Kadar abu yang dikandung dalam produk cukup kecil, yaitu 0,10.
6.3 Kadar Protein
Kadar protein yang terdapat pada minuman santan yang dihasilkan sebesar 0,32. Protein pada santan merupakan stabilitator alami yang
terdiri dari globulin dan albumin. Kadar protein yang kecil pada minuman ini karena nilai pengenceran yang sangat tinggi pada minuman santan.
6.4 Kadar Lemak
Kadar lemak pada produk minuman santan yang dihasilkan memiliki nilai yang sangat kecil, yaitu sebesar 0,46. Kadar lemak pada produk
yang sangat rendah disebabkan adanya pengenceran dan pemisahan bagian kaya lemak krim dari minuman santan sehingga didapatkan minuman
santan dengan kadar lemak yang rendah. 6.5
Kadar Karbohidrat Karbohidrat merupakan komponen utama bahan pangan dan sumber
energi bagi tubuh. Kadar karbohidrat pada sampel produk minuman santan adalah sebesar 8,87. Karbohidrat dalam daging kelapa terdapat dalam
bentuk bentuk raffinosa, sukrosa, fruktosa, galaktosa dan glukosa Djatmiko et al. 1981 sedangkan dalam stevia terdapat dalam bentuk
glikosida.
28
6.6 Nilai pH
Hasil analisis nilai pH menunjukkan bahwa produk minuman santan memiliki nilai pH sebesar 6,02. Melihat nilai pH ini dapat disimpulkan
bahwa produk ini memiliki pH mendekati netral sehingga proses pengawetan yang cocok sebenarnya adalah melalui sterilisasi, tetapi
dengan mempertimbangkan menjaga mutu dan zat gizi yang dikandung dalam santan dan tidak diinginkan penggunaan bahan tambahan pangan
buatan maka proses pengawetan yang dipilih adalah melalui pasteurisasi. 6.7
Kapasitas Antioksidan DPPH
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil atau
1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil adalah suatu radikal stabil yang dapat bereaksi dengan
radikal lain membentuk suatu senyawa yang stabil atau bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH
tereduksi DPPH-H. DPPH yang telah mencapai keadaan stabil akibat peranan antioksidan yang diujikan, diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517 nm. Nilai absorbansi yang terukur mengalami penurunan dibandingkan blanko karena adanya reduksi oleh antioksidan AH ataupun
bereaksi dengan radikal R
.
dalam mekanisme pemutusan rantai autooksidasi. Berikut ini ialah reaksi yang umum terjadi.
DPPH
.
+ AH → DPPH-H + A
.
DPPH
.
+ R
.
→ DPPH-R Atau: DPPH
+ H → DPPH-H Larutan DPPH berwarna ungu, sedangkan DPPH tereduksi tidak
memiliki absorpsi maksimum pada panjang gelombang sinar tampak. Dengan demikian, semakin kuat kapasitas antioksidan suatu senyawa, maka
semakin pudar warna ungu yang dihasilkan. Kapasitas antioksidan dapat dihitung dengan rumus:
Untuk pengukuran kapasitas antioksidan menggunakan DPPH ini, blanko yang digunakan adalah 8 ml metanol. Pokorny 2001 menyatakan
bahwa pengukuran kapasitas antioksidan menggunakan DPPH 2,2- diphenyl-1-picrylhydrazil atau 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil merupakan
aplikasi dari metode radical-scavenging. Metode tersebut merupakan mekanisme utama dari aktivitas antioksidan dalam makanan. Pengukuran
kapasitas antioksidan dengan DPPH merupakan metode untuk mengkaji aktivitas antioksidan menggunakan radikal sintetis pada suhu ruang dalam
