terhadap perubahan suhu disamping adanya pengaruh jumlah cahaya luar dengan
sendirinya akan memberikan perbedaan intensitas pantulan infrared secara
keslruhan perubahan nilai suhu dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.4. Hasil Pantulan
Infrared Pada Ikan Nila dan Ikan Lele
Uji coba pantulan untuk ikan nila dan ikan lele dilakukan melalui 3
perlakuan yaitu ikan utuh Full, fillet ikan nila Skin On dan fillet ikan nila Skin Less. Secara umum intensitas pantulan mengalami penurunan untuk setiap jenis
ikan dan setiap perlakuan yang diberikan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22.
Hasil Pengujian Patulan Pada Ikan Nila
Pengujian pada ikan nila dibagi kedalam tiga perlakuan. Perlakuan tersebut berdasarkan pada kondisi umum ikan yang ditemukan dipasar pada saat
penjualan. Pola dari setiap perlakuan yang diberikan pada ikan nila berhubungan erat dengan keadaan ikan itu sendiri diantaranya :
A. Pola Pantulan Pada Ikan Nila Whole Ikan utuh Whole yang diukur secara langsung tanpa adanya perlakuan
khusus sebelumnya. Penurunan pantulan terjadi seiring dengan penurunan laju mutu dengan nilai pantulan yang lebih kecil. Pola penurunan mutu ikan nila
dimana pada kondisi 2 jam pertama setelah pematian yang merupakan masa pre- rigor bagi kan nila merah Nurjanah, 2004, pada masa tersebut terjadi penurunan
intensitas pantulan infrared, seperti pada Gambar 22. Akan tetapi, penurunan
intensitas pantulan ini tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenakan kondisi ikan masih dalam keadaan masih segar Lampiran 4.
Masa setelah 12 jam pematian, dimana ikan nila telah memasuki tahapan post rigor Nurjanah, 2004, diikuti dengan penurunan intensitas pantulan yang
signifikan, hal ini juga diiringi dengan kondisi ikan yang telah mengeluarkan cairan-cairan atau lendir dalam tubuhnya terutama pada bagian perut ikan
Lampiran 6. Pada saat ini pernafasan aerob berhenti dan oksidasi anaerob menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan turunnya pH dan
hilangnya adenosine triphosphate ATP akibat pembusukan otolisis
menyebabkan otot menjadi kaku sebagai akibat penggabungan searah
irreversible association molekul-molekul myosin dan actin sehingga lendir cepat
keluar. Setelah melewati masa 12 jam pematian hingga akhir pengukuran,
intensitas pantulan infrared lebih kecil dibandingkan dengan 12 jam masa awal
pematian. Akan tetapi, masih terjadi penurunan intensitas pantulan diiringi dengan terciumnya bau busuk dan lendir yang keluar dari ikan lebih banyak Lampiran 8.
Hal ini dikarenakan lendir mengandung senyawa nitrogen yang sangat besar dan senyawa tersebut menyediakan makanan bagi mikro organisme pencemar ikan
yang berasal dari lingkungan sekitar.
B. Pola Pantulan Pada Ikan Nila Skin Less Ikan Skin Less yang merupakan bagian dalam dari daging ikan pada masa
pengujian secara keseluruhan mengalami penurunan intensitas pantulan. Karena bagian ini tidak memiliki lendir atau lapisan lendir maka pada awal pengukuran
memiliki itensitas pantulan yang lebih besar.
Pola penurunan intensitas pantulan infrared pada masa awal hingga 2 jam
masa pre-rigor setelah pematian dari ikan nila merah telah mengalami penurunan intensitas pantulan walau tidak secara signifikan. Hal ini dikarenakan
pada masa ini mutu ikan masih dalam keadaan baik. Masa 12 jam setelah pematian terjadi perubahan yang signifikan dari penurunan pantulan intensitas
ikan hal ini beriringan dengan masuknya ikan pada masa post rigor yaitu 10 jam setelah pematian awal Nurjanah, 2004. Setelah melewati masa itu hingga akhir
pengukuran intensitas pantulan infrared masih mengalami penurunan seperti pada
Gambar 22. Akan tetapi, intensitas perubahannya tidak seperti yang terjadi pada masa memasuki tahapan post rigor.
C. Pola Pantulan Pada Ikan Nila Skin On Ikan Skin On selama pengukuran secara keseluruhan mengalami
penurunan intensitas pantulan infrared. Hal ini seiring dengan laju penurunan
mutu ikan. Masa awal hingga 2 jam setelah pematian terjadi penurunan intensitas
infrared, akan tetapi intensitas nilai penurunannya masih kecil. Memasuki masa
12 jam setelah pematian terlihat penurunan intensitas pantulan yang signifikan seperti di Gambar 22, hal ini seiring dengan ikan yang telah memasuki tahapan
post rigor Nurjanah, 2004. Masa ini ikan telah mengeluarkan lendir dari dalam
tubuhnya seperti yang terjadi pada ikan nila whole. Masa setelah 12 jam hingga
akhir pengukuran intensias pantulan masih mengalami penurunan yang disertai dengan terciumnya bau busuk dari ikan akibat lendir yang keluar lebih banyak dan
mengandng banyak senyawa nitrogen.