Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl) Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (Ygpl) Di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi

(1)

PONDOK PEKAYON INDAH-PEKAYON JAYA BEKASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Nurmila Afrilianida NIM: 1112054100026

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKSI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

1112054100026

Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi

Indonesia memasuki masa dimana kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan pangan. Terutama pada masyarakat perkotaan dimana lahan pertanian telah beralih fungsi menjadi bangunan dan pemukiman padat. Melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) menjadi salah satu cara menyikapi keterbatasan lahan pertanian dengan konsep urban farming, masyarakat perkotaanpun dapat menjadi petani kota seperti Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni dengan memanfaatkan lahan sempit atau pekarangan kosong disekitar rumah yang kebanyakan dibiarkan dan tidak terawat, dapat diubah menjadi lahan produktif yang dapat menghemat anggaran belanja rumah tangga dengan cara menanami lahan sempit tersebut. Seperti yang telah disampaikan diatas penelitian ini dapat memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni pada peningkatan kualitas hidup dalam memanfaatkan lahan sempit serta melakukan penghijauan lingkungan. Penelitian ini diharapkan masyarakat tidak hanya dapat memanfanfaatkan lahan untuk tumbuhan saja, namun masyarakat dapat menggunakan hasil tanaman tersebut untuk di konsumsi sendiri atau bahkan dapat dibagikan kepada orang sekitar serta menghemat uang belanja.

Penelitian ini merumuskan satu permasalahan yaitu: Bagaimana evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam upaya pemberdayaan masarakat yang dilakukan oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil temuan yang peneliti dapatkan diketahui bahwa program Kawasan Rumah Pangan Lestari memberikan dampak positif dari tiga aspek: yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek ekologi. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi KWT Harmoni yaitu belum terbentuknya kelembagaan program yang handal, pembinaan yang dilakukan masih lemah, ancaman kejenuhan anggota untuk memaksimalkan pemanfaatan, lahan pengolahan bibit dan hasil panen tanaman yang belum berorientasi ke pasar.


(6)

ii

Bismillahirohmanirahim

Segala puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan keberkahan nikmat, baik nikmat iman, nikmat islam dan nikmat ihsan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) di Perumahan Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi” Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan besar baginda Rasulullah Muhamad SAW. Karna berkat beliaulah kita mendapatkan sosok suritauladan terbaik bagi umat manusia dalam bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

Dalam penyusunan lembar demi lembar penyelesian skripsi ini, peneliti menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil jerih payah dan upaya peneliti sendiri, melainkan berkat kontribusi dari pihak-pihak lain yang tak ternilai dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini, dengan hormat dan rasa terimakasih mendalam perkenankan lah peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D selaku wakil dekan bidang akademik, Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku wakil dekan bidang administrasi umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku wakil dekan bidang kemahasiswaan dan kerjasama.


(7)

iii

UIN Syarif Hidayatullah atas arahannya. Kepada segenap dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada peneliti, semoga ilmu dan pengalaman dapat bermanfaat bagi peneliti untuk sekarang dan masa yang akan datang.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan saran yang mendorong motivasi untuk peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Yang paling tersayang dan tercinta yaitu kedua orang tua peneliti, Ayahanda

H. Komaruddin, SmHk dan Ibunda Hj. Laela Hasni, S.Pd.I yang tak pernah

berhenti mendo’akan terbaik, pemberi semangat yang selalu menyentuh hati,

pendengar keluh kesah dan sumber kekuatan batin.

5. Kepada Ibu Ir. Lala Gozali selaku Pembina di Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon, Ibu Rustinah Hasan selaku ketua, Ibu Nurul Sukowinoto selaku koordinasi program KRPL dan seluruh pengurus dari YGPL Pekayon yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu dan pengalaman untuk penelitian skripsi.

6. Kakak-kakak terhebat peneliti Ratna Komalasari dan Ahsin Mabruri, SE yang telah meluangkan waktunya untuk menemani dan menyuntikan motivasi pada peneliti. Shakilla Ardilla Adwa keponakan yang lucunan menggemaskan, penghibur peneliti dengan tingkah jenakanya disela-sela pembuatan skripsi. 7. Teman terdekat peneliti Aisyah Rahma Utami S.Sos, Dyah Ayu Wl S.Sos,

Annisa Elfa Arianty, Tria Anjarwati S.Sos, Eka Puji Septiani, Saila Army, Ira Rahmawati S.Sos, Khusnul Fadila dan Sayidah Nafisah para pejuang skripsi


(8)

iv

8. Sandi Ramadhan lelaki yang tak bosan menjadi pendengar keluhan peneliti, penghibur dikala suntuk dan pemberi semangat 45 dalam membantu menyelesaikan skripsi.

9. Sahabatku tersayang yang sedang mengejar gelar sarjananya Larastyan Yang Bogaan Muhamad, Irma Maulida, Yulia Sarah Putrid dan Tifani Annis terimakasih atas kehadiran kalian dikehidupan peneliti.

10.Putri Utami, Nursetianingsih, Enny Susilowati dan Fivi Fariha teman seperjuangan skripsi sekaligus keluarga kedua bagi peneliti selama 4 tahun di kosan mamah penguin. Canda tawa, dukungan kalian sangat berperan bagi peneliti.

11.Teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2012 yang telah memberikan motivasi pada peneliti.

12.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...

LEMBAR PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABLE ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Sistematika Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Evaluasi ... 17

1. Pengertian Evaluasi Program ... 17

2. Pengertian Evaluasi Dampak Program... 19

3. Model Evaluasi... 21

4. Indikator Evaluasi Dampak Program ... 22

5. Tujuan Evaluasi ... 22

B. Pemberdayaan Masyarakat... 24

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 24

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 27

C. Pertanian Kota (Urban Farming) ... 28

1. Sejarah Urban Farming ... 28

2. Pengertian Urban Farming ... 29


(10)

vi

A. Sejarah Berdirinya ... 34

B. Visi dan Misi ... 37

C. Identitas Yayasan ... 37

D. Struktur Organisasi ... 38

E. Tujuan dan Sasaran ... 39

F. Sarana dan Prasarana... 40

G. Program Kegiatan... 40

H. Peristiwa dan Kegiatan ... 52

I. Pembiayaan Operasional ... 54

J. Mitra Kerja ... 54

K. Gambaran Umum tentang Perumahan Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya ... 56

1. Letak Geografis dan Komposisi Penduduk ... 56

2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan ... 61

3. Kondisi sosial keagamaan ... 63

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS ... 65

A. Evaluasi Dampak (Impact) ... 66

1. Dampak Positif ... 66

2. Dampak Negatif ... 91

3. Hasil Jangka Panjang dari Program Kawasan Rumah pangan Lestari ... 93

BAB V PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN ...


(11)

vii

Tabel 1 Purposive sampling tentang jumlah informan penelitian ... 11

Tabel 2 Laporan mutasi penduduk bedasarkan lahir, mati, datang, dan pindah Kelurahan Pekayon Jaya ... 60

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut Mata pencaharian... 61

Tabel 4 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ... 62

Tabel 5 Jumlah kependudukan bedasarkan umur ... 63

Tabel 6 Jumlah penduduk menurut Agama ... 64

Tabel 7 Tabel pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian ... 98


(12)

viii

Gambar 1 Kegiatan Eco-Campus di Universitas Bhayangkara ... 43

Gambar 2 Denah Kompleks Perumahan Pondok Pekayon Indah ... 58

Gambar 3 Peta Perumahan Pondok Pekayon Indah ... 58

Gambar 4 Pameran Agrinex Expo 2014 ... 73

Gambar 5 Budidaya tanaman slada ... 73

Gambar 6 Budidaya dengan paralon ... 73

Gambar 7 Teknik vertikal ... 73

Gambar 8 Budidaya sayuran dan bibit bayam di rumah Ibu Wuri ... 80

Gambar 9 Panen sawi dan bibit sawi umur 2 minggu di rumah Ibu Lala ... 80

Gambar 10 Proses pembuatan kompos kawasan di Rumah Kompos ... 85

Gambar 11 Manfaat mendaur ulang sampah organik (RECYCLE) ... 86

Gambar 12 Kebersihan dan keindahan lingkungan di Pondok Pekayon Indah RW 11 Pekayon Jaya ... 89


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris yang kaya akan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan karena kondisi iklim serta letak geografis yang sangat menunjang. Semua ada di Indonesia, lahan subur untuk pertanian dan perkebunan. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman hias, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, tanaman penghasil rempah-rempah yang disebut tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia.1