larutan organik polar, seperti metanol. Rekapitulasi data kurva standar asam askorbat dapat dilihat pada
Lampiran 3, sedangkan rekapitulasi data analisis kapasitas antioksidan
29
dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil analisis kapasitas antioksidan, diperoleh kapasitas antioksidan minuman santan sebesar
17,968 mgAEq100 ml. Nilai ini menunjukkan bahwa 100 ml minuman santan memiliki kapasitas antioksidan yang ekivalen dengan 17,968 mg
asam askorbat. Perbandingan kapasitas antioksidan produk minuman santan dengan beberapa produk lainnya yang diperoleh dari literatur dapat dilihat
pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Kapasitas Antioksidan Produk Minuman Santan
dengan Beberapa Produk Lain
Sumber :
a
Ki, et al. 2002
b
Stockham, et al. 2009
c
Surya 2011 Tabel 11 menunjukkan produk minuman santan memiliki kapasitas
antioksidan yang lebih rendah dibandingkan dengan teh hijau, teh hitam dan jus jeruk segar. Stevia yang ditambahkan ke dalam minuman santan
selain berperan sebagai pemanis juga diketahui merupakan sumber antioksidan Shukla et al. 2011, tetapi jumlah ektrak stevia yang
ditambahkan pada produk sangat kecil sehingga kapasitas antioksidan pada produk juga rendah. Produk minuman santan ini memiliki kapasitas
antioksidan lebih baik dibandingkan dengan produk sari tempe dalam kaleng. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa pencampuran bahan
santan dan stevia akan menyebabkan kenaikan kapasitas antioksidan pada produk minuman santan.
6.8 Total Fenol
Senyawa fenolik memiliki aktivitas antioksidan karena kemampuannya mendonorkan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya kepada senyawa
radikal. Pengukuran total fenol menggunakan reagen Folin Ciocalteau 50 karena fenol dapat bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna
yang dapat diukur absorbansinya. Semakin tinggi kandungan fenol jumlah gugus hidroksil fenolik suatu sampel, maka semakin tinggi pula
absorbansinya. Selain itu, digunakan pula Na
2
CO
3
5 untuk menciptakan kondisi basa untuk mendorong terjadinya reaksi antara senyawa fenol
dengan reagen Folin Ciocalteau. Prinsip dari metode ini adalah Produk
Kapasitas Antioksidan Minuman Santan
17,968 mgAEq100 ml Santan Kelapa
15,798 mgAEq100 ml Larutan Stevia 1
16,171 mgAEq100 ml Teh Hijau
a
218 mgAEq100 ml Teh Hitam
a
146,5 mgAEq100 ml Jus Jeruk Segar
b
440,3 mg Aeq100 ml Sari Tempe Kaleng
c
4,75 mg Aeq100 ml
30
terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 725 nm. Warna biru dihasilkan dari reduksi kompleks
fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat dalam pereaksi Folin Ciocalteau oleh senyawa fenol dalam suasana basa.
Larutan standar yang digunakan dalam pengukuran total fenol ini adalah asam galat atau asam 3,4,5-trihidroksibenzoat C
6
H
2
OH
3
CO
2
H dengan variasi konsentrasi 0, 50, 100, 150, 200, dan 250 mgL. Struktur
kimia asam galat adalah sebagai berikut:
Gambar 13. Struktur Kimia Asam Galat Hernawan dan Setyawan 2003 Komponen fenol yang dihitung pada percobaan ini adalah komponen fenol
keseluruhan yang terdapat di dalam minuman santan sehingga disebut sebagai total fenol. Analisis dilakukan dengan menggunakan reagen Folin Ciocalteau
dan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm.
