11 mengikuti tahap-tahap perencanaan secara umum mulai dari input data informasi
hingga produk berupa perencanaan lanskap percontohan kawasan rumah pangan lestari.
Gambar 3 Proses perencanaan lanskap percontohan kawasan pangan lestari
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan informasi mengenai tapak untuk menetapkan tujuan dan metode yang akan
digunakan, serta pengurusan surat perizinan penelitian pada instansi pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait.
2. Inventarisasi
Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan keadaan tapak. Data yang dikumpulan pada tahap ini berupa
data primer yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung pada tapak serta data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan data yang didapat
dari instansi terkait.
3. Analisis
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk memenuhi tujuan identifikasi terhadap aspek-aspek yang telah ditentukan, seperti data fisik tata
guna lahan, topografi, iklim, kemiringan, visual, biofisik vegetasi, satwa, komoditas, sosial dan legalitas.
Penentuan klasifikasi kelas lereng dalam analisis untuk tanah di Desa Pangalengan menggunakan klasifikasi yang telah disederhanakan dari van Zuidam
dalam Nurfatimah 2011 seperti yang ditunjukan oleh Tabel 3. Klasifikasi ini dapat membatu untuk mengetahui tingkat kestabilan tanah pada objek
perencanaan Tabel 4. Selain itu, kelas lereng juga dapat digunakan untuk mendukung pengembangan penggunaan lahan yang sesuai pada kawasan, hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 3 Klasifikasi kelas kemiringan Kelas Lereng
Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah – 2°
0-2 Datar hingga hampir datar; Tidak ada
proses denudasi yang berarti 2-4°
2-7 Agak miring; Gerakan tanah kecepatan
rendah, erosi lembat dan erosi alur sheet and rill erosion. Rawan erosi.
Persiapan
Mencari informasi
dan membuat
perizinan
Inventarisasi
Mengumpulkan data dan
informasi di lapang
Analisis
Menganalisis potensi dan
kendala
Sintesis
Menjawab potensi dan
kendala hasil dari
analisis
Perencanaan
Pengembangan konsep dari
sintesis menjadi
perencanaan KRPL
1 2
5 3
4
12 Tabel 3 Klasifikasi kelas kemiringan lanjutan
Kelas Lereng Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah
4-8° 7-15
Miring; sama dengan di atas; tetapi dengan besaran yang lebih tinggi.
Sangat rawan erosi tanah.
8-16° 15-30
Agak curam; erosi dan gerakan tanah lebih sering terjadi.
16-45° 35-100
Curam; proses denudasional intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi
Sumber : van Zuidam dalam Nurfatimah 2011
Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lereng Kemiringan Lereng
Klasifikasi Lereng Kestabilan
0-2 Datar
Stabil 2-7
Landai 7-15
Miring 15-30
Agak curam Potensi longsor
30-70 Curam
70-100 Sangat curam
Sumber : MENPU 2007
Tabel 5 Kesesuaian pengembangan berdasarkan kelas lereng Kelas Lereng
Karakter dan Kesesuaian Lahan 0-5
Lahan bertopografi datar; sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi areal permukiman dan pertanian. Sebagian areal
berpotensi terhadap genangan banjir dan sebagian berpotensi terhadap drainase yang buruk.
6-15 Lahan bertopografi landai; kurang sesuai untuk pembangunan
lapangan terbang atau areal industri berat; irigasi yang terbatas namun baik untuk pengembangan pertanian keras. Lahan yang
sesuai untuk dikembangan menjadi permukiman, perkantoran, dan areal bisnis dengan drainase baik.
16-30 Lahan bertopografi bergelombang; kurang sesuai untuk areal
pertanian karena masalah erosi; namun lahan dengan kemiringan lereng diatas 20 dapat dimanfaatkan untuk areal
pertanian dengan jenis tanaman tertentu. Lahan ini juga baik untuk pengembangan industri ringan, komplek perumahan, dan
untuk fasilitas rekreasi.
31-50 Lahan bertopografi terjal; cocok untuk dikembangkan menjadi
tempat tinggal dengan cara cluster; pariwisata dengan intensitas rendah dan lahan yang cocok untuk hutan dan padang rumput.
50 Lahan bertopografi sangat terjal; tempat yang sesuai untuk
kehidupan satwa liar dan tanaman hutan lindung serta padang rumput yang terbatas; tidak sesuai untuk areal real estate
karena topografi yang terlalu terjal.
Sumber: Moor dalam Nurfatimah 2011
13 Kriteria penilaian untuk suplai air permukaan dilihat dari jumlah dan
kualitas air yang tersedia, konfigurasi topografi, kestabilan lereng, surficial dan material bedrock, karakter erosi, tingkat evaporasi, dan hazard seismic Fabos
Caswell 1976. Kriteria penilaian untuk suplai dan kualitas air bawah tanah disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Kelas kualitas air bawah tanah Kelas
Karakter dan Kesesuaian Lahan A
Terletak pada : 1. Lahan alami e.g. hutan dan wetland yang belum pernah
dilakukan penyemprotan atau kegiatan yang dapat mengganggu ambang batas kualitas air.
2. Penggunaan area rekreasi tertentu e.g. lapangan tenis dan pantai untuk kegiatan yang tidak menimbulkan polusi pada
air. B
Terletak pada area : 1. Area terbuka yang pernah dilakukan kegiatan penyemprotan
hama e.g. lahan bekas pertanian 2. Area rekerasi tertentu yang hanya memiliki sedikit struktur
permanen, tidak dipupuk, dan sedikit perkerasan. 3. Area penggalian dan pembuangan sampah tertentu
C Terletak pada area :
1. Penggunaan untuk jalan, area parkir beraspal, dan atau
septic tank
2. Area rekreasi dan lahan pertanian yang membutuhkan pemupukan berkala dan penyemprotan hama
Sumber : Fabos Caswell 1976
Selain pengklasifikasian, dalam analisis juga dilakukan pembobotan untuk mempermudah pembagian zona perencanaan. Pembobotan diberi nilai yang
kemudian disesuaikan dengan aspek penataan ruang seperti yang tertera pada Tabel 7.
Tabel 7 Aspek penataan ruang KRPL
Aspek Standar
Skor Strata Model
budidaya Klasifikasi luas pekarangan Kementan 2012:
1. strata 1 tanpa pekarangan
1 2.
strata 2 pekarangan sempit 2
3. strata 3 pekarangan sedang
3 4.
strata 4 pekarangan luas 4
Perumahan
Kriteria perencanaan pemukiman MENPU 2007: 1.
ketentuan pokok UU no 4 1992 Nomor:217KPTSM2002
1
2. daya dukung tanah
1 3.
prasarana jalan 1
4. fasilitas fisik atau utilitas umum
1 5.
fungsi lindung 1
14 Setiap kelas informasi mendapat pembobotan yang berbeda-beda sesuai
keperluan pada penelitian ini. Penilaian strata luas pekarangan diberi bobot 1-4 karena memiliki poin sangat penting dalam hal ini pekarangan sebagai media
tanam. Penilaian fasilitas penunjang perumahan diberi bobot 1-5 atau kepentingan tinggi karena lokasi KRPL memerlukan fasilitas yang cukup untuk
penunjang aktifitas di dalamnya. Pada tahap ini diperoleh hasil keluaran berupa peta kesesuaian yang dapat digunakan untuk berbagai jenis pengembangan.
4. Sintesis