Semua mahakarya luar biasa ini adalah kekuasaan Allah SWT yang sudah disediakan oleh-Nya untuk keberlangsungan hidup semua makhluk ciptaan-Nya. Maka, Allah melarang siapapun untuk berbuat kerusakan dalam segala bidang. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Quran Surah al-A’raf ayat 56:

ّ تĚحر َěإ ًاعĚطģ ًافĤخ ğĤعداģ اĢحاصإ دعب ضرأا يف اģدسفت اģ Ĝِم مبيرق

)ĜيĞسحĚلا 65

)

“Dan janganlah kamu membuat kerusakandi muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya

1 Zulkarnain, “


(14)

rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)2 Dalam kehidupannya manusia memiliki beberapa kebutuhan pokok antara lain: 1) pangan untuk energi, nutirisi dan mineral, 2) papan dan 3) sandang.3 Terlebih pada zaman sekarang dalam pemenuhan gizi dan memiliki pangan yang cukup untuk mempertahankan kehidupan masyarakat yang sehat dan produktif. Tak heran jika semakin banyak orang berusaha hidup dengan prinsip back to nature. Masyarakat mulai memperhatikan dengan apa dan dari mana bahan pangan yang mereka konsumsi. Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, hiruk-pikuk kehidupan dan mobilitas yang tinggi melahirkan ketergantungan terhadap pembagian fungsi sosial.4

Namun saat ini Indonesia memasuki masa dimana permintaan akan kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan pangan. Tidak hanya pangan, kebutuhan lainnyapun dibawah kecukupan.5 Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010 diperkirakan akan mencapai 1,3%, 2011-2015 sebesar 1,18% dan 2025-2030 sebesar 0,83%.6 Hal ini sudah terjadi diperkotaan lalu menyebabkan lahan pertanian beralih fungsi menjadi bangunan dan pemukiman padat untuk mendukung kehidupan masyarakat.

2

http://www.catatansenja.com/2015/10/arti-dan-makna-quran-surat-al-araf-ayat.html oleh Mushanif Ramdany artikel diakses pada Senin, 23 Mei 2016 pada pukul 16.33

3 Tati Nurmala, dkk, “Pengantar Ilmu Pertanian”

, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet-1, h. 8.

4 Benny Sanusi, “Sukses bertanam sayuran di lahan sempit”,

(Jakarta: Argo Media Pustaka, 2011), cet-3, h. 2.

5

Sumeru Ashari, “Hortikultura Aspek Budidaya”, ( Jakarta: UI-Press, 1995), Edisi revisi cet-1, h. 3.

6 Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan”

, (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 85.


(15)

Dan hal ini mengharuskan lingkungan perkotaan menyiapkan ruang dan berbagai fungsi sosial lainnya. Sementara, semua fasilitas sangat membutuhkan lahan yang akhirnya akan terus mendesak eksistensi lahan pertanian subur disekitarnya.7 Dengan kondisi pertanian saat ini, ketahanan pangan mungkin sulit untuk dicapai. Pertanian harus berubah seiring dengan kemajuan teknologi untuk masa depan yang lebih baik. Melalui Urban Farming (berkebun di kota) dapat menjadi salah satu cara potensi dalam menyikapi terbatasnya lahan di perkotaan besar.8 Dengan memanfaatkan lahan sempit atau pekarangan kosong disekitar rumah yang kebanyakan dibiarkan dan tidak terawat, dapat diubah menjadi lahan produktif yang dapat menghasilkan income dengan cara menanami lahan sempit tersebut.

Dalam penjelasan skripsi Siti Fatimatu Zahro menyatakan komitmen kementrian pertanian 2011 untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman untuk masa depan dengan budaya menanam di pekarangan. Dengan itu, agar mampu menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan, maka perlu dilakukan pembaruan rancangan pemanfaatan pekarangan dengan memperhatikan berbagai program yang telah berjalan seperti Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Pemerintah melakukan perpaduan program tersebut agar manfaatnya dapat dirasakan secara langsung

7

Lilies Sutarminingsih, “Vertikultur Pola Bertanam secara Vertikal”, (Yogyakarta: Kasinus Anggota IKAPI, 2003),h. 13.

8 Tim Peneliti Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”

, (Jakarta : Agriflo Penebar Swadaya Grup, 2016), h. 35.


(16)

oleh masyarakat, maka terciptalah Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).9

Kementerian Pertanian bersama Badan Litbang Pertanian di Indonesia, melaksanakan suatu program percontohan (model) dan wahana pembelajaran bagi kelompok masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Langkah yang dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui rintisan awal yang dinamakan Model KRPL (M-KRPL) kemudian secara kreatif dan kritis dikembangkan menjadi konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).10 RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan lahan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan berskala rumah tangga yang berkualitas dan beragam serta untuk pemenuhan kebutuhan harian masyarakat .11 Selain itu program ini juga bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat terutama kaum ibu rumah tangga yang dapat membantu menambah pendapatan rumah tangga.

Program ini adalah solusi kaum perempuan untuk ikut memikirkan pembangunan pertanian di Indonesia termasuk kaum ibu-ibu tani di perkotaan. Peran ini akan menciptakan keuntungan ganda karena disatu sisi kaum perempuan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan ikut membantu meringankan beban keluarganya serta menambahkan pendapatan

9 Siti Fatimatus Zahro “

Kontribusi Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam Mendukung Kesejahteraan Masyarakat: Studi kasus Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajement, Institut Pertanian Bogor, 2012), h. 5.

10

http://jakarta.litbang.pertanian.go.id Artikel diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pada pukul 08:38 wib.

11

http://www.ygplpekayon.comArtikel diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pada pukul 08:04 wib.


(17)

keluarga sedangkan disisi lain ikut membangun pembangunan pertanian di daerahnya.12

Karena Perempuan secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usaha yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.Wiryono (1994) menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah pendukung akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap struktur sosial dalam keluarga.13

Salah satu kawasan yang mengembangkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) secara swadaya ada di Kawasan Perumahan Pondok Pekayon Indah (PPI)-Pekayon Jaya. Sebagian besar masyarakatnya belum melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian. KRPL di PPI ini menjadi salah satu unit pengembangan di bawah Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon. Salah satu tujuan didirikan KRPL adalah memberikan informasi mengenai kontribusi pengembangan KRPL dalam mendukung kesejahteraan masyarakat sehingga mampu mewujudkan kemandirian masyarakat. Tujuan lain dari KRPL ini adalah mendukung pemenuhan kebutuhan rumah tangga, membuat konsumsi pangan warga lebih beragam sehingga asupan gizi berimbang dan mengestimasi biaya pengeluaran kebutuhan makan harian antara Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan.

12

Roza Yulida, “ Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan terhadap Ekonomi Rumah

Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan”, Vol 3, No. 2 (Riau: Indonesian Journal Of Argicultular Economics (IJAE), Jurusan Agribisnis Faperta Universitas Riau, Pekanbaru. Desember 2012), h. 136.

13

Novi Puspitasari, Heien Puspitawati, Tin herawati, “Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Permpuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura”,Vol. 6, No. 1 (Bogor:

Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Januari 2013), h. 11. Artikel diakses pada 30 maret 2016 dari http://journal.ipb.ac.id


(18)

Keberadaan program KRPL ini sudah berjalan sejak April 2013 lokasi di RT004 RW 11, melalui bentukan pembinaan dari BPTP Jawa Barat beberapa tahun lalu, namun pembinaan ini sudah tidak berjalan karena pendanaan untuk program telah diberhentikan oleh pemerintah dan pada tahun 2015 selanjutnya mendapatkan perhatian dari Dinas Perekonomian Rakyat (DISPERA) hanya penyuluhan dan bantuan bibit saja. Mayoritas anggota KRPL adalah kaum Ibu-ibu, para anggota atau biasa disebut Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni yang mengikuti program ini merasakan dan mendapatkan hasil yang nyata dan tidak nyata. Dengan beradanya program KRPL ini, menjadi suatu upaya memberdayakan masyarakat di 16 RT dari RW 8-RW11 Pondok Pekayon Indah. Melalui programnya menanami lahan dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran organik, tanaman buah, TOGA dengan mencoba menggunakan pupuk dan semprotan hama dari pestisida yang mereka buat sendiri secara organik agar tercipta area pertanaman sehat. Karena seberapapun lahan pekarangan yang ada, dapat menghasilkan pangan dari rumah dengan berbagai teknik.