Tabel 12. Perbandingan Total Fenol Produk Minuman Santan dengan Beberapa Produk Lain
Berdasarkan data pada Tabel 12 diketahui bahwa produk minuman santan mempunyai total fenol sebesar 0,846 mg100 ml. Hal ini berarti dalam
100 ml minuman santan terkandung fenol sebanyak 0,846 miligram. Total fenol yang terkandung dalam minuman santan sangat jauh dibandingkan
dengan teh hitam dan teh hijau yang mempunyai kandungan polifenol yang sangat tinggi. Pengukuran kadar total fenolik suatu bahan, terutama yang
berasal dari tanaman, merupakan salah satu parameter untuk mendapatkan perkiraan besarnya kapasitas antioksidan pada bahan tersebut. Jika
membandingkan data kapasitas antioksidan pada Tabel 11 dan data total fenol Sampel
Total Fenol mg100 ml Santan Kelapa rendah lemak
0,415 Larutan stevia 1
3,445 Produk minuman santan
0,846 Teh hijau
64,933 Teh Hitam
34,089
31
pada Tabel 12 maka diketahui bahwa kapasitas antioksidan dari sampel tidak disebabkan oleh kandungan fenol pada bahan, karena nilai total fenolik nya
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kapasitas antioksidan yang terkandung dalam bahan. Kapasitas antioksidan pada produk minuman santan
diduga disebabkan oleh komponen klorofil dan komponen terpen diterpen dan triterpen yang terdapat dalam stevia. Klorofil dan terpen diketahui mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan yang cukup baik Shuklaa et al. 2011. 6.9 Kandungan Mineral
1 Uji Kalsium Tubuh kita mengandung lebih banyak kalsium daripada mineral lain.
Diperkirakan 2 berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg terdiri dari kalsium. Meskipun pada bayi kalsium hanya sedikit 25-30 g, setelah usia 20
tahun secara normal terjadi penempatan sekitar 1200 g kalsium dalam tubuhnya. Sebagian besar kalsium terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi,
sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak. Peranan kalsium dalam tubuh pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu
membantu membentuk tulang dan gigi dan mengukur proses biologis dalam tubuh. Keperluan kalsium terbesar pada waktu pertumbuhan, tetapi juga
keperluan-keperluan kalsium masih diteruskan meskipun sudah mencapai usia dewasa.
Kebutuhan kalsium per orang per hari bagi bayi dan anak di bawah umur 10 tahun sebesar 200-600 mg. Pria dan wanita berumur di atas 10 tahun
sebesar 800-1000 mg. Khusus bagi ibu hamil dan menyusui perlu mendapat tambahan sebanyak 150 mg per orang per hari.
Produk minuman santan diketahui mengandung kalsium sebanyak 7,790 x 10
-3
g220ml atau 7,790 mg220 ml, sehingga jika seseorang minum produk minuman santan sebanyak 1 cup 220 ml berarti orang tersebut telah
mengonsumsi sebanyak 7,790 mg kalsium. Jika melihat perbandingan data kebutuhan kalsium dengan jumlah kalsium yang disumbangkan oleh minuman
santan ini maka dapat disimpulkan bahwa minuman produk minuman santan ini merupakan sumber mineral kalsium yang kurang baik, sehingga untuk
menambah asupan kalsium dapat dipadukan dengan mengonsumsi pangan sumber kalsium lainnya seperti susu, yoghurt, keju dan sayuran hijau seperti
brokoli, dan kacang-kacangan. 2 Uji Fosfor Inorganik
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh setelah kalsium. Tubuh kita mengandung kurang lebih satu persen fosfor. Peranan
fosfor mirip dengan kalsium yaitu untuk pembentukan tulang dan gigi dan penyimpanan dan pengeluaran energi perubahan antara ATP dengan ADP.
DNA dan RNA terdiri dari fosfor dalam bentuk fosfat, demikian juga membran sel yang membantu menjaga permeabilitas sel.
32
Kebutuhan fosfor per orang per hari bagi bayi dan anak di bawah umur 10 tahun sebesar 100-400 mg. Pria dan wanita berumur di atas 10 tahun
sebesar 600-1000 mg. Hasil analisis mineral pada produk menunjukkan bahwa produk mengandung mineral fosfor sebanyak 8,325 x 10
-2
g220 ml atau 83,25 mg220 ml. Dengan demikian jika seseorang minum produk minuman santan
sebanyak 1 cup 220 ml berarti orang tersebut telah mengonsumsi sebanyak 24,98 mg mineral fosfor. Jika melihat perbandingan data kebutuhan fosfor
dengan jumlah fosfor yang disumbangkan oleh minuman santan ini maka dapat disimpulkan bahwa minuman produk minuman santan ini merupakan
sumber mineral fosfor yang cukup baik tetapi tetap perlu menambah asupan fosfor dengan mengonsumsi pangan sumber fosfor lainnya seperti ikan, telur,
kacang-kacangan, biji-bijian dan serealia untuk memenuhi kebutuhan fosfor dalam satu hari.
