Simulasi Model 1 Kasus Simulation on Prey-Predator System with Predators Present Only in the Unreserved Area

� 1 = � � 2 = − � 2 + � 1 − −� + � 2 + � 1 − −� 2 −4 1 � −�� 2 −� 1 2 � 3 = − � 2 + � 1 − −� − � 2 + � 1 − −� 2 −4 1 � −�� 2 −� 1 2 Karena semua parameter bernilai positif dan nilai parameter � � 1 dan � 2 , maka � 1 0, � 2 0, dan � 3 0. Dengan demikian menurut jenis kestabilannya titik tetap bersifat tak stabil.  Kestabilan Sistem di Titik Tetap 1 0,0, Untuk memperoleh nilai eigen digunakan persamaan karakteristik � − �� = 0, sehingga akan diperoleh nilai eigen dari matriks 1 , yaitu � 1 = −� � 2 = − + 2 −4 2 � 3 = − − 2 −4 2 dengan = � 1 + � 2 + � 1 − − � = � 1 � 2 − � 1 + � − �� 2 − � 1 Karena semua parameter bernilai positif dan nilai parameter � � 1 + � 1 dan � 2 , maka � 1 0, � 2 0, dan � 3 sehingga menurut jenis kestabilannya titik tetap 1 bersifat sadel.  Kestabilan Sistem di Titik Tetap 2 , ,0 Seperti pada model 1, dalam proses mencari nilai eigen untuk titik tetap ini akan menghasilkan suatu bentuk persamaan aljabar � 3 + 2 + + � = 0 dengan � = � 2 2 � 2 2 , = −2 ��−� 1 � 2 2 , = �−� 1 2 � 2 2 − � −� 2 � 2 , � = �−� 1 −� 2 � 2 − � 1 . Persamaan aljabar tersebut akan menghasilkan tiga nilai yang berbeda. Ketiga nilai tersebut akan ditunjukkan pada simulasi. Titik tetap 2 pada saat kondisi � 2 � , � 2 = � , dan � 2 � , nilai parameter yang digunakan akan menghasilkan nilai eigen � 1 0, � 2 0, dan � 3 0 sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh titik tetap 2 pada ketiga kondisi tersebut bersifat sadel.  Kestabilan Sistem di Titik Tetap 3 ∗ , ∗ , ∗ Dalam proses mencari nilai eigen untuk titik tetap 3 juga akan menghasilkan suatu bentuk persamaan aljabar � ∗3 + ∗2 + ∗ + � = 0 dengan � = � 2 2 � + � 1 � 2 � 2 , = −2 � 2 2 � + � 1 � 2 � � − � 1 − � 1 , = � 2 2 � − � 1 − � 1 2 − −� 2 � 2 � + � 1 � 2 � , � = −� 2 � 2 � − � 1 − � 1 − � 1 . Persamaan aljabar tersebut akan menghasilkan tiga nilai ∗ yang berbeda. Ketiga nilai ∗ tersebut akan ditunjukkan pada simulasi. Titik tetap 3 pada saat kondisi � 2 � dan � 2 = � , nilai parameter yang digunakan akan menghasilkan nilai eigen � 1 0, � 2 0, dan � 3 0 sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh titik tetap 3 bersifat stabil. Sedangkan pada saat kondisi � 2 � , nilai parameter yang digunakan akan menghasilkan nilai eigen � 1 0, � 2 dan � 3 kompleks dengan bagian real bernilai negatif sehingga dari nilai-nilai eigen yang diperoleh titik tetap 3 pada kondisi ini bersifat spiral stabil. bukti dapat dilihat pada Lampiran 4 Untuk mengetahui jenis kestabilan titik tetap pada keempat titik tetap pada kasus 2 dapat dilihat pada Tabel 2. Titik Tetap Kasus � 2 � � 2 = � � 2 � Titik tak stabil Titik tak stabil Titik tak stabil 1 Sadel Sadel Sadel 2 Sadel Sadel Sadel 3 Stabil Stabil Spiral Stabil Tabel 2 Jenis Kestabilan Titik Tetap

4.3 Simulasi Model 1 Kasus

� � � � Nilai parameter yang digunakan dalam kondisi ini adalah = 0.6, � = 1, = 40, = 40, � 1 = 0.2, � 2 = 0.4, � = 0.4, � 1 = 0.7, � 2 = 0.7, dengan nilai awal 0 = 20, 0 = 10, dan 0 = 10. Dari nilai parameter yang digunakan diperoleh titik tetap = 0,0,0 yang bersifat sadel serta titik tetap 2 = 0.5714285714, 13.88217026, 15.00461924 yang memiliki jenis kestabilan bersifat stabil, sedangkan untuk titik tetap 1 akan menghasilkan suatu bentuk persamaan aljabar � 3 + 2 + + � = 0 dengan � = � 2 2 � 2 2 , = −2 � �−� 1 � 2 2 , = �−� 1 2 � 2 2 − � −� 2 � 2 , dan � = �−� 1 −� 2 � 2 − � 1 dalam proses pencarian nilai titik tetapnya sehingga dari persamaan aljabar tersebut akan diperoleh tiga nilai yang berbeda, yaitu 1 = 23.68146140, 2 = 43.62267459, dan 3 = −3.304135986. Ketiga nilai tersebut jika disubstitusi ke dalam persamaan akan menghasilkan nilai 1 = −12.31219692, 2 = 31.68825945, dan 3 = 7.290604135. Terlihat bahwa nilai yang dihasilkan untuk 1 serta nilai 2 yang dihasilkan bernilai negatif. Hal