Karakteristik fisik dan kimia beras pratanak

kenaikan atau penurunan bobot sampel yang konstan. Selisih bobot sampel harus kurang dari 2 mgg selama 3 kali penimbangan berturut-turut pada RH di bawah 90 dan kurang dari 10 mgg selama 3 kali penimbangan berturut-turut pada RH di atas 90 Adawiyah, 2006. Kenaikan bobot sampel selama penyimpanan menunjukkan bahwa pada beras pratanak terjadi proses adsorpsi berupa penyerapan uap air karena aktivitas beras pratanak yang lebih rendah daripada kelembaban relatif lingkungannya. Peningkatan atau penurunan bobot sampel selama penyimpanan menunjukkan fenomena hidratasi deMan, 1989. Penambahan dan penurunan berat sampel menunjukkan fenomena karakteristik hidratasi. Menurut Syarief dan Halid 1993, karakteristik hidratasi bahan pangan dapat diartikan sebagai karakteristik fisik yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang terkandung di dalamnya dan melekul air di udara lingkungan sekitarnya. Hasil perhitungan kadar air kesetimbangan pada berbagai larutan garam jenuh dan waktu tercapainya pada beberapa RH penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Kadar air kesetimbangan Me beras pratanak dan waktu tercapainya pada beberapa RH penyimpanan RH a w Me bk Waktu hari 7 0.07 6.52 26 27 0.27 9.03 22 43 0.43 11.29 17 58 0.58 13.31 17 69 0.69 16.06 22 75 0.75 19.64 23 84 0.84 22.76 27 97 0.97 - Berkapang Tabel 14 menunjukkan bahwa kadar air kesetimbangan untuk beras pratanak tercapai pada selang penyimpanan 17 - 27 hari. Semakin tinggi RH penyimpanan maka semakin tinggi nilai kadar air kesetimbangan Me. Berdasarkan penelitian, pada kondisi penyimpanan tersebut mulai terjadi peningkatan bobot sampel melalui proses adsorpsi. Semakin kecil selisih nilai kadar air awal dengan kadar air kesetimbangan beras pratanak maka waktu untuk mencapai kesetimbangan akan berlangsung secara cepat, sehingga proses difusi uap air untuk mencapai keadaan setimbang berlangsung cepat. Selama penyimpanan, seluruh sampel beras pratanak menunjukan kecenderungan pertambahan berat kecuali sampel yang disimpan pada RH 7, RH 27, RH 43 dan RH 58. Sampel yang disimpan pada RH 7, RH 27, RH 43 dan RH 58 mengalami proses desorpsi yaitu pelepasan uap air dari bahan ke lingkungan. Hal ini terjadi karena sampel pada kondisi tersebut memiliki aktivitas air yang lebih tinggi dari kelembaban relatif lingkungannya sehingga untuk mencapai kondisi setimbang dengan lingkungannya sampel akan melepas uap air. Selisih nilai kadar air beras pratanak yang kecil dibandingkan dengan RH penyimpanan menyebabkan waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan semakin singkat akibat proses difusi uap air yang semakin cepat. Begitu pula sebaliknya pada RH penyimpanan yang tinggi, proses difusi air akan berlangsung lambat dan sulit mencapai kesetimbangan. Pada RH penyimpanan 97 tidak terjadi kadar air kesetimbangan karena disebabkan adanya pertumbuhan kapang pada saat penyimpanan yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada permukaan beras pratanak yang jika dibiarkan lebih lanjut akan berkembang membentuk serabut-serabut putih serupa kapas yang merupakan hipa kapang. Tumbuhnya kapang ini disebabkan oleh penyerapan uap air dari lingkungan yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan aktivitas air dalam beras pratanak tersebut. Menurut Purnomo 1995, Pertumbuhan mikrooganisme seperti jamur, khamir, dan bakteri pada RH di atas 75 juga menjadi salah satu faktor yang menghambat sampel mencapai kondisi setimbang. Beras pratanak yang telah ditumbuhi kapang pada saat penyimpanan sebelum terjadi kadar air kesetimbangan dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Pertumbuhan kapang pada RH 97

3. Pola kurva sorpsi