3 Uji Kalium Tubuh orang dewasa mengandung kalium 250 g dua kali lebih banyak
dari natrium 110 g. Walaupun demikian biasanya konsumsi kalium lebih sedikit daripada natrium. Peranan kalium mirip dengan natrium, yaitu kalium
bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam basa. Perbedaannya, kalium menjaga tekanan osmotik
dalam cairan intraseluler dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat
menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Kalium mudah sekali diserap tubuh, diperkirakan 90 dari yang dicerna diserap dalam
usus kecil. Hasil analisis mineral pada produk menunjukkan bahwa produk
mengandung mineral kalium sebanyak 2,498 x 10
-2
g220 ml atau 24,98 x 10
-2
mg220 ml sehingga jika seseorang minum produk minuman santan sebanyak 1 cup 220 ml berarti orang tersebut telah mengonsumsi sebanyak 24,98 mg
kalium. Jika melihat perbandingan data konsumsi mineral kalium per orang per hari di Amerika sebanyak 2-6 g maka masih cukup jauh berbeda, sehingga
untuk menambah asupan kalium dapat dipadukan dengan mengonsumsi bekatul dan coklat
6.10 Umur Simpan
Umur simpan merupakan selang waktu antara bahan pangan dari mulai diproduksi hingga tidak dapat diterima oleh konsumen akibat telah terjadi
penyimpangan mutu. Pada tahap ini produk diamati dari segi organoleptik, kandungan asam lemak bebas dan peroksidanya untuk menduga umur simpan
dari produk. Kandungan asam lemak bebas dianalisis dengan menggunakan bilangan
asam. Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam lemakminyak yang biasanya dihubungkan
dengan proses hidrolisis lemakminyak Nurwitri et al. 1996.
33
Hidrolisis lemakminyak oleh air dengan katalis enzimpanas pada ikatan ester trigliserida menghasilkan asam lemak bebas ALB seperti yang
terdapat pada reaksi berikut
Tabel 13. Hasil Pengamatan Perubahan Kadar Asam Lemak Bebas, Peroksida dan Organoleptik Selama Penyimpanan
Keberadaan asam lemak bebas dalam lemakminyak biasa dijadikan indikator awal kerusakan lemakminyak karena proses hidrolisis. Asam lemak
bebas ditetapkan dengan titrasi, yaitu jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram lemak.
Parameter kerusakan lemak karena oksidasi dapat dilihat dari bilangan peroksida. Batas angka peroksida menurut SNI 01-23471991 mengenai bahan
pangan berlemak adalah di bawah 10 mg eqkg. Bilangan peroksida dapat digunakan sebagai indikator terhadap ketengikan yang terjadi pada minyak
atau lemak. Tipe ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan, yaitu : 1 Ketengikan oleh oksidasi Oxidative rancidity; 2 ketengikan oleh enzim
enzymatic rancidity; 3 ketengikan oleh proses hidrolisis hidrolitic rancidity. Oksidasi terjadi pada ikatan tidak jenuh pada asam lemak dalam
suhu kamar sampai pada suhu 100°C. Setiap satu ikatan tidak jenuh dapat mengabsorpsi dua atom oksigen sehingga terbentuk persenyawaan peroksida
yang bersfiat labil. Bilangan asam dan kadar asam lemak bebas pada produk minuman
santan mengalami kenaikan selama penyimpanan. Hari pertama diketahui bahwa asam lemak bebas yang terbentuk pada produk adalah sebesar 0,37.