ini tidak bersesuaian dengan asumsi bahwa populasi mangsa yang berada pada kedua zona bernilai positif. Sehingga pada kasus � 2 � terdapat tiga titik tetap, yaitu , 1 , dan 2 dengan nilai titik tetap 1 = 43.62267459, 31.68825945, 0 yang memiliki jenis kestabilan berupa sadel. Berikut akan diberikan gambar orbit 3 dimensinya pada sistem persamaan 3.2 Gambar 4 Orbit Kestabilan di sekitar , , dengan � 2 = 0.7, dan � = 0.4. Gambar 4 memperlihatkan pergerakan kurva dimulai pada sudut bawah dari titik terendah pada bidang . Gambar 5 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.7, dan � = 0.4 Gambar 6 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.7, dan � = 0.4 Gambar 7 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.7, dan � = 0.4 Gambar 5, 6, dan 7 merupakan pencerminan 2D dari Gambar 4. Dari hasil pencerminan 2D ini dapat terlihat beberapa titik tetapnya. Berikut akan diperlihatkan grafik dinamika dari populasi spesies mangsa pada zona yang tidak dilindungi, spesies mangsa pada zona yang dilindungi, dan populasi pemangsa terhadap waktu � pada saat � 2 = 0.7 dan � = 0.4. Gambar 8 Dinamika populasi dari ketiga model terhadap � dengan � 2 = 0.7 dan � = 0.4. 10 20 30 40 50 t 5 10 15 20 25 30 x, y, z Keterangan : : Populasi mangsa pada zona yang tidak dilindungi : Populasi mangsa pada zona yang dilindungi : Populasi pemangsa Pada Gambar 8 terlihat bahwa populasi pemangsa yang ada lebih banyak dibandingkan dengan populasi mangsa pada kedua zona. Hal ini dapat membuat ancaman bagi mangsa untuk menuju kepunahan khususnya untuk mangsa yang ada pada zona tidak dilindungi karena mangsa pada zona ini hidup secara bersamaan dengan banyaknya pemangsa tersebut dan merupakan sumber makanan bagi pemangsa. Namun mangsa yang ada pada zona dilindungi akan mengalami kenaikan populasinya dikarenakan pada zona dilindungi tidak terdapat pemangsa yang hidup dalam zona ini. Kasus � � = � � Nilai parameter yang digunakan dalam kondisi ini adalah = 0.6, � = 1, = 40, = 40, � 1 = 0.2, � 2 = 0.4, � = 0.4, � 1 = 0.7, � 2 = 0.4, dengan nilai awal 0 = 20, 0 = 10, dan 0 = 10. Dari nilai parameter yang digunakan diperoleh titik tetap = 0,0,0 yang bersifat sadel serta titik tetap 2 = 1, 14.26783617, 9.260192096 yang bersifat stabil, sedangkan untuk titik tetap 1 yang dalam proses mencari nilai titik tetapnya akan menghasilkan suatu bentuk persamaan aljabar � 3 + 2 + + � = 0 dengan � = � 2 2 � 2 2 , = −2 ��−� 1 � 2 2 , = �−� 1 2 � 2 2 − � −� 2 � 2 , dan � = �−� 1 −� 2 � 2 − � 1 sehingga diperoleh tiga nilai yang berbeda nilainya, yaitu 1 = 23.68146140, 2 = 43.62267459, dan 3 = −3.304135986. Ketiga nilai tersebut jika disubstitusi ke dalam persamaan akan menghasilkan nilai 1 = −12.31219692, 2 = 31.68825945, dan 3 = 7.290604135. Terlihat bahwa nilai yang dihasilkan untuk 1 serta nilai 3 yang dihasilkan bernilai negatif. Hal ini tidak bersesuaian dengan asumsi bahwa populasi mangsa yang berada pada kedua zona bernilai positif. Sehingga pada kasus � 2 = � terdapat tiga titik tetap, yaitu , 1 , dan 2 dengan nilai titik tetap 1 = 43.62267459, 31.68825945, 0 yang memiliki jenis kestabilan berupa sadel. Berikut akan diberikan gambar orbit 3 dimensinya pada sistem persamaan 3.3 Gambar 9 Orbit kestabilan pada bidang , , dengan � 2 = 0.4, dan � = 0.4 Gambar 9 memperlihatkan pergerakan kurva dimulai pada sudut bawah dari titik terendah pada bidang . Gambar 10 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.4, dan � = 0.4 Gambar 11 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.4, dan � = 0.4 Gambar 12 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.4, dan � = 0.4 Gambar 10 , 11, dan 12 merupakan pencerminan 2D dari Gambar 9. Dari hasil pencerminan 2D ini dapat terlihat beberapa titik tetapnya. Berikut akan diperlihatkan grafik dinamika dari populasi spesies mangsa pada zona yang tidak dilindungi, spesies mangsa pada zona