Mayoritas orang masih berpikir bahwa pertanian salah satu kegiatan di daerah pedesaan saja. Namun nyatanya, terdapat pula kegiatan pertanian yang dikembangkan di perkotaan seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni di YGPL. Menarik untuk diteliti karena keterbatasan lahan di daerah perkotaan tidak membuat masyarakat kota hanya menunggu hasil panen dari pedesaan. Berbeda dengan masyarakat kota lainnya, KWT harmoni ini menggunakan lahan sempit dan lahan pekarang rumah untuk menjadi sarana pertaniannya. Pada penerapan programnya terdapat pencapaian dan


(19)

penurunan yang dirasakan oleh KWT Harmoni. Melalui program tersebut berbagai manfaat dan hambatan pun telah dirasakan oleh mereka. Bedasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut dengan judul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, agar tidak terjadi perluasan permasalahan, peneliti memfokuskan pembatasan pada evaluasi dampak dari program KRPL pada upaya pemberdayaan masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalah yang dibahas adalah: Bagaimana evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam upaya pemberdayaan masarakat yang dilakukan oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh


(20)

Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi wacana baru yang bermanfaat pada dampak program Kawasan Rumah Pangan Lestari untuk memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan lahan pekarangan di rumah maupun lingkungan sekitar.

2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga dalam mengevaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari untuk memberdayakan masyarakatnya.

b. Manfaat Akademis

1) Sebagai bahan referensi bagi para pembaca jika berkaitan dengan evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam memberdayakan masyarakat.

2) Dapat memperkaya pengalaman peneliti sekaligus menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah.

3) Menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian jurusan khususnya dalam bidang Kesejahteraan Sosial.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan


(21)

berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Penelitian kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui inetraksinya dengan situasi sosial mereka.14 Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor metodelogi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang orang yang diamati.15

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pada penelitian deskriptif, data yang disajikan berupa kata-kata, laporan pandangan terperinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah. Data yang diperoleh berasal dari hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.16

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti mengambil tempat penelitian di Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya

14

Imam Gunawan,“Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 81- 83.

15 Lexy J.Maleong, “Metodelogi Penelitian Kualitatif”,

(Bandung: Rosyda Karya. 2004) Cet ke-13, h. 157.

16


(22)

Bekasi. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan April 2016 sampai dengan bulan September 2016.

4. Sumber Data

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Pertama memperoleh data dari pengurus RW/RT di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi. Kemudian data selanjutnya diperoleh dari pengurus YGPL serta Penanggung jawab program KPRL dan anggotanya terlibat dalam kegiatan KRPL.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya, data-data ini diperoleh dari berbagai tulisan atau informasi lainnya yang sudah ada sebelumnya.

5. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan bertujuan untuk memberi batasan subjek penelitian. Pembatasan ini untuk mempermudah peneliti sehingga tidak perlu menjadikan semua populasi sebagai informan. Informan adalah orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. Cara memperoleh pemilihan informan penelitian dapat dilakukan dengan melalui Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya.17

17

Muhamad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaitf,


(23)

Tabel 1 Purposive sampling

No Informan Informasi Jumlah

1.

2.

3.

4.

Pengurus PPI (RW atau RT)

Pengurus/ Pembina YGPL Pengurus Program KRPL Anggota Program KRPL

Untuk mengetahui gambaran, profil dari Perumahan Pondok Pekayon Indah RW/ RT yang berpartisipasi program YGPL .

Mengetahui gambaran, latar belakang terbentuknya organisasi, profil, kegiatan yang terdapat di YGPL. Mengetahui proses program KRPL yang dilakukan para anggota.

Untuk mengetahui dampak dari program KRPL.

1 orang

1 orang

1 orang

4 orang

Total Jumlah Informan 7 Orang

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data melalui:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Untuk memperoleh data dan menyempurnakannya peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi,


(24)

mendengarkan apa yang dikatakannya, mempertanyakan informasi yang menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.18

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari wawancara dapat menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi bedasarkan pertistiwa-peristiwa intreaksional yang khusus.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Dokumen juga sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber noninsani.19

7. Model Evaluasi

Dalam penelitian ini model evaluasi yang digunakan adalah Model Evaluasi sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang digunakan adalah dampak atau pengaruh (Impact) dari upaya pemberdayaan masyarakat

18 Muhamad Idrus, “

Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaitf,

h. 101.

19


(25)

melalui program KRPL yang dilakukan YGPL di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi.20

8. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan untuk memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.21

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan model evaluasi dampak. Ada 3 langkah untuk menganalisis langkah tersebut yaitu:22

a. Reduksi data yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan pada dampak program KRPL dalam upaya pemberdayaan masyarakat oleh YGPL di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.

b. Penyajian data setelah data mengenai dampak program KRPL dalam upaya pemberdayaan masyarakat oleh YGPL Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya. Maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual, gambar, table dan lain sebagainnya.

c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.

20

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,

“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik)”, Edisi Revisi, (Bandung: ALFABETA cv, 2013), h. 288.

21

Ibid., h. 210.

22 Lexy. J Moleong, ”Metodologi Penelitian Kualitatif”

, (Bandung: PT Rosdakarya, 2000), cet-ke 13, h. 103.


(26)

9. Teknik Keabsahan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam menggunakan keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi bertujuan mencari kebenaran, tetapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.23

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui jelas penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa tinjauan pustaka dalam penelitian skripsi ini yaitu:

1. Judul skripsi “Evaluasi Program baitulmaal watamwil ar-ridho dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan di Kelurahan Pisangan

Kecamatan Ciputat Timur” ditulis oleh Fanny Nur Octaviana, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam 2010. Yang membedakan penelitian sebelumnya adalah subjeknya yaitu pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. Lalu pembatasan masalah peneliti sebelumnya hanya pada evaluasi output atau hasil, sedangkan peneliti membatasi masalah kepada evaluasi dampak.

2. Judul Skripsi “Model Pengorganisasian Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam

23


(27)

Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08

Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)” ditulis oleh Buhori,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Kesejahteraan Sosial 2010. Objek penelitian sama-sama membahas tentang pelestarian lingkungan dalam memberdayakan masyarakat, penelitian sebelumnya membahas ketokohan Harini Bambang Wahono secara lengkap, namun peneliti hanya menggambarkannya secara umum. Subjek peneliti tentang Evaluasi Dampak dan objeknya Program Kawasan Rumah Pangan Lestari. 3. Judul Skripsi “Kontribusi pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam mendukung kesejahteraan masyarakat: studi kasus desa Banjarsari,

Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur” ditulis oleh Siti

Fatimatuz Zahro, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Jurusan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 2012, IPB. Objek penelitian ini sama-sama KRPL, namun Subjek dan tempat peneliti sebelumya sudah berbeda. Subjek peneliti membahas tentang evaluasi dampak.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan masalah secara jelas maka, peneliti mensistematiskan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdapat latar Belakang, pembatasan, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.


(28)

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini berisikan pembahasan kerangka teoritis mengenai Evaluasi Dampak Program, Model Evaluasi, Tujuan Evaluasi, Pembagaian Evalusi Dampak; Pengertian Pemberdayaan Masyarakat, Tujuan Pemberdayaan; Sejarah Urban Farming, Pengertian Urban Farming dan Penerapan Urban Farming.

BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Menggambarkan secara umum tentang YGPL Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya yang dijadikan sebagai tempat penelitian, meliputi: Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran, Identitas YGPL, Struktur Organisasi, Sarana dan Pasarana, Program Kegiatan, Pembiayaan Operasional dan Mitra Kerja. Gambaran Umum tentang Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.

BAB IV Temuan dan Data Analisis Lapangan

Pada bab ini berisikan tentang Analisis dampak program KRPL dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh YGPL Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.

BAB V Penutup


(29)

BAB II

KERANGKA TEORI

Untuk mendukung pembuatan penelitian, maka perlu dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan.Teori-teori yang akan peneliti bahas ialah tentang Evaluasi Dampak, Pemberdayaan Masyarakat dan Urban Farming.

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi Program

Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.24 Sedangkan secara terminologi menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan sautu program. Degan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.25

Menurut Edi Suharto, Evaluasi adalah pengidentifikasi keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Evaluasi itu adalah mengukur berhasil tidaknya program yang dilakasanakan, apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta

24

Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet Ke-4.

25

Suharismi Arikunto, “Penilaian Program Pendidikan”, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998), h. 8.