Kandungan asam lemak bebas yang kecil ini disebabkan karena kandungan lemak yang terkandung dalam produk juga sangat kecil yaitu hanya sekitar
0,49 sehingga jumlah lemak yang terurai menjadi asam lemak bebas sangat sedikit akibatnya nilai bilangan asam dan asam lemak bebas juga kecil. Nilai
Hari Bilangan Asam
mg NaOHg sampel
Kadar Asam
Lemak Bebas
Bilangan Peroksida
Organoleptik
1 0,740
0,370 Tidak terdeteksi
Aroma santan segar, warna putih
8 0,965
0,483 Tidak terdeteksi
Aroma santan segar, warna putih, ada endapan
15 1,126
0,564 Tidak terdeteksi
Aroma santan segar, endapan bertambah
22 1,233
0,618 Tidak terdeteksi
Bau asam, warna kecoklatan
Trigliserida + H
2
O Digliserida + Monogliserida + Asam lemak bebas
34
bilangan asam dan asam lemak bebas pada hari pengamatan ke 8, 15 dan 22 juga mengalami peningkatan yang kecil. Kenaikan bilangan asam dan ALB
disebabkan oleh adanya proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol Sukasih et al. 2009. Peningkatan bilangan asam dan ALB pada
produk yang sangat kecil menunjukkan sedikitnya proses hidrolisis lemak karena kadar lemak yang sangat rendah. Menurut Sukasih, et al. 2009 faktor
suhu dan waktu pemanasan tidak berpengaruh nyata terhadap bilangan asam dan ALB yang terdapat dalam santan.
Pada produk tidak ditemukan bilangan peroksida, hal ini diketahui dari ketika pengujian tidak ditemukannya perubahan warna apapun dari larutan
sebelum titrasi, yaitu seharusnya larutan berwarna biru sebelum dititrasi, sehingga pengujian tidak dilanjutkan ke tahap titrasi dan disimpulkan bahwa
peroksida pada produk belum terbentuk. Bilangan peroksida merupakan parameter kerusakan lemak yang disebabkan oleh reaksi otooksidasi radikal
asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas ynag disebabkan oleh faktor-faktor yang
dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin
seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase.
Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap
tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon
yang letaknya di sebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal
bebas. Kemudian radikal ini dengan O
2
membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah
menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa dengan
rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak.
Proses oksidasi lemak pada produk dapat disebabkan oleh adanya oksidasi spontan oleh oksigen pada udara, karena produk ini tidak dikemas
vakum. Selain itu proses oksidasi dapat juga disebabkan adanya dekomposisi lemak oleh mikroba. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya dapat terjadi jika
terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral Sukasih et al. 2009. Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan.
Prooksidan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan menghambatnya. Adanya antioksidan dalam lemak dapat mengurangi
kecepatan proses oksidasi Winarno 2008. Antioksidan terdapat secara alamiah dalam lemak nabati dan dapat juga ditambahkan secara sengaja ke
dalam makanan. Antioksidan yang terdapat dalam produk minuman santan ini merupakan antioksidan yang terdapat secara alami dalam lemak nabati dan
berasal dari dua sumber, yaitu santan dan stevia. Hasil pengujian kapasitas antioksidan menunjukkan bahwa santan yang digunakan sebagai bahan baku
35
produk mempunyai kapasitas antioksidan sebesar 16,320 dan larutan stevia 1 yang ditambahkan ke dalam produk mempunyai kapasitas antioksidan
sebesar 23,785. Sumber antioksidan dalam produk ini dapat menghambat proses oksidasi sehingga bilangan peroksida dapat tidak terbentuk.
Produk minuman santan lebih mengalami kerusakan dari segi organoleptik karena setelah penyimpanan selama 3 minggu produk minuman
menjadi berbau asam dan berubah warna agak kecoklatan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa produk minuman santan ini tidak mengalami
kerusakan dari kandungan asam lemak bebas dan peroksidanya tetapi lebih kepada kerusakan organoleptik yang diduga disebabkan oleh mikroba karena
proses pembuatan yang kurang higienis dan proses pasteurisasi yang kurang sempurna.
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.