Sintesis Perencanaan Perencanaan Lanskap Percontohan untuk Kawasan Rumah Pangan L????stari (KRPL) di Pangalengan Jawa Barat

14 Setiap kelas informasi mendapat pembobotan yang berbeda-beda sesuai keperluan pada penelitian ini. Penilaian strata luas pekarangan diberi bobot 1-4 karena memiliki poin sangat penting dalam hal ini pekarangan sebagai media tanam. Penilaian fasilitas penunjang perumahan diberi bobot 1-5 atau kepentingan tinggi karena lokasi KRPL memerlukan fasilitas yang cukup untuk penunjang aktifitas di dalamnya. Pada tahap ini diperoleh hasil keluaran berupa peta kesesuaian yang dapat digunakan untuk berbagai jenis pengembangan.

4. Sintesis

Pada tahap sintesis akan dirumuskan jawaban dan solusi terkait potensi dan kendala yang sudah ditemukan pada tahap analisis. Dari potensi dan kendala tersebut ditentukan zonasi kawasan berupa blockplan serta konsep dasar dengan memperhatikan aspek fisik dan biofisik untuk meningkatkan nilai estetika dan ekologi.

5. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, konsep dasar yang telah dikembangkan akan diterapkan menjadi rencana ruang, aktivitas, fasilitas, utilitas, dan tata hijau. Rencana tersebut akan menjadi kesatuan dalam rencana lanskap kawasan rumah pangan lestari. Rencana lanskap merupakan produk akhir dari proses perencanaan lanskap. 15 KONDISI UMUM Administrasi dan Geografis Desa Pangalengan terletak di daerah perbukitan bagian selatan Kabupaten Bandung. Tepatnya di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Desa Pangalengan berada pada koordinat 07º09 ’30” LS sampai 07º11’30” LS dan 107º33 ’30” BT sampai 107º37’00” BT, dengan luas wilayah 589.946 Ha. Berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu harian rata-rata 18 -22 ºC curah hujan rata-rata 20003000 mm per-detik per-tahun. Sumber: Data Profil Desa Pangalengan Tahun 2007 Wilayah administratif Desa Pangalengan dibatasi oleh Desa Margamulya di sebelah utara, Desa Margamekar di sebelah selatan, Desa Pulosari di bagian barat, dan Desa Margamukti di sebelah timur. Hampir sebagian Wilayah Desa Pangalengan merupakan lahan Perkebunan Teh milik PTPN VIII Kertamanah, sisanya diperuntukan bagi pemukiman penduduk, perkantoran, pasar, toko dan lahan pertanian masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber: Data Desa Pangalengan Gambar 4 Peta Desa Pangalengan Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang ada di Desa Pangalengan masih sebatas fasilitas umum yang biasa ditemukan di daerah pedesaan lainnya. Seperti kantor pemerintahan, jalan desa, lembaga pendidikan, tempat ibadah, sarana olahraga, dan pasar tradisional Gambar 5. Namun karena kantor Kecamatan Pangalengan juga berada di lokasi ini, beberapa fasilitas lain juga terdapat di sana, seperti jalur sirkulasi Gambar 6, saluran PDAM, dan pelayanan jasa lain seperti Telkom dan PLN. Luasan tanah dari fasilitas yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 8. 16 Tabel 8 Luas tanah fasilitas umum Desa Pangalengan Jenis Luasan Ha Keterangan Tanah Kas Desa 6.029 Digunakan untuk perumahan warga Jalanperhubungan 55.85 Berupa jalan arteri dan kolektor Lapangan Olahraga 1.8 Berupa lapangan sepak bola Perkantoran pemerintah 7.05 Digunakan untuk tempat administrasi desa dan pelayanan jasa oleh pemerintahan Bangunan sekolah 2.684 Terdapat 8 SD, 1 SMP, 2 SMA TPU 4.07 Pemakaman tersebar di beberapa tempat Fasilitas pasar 0.776 Digunakan sebagai pasar tradisional Terminal 0.464 Berada tepat di depan kantor desa Sumber: Data Profil Desa Pangalengan Tahun 2007 a b c d Gambar 5 a Kantor Desa Pangalengan, b Pasar Pangalengan, c Kantor Pos, d Lapangan Sepak bola. 17 18 Sejarah Desa Pangalengan Penduduk Desa Pangalengan, sejak jaman dahulu terkenal sebagai petani sayur-mayur, juga terkenal sebagai produsen teh dan kina sejak jaman penjajahan Belanda, dari kedua jenis perkebunan ini daerah Pangalengan memiliki sejarah yang khas dan tumbuh sebagai cerita yang turun temurun. Menurut cerita Bapak Eman selaku Bendahara Desa, saat tanah Pasundan dikuasai oleh Sultan Agung dari Mataram, daerah Pangalengan menjadi daerah kekuasaannya. Pada saat itu yang menjadi Bupati Bandung adalah Demang Adisutra. Pada tahun 1811 Demang Adisutra menyerahkan kekuasaanya kepada Pemerintahan Belanda yang dipimpin oleh Daendels. Kemudian Daendels memerintahkan Bupati Bandung saat itu yakni RA. Wiranatakusumah dan Rd. Indrijadirdja untuk memindahkan Ibu kota Kabupaten Bandung dari Dayeuhkolot ke Dalem Kaum Bandung. Hal ini dimaksudkan supaya Ibu Kota Kabupaten Bandung dekat dengan jalan raya dalam Sejarah Nasional terkenal dengan sebutan Jalan Daendels. Pemindahan Kabupaten Bandung ini terjadi pada tanggal 23 Mei 1811. Saat Rd. Aria Natanegara yang menjadi Wedana Banjaran memerintahkan untuk membuka tanah hutan di sebelah selatan, pembukaan hutan ini mendapat bantuan dari Embah Esti dan Embah Nurbayin. Kemudian terwujudlah sebuah perkampungan Desa yang diberi nama Pangalengan, yang konon nama tersebut diambil dari istilah pengalengan kopi yang pada waktu itu daerah Pangalengan banyak ditanam dan diproduksi hasil perkebunan kopi. Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang pertama kali mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia khususnya di wilayah Pangalengan adalah Perkebunan Cinyiruan sekarang menjadi afdeling PTPN VIII Kertamanah yang ditandatangani oleh M. Dahlan dan Yakob Kusumabrata. Pada waktu terjadinya perang Kemerdekaan daerah Pangalengan menjadi Pusat Pengembangan para Pemuda Bandung Selatan yang dipimpin oleh Yakob Kusumabrata yang sekaligus bertindak sebagai Komandan Batalyon sumber: RPJMDs Pangalengan 2013. Gambar 7 Tugu perintis perjuangan Pangalengan 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Fisik Tanah Secara umum tanah di Pangalengan termasuk ke dalam kelas tanah andisol yang memiliki kesuburan yang tinggi, porositas tanah yang tinggi, dan mempunyai kemampuan menahan air yang baik. Terdapat dua jenis tanah yang terkandung di dalamnya, yakni hydric dystrandept dan aquic dystropept. Dalam Nurfatimah 2011, menurut data Tim Survey Tanah IPB dan Pusat Penelitian Agroklimat Bogor, jenis hydric dystrandept mengandung minerial liat kaolitik, memiliki drainase sedang-baik, isohipertermik, liat halus, dan terdapat pada lereng landai-sangat curam, serta terkandung sebanyak 98.35. Sedangkan kandungan tanah jenis kedua kedua atau aquic dystropept adalah sebanyak 1.65 yang mengandung mineral liat haloisit, drainase sedang, isohipertermik, dan terletak di lereng agak landai hingga landai. Menurut Herawan dalam Nurfatimah 2011, tanah jenis andisol memiliki sifat fisik atau batuan yang memiliki daya jerap air yang tinggi. Air akan bercampur dengan tanah atau batuan saat air meresap ke dalam tanah atau batuan tersebut. Jika jumlah air sudah mencapai titik jenuh, akan terjadi lumpur yang dapat mengakibatkan longsor. Pergerakan longsor terjadi secara perlahan dan kemudian berubah menjadi kecepatan tinggi. Hal tersebut mempengaruhi juga terhadap bentukan lahan atau landform. Topografi Berdasarkan gambar peta topografi yang didapatkan dari peta rupa bumi Bakosurtanal 1996, Desa Pangalengan berada pada elevasi 1350-1850 mdpl. Bentukan lahan yang ada berupa lahan datar, bergelombang, berbukit, dan bergunung. Pada Gambar 8 dapat dilihat bentuk rupa bumi Desa Pangalengan secara spasial. Variasi kemiringan lahan di Desa Pangalengan dilihat sesuai dengan topografi yang ada, mulai dari datar sampai dengan sangat curam. Kelas kemiringan lahan dapat diperkirakan melalui peta topografi Gambar 8, kemudian disesuaikan dengan S.K Menteri Pertanian No. 837KptsUm111980 yang telah dimodifikasi Tabel 9. Tabel 9 Bentuk wilayah berdasarkan kemiringan lereng Kelerengan Sifat 0-8 Datar 8-15 Landai 15-25 Agak curam 25-40 Curam 40 Sangat curam Sumber : S.K Menteri Pertanian No.837KptsUm111980 Pembagian kelas kemiringan yang telah disesuaikan dengan Tabel 9 diatas secara spasial dapat dilihat pada Gambar 9. Klasifikasi kelas lereng, luas dan presentasi luas dijelaskan pada Tabel 10. Kelas lereng 8-15 landai memiliki presentasi luas sebesar 5.85 atau sama dengan 34.479 Ha, sedangkan persentasi 20 luas terbesar ditunjukkan pada kelas lereng 15-25 agak curam sebesar 30.30 atau seluas 178.745 Ha. Tabel 10 Luas kelas lereng Desa Pangalengan Kelas lereng Luas Ha Persentasi Luas 0-8 107.9474 18.30 8-15 34.4794 5.85 15-25 178.7444 30.30 25-40 172.9014 29.31 40 95.8734 16.24 Total 589.946 100.00 Sumber : Peta rupa bumi Bakorsultanal 2014, olahan Hidrologi Menurut Herawan dalam Nurfatimah 2011, dijelaskan bahwa produktifitas akifer Pangalengan memiliki selang dari sedang-tinggi. Kedalaman air tanah tertekan lebih dari 65 meter, Muka Air Tanah MAT bebas berkisar antara 3-7 meter. Debit air sumur bisa mencapai lebih dari 5 literdetik. Pangalengan juga termasuk kedalam daerah resapan air yang perlu diperhatikan jika akan dilakukan pembangunan. Berdasarkan kriteria Fabos dan Caswell 1976, kualitas air bawah tanah yang dapat diperkirakan di Desa Pangalengan adalah masuk ke dalam Kelas C yang menunjukkan bahwa air bawah tanah berada pada kawasan yang digunakan untuk jalan, tempat parkir maupun septic tank. Kegiatan pengembangan ataupun pemanfaatan lahan yang dilakukan di kawasan tersebut diupayakan tidak menganggu atau memperburuk kondisi ambang batas kualitas air. Sumber air bersih berasal dari beberapa jenis, diantaranya mata air berjumlah 10 unit, sumur gali 2340 unit, PAM 2311 unit, pipa 3 unit dan terdapat juga 2 unit depot isi ulang yang dimanfaatkan 1072 KK. Untuk penyediaan kebutuhan air bersih di Kecamatan Pangalengan sendiri, PDAM Kabupaten Bandung Cabang Pangalengan menjadi