(30)

bagaimana tindaklanjutnya. Dengan demikian evaluasi adalah pemantauan suatu kegiatan proyek atau program sosial yang dilakukan pada saat kegiatan tersebut telah berakhir atau dilakukan sekurang-kurangnya setelah program tersebut berjalan beberapa saat (misalnya, tiga bulan, satu semester atau enam bulan, satu tahun).26

Menurut San Afri dalam bukunya Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa hutan menjelaskan bahwa evaluasi program adalah memberikan penilaian terhadap hasil kinerja dari sebuah program atau proyek yang dilaksanakan secara multi pihak. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui respon, hasil dan dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan sebuah program atau proyek. Penilaian teradap kinerja sebuah program atau proyek yang hendaknya dilakukan secara partisipatif oleh sekelompok orang yang menjadi sasaran pelaksanaan penerima program proyek tersebut.27

Dengan demikian, evaluasi menurut Viji Srinivisan, ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan.28

26 Edi Suharto, “

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, (Bandung: PT. RefikaAditama, 2005), h. 119.

27

San Afri, “Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa hutan (LMDH)”, (Jakarta: Harapan Prima, 2008), h. 114.

28

Viji Srinivisan, “Metode Evaluasi Partisipatoris”, dalam Walter Fernandes dan Rejesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 68.


(31)

Dapat disimpulkan evaluasi adalah penilaian pada efektifitas (keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara melihat faktor-faktor baik pendukung atau penghambat terhadap pelaksanaan program.

2. Pengertian Evaluasi Dampak Program

Menurut Nurul Hidayati, evaluasi dampak program adalah analisis hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan dengan outcomes.29

Evaluasi dampak yang peneliti kutip dari Ruth Levine dalam Jurrnalnya, ia mengungkapkan bahwa:

“…definition of impact evaluation as a measurement of net change in outcomes attributable to a specific program using a methodology that is robust, available, feasible and appropriate, both to the question under investigation and to the specific context. Impact concern not only outcomes, but also the change the leads to outcomes…30

Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa evaluasi dampak adalah mengukur secara bersih yang disebabkan oleh adanya suatu program tertentu dengan metodologis. Dan evaluasi dampak tidak hanya memandang dari segi hasil saja, tetapi juga perubahan yang akan muncul sebagai dampak dari program itu sendiri.

Evaluasi dampak menurut Suzzetta (2008) adalah jenis evaluasi yang berusaha mengungkapkan siapa sebenarnya yang memperoleh manfaat dari

29 Nurul Hidayati, “Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif”,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 125.

30

Institute Of Medicine Of The National Academies. “Design Considertion For


(32)

program dan berapa besar manfaatnya. Dengan kata lain, sejauh mana hasil atau manfaat dan dampak yang diharapkan telah tercapai.31

Menurut Rossi (1979) dalam buku pemberdayaan masyarakat Sebagian besar kegiatan evaluasi umumnya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan program yang telah direncanakan. Kegiatan seperti ini hanya dapat dilakukan jika tujuan program benar-benar dirumuskan secara jelas dan telah disediakan cara-cara pengukurannya, baik yang menyangkut perubahan perilaku atau ukuran yang lain seperti: tingkat produktivitas, tingkat kelahiran atau kematian dan lain-lain.32

Sebelumnya telah dijelaskan tersendiri definisi evaluasi. Untuk dampak mempunyai arti yaitu perubahan kondisi fisik maupun sosial sebagai akibat dari output. Akibat dari hasil (output) ada dua macam yakni:

a. Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan atau tidak diharapkan) dan akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact).

b. Akibat yang dihasilkan suatu intervensi program pada kelompok sasaran, baik yang sesuai dengan yang diharapkan atau tidak dan akibat tersebut

31 Ana Jauharul Islam, Saleh Soeaidy, Ainul Hayat, “

Evaluasi dampak mutu pendidikan dasar” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, h. 1907, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. Artikel diakses pada Jumat, 24 Juni 2016 dari http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.

32

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,

“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik) Edisi Revisi, (Bandung: ALFABETA cv, 2013), h. 270.


(33)

tidak mampu menimbulkan perilaku baru pada kelompok sasaran (effects).33

3. Model Evaluasi

Model evaluasi yang akan digunakan pada penelitian adalah Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model). Berikut model-model evaluasi sistem analisis meliputi: a). evaluasi input b). evaluasi process c). evaluasi output d). evaluasi outcome e). evaluasi impact yaitu:34

a. Evaluasi (input) masukan adalah klien, staff dan program serta sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk menjaring, menganalisis dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan program.

b. Evaluasi (process) proses memfokuskan pada pelaksanaan program yang melibatkan langsung antara klien dengan staff. Evaluasi proses merupakan katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

c. Evaluasi (Output) keluaran

Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran dari pada program, yaitu produk yang dihasilkan program. Berapa banyak dan berapa baik produk dari program? Berapa banyak dan berapa lama orang yang mendapatkan layanan? Berapa jumlah jam kerja klien mendapatkan layanan program?

33 Zudika DM Manullang, “

Evaluasi Dampak Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dalam pemberdayaan masyarakat”, (Skripsi S1 FISIP, Universitas Sumatera Utara, 2014), h. 32.

34


(34)

d. Evaluasi akibat (outcomes) adalah mengukur apakah klien yang mendapat layanan program berubah. Evaluasi ini misalnya berupa mencari jawaban atas pertanyaan sebagai berikut: Apakah aktivitas program merubah para klien seperti yang diharapkan? Apakah aktivitas program mempunyai pengaruh sampingan yang tidak diperhitungkan sebelumnya? Siapa dan berapa banyak dari klien yang merespons positif dan negatif terhadap aktivitas program?

e. Evaluasi pengaruh (impact) adalah menilai perubahan yang terjadi terhadap klien atau para pemangku program kepentingan sebagai akibat dari intervensi yang dilakukan program. Evaluasi ini mengukur pengaruh program sebagai hasil program dalam jangka panjang.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan dalam penggunaan model evaluasi pengaruh (impact) dari model evaluasi analisis sistem karena evaluasi ini menilai perubahan apa yang telah terjadi terhadap anggota dari program KRPL serta mengukur pengaruh program sebagai hasil program dalam jangka panjangnya.

4. Indikator Evaluasi Dampak Program

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatakan kualitas. Indikator


(35)

dapat berbentuk ukuan, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukan suatu keadaan. 35

Dampak dalam kamus besar Bahasa Indonesia-Inggris merupakan suatu benturan, pengaruh kuat (baik negatif maupun positif) antara dua benda atau manusia sehingga menyebabkan perubahan.36 Dampak melihat apakah sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan suatu perubahan secara jangka panjang pada penerima layanan (klien).37 Dampak adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas baik hasil posif maupun negatif dari sebuah program.

Dampak positif adalah perubahan yang diharapkan telah tercapai pada individu ataupun kelompok (anggota dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari) dilihat dari tiga aspek:

a. Aspek Sosial: perubahan perilaku, mengingkatkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan.

b. Aspek Ekonomi: menghemat pengeluaran ruah tangga dan pemenuhan konsumsi sayuran.

c. Aspek Ekologi: pengolahan limbah rumah tangga, memberikan keindahan dan memberikan kesehatan.

Sedangkan dampak negatif dari berjalannya program tidak diketemukan. Namun dalam penerapan program tidak terlaksana dengan baik karena terdapat hambatan yang dirasakan kelompok. Hambatan tersebut: a.

35

Suharto, Membangun Masyarakat, h. 126.

36

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: 2001), h. 849.

37

Isbandi Rukminto adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi


(36)

Kurangnya tenaga pendamping, dana dan waktu b. perilaku tidak berkelanjutan dari pengelola (pemilik lahan) c. ancaman kejenuhan dalam memaksimalkan pemanfaatan lahan seperti: serangan hama.38

5. Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi program menurut Edi Suharto dalam bukunya membangun masyarakat memberdayakan rakyat adalah:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana (externalities).39

B. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual menurut Edi Suharto, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata“power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Dengan pemahaman seperti ini, Pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian serta lembaga yang

38

Ashari, Saptana dan Tri Bastuti Purwantini, “Potensi dan prospek pemanfaatan lahan

pekarangan untuk ketahan pangan”, Forum Penelitian Agro Ekonomi, V. 30, No. 1 (Juli 2012): h, 21-22.

39

Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 119.


(37)

mempengaruhinya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.40

Adi mengutip pendapat JimIfe yang mengemukakan bahwa:

“Empowerment means providing people with the resource, opportunity, knowledge, and skill to increase their capacity to determine thir own future and to participate in anda effect the life of their community”

Pemberdayaan berati menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan untuk meningkatan keahlian dari masyarakat dan mempengaruhi hidup dalam komunitas masyarakat itu sendiri.41

Menurut Ir. Mohamad Jafar Hafsah yang dikutip dalam bukunya, Pemberdayaan masyarakat secara umum adalah upaya untuk membangun dan mengembangkan potensi masyarakat, khusunya masyarakat marginal agar tidak tertinggal dalam program dan proses pembangunan. Pemberdayaan terjadi dikarenakan adanya kesenjangan yang disebabkan oleh sebagian masyarakat yang tidak mampu mengikuti proses transformasi yang terjadi dalam segala bidang (sosial, ekonomi, politik, demografi, teknologi dan lain-lain), sehingga perlu diberdayakan agar tidak tertinggal.42

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya (kemampuan) dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi

40 Edi Suharto, “

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 50-58.

41

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 50.

42

Ir. Mohamad Jafar Hafsah, “Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi daerah”, (Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan, 2009). h, 131.


(38)

yang dimiliki serta berupaya mengembangkan kekuatan atau kemampuan, potensi, sumberdaya rakyat agar mampu membela dirinya sendiri.43

Menurut Ferdinan Tonny Nasidan dalam bukunya pengembangan masyarakat menjelaskan, pemberdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan kontrol atas sumber daya yang penting. Kemudian upaya pemberdayaan merupakan suatu upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik ditingkat inividu, kelompok, kelembagaan maupun komunitas memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses pada sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktivitas pembangunan yang dilakukan di lingkungannya.44

Menurut Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si, Istilah pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi keinginannya, termasuk aksestabilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya, aktivitas sosialnya dan lain-lain. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan kebertanggung jawaban adalah bagian pokok dari upaya

43

Sriharini, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam vol 1, FDK UIN (Yogyakarta” September, 2003), h. 45.

44

Fredinan Tonny Nasdian, “Pengembangan Masyarakat”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneisa: 2014), h. 91-96.


(39)

pemberdayaan.Yang terpenting adalah pastisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.45

Meskipun para ahli berbeda pendapat tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan potensi sumber daya yang ada pada diri manusia. Jadi dari uraian diatas pemberdayaan masyarakat adalah mengembalikan keberfungsian sosial seseorang ataupun anggota masyarakat dengan bantuan tenaga perubah dengan penyadaran akan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan maupun pengembangan potensi yang dimiliki serta kemampuan dan keberanian untuk melakukan suatu perubahan.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam tujuannya menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegitan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.46 pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya.

45

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,

“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik) Edisi Revisi, h. 28-31.

46 Edi Suharto, “

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 58.


(40)

Menurut Agus Ahmad Sayfi’i tujuan pemberdayaan masyarakat adalah

memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Ini berati masyarakat diberayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.47

C. Pertanian Kota (Urban farming) 1. Sejarah Urban Farming

Penjelasan sejarah Urban farming dalam dikutipan buku Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah menceritakan sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sejak pertanian itu sendiri lahir. Sejarah mencatat, konsep ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Diberbagai belahan dunia, urban farming tempo dulu digalakkan sebagai salah satu upaya untuk menjamin ketahanan pangan. Saat perang dunia I dan perang dunia II, Presiden Woodrow Wilson meminta kepada seluruh warga Amerika untuk menanam. Woodrow melihat berkebun di pekarangan merupakan satu-satunya cara keluar dari krisis pangan selama perang dunia berlangsung. Gerakan berkebun yang dilakukan besar-besaran oleh penduduk Amerika saat itu melahirkan sebuah taman bernama victory garden. Tidak lama berselang, berbagai komunitas pencinta kebunpun banyak didirikan. Salah satu yang

terbesar yaitu Seattle’s P-Patch. Munculnya komunitas pencinta kebun di seluruh dunia, merupakan awal baru dari lahirnya konsep urban farming yang mendunia. Seiring dengan pesatnya perkembangan tekonologi, urban farming kini tampil jauh lebih mudah dan efisien. Kita tidak harus lagi bergantung

47 Agus Ahmad Syafi’I “Manajemen Masyarakat Islam”,


(41)

pada lahan untuk bertanam, karena tanpa lahanpun kita masih dapat berkebun.48

Konsep urban farming lahir dari kesadaran masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan yang segar dan sehat, serta mengurangi populasi dan perencanaan lingkungan sekitar sehingga bisa terciptanya gaya hidup yang sehat di lingkungan yang sehat. Hingga beberapa tahun terakhir muncul kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumi makan yang dihasilkan menggunkan bahan non-organik seperti pupuk kimia dan pestisida sintesis. Dikarenakan semakin banyaknya orang sakit akibat polusi dan lingkungan yang tercemar menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat. Kini kecenderungan orang untuk mengonsumsi makanan organik semakin besar.

Organik menjadi pilihan cara dalam urban farming. Konsep dan metode organik secara umum diartikan sebagai cara bercocok tanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida sintesis yang dikelola di lingkungan sekitar pekarangan rumah dan pemukiman pekotaan. Banyak manfaat yang bisa dihasilkan dari urban farming diantaranya: pekarangan menjadi lebih produktif dan dampak cemaran limbah rumah tangga menjadi berkurang, seperti sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos, air limbah rumah tangga dibuatkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan dimanfaatkan untuk menyiram tanaman sehingga tidak mencemari tanah dan udara.49

2. Pengertian Urban Farming

Istilah (Urban Farming) secara harfiah berarti berkebun di daerah urban atau perkotaan. Urban farming merupakan kegiatan menanam dan

48 Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”,

h. 8.

49

Janti Wignjopranoto, Selamet Raharjo, dan T. A. Kuncoro, “Rumah Organik


(42)

menumbuhkan tanaman di area padat penduduk yang ditunjukan untuk konsumsi pribadi maupun untuk didistribusikan pada orang-orang yang berada disekitar area tersebut. Dengan urban farming, masyarakat bisa menjadi petani di kota tanpa harus di lahan yang luas.50

Menurut Widianto yang mengutip buku Ridwan Kamil Indonesia Berkebun merupakan pendiri komunitas Bandung Berkebun. Konsep urban farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka. Gaya hidup yang ingin dibentuk adalah menjadikan kegiatan konsep ini kebutuhan sehari-hari.51

Menurut Enciety (2011) dalam kutipan skripsi Firdaus Harap bahwa Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi.52

Menurut Food Argiculture Organization (FAO) yang dikutip dalam buku Rumah Organik mendefinisikan pertanian urban sebagai industri yang memproduksi, memproses, serta memasarkan produk dan bahan pangan

50

Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif, Sayur, Hias & Buah”, h. 6.

51

Widianto dkk, “ Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen untuk Sistem Kegiatan Urban

farming Komunitas Bandung Berkebun”, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, vol. 01 no. 4 (Maret 2014), h. 86, artikel diakses pada Jumat, 29 April 2016 pada pukul 07. 13 dari http://id.portalgaruda.org

52

Firdaus Harahap, “Keberhasilan Program Urban Farming Di Kota Surabaya”, (Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional (VETERAN) Surabaya, 2014), h. 2. Artikel diakses pada 2 Mei 2015 pukul 06.33 dari http://eprints.upnjatim.ac.id


(43)

nabati, terutama dalam menanggapi permintaan sehari-hari konsumen di perkotaan yang menerapkan metode intesif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan, serta menghasilkan beragam tanaman dan ternak.53

Menurut Bareja (2010) menyebutkan urban farming atau urban agriculture adalah upaya pembudidayaan tanaman dan atau memelihara hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah kota besar, metropolitan, atau kota kecil untuk memperoleh bahan pangan, kebutuhan lain dan tambahan finansial, termasuk tahap pemprosesan, pemasaran dan distribusi produk hasil kegiatan tersebut. Urban farming kebanyakan dilakukan oleh mayarakat yang tinggal di perkotaan, kadang sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan sambilan, karena memanfaatkan ruang terbuka atau lahan tidur. Aktivitas ini lebih banyak pada produksi bahan makanan dari tanaman pertanian seperti sayuran, bumbu, buah-buahan, toga dan tanaman hias.54 Secara teknik urban farming dilakukan dengan memanfaatkan seminimal mungkin lahan yang ada untuk berkebun seperti tabulampot, vertikultur, vertical garden dan roof garden.55

Bedasarkan dari berbagai uraian pendapat. Kesimpulan bahwa urban farming merupakan aktivitas pertanian, pertenakan, perikanan maupun perkebunan oleh masyarakat yang memanfaatkan lahan tidur di perkotaan, ruang terbuka hijau dan lahan di sekitar rumah yang melibatkan keterampilan,

53

Janti Wignjopranoto, Selamet Raharjo, dan T. A. Kuncoro, “Rumah Organik

Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik”, (Jakarta: PT AgroMedia Pustaka, 2015), h. 4.