yang dilindungi, dan populasi pemangsa terhadap waktu � pada saat � 2 = 0.4 dan � = 0.4 Gambar 13 Dinamika populasi dari ketiga model terhadap � dengan � 2 = 0.4 dan � = 0.4. Keterangan : : Populasi mangsa pada zona yang tidak dilindungi : Populasi mangsa pada zona yang dilindungi : Populasi pemangsa Pada Gambar 13 terlihat bahwa populasi pemangsa serta populasi mangsa pada zona tidak dilindungi mengalami penurunan populasi dari populasi awalnya. Namun populasi mangsa pada zona tidak dilindungi tidak akan mengalami kepunahan dikarenakan pada kasus ini banyaknya populasi pemangsa lebih sedikit dibandingkan dengan kasus sebelumnya. Hal ini dikarenakan besarnya laju interaksi antara mangsa dan pemangsa diperkecil nilainya sehingga dapat membuat populasi pemangsa mengalami penurunan populasi dan dapat membuat populasi mangsa pada kedua zona tetap dapat bertahan hidup. Kasus � � � � Nilai parameter yang digunakan dalam kondisi ini adalah = 0.6, � = 1, = 40, = 40, � 1 = 0.2, � 2 = 0.4, � = 0.4, � 1 = 0.7, � 2 = 0.1, dengan nilai awal 0 = 20, 0 = 10, dan 0 = 10. Dari nilai parameter yang digunakan diperoleh titik tetap = 0,0,0 yang bersifat sadel serta titik tetap 2 = 4, 16.55493132, 3.364990188 yang bersifat spiral stabil, sedangkan untuk titik tetap 1 yang dalam proses mencari nilai titik tetapnya akan menghasilkan suatu bentuk persamaan aljabar � 3 + 2 + + � = 0 dengan � = � 2 2 � 2 2 , = −2 � �−� 1 � 2 2 , = �−� 1 2 � 2 2 − � −� 2 � 2 , dan � = �−� 1 −� 2 � 2 − � 1 sehingga diperoleh tiga nilai yang berbeda, yaitu 1 = 23.68146140, 2 = 43.62267459, dan 3 = −3.304135986. Ketiga nilai tersebut jika disubstitusi ke dalam persamaan akan menghasilkan nilai 1 = −12.31219692, 2 = 31.68825945, dan 3 = 7.290604135. Terlihat bahwa, nilai yang dihasilkan untuk 1 serta nilai 3 yang dihasilkan bernilai negatif. Hal ini tidak bersesuaian dengan asumsi bahwa populasi mangsa yang berada pada kedua zona bernilai positif. Sehingga pada kasus � 2 � terdapat tiga titik tetap, yaitu , 1 , dan 2 dengan nilai titik tetap 1 = 43.62267459, 31.68825945, 0 yang memiliki jenis kestabilan berupa sadel. Berikut akan diberikan gambar orbit 3 dimensinya pada sistem persamaan 3.3 Gambar 14 Orbit kestabilan pada bidang , , dengan � 2 = 0.1, dan � = 0.4 10 20 30 40 50 t 5 10 15 20 x, y, z Gambar 14 memperlihatkan pergerakan kurva dimulai dari sudut bidang . Gambar 15 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.1, dan � = 0.4 Gambar 16 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.1, dan � = 0.4 Gambar 17 Orbit kestabilan pada bidang , dengan � 2 = 0.1, dan � = 0.4 Gambar 15, 16, dan 17 merupakan pencerminan 2D dari Gambar 14. Dari hasil pencerminan 2D ini dapat terlihat beberapa titik tetapnya. Berikut akan diperlihatkan grafik dinamika dari populasi spesies mangsa pada zona yang tidak dilindungi, spesies mangsa pada zona yang dilindungi, dan populasi pemangsa terhadap waktu � pada saat � 2 = 0.1 dan � = 0.4 Gambar 18 Dinamika populasi dari ketiga model terhadap � dengan � 2 = 0.1 dan � = 0.4. Keterangan : : Populasi mangsa pada zona yang tidak dilindungi : Populasi mangsa pada zona yang dilindungi : Populasi pemangsa Pada Gambar 18 terlihat bahwa populasi pemangsa yang ada lebih sedikit dibandingkan dengan populasi mangsa pada kedua zona serta populasi pemangsa tersebut akan mengalami penurunan populasi yang cukup drastis dibandingkan dengan kedua kasus sebelumnya. Hal ini dikarenakan besarnya laju interaksi antara mangsa dan pemangsa diperkecil lagi nilainya. Dengan adanya populasi pemangsa yang lebih sedikit dari populasi mangsanya dapat membuat populasi mangsa pada kedua zona dapat tetap bertahan hidup, namun populasi mangsa pada zona tidak dilindungi akan tetap mengalami penurunan populasi dengan adanya sedikit populasi pemangsa tersebut karena pada model ini pemangsa sangat bergantung dengan mangsanya.

4.4 Simulasi Model 2 Kasus