pengelola sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan debit 27 literdetik. Sebanyak 20 warga Pangalengan terlayani dengan sistem perpipaan air bersih ini, sementara 36 penduduk lainnya menggunakan sistem perpipaan yang dikelola secara swadaya oleh desa masing- masing dengan memanfaatkan sumber mata air BAPPEDA 2004. Secara geografis, Desa Pangalengan dibatasi oleh beberapa sungai, yaitu sungai Cisurili dan Cisangkuy Gambar 10. Keadaan sungai tersebut tidak begitu jernih karena sampah rumah tangga yang mengotorinya, namun air tersebut masih dipergunakan untuk kegiatan pertanian. Penggunaan lahan Desa Pangalengan memiliki luasan wilayah seluas 589.946 Ha. Luasan eksisting yang didapat dari peta bakosurtanal dan citra satelit tersebut kemudian diolah kembali untuk mendapatkan luasan penggunaan lahannya. Berdasarkan data tersebut didapatkan rincian penggunaan lahan Desa Pangalengan berupa pemukiman, perkantoran dan bangunan umum seluas 100.76 Ha, lahan pertanian seluas 203.86 Ha, lahan perkebunan seluas 258.39 Ha, dan hutan seluas 26.93 Ha. 21 22 23 a b Gambar 10 a Sungai Cisurili, b Sungai Cisangkuy Penggunaan lahan di Desa Pangalengan didominasi oleh perkebunan milik negara, rakyat dan swasta. Lahan perkebunan teh milik PTPN VIII cukup mendominasi areal perkebunan, perkebunan lainnya berupa perkebunan kopi swasta. Sedangkan untuk lahan pertanian yang biasa digunakan untuk budidaya komoditas sayuran seluruhnya dimiliki oleh masyarakat desa. Tata guna lahan eksisting di Desa Pangalengan dapat dilihat pada Gambar 11. Sebagian wilayah di Desa Pangalengan menjadi bagian dari pusat aktivitas ekonomi dan administrasi Kecamatan Pangalengan. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu munculnya permukiman yang cukup padat disekitarnya. Hal lain yang mempengaruhi munculnya permukiman padat adalah faktor iklim Desa Pangalengan yang termasuk ke dalam daerah pegunungan. Suhu yang relatif dingin dapat menjadi salah satu penyebab jarak antar rumah saling berdekatan. Pusat pemerintahan Desa Pangalengan sangat berdekatan dengan pusat pemerintahan kecamatan. Jarak antara Kantor Desa dengan Kantor kecamatan serta bangunan pelayanan umum tingkat kecamatan lainnya relatif dekat, seperti dengan Terminal Pangalengan, Puskesmas Pangalengan, beberapa bangunan pelayanan pendidikan serta beberapa perkantoran swasta yang berada di sekitarnya. Adapun lama jarak tempuh dari ibukota kabupaten menuju Desa Pangalengan dengan kendaraan bermotor adalah 1 jam, sedangkan dari ibukota provinsi diperlukan waktu tempuh selama 2 jam perjalanan. 24 25 Iklim Buku Statistik Daerah Kecamatan Pangalengan 2013 menuliskan bahwa pada tahun 2012 curah hujan yang tercatat adalah 2085 mmtahun dengan rata-rata 8.76 mmhari. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan September-Desember, serta iklim suhu yang tercatat termasuk iklim suhu udara sangat sejuk berkisar antara 16˚-25˚C. Berdasarkan data dari BMKG 2014, kisaran suhu selama tiga tahun terakhir 2011-2013 berkisar antara 19.5-27.7°C dan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 12. Suhu tertinggi berada pada bulan April dengan rataan 23.10°C, sedangkan suhu terendah berada pada bulan Januari dengan rataan 20.10°C. Tabel 11 Suhu ºC di Pangalengan Tahun 2011-2013 Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2011 - 24.9 25.1 27.7 24.4 24.5 24.1 24.9 25.5 26.4 24.3 - 2012 19.8 20.1 20.2 20.6 20.6 20.1 19.6 19.8 20.6 21.5 21.0 20.9 2013 20.4 20.0 - 20.9 20.7 20.4 19.5 19.9 19.7 21.2 20.7 20.2 Rataan 20.1 21.7 22.6 23.1 21.9 21.7 21.7 21.5 21.9 23.0 22.0 20.5 Sumber : Data BMKG 2014 Gambar 12 Grafik Rataan Suhu di Pangalengan Tahun 2011-2013 Adapun data curah hujan yang didapatkan, kisaran curah hujan selama tiga tahun terakhir 2011-2013 berkisar antara 3-581 mmbulan nya. Pada Tabel 12 dan Gambar 13, terlihat curah hujan tertinggi berada pada bulan Desember dengan rataan 583 mmbulan. Sedangkan curah hujan terendah berada pada bulan Agustus dengan rataan 23.33 mmbulan. 26 Tabel 12 Curah Hujan mmbulan Pangalengan Tahun 2011-2013 Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2011 162 212 295 529 273 77 19 36 3 138 587 622 2012 331 461 414 462 315 15 11 5 32 175 601 608 2013 596 493 465 644 445 207 327 29 38 133 265 519 Rataan 363.00 388.67 391.33 545.00 344.33 99.67 119.00 23.33 24.33 148.67 484.33 583.00 Sumber : Data BMKG 2014 Gambar 13 Grafik Rataan Curah Hujan di Pangalengan Tahun 2011-2013 Data lainnya memberikan informasi kisaran kelembapan selama tiga tahun terakhir 2011-2013, yakni berkisar antara 72-88. Kelembapan tertinggi berada pada bulan Mei dengan rataan 86.3. Sedangkan kelembapan terendah terdapat pada bulan September dengan rataan 74.7. Hal tersebut disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 14. Tabel 13 Kelembapan Pangalengan Tahun 2011-2013 Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2011 84 81 84 86 88 83 83 78 77 80 88 84 2012 84 84 83 87 86 84 82 76 72 73 81 83 2013 85 83 82 85 85 84 83 77 75 74 77 84 Rataan 84.3 82.7 83 86 86.3 84 83 77 74.7 75.7 82 84 Sumber : Data BMKG 2014 27 Gambar 14 Grafik Rataan Kelembapan di Pangalengan Tahun 2011-2013 Visual Desa Pangalengan memiliki kondisi visual berupa good view dan bad view. Karakter lanskap pertanian yang tertata rapi menghasilkan suatu panorama yang bernilai estetik. Hal tersebut didukung dengan hamparan perkebunan teh yang terbentang. Kondisi alam yang asri ini menjadi suatu good view pada lanskap Desa Pangalengan Gambar 15. Gambar 15 Kondisi good view hamparan lahan pertanian dan perkebunan teh Bad view merupakan kualitas visual yang kurang indah dipandang. Adapun bad view yang terdapat pada lanskap Desa Pangalengan yaitu sampah rumah tangga yang belum terkelola dengan baik serta penataan fasilitas umum desa yang kurang rapi. Contohnya kondisi jalan yang rusak, penempatan kios-kios pedagang kaki lima PKL, serta penataan pekarangan yang belum rapi. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 16. 28 Gambar 16 Kondisi bad view PKL yang belum tertata rapi serta kondisi jalan yang rusak Kondisi Biofisik Vegetasi dan Satwa Komoditas Rincian luas lahan yang digunakan untuk menanam beberapa komoditas tanaman pangan tertera pada Tabel 14. Pada tabel tersebut disajikan data bahwa, produksi yang dihasilkan dari masing-masing komoditas yang ditanam di wilayah Desa Pangalengan ini cukup baik dengan memanfaatkan potensi luas lahan yang ada. Tabel 14 Rincian luas tanaman pangan menurut komoditas di Desa Pangalengan Jenis komoditas Luas lahan Ha Produksi ton Jagung 32.48 506.49 Kacang merah 19.72 26.64 Cabe 513.52 10 484.37 Bawang daun 1.22 11.61 Tomat 37 851.00 Sawi 65 1 467.50 Kentang 1 634.96 34 661.09 Kubis 1 674.68 40 527.21 Buncis 94.50 169.91 Brokoli 3.64 49.69 Pakcoi 0.14 1.12 Wortel 56 15.68 Labu siam 46.89 1 650.53 Lobak 240.36 4 867.29 Total luasan lahan yang digunakan 6 372.39 Ha Sumber : Data Profil Desa Pangalengan 2013 Selain dibidang pertanian, Desa Pangalengan juga cukup baik dibidang peternakan. Hasil peternakan yang menjadi unggulan daerah ini adalah produksi susu sapi yang dapat mencapai 510 000 ltth. Adapun rincian jenis populasi ternak yang ada di Desa Pangalengan terdapat pada Tabel 15. 29 Tabel 15 Jumlah populasi ternak Desa Pangalengan Jenis ternak Jumlah pemilik orang Perkiraan jumlah populasi ekor Sapi 226 839 Kerbau 1 1 Ayam kampung 7 267 Ayam broiler 3 1 213 Kambing 2 41 Domba 22 234 Angsa 2 14 Kelinci 33 367 Jumlah total pemilik ternak 296 orang Sumber : Data Profil Desa Pangalengan 2013 Tabel 15 tersebut dapat menjelaskan lebih detil isi dari RPJMD 2010. Perda RPJMD 2010 menyebutkan bahwa komoditas ternak unggulan dari Kecamatan Pangalengan adalah sapi perah, domba, serta ayam boiler. Berdasarkan data yang tersedia, Desa Pangalengan memiliki komoditas peternakan yang cukup baik juga dapat memanfaatkan potensi komoditas peternakan lain seperti ayam kampung maupun kelinci. Kondisi Sosial Potensi sumber daya manusia yang ada di Desa Pangalengan dapat dikatakan berimbang, hal tersebut dilihat dari jumlah 10 869 orang laki-laki dan 10 688 orang perempuan. Jumlah kepala keluarga adalah 5 782 KK yang berimplikasi pada kepadatan penduduk yang mencapai 3.8 jiwakm yang tersebar di 24 wilayah rukun warga. Mata pencaharian dari masyarakat Pangalengan cukup beragam, namun sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pertolongan jasa, pengusaha menengah kecil, karyawan swasta serta buruh tani. Biasanya buruh tani memiliki pekerjaan yang tidak tetap sehingga mereka mencari penghasilan tambahan melalui pelayanan jasa seperti ojek, kuli bangunan, dan sebagainya. Dalam Tabel 16 berikut terdapat rincian jumlah orang yang bekerja berdasarkan mata pencaharianya. Tabel 16 Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Pangalengan Jenis pekerjaan Laki-laki orang Perempuan orang Petani 295 290 Buruh tani 454 446 Pegawai Negeri Sipil 158 155 Pengrajin industri rumah tangga 360 355 Peternak 221 - Montir 17 - Dokter swasta 1 - Perawat swasta - 4 TNI 6 - POLRI 8 - Pengusaha kecil dan menengah 543 524 Pensiunan PNSTNIPOLRI 175 45 Pengusaha besar 2 - 30 Tabel 16 Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Pangalengan lanjutan Jenis pekerjaan Laki-laki orang Perempuan orang Karyawan perusahaan swasta 491 419 Karyawan perusahaan pemerintah 62 52 Jasa 943 314 Jumlah total 3 736 2 604 Sumber : Data Profil Desa Pangalengan 2013 Hanya sekitar 29.41 penduduk yang memiliki mata pencaharian dari jumlah keseluruhan warga Pangalengan, sedangkan 70.59 lainnya adalah anak- anak, pensiunan, ibu rumah tangga dan pengangguran. Jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani serta buruh tani cukup banyak, sehingga membuat sebagian besar lahan di sini digunakan untuk pertanian. Kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan dibagi berdasarkan luas lahan yang dimiliki. Tabel 17 berikut menampilkan jumlah keluarga beserta kepemilikan lahannya. Tabel 17 Jumlah kepemilikan lahan Pemilikan lahan Jumlah keluarga Tidak memiliki 222 keluarga Memiliki kurang dari 1 Ha 500 keluarga Memiliki 1 – 5 Ha 91 keluarga Memiliki 5 – 10 Ha 4 keluarga Memiliki lebih dari 10 Ha Tidak ada Jumlah total keluarga petani 817 keluarga Sumber : Data Profil Desa Pangalengan 2013 Untuk menunjang kualitas hidup masyarakat, Pemerintah Desa Pangalengan membuat 10 jenis ruang lingkup. Dari kesepuluh jenis lingkup kegiatan tersebut beberapa diantaranya cukup berkesinambungan dengan program kawasan rumah pangan lestari. Jenis-jenis kegiatan tersebut adalah: 1. Penghayatan dan pengamalan Pancasila 2. Gotong royong 3. Pangan 4. Sandang 5. Perumahan dan tata laksana rumah tangga 6. Pendidikan dan keterampilan 7. Kesehatan 8. Pengembangan kehidupan berkoperasi 9. Kelestarian lingkungan hidup 10. Perencanaan sehat. Aspek Legal Rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Bandung Rencana pengembangan kawasan rumah pangan lestari di Pangalengan, Jawa Barat mengacu pada Peraturan Daerah No.03 tahun 2008 tentang RTRW dan Peraturan Menteri Pertanian. Desa Kecamatan Pangalengan termasuk dalam kawasan pertahanan keamanan. Sistem perkotaan di Kabupaten Bandung memiliki hirarki yang membagi kelas-kelas sesuai dengan potensi. Hirarki sistem kota yang dianalisis berdasarkan 31 Indeks Sentralitas dan tingkat aksesilbilitas dari setiap kecamatan. Pangalengan termasuk ke dalam Hirarki III yaitu Ciwidey-Pasirjambu, Pangalengan, Cangkuang, Ciparay, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Pembentukan atau pemekaran Kecamatan, Desa atau Kelurahan diatur dalam peraturan tersendiri. Wilayah Kabupaten Bandung dibagi dalam beberapa Wilayah Pengembangan, Pangalengan termasuk dalam WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung, dan Pangalengan. Fungsi utama dari WP Banjaran yaitu berfungsi sebagai kawasan industri non polutif, jasa dan perdagangan, permukiman, pertanian, dan pariwisata. Dalam hal pariwisata Kecamatan Pangalengan direncanakan untuk kawasan wisata alam dan agrowisata strawberi, teh dan tanaman sayuran [Pasal 79]. Kemudian dijelaskan pula dalam Pasal 74 bahwa Desa Pangalengan juga termasuk dalam rencana pengamanan kawasan pertahanan keamanan. Program Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian yang tertulis pada Pasal 105 menjelaskan bahwa Program pengembangan kawasan budidaya pertanian, meliputi : 1. Program pengembangan kawasan hutan, yaitu: a. Pengembangan budidaya hutan produksi yang berfungsi serta memiliki ekonomi tinggi dan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal; b. Pengembangan budidaya perkebunanbuah-buahan dengan partisipasi masyarakat, dan pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian pada hutan lindung; c. Pengembangan budidaya perkebunantanaman keras, dan pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian pada hutan rakyat tersebar hampir di seluruh kecamatan; 2. Program pengembangan kawasan pertanian, yaitu: a. Intensifikasi pertanian, perbaikan saluran dan bangunan irigasi lainnya, pengembangan pertanian organik dan teknologi budidaya yang berwawasan lingkungan, dan pengendalian konversi lahan; b. Peningkatan intensifikasi pertanian, pengembangan komoditas bernilai ekonomis, penganekaragaman budidaya tanaman tahunan, peningkatan produktivitas lahan dengan multikultur, pengembangan budidaya pertanian yang berfungsi konservasi pada kawasan lahan kritis; c. Pengembangan budidaya perkebunanbuah-buahan; d. Intensifikasi budidaya perikanan dan pemanfaatanpengelolaan situ-situ; e. Intensifikasi budidaya peternakan; f. Lokasi pengembangan dan pembangunan kawasan produksi peternakan dan perikanan serta pengolahan produksi peternakan dan perikanan. 3. Pengembangan Kawasan Wisata, meliputi : a. Pengembangan kawasan budaya dan museum, Pengembangan kawasan seni budaya dan, Pengembangan kawasan wisata budaya; b. Rencana Pengembangan Kawasan Kampung Wisata Gambung Kecamatan Pasirjambu dan Desa Wisata Jelekong Kecamatan Baleendah; c. Pengembangan perlindungan dan pemeliharaan kepurbakalaan; d. Pembangunan Kawasan Wisata Lingkungan pada kawasan agrowisata; e. Pengembangan wisata alam; f. Pengembangan kawasan olahraga terpadu dan wisata olah raga. 32 Program pengembangan kawasan budidaya pertanian yang direncanakan di Pangalengan terdapat pada poin 1, 2, 3a dan 3c. Pasal 106 memberikan perincian mengenai program pengembangan kecamatan berdasarkan fungsi wilayah pengembangan, dimana pengembangan yang direncanakan Pangalengan berupa penataan sarana dan prasarana perkotaan, pengembangan permukiman, serta pengembangan ekowisata, agropolitan, agroforestri, peternakan sapi perah dan kegiatan ikutannya. Gambar 17 Peta Pola Ruang Kabupaten Bandung Berdasarkan Peta Pola Ruang Kabupaten Bandung, Kecamatan Pangalengan termasuk dalam kawasan budidaya Pertanian dan berfungsi lindung Gambar 17. Selain itu terdapat pula daya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata terpadu terutama dibidang pertanian. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa dalam pengembangan kawasan rumah pangan lestari di Desa Pangalengan sesuai dengan RTRW. Peraturan Menteri Pertanian Kementeri Pertanian membuat program yang tercantum pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61PermentanOT.140102010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Program tersebut mencakup 4empat kegiatan, yaitu: 1 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; 2 Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; 3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; dan 4 Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Kegiatan kesatu sampai ketiga merupakan kegiatan prioritas nasional yang ditujukan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan masyarakat yang membutuhkan partisipasi dan peran serta instansi terkait sesuai dengan 33 masing-masing kegiatan yang dilaksanakan, serta melalui kerjasama dengan stakeholderspemangku kepentingan di pusat dan daerah. Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 merupakan lanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya, dengan program-program aksinya sebagai berikut : 1. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, diarahkan pada Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP yang meliputi: a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL dan Promosi; b. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal; serta c. Promosi dan Sosialisasi P2KP. 2. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, yaitu : a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat LDPM; dan b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. 3. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan yaitu: Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan, Pengembangan Desa Mandiri Pangan, dan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG. Analisis Analisis topografi dan tanah Analisis ini bertujuan untuk mengindentifikasi keamanan lokasi kawasan rumah pangan lestari dari hazard yang dapat terjadi. Analisis spasial yang dilakukan menggunakan teknik overlay dengan pemberian skor berdasarkan standar kesesuaian dan kriteria. Standar kesesuaian yang digunakan mengacu pada Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007. Hal tersebut dikarenakan pengkatagorian kriterianya yang sederhana. Standar kesesuaiannya dibagi menjadi tiga kriteria yakni sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Untuk memudahkan pada tahap overlay dalam proses analisis ini digunakan skoring. Skor 1 untuk tidak sesuai, skor 2 untuk cukup sesuai, dan skor 3 untuk sesuai. Perincian kesesuaian tersebut disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 18. Tabel 18 Kriteria kemiringan lahan untuk KRPL Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor Datar dan Landai Sesuai 3 Agak curam Cukup sesuai 2 curam dan terjal Tidak sesuai 1 Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 Analisis tata guna lahan Dalam menentukan kesesuaian tata guna lahan dilakukan identifikasi kondisi eksisting penggunaan lahan dan Rencana Pola Ruang Kecamatan Pangalengan. Tabel 19 berikut menunjukkan luasan dan persentasi penggunaan lahan di Desa Pangalengan. Berdasarkan tabel tersebut kemudian dibuat kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan rumah pangan lestari Tabel 20. 34 Tabel 19 Luas penutupan lahan di Desa Pangalengan Penggunaan lahan Luasan Ha Persentasi Luasan Permukiman, Perkantoran Bangunan Umum 100.76 17.079 Lahan pertanian 203.86 34.556 Lahan perkebunan 258.39 43.800 Hutan 26.93 4.565 Sumber : Data bakorsultanal, olahan Tabel 20 Kesesuaian penggunaan lahan untuk KRPL di Desa Pangalengan Aspek Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor Penggunaan lahan Permukiman, perkantoran, bangunan umum Sesuai 3 Lahan pertanian Cukup sesuai 2 Lahan perkebunan, hutan Tidak sesuai 1 Sumber: Kementrian Pertanian 2013 Menurut Rukmana 2008, karakteristik lahan pekarangan yang ditandai dengan beberapa indikator penting yaitu, letaknya dekat dengan rumah dan hasil produksi vegetasinya digunakan untuk keperluan sehari-hari. Berdasarkan pernyataan tersebut, permukiman, perkantoran dan sekolah termasuk ke dalam lahan yang sesuai untuk KRPL. Lahan pertanian termasuk kategori cukup sesuai karena dapat digunakan untuk fasilitas penunjang seperti Kebun Bibit Desa, sedangkan untuk lahan perkebunan dan hutan tidak sesuai karena lahan tersebut digunakan untuk area konservasi Gambar 19. Analisis iklim Analisis iklim bertujuan untuk mengukur produktifitas pertanian dan mengukur kenyamanan kawasan rumah pangan lestari. Hal itu terkait dengan kenyamanan penduduk yang tinggal di sana dan kondisi yang cocok untuk pertanian. Data yang didapatkan kemudian dihitung menggunakan rumus berikut, Keterangan : THI = Thermal Humidity Index T = Suhu udara o C RH = Kelembaban nisbi udara . Berdasarkan hasil perhitungan rumus tersebut, didapatkan hasil THI sebesar 24.07 yang berarti nyaman untuk beraktivitas. Suhu udara yang relatif rendah sangat cocok untuk pertanian terutama untuk komoditas sayuran. Kelembapan berkisar antara 72-88 menunjukkan nilai yang cukup tinggi, artinya bahwa lokasi berada di daerah dataran tinggi. Kemudian rata-rata curah hujan yang mencapai 292.8 mmbulan dapat memberikan persediaan air yang cukup. Namun, dengan curah hujan yang tinggi ini juga dapat menyebabkan erosi sehingga dibutuhkan perlindungan terutama di daerah-daerah yang curam. THI = 0.8 T+RH X T500 35 36 37 Analisis visual Menurut Simonds 1983, visual menjadi salah satu aspek penting dalam menentukan rencana yang akan dibuat pada suatu lanskap. Hal ini dapat membuat view dan lanskap tersebut saling berkesinambungan serta saling menguntungkan satu sama lain. Jika view dan lanskapnya saling berkesinambungan maka akan menghasilkan kondisi visual yang sangat indah. Secara umum, Pangalengan memiliki kualitas visual alami yang baik, hanya saja kondisi jalan yang rusak, pengelolaan sampah rumah tangga yang kurang baik, serta penempatan kios-kios PKL dan penataan pekarangan yang belum rapi, mengurangi kualitas visualnya. Dengan demikian perlu adanya penataan yang lebih baik untuk memberbaiki kualitas visual Desa Pangalengan secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan spot khusus untuk kios-kios PKL, perbaikan pada jalan-jalan umum, penataan pekarangan, serta perbaikan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pada Gambar 20 terdapat dua poin yang menunjukkan arah good view dan dua poin yang menunjukkan arah bad view. Untuk merencanakan kawasan yang memiliki kualitas visual yang baik, perlu adanya penataan pada beberapa bagian yang kurang rapi serta pemeliharaan pada lokasi yang sudah tertata dengan baik. Pada poin 1 dan 4 dapat dilihat bahwa kondisi alam seperti lahan pertanian dan perkebunan teh menjadi good view, sehingga perlu dipertahankan keberadaannya. Hal tersebut dapat menjadi nilai tambah untuk Desa Pangalengan terutama dalam aspek kualitas visual. Selanjutnya, poin 2 dan 3 pada Gambar 20 menunjukkan pemandangan yang kurang menarik. Keberadaan jalan raya yang memiliki posisi lebih tinggi daripada pemukiman warga, menyebabkan kondisi permukiman yang ada dibawahnya terlihat dengan jelas. Hal ini menjadi bad view karena permukiman tersebut kurang tertata dengan baik, serta tidak adanya buffer yang dapat menutupinya. Dengan demikian, diperlukan penataan tepian jalan dengan menambah beberapa vegetasi estetik dan juga perlu adanya penataan permukiman terutama pada pekarangannya. Analisis vegetasi dan satwa komoditas Analisis vegetasi dan satwa bertujuan untuk mendapatkan jenis vegetasi dan satwa yang dapat dijadikan referensi dalam perencanaan. Berdasarkan hasil survei lapang banyak ditemukan komoditas hortikultura seperti jagung Zea mays, kacang merah Phaseolus vulgaris, cabe Capsicum annuum, tomat Lycopersicum esculantrum, bawang daun Allium fistulosum, sawi Brassica sp., kentang Solanum tuberosum, kubis Brassica oleracea L., buncis Phaseolus vulgaris, brokoli Brassica oleracea, pakcoi Brassica rapa L., wortel Daucus carota, labu siam Sechium edule, dan lobak Raphanus sativus. Adapun komoditas unggul di antaranya kentang, lobak, kubis, dan cabe. Pada pekarangan sedang hingga luas terdapat tanaman buah seperti jambu batu Psidium guajava, jambu air Eugenia aquea, jeruk nipis Citrus aurantifolia, pisang Musa paradisiaca, nangka Artocarpus heterophylus dan alpukat Persea americana. Biasanya buah hasil panen tanaman pekarangan ini tidak dipasarkan atau hanya di konsumsi oleh pemilik dan tetangga disekitarnya. Berbeda dengan buah-buahan, hasil panen komoditas hortikultura dipasarkan hingga ke daerah lain. 38 39 Komoditas hortikultura dapat dirotasi setiap kali panen untuk menjaga kesuburan tanah sekaligus mencegah hama dan penyakit yang datang. Namun untuk tanaman buah yang ada di pekarangan tidak dilakukan rotasi, hanya dilakukan pemeliharaan seperti pemberian pupuk dan pemangkasan ranting. Hal seperti ini dapat menjadi acuan untuk penanaman komoditas di pekarangan warga untuk memperkaya pangan yang dikonsumsi. Tidak hanya komoditas tanaman saja, di Desa Pangalengan juga terdapat komoditas ternak seperti sapi perah, kelinci, kambing, ayam dan ikan. Komoditas tersebut dapat melengkapi kebutuhan gizi serta menambah pendapatan masyarakat. Namun, beberapa peternak mulai kekurangan sumber daya manusia untuk mengurus hewan ternaknya. Sehingga diperlukan sumberdaya manusia yang terampil untuk memelihara dan menangani ternak-ternak tersebut. Analisis Sosial Analisis sosial bertujuan untuk mengidentifikasi interaksi warga yang akan menjadi pelaku pada kawasan rumah pangan lestari. Berdasarkan hasil survei, buruh tani dan pengusaha kecil menengah mendominasi mata pencaharian warga. Sebagian besar buruh tani memiliki pekerjaan tidak tetap jika sedang tidak menggarap lahan. Dengan begitu penghasilan yang didapatkan untuk kebutuhan sehari-hari pun tidak tercukupi sepenuhnya. Luas pekarangan yang dimiliki warga pun beragam. Kondisi rumah yang saling berhimpit menyebabkan pekarangan menjadi sempit. Beberapa rumah memiliki pekarangan yang cukup luas hingga dapat ditanami oleh komoditas pertanian yang cukup beragam, bahkan dapat digunakan untuk memelihara hewan ternak Gambar 21. Penyelenggaraan KRPL membutuhkan partisipasi warga untuk melakukan pembentukan kelompok, pelatihan, perencanaan pelaksanaan kegiatan, pembuatan dan pengelolaan kebun bibit, serta penataan lingkungan kawasan. Hal tersebut dapat didukung dengan kondisi sosial warga yang ramah, mudah menerima dan mau bergotong royong. Selain itu di desa ini juga terdapat Koperasi Peternakan Bandung Selatan KPBS, yang mengelola produksi sapi perah. Dengan demikian Desa Pangalengan akan lebih mudah untuk mencapai pola pangan harapan. Analisis Aspek Legal Analisis aspek legal bertujuan untuk mengarahkan perencanaan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Daerah No.03 tentang RTRW Kabupaten Bandung, Wilayah Pangalengan diperuntukkan bidang pertanian, wisata, dan pertahanan. Hal tersebut sejalan dengan keputusan Mentri Pertanian yang menyebutkan bahwa pekarangan dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Nilai-nilai dari KRPL juga berkesinambungan dengan 10 jenis ruang lingkup Desa Pangalengan. KRPL dapat menumbuhkan rasa gotong royong, peduli terhadap lingkungan, mampu meningkatkan kesejahteraan, dan sebagainya. Jika KRPL berjalan dengan baik maka 10 jenis ruang lingkup Desa Pangalengan pun dapat terpenuhi. 40 a b c Gambar 21 Contoh pekarangan a sempit, b sedang, c luas Tabel 21 Hasil analisis dan sintesis perencanaan lanskap percontohan KRPL No Aspek lanskap Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan potensi Pemecahan kendala Aspek Fisik 1 Lokasi dan aksesbilitas Dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dan letaknya cukup strategis di Kecamatan Pangalengan. Masih terdapat jalan yang rusak dan kecil sehingga membuat pengendara kesulitan melaluinya. Lokasi dapat dioptimalkan melalui pengembangan kawasan rumah pangan lestari. Perbaikan dan pelebaran jalan sangat diperlukan untuk mempermudah akses dan distribusi bibit hasil panen. 41 Tabel 21 Hasil analisis dan sintesis perencanaan lanskap percontohan KRPL lanjutan No Aspek lanskap Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan potensi Pemecahan kendala Aspek Fisik 2 Fasilitas dan utilitas Sudah terdapat jaringan listrik PLN, distribusi air PDAM, jaringan tele- komunikasi telpon dan internet, tempat ibadah, dan sekolah. Fasilitas pendukung KRPL belum tersedia. Kebutuhan listrik dan air sudah terpenuhi, jaringan telekomunika- si dapat dimanfaatkan untuk publikasi, sekolah dan tempat ibadah dapat menjadi media untuk pembelajaran siswa tentang KRPL. Fasilitas pendukung untuk KRPL perlu dibangun untuk menunjang kelestariannya. 3 Tanah Jenis tanah andisol memiliki kesuburan yang tinggi, cocok untuk pertanian. Beberapa pekarangan ditutupi betonsemen. Tanah andisol dapat dijadikan media tanam yang baik. Melakukan penanaman vertikultur dan tabulampot. 4 Topografi dan kemiringan lereng Kondisi topografi cukup bervariasi, dari dataran hingga perbukitan, persentasi topografi curam dan sangat curam tidak mencapai 50. Pada beberapa titik dapat menimbul- kan bahaya longsor dan erosi ketika musim hujan karena bentukan topografinya. Pemanfaatan kondisi topografi yang sesuai dapat digunakan untuk penerapan KRPL. Tidak menempatkan perencanaan KRPL pada titik bahaya dan merencanakan penanaman vegetasi untuk mencegahan longsor dan erosi. 5 Hidrologi Persediaan air cukup karena dilewati oleh sungai Cisurili dan Cibeureum, serta sudah mendapatkan fasilitas air bersih PDAM. Air sungai tercemar sampah rumah tangga. Memanfaatkan air sungai untuk irigasi. Mengurangi pencemaran air sungai dan membuat bak penampungan air hujan untuk cadangan irigasi. 42 Tabel 21 Hasil analisis dan sintesis perencanaan lanskap percontohan KRPL lanjutan No Aspek lanskap Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan potensi Pemecahan kendala Aspek Fisik

6. Iklim