54

Nugraheni Widyawati, “Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam Pot”, h. 25.

55

Herfin Sasono dan Nofiandi Riawan, “Mudah Membuahkan 38 Tabulampot Paling


(44)

keahlian dan inovasi dalam pembudidayaanya. Guna menambah gizi, meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga serta membangun suatu kelompok pertanian guna membangun dirinya sendiri agar lebih mandiri. 3. Penerapan Urban Farming

Aktivitas bercocok tanam dapat dilakukan di dalam kota (intra-urban) atau di perbatasan kota (peri-urban). Aktivitas tersebut dapat diterapkan di wilayah rumah misalnya di halaman, di lahan luar pemukiman, halaman belakang atau depan, di ruang terbuka di luar gedung di pagar halaman, dinding, tangga, balkon, teras dan atap, baik pada lahannya sendiri, menyewa atau lahan umum yang tidak sedang dimanfaatkan.56

Menurut tim Agriflo Urban farming sendiri dapat membuat masyarakat menjadi lebih kreatif, karena dapat membuat lahan pekarangan mereka lebih produkif. Selain itu penerapan ini sendiri juga dapat diaplikasikan di jalan-jalan umum seperti di trotoar atau taman kota.57 Berikut beberapa konsep penerapan dalam urban farming yang sangat bervariasi: a. Tabulampot

Budidaya Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot) mulanya dikenal di daratan Cina dan Jepang disebut She Juang Penjing dan Shan shui penjing, yaitu Bonsai. Bonsai berasal dari bahasa Jepang yang terdiri

atas suku kata “bon” nampan (wadah) dan “sai” tumbuh. Secara harfiah bonsai adalah sesuatu yang tumbuh di satu wadah atau tempat dangkal, kemudian popular dengan istilah pot dan popular dengan sebutan

56

Nugraheni Widyawati,“Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam Pot”, (Yogyakarta: Lily Publisher, 2015), h. 25.

57 Tim Penulis Agriflo, “


(45)

Tabulampot. Tabulampot adalah sistem budidaya tanaman buah-buahan dengan menggunakan pot sebagai tempat hidupnya.58

b. Vertikultur

Verikultur merupakan salah satu sistem budidaya tanaman yang menggunakan sistem bertingkat atau ke atas. Teknik ini merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan.

c. Hidroponik

Hidroponik merupakan salah satu alternatif dari pertanian di lahan terbatas/sempit. Budidaya tanaman dengan teknik ini menggunakan tanah sebagai media tanamnya juga dapat memanen tanamannya sepanjang tahun dan tidak tergantung musim. Hidroponik ini dapat dilakukan dengan skala kecil di pekarangan rumah yang luasnya terbatas.

d. Akuaponik

Akuaponik merupakan perpaduan sistem budidaya antara tanaman dan ikan. Prisnsipnya, tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang didapat dari kotoran ikan.59

58

Bachrum Achmad Baeshowi,“Pertanian Terpadudan Argribisnis”, (Ciputat: Intelektifa Pustaka, 2004), h. 131.

59 Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”

, h. 54-78.


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan

Berdirinya Gerakan Peduli Lingkungan berawal dari rasa kesadaran dan kepedulian kelompok masyarakat, bahwa dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup diperlukan komitmen secara kolektif untuk menuju perubahan perilaku dan terciptanya etika berbudaya lingkungan sehat dan asri yang bukan menjadi tanggungjawab pemerintah saja.

Pada awalnya di tahun 2003 ibu-ibu Majelis Taklim Darussalam dan Pemuda di Perumahan Pondok Pekayon Indah (PPI) berkunjung ke Banjarsari, Desa Agrowisata lingkungan di Jakarta Selatan yang dipimpin oleh Ibu Harini Bambang Wahono yang kita kenal sebagai pelopor lingkungan hidup khususnya bidang persampahan di Indonesia. Pada saat kunjungan itu, serta merta ibu-ibu dan pemuda tergugah serta termotivasi, mempunyai niat untuk mengembangkan hal yang sama seperti Ibu Bambang lakukan. Selama 3 bulan sejak itu, komunitas didampingi oleh Ibu Sri Riadiati seorang mahasiswi pasca sarjana Universitas Indonesia jurusan Psikologi Lingkungan yang dipertemukan di kediaman Ibu Bambang saat kunjungan kesana. Proses tumbuh warga PPI dalam membentuk komunitas yang peduli lingkungan dijadikan kasus oleh beliau dalam menyusun disertasinya. Diawali dengan mengadakan in house training, komunitas YGPL Pekayon mencerdaskan diri, membekali diri dengan wawasan dan ilmu sekitar kesehatan lingkungan. Diperjelas dengan melihat kenyataan rendahnya kualitas lingkungan di sekitar


(47)

Pekayon, khususnya masalah persampahan, sehingga membuat komunitas YGPL Pekayon semakin tertantang untuk maju melangkah.

Kemudian komunitas YGPL Pekayon berkomitmen untuk melanjutkan dengan membentuk organisasi, menetapkan visi dan misi, kepengurusan serta menyusun program. Maka, lahirlah Gerakan Peduli Lingkungan pada tanggal 4 April 2003.Yang dipelopori oleh MTIID (Majelis Ta’lim Ibu-ibu Darussalam) dan HIPPI (Himpunan Pemuda Pondok Pekayon Indah). Selangkah demi selangkah YGPL melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang ada, secara swadaya dan swakarya.

Pada tahun 2007-2008, YGPL ditunjuk sebagai Stakeholder PPK-IPM (Program Pendanaan Kompetisi-Indek Pembangunan Masyarakat) untuk Jawa Barat, dengan mengadakan kegiatan ToT (Training of Trainer) untuk 24 kader dan memandu kegiatan replikasi ke 4 kelurahan dengan jumlah peserta 100 orang. YGPL memiliki jumlah pengurus inti aktif sebanyak 50 orang. YGPL juga menggalakkan kembali kebun TOGA (Tanaman Obat Keluarga), pengomposan skala kawasan, dan meningkatkan produksi kerajinan dari limbah seperti plastik, botol, kertas dan kulit telur. Kelompok ini membudidayakan sayuran organik di lahan percontohan, dan yang terakhir YGPL menerbitkan buletin setiap 2 bulan untuk menyebarkan informasi mengenai kegiatan yang akan dan sudah dilakukan kepada masyarakat. Kegiatan pengelolaan sampah dan gerakan penghijauan yang telah dilakukan YGPL Pekayon menghasilkan berbagai penghargaan seperti Juara I Lomba Kreatifitas Daur Ulang Sampah yang diselenggarakan oleh KLH dan


(48)

MNUPW pada Desember 2003, Penghargaan dalam bidang Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dari Walikota Bekasi pada Desember 2004, Penghargaan sebagai Pelopor Peduli Lingkungan dari Walikota Bekasi Juni 2005, Juara II Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga Tingkat Provinsi Jabar dari Gubernur Jabar Juli 2005, Juara I Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga Tingkat Kota Bekasi Juli 2005, Juara I Lomba TBM dalam rangka Keteladanan PLS Provinsi Jawa Barat 2007, Juara I Pengelola TBM tingkat Provinsi Jawa Barat dalam rangka JAMBORE PTK-PNF 2008, Terbaik Ke VI dalam Pengelola TBM Tingkat Nasional dalam rangka JAMBORE PTK-PNF 2008 dan Penghargaan Juara I Kategori Bank Sampah (Lomba K3 Tingkat Kota Bekasi) 2014.

Seiring dengan tumbuh kembang komunitas YGPL, pada tanggal 1 April 2009, YGPL melakukan pengembangan kelembagaan dengan mengukuhkan organisasi yang semula berbentuk komunitas ke bentuk Yayasan dengan nama: Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon. Saat ini YGPL mempunyai 30 kader dan 70 relawan. Bentuk organisasi yayasan ini adalah sosial, nir bala, independen, netral (tidak berpihak ke satu ideologi, golongan agama, ras maupun suku atau kedaerahan).60

Para anggota yayasan mempunyai motto sebagai berikut: Prestasi tidak menjadikan kami berhenti. Memelihara komitmen menjadi tantangan yang tidak mudah dilakukan. Perlu kerja keras untuk bisa konsisten dan berkelanjutan. Energi perlu senantiasa dipertahankan dan bahkan ditingkatkan. Kreatifitas diupayakan terus diasah. Diperlukan kerjasama dan membentuk

60


(49)

jejaring dengan lembaga yang mempunyai satu visi. Dengan bekal cinta, peduli, disiplin, tanggung jawab dan sabar semoga kiprah yayasan ini member kontribusi yang berati terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian lingkungan di Indonesia.

B. Visi dan Misi

Dalam menjalankan berbagai program kegiatan, Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan memiliki visi dan misi yang dijadikan pedoman mencapai sasaran antara lain:

1. Visi

Untuk menciptakan Pondok Pekayon Indah menjadi lingkungan yang bersih, sehat, asri, harmoni dan lestari serta memberdayakan masyarakat dalam bidang pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup.

2. Misi

Menanamkan dan meningkatkan kesadaran dan wawasan masyarakat terhadap masalah lingkungan. Menggalang dukungan dan partisipasi aktif dari setiap individu maupun kelompok masyarakat. Melaksanakan secara swadaya dan swakarsa. Membangun perilaku dan budaya baru berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.

C. Identitas Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon

Nama Lembaga :Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon

Tanggal Berdiri : 4 April 2003

Bentukan : 2003-2009: Komunitas, 2009-Sekarang: Yayasan Organisasi Sosial, Nir Laba dan Independen.


(50)

Lokasi : RW 8-11 Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan.

NPWP : 21.084.93.7-432.000

D. Struktur Organisasi

Dalam kegiatan keorganisasian dan kelembagaan yang baik, diperlukan adanya struktur organisasi agar segala kegiatan tersusun rapi serta akan mempermudah dalam mencapai tujuan.

Struktur Organisasi Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan61

61

http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 1 Juli 2016 pada pukul 9.33 wib. Dewan Pembina

Ir. Lala Gozali

Humas Yustiardani Sekertaris Wiwik Satrio Mitra Kerja Donor Narasumber Ketua Rustinah Hassan Bendahara Neni Rizal Prog Pengembangan

Ir. Lala Gozali

Unit Tamanca Nur Mutmainah Unit Pengemban gan masyarakat Yulianti A. Ruddy Duta Lingku ngan Wirda RW 8-11 Dewan Pengawas Ellis Agus Unit KRPL Harmoni Siti Nurul Unit Bank sampah Windy Usman Unit Rumah Kompos Suko Nitono Unit Rumah Perca Siti Rochana


(51)

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuannya adalah YGPL sebagai Bekasi pelopor untuk lingkungannya serta untuk mewujudkan Pondok Pekayon Indah sebagai kawasan pemukiman yang ramah lingkungan.

2. Sasaran yang ditargetkan oleh YGPL yaitu dari berbagai kalangan masyarakat, seperti Ibu-ibu (terutama kelompok PKK, arisan) siswa sekolah/pelajar (TK, SD, SMP, SMU dan sederajat), kelompok pendidik atau guru, kelompok kepemudaan, warga RT, RW, organisasi keagamaan di komplek Perumahan PondokPekayon Indah dan tempat lainnya.62

F. Sarana dan Prasarana

Terkait dengan fasilitas pendukung yang tersedia di Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan, maka disediakan saran dan prasarana agar semua kegiatan berjalan lancar. Fasilitas meliputi: Pembangunan Taman Kota, Gedung dan Fasilitas pilar sampah 3R dibangun sejak akhir bulan Juli 2012 dan selesai akhir akhir bulan September 2014, tempat pelatihan, papan slogan, baktor atau bak sampah bantuan dari BJB dan Gubernur Jawa Barat pada tahun 2013, ketersediaan peralatan untuk pengolahan sampah (seperti: 4 mesin pencacah, timbangan, pengayak, tong-tong besar), lahan rumah kompos untuk program kawasan rumah pangan lestari, rak tanaman vertikal, rak hydroponik, rak aquponik, komposter, peralatan pertanian (seperti: bibit, sepatu bot untuk anak-anak, paralon, cangkul), Saung Pembibitan Kwt Harmoni, Kebun Bibit yang terdapat di rumah kompos, bangunan Taman Bacaan beserta perlengkapannya (yaitu: memiliki koleksi ±7532 eksemplar dengan 3601 judul

62

Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 19 Juli 2016.


(52)

yang terdiri dari majalah, buku bergambar, buku fiksi maupun non fiksi, ensiklopedia, kamus, buku pelajaran, atlas dan peta, mainan edukatif dan peralatan untuk menggambar dan mewarnai), tempat pengolahan produksi kompos kawasan, baru dibangun Rumah Bunda SEHAT disana terdapat: (ruang ASI, ruang instalasi, kompor, computer, alat-alat masak, susu) yang mana mesin jahit dari Pemkot untuk rumah perca, Seluruh Posyandu yang ada di RW.008 ; 009 ; 010 dan 011 masing-masing mendapatkan bantuan 1 unit Alat Timbangan Bayi, Alat Kontrol Kesehatan dan Makanan Bayi, alat tinggi badan dan lainnya dari ASTRA Internasional, Gedung baru untuk Posyandu dan Posbindu RW 11 Pekayon Jaya.

G. Program Kegiatan Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan

Yayasan ini merupakan lembaga yang peduli terhadap permasalahan lingkungan dan turut memberdayakan masyarakat Pondok Pekayon Indah. Diantara berbagai programnya, YGPL memiliki empat program utama yaitu: pemberdayaan masyarakat, pemilihan dan pengomposan sampah serta pembibitan atau penghijauan dan beberapa Unit pengembangan YGPL sudah dibentuk yaitu: Unit Pengelolaan Kompos Kawasan, Unit Taman Bacaan, Unit Arisan YGPL, Unit Buletin dan Unit YGPL Kids. Lima lingkup kegiatan unit program pengembangan yang sedang diterapkan, yaitu:63

1. Unit Pemberdayaan Masyarakat

Dalam program utamanya YGPL Pekayon, pemberdayaan masyarakat merupakan Jasa pemberdayaan masyarakat yang berbasis

63

http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 04Juni 2016 pada pukul 07.10 wib.


(53)

kewirausahaan sosial. Prinsip layanan yang YGPL berikan adalah 1.Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon Green Society yaitu Program Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon untuk menciptakan komunitas yang terpadu yang meliputi program pembangunan fasilitas penunjang kesehatan yang memadai, sentra pemberdayaan ekonomi masyarakat, fasilitas penunjang pendidikan dan menciptakan masyarakat yang peduli lingkungan serta pelatihan cara mengelola sampah. 2. Bank Sampah Masuk Sekolah yaitu Upaya yang mengintegrasikan pengelolaan lingkungan serta belajar layanan keuangan kepada anak dilakukan oleh YGPL dengan membuka konter Bank Sampah. Murid sekolah dilatih menjadi Petugas Bank Sampah untuk menerima dan mengelola setoran sampah dari murid-murid lainnya. Setoran sampah yang terkumpul disalurkan ke Bank Sampah di sekitarnya yang juga binaan YGPL, uang hasil penjualan sampah tersebut dikreditkan kepada nasabah di sekolah dalam bentuk tabungan. Program ini sebagai bentuk upaya memperluas jaringan Bank Sampah yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan. Di dalamnya YGPL Pekayon terdapat berbagai materi program pelatihan dan Pembinaan Masyarakat dalam Berbudaya Lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan Pembinaan dan Pelatihan Masyarakat dalam Berbudaya Lingkungan

1) Eco –School “SD Kinderfield Kemang Pratama”

“Go-Green School” Adiwiyata. Di mana dalam program ini tim edukasi Eco Green School akan melakukan kunjungan ke beberapa


(54)

sekolah yang terdaftar untuk dikunjungi. Tim akan menjelaskan beberapa program edukasi yang ada di Eco Green School seperti pembelajaran tentang pengolahan sampah, daur ulang sampah, serta pembelajaran tentang lingkungan hidup.

2)Eco-Pesantren“AlQomariyah”

Program yang bertujuan untuk mendorong peningkatan pengetahuan, kepedulian, kesadaran dan peran serta aktif warga pondok pesantren terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup berdasarkan ajaran agama Islam. Dengan Memberikan sosialisasi dan bimbingan teknis dengan harapan agar eco pesantren dapat diimplementasi melalui

“gerakan” baik melalui penguatan internalisasi isue lingkungan kedalam proses belajar mengajar maupun aksi kepedulian dan perubahan perilaku warga pondok pesantren yang didukung oleh penguatan sarana ramah lingkungan.

3) Eco-Office “Kantor Peduli Lingkungan”

Konsep kantor ramah lingkungan tersebut dapat diaplikasikan pada semua kantor agar bisa membuat suasana nyaman, menghemat biaya operasional, sebagai wujud partisipasi dalam mengurangi global warming, membuat pikiran akan menjadi lebih fresh dan semangat kerja akan meningkat. Salah satunya YGPL Pekayon memberikan Pelatihan kepada karyawan Menara Kuningan 04 Mei 2016 tentang Pemilahan Sampah Di Kantor dimana Kantor Peduli Lingkungan (Eco Office).


(55)

4)Eco-Campus

Perguruan tinggi menjadi ujung tombak terdepan dalam menyelesaikan suatu permasalahan bangsa, termasuk permasalahan lingkungan. YGPL Pekayon memberikan pelatihan sebagai pekan pengenalan dan pembekalan mahasiswa baru Universitas Bhayangkara pada 26 Agustus 2016.

Gambar 1. Kegiatan Eco-Campus di Universitas Bhayangkara

Sumber: Dokumentasi Peneliti

b. Bimbingan Teknis Pengolahan Lingkungan Tingkat Rumah Tangga. Pemberian penyuluhan pelatihan dalam kegiatan pelatihan dan pembinaan masyarakat di kader lingkungan seperti: Diajarkan cara membuat kompos secara individu, yang dapat dilakukan disetiap Rumah tangga dan pembinaan pemilihan sampah.

2. Unit Kompos Pekayon

Mendaur ulang sampah organik dengan cara mengolahnya dapat menghasilkan kompos organik. Pengelolahan sampah ini sudah ada sejak tahun 2004 lalu perluasaan pengolahan sampah yang diharapkan bisa


(56)

menghasilkan kompos sebanyak 1,5-2 Ton perminggu dan dilokasi ini menjadi tempat pelatihan kader-kader yang dapat mengembangkan pengolahan sampah di wilayah/komplek perumahan secara kawasan di sekitar Kota Bekasi nantinya.

Dalam unit program kompos ini, Pondok Pekayon Indah menyediakan program pelatihan pengelolahan sampah di dalamnya. Program pelatihan pengolahan sampah disusun berdasarkan konsep “integrated process” (Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) merupakan gambaran strategi, rencana dan pelaksanaan yang memetakan posisi saat ini dengan visi, hasil dan tujuan yang ingin kita capai di masa depan untuk pengelolaan terpadu sungai Citarum. Dari tahap pengumpulan sampah, pengolahan sampai pada pemanfaatan hasil olahan. Konsep utamanya ditujukan untuk aktivitas pengelolaan sampah komunitas dan tidak bersifat individual.

Adapun manfaat kompos adalah untuk Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dengan salah satu cara yaitu Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Melalui KRPL, pemanfaatan lahan pekarangan sempit dengan cara menggunakan media kompos dan pupuk secara organik agar terciptanya area tanam dan menghasilkan pangan yang sehat.


(57)

Untuk proses pemilihan sampah yang akan diolah menjadi kompos terdapat 2 proses di dalamnya yaitu:

a. Mekanisme pemilihan sampah dari rumah.

Pemilihan sampah adaah proses yang paling sulit dan paling penting dalam proses pengolahan sampah. Yang dapat dilakukan ialah mensosialisasikan ke anggota keluarga mengenai kategori pemilihan sampah, cara pemilihan sampah dan saranayang dibutuhkan seperti menyediakan 2 tempat sampah, satu untuk sampah organik dan sampah anorganik.

b. Pengangkutan sampah

Sampah organik diangkut dari rumah menggunakan gerobak motor oleh petugas khusus. Kemudian sampah organik yang telah terkumpul perlu dipilah lagi dari ranting-ranting besar.64

Dari proses pengolahan sampah menjadi kompos yang sudah dilakukan Gerakan Peduli Lingkungan, dapat menghasilkan berbagai variasi produk: kompos dan pupuk organik cair yang mereka jual.

3. Unit “Tbm MANCA”

Taman bacaan dan bermain di Pondok Pekayon Indah berdiri sejak 05 Mei 2005 atas kerjasama Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pondok Pekayon Indah dan Yayasan Taman Baca Indonesia untuk mendapatkan fasilitas berupa bangunan Taman Baca beserta perlengkapannya. Taman baca merupakan tempat publik, pusat pengembangan kreatifitas dan tempat singgah yang aman dan nyaman

64


(58)

setelah rumah dan sekolah bagi Anak-anak agar berdampak positif bagi kemandirian anak. Tbm Manca dibentuk untuk mencerdaskan bangsa melalui pembangunan budaya membaca pada masyarakat Indonesia, agar generasi muda kelak memiliki budaya membaca sejak kecil. Sasaran dari taman bacaan ini adalah anak-anak yang bersekolah di dalam atau luar lingkungan Pondok Pekayon Indah. Jumlah anggota dari Taman Bacaan Pondok Pekayon Indah sebanyak 350 anak terdiri SD, TK, SMP dan SMU. Ketua dari Taman Baca adalah Ibu Nur Mutmainah. Adapun tujuan yang terdapat di Tbm MANCA yaitu:

a. Menggalang pasrtisipasi masyarakat dalam pengelolaan rumah baca. b. Menarik minat baca anak-anak Pondok Pekayon Indah dan sekitarnya. c. Memberikan sarana baca yang memadai untuk sekolah-sekolah di

lingkungan Pondok Pekayon Indah dan sekitarnya.

d. Menggalang kreatifitas untuk menumbuhkan budaya membaca.

e. Membantu meringankan beban keluarga prasejahtera untuk menimbulkan budaya membaca dan belajar.

Adapun prestasi yang pernah Tbm Manca raih berupa: JUARA 1 Lomba TBM dalam rangka keteladanan PLS kota Bekasi 2007, JUARA 1 Lomba TB dalam rangka keteladanan PLS Propinsi Jawa Barat. Selain prestasi yang diraih, terdapat pula penghargaan yang yang sudah dicapai oleh Nur Mutmainah Gufron selaku ketua program dari Tbm manca berupa PIAGAM PENGHARGAAN sebagai Peserta Terbaik VI dalam kegiatan Jambore 1000 PTK-PNF pada Pengelola Taman Bacaan Masyarakat.


(59)

4. Unit KRPL “Harmoni” Kawasan Rumah Pangan Lestari

Salah satu kawasan yang menerapkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari secara swadaya ialah Kawasan Perumahan Pondok Pekayon Indah Kel. Pekayon Jaya Kec. Bekasi Selatan yang berlokasi di RT.004 RW.011 yang didirikan pada April 2013. Pengembangan program Kawasan Rumah Pangan Lestari menjadi salah satu alternatif berkebun di lahan sempit dengan menggunakan pemanfaatan pekarangan skala kecil yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, gizi keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada hasil akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan sehingga mampu mewujudkan kemandirian masyarakat dengan mengenalkan cara tanam secara Hydroponik dan Aquaponik. Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Namun, Sebagian besar Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni di Pondok Pekayon Indah belum semua melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian. Pengetahuan masyarakat juga masih kurang seperti pembasmian hama penyakit, teknik-teknik dalam bertanam, mutu dan gizi pangan.

Tujuannya adalah membuat konsumsi pangan masyarakat lebih beragam sehingga asupan gizi lebih berimbang dan menekan pengeluaran untuk kebutuhan makan harian antara Rp 200.000 sampai Rp 800.000 per bulan. Saat ini anggota aktif KRPL berjumlah 20. Seperti yang diungkapkan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua KRPL 22 Agustus 2016.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

DOKUMENTASI

(Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Keadaan saung bibit pada tahun 2016 setelah tanamannya dipindahkan ke rumah kompos dan tiga tempat sampah organik dan anorganik yang terdapat di Taman

Hijau Pekayon

(Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Wawancara peneliti dengan empat ibu dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni setelah acara pengajian bersama Ibu-ibu Majlies Taliem Darussalam


(6)

(Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Keadaan tanaman sayuran yang terawat dan teramankan setelah ditempatkan di Rumah Kompos dengan menggunakan barang bekas sebagai wadah dan polybag

dengan teknik vertikal

(Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Kegiatan mengaji di Majlies Taliem Darussalam dan senam bersama yang dilakukan oleh Ibu-ibu YGPL Pekayon dalam menjaga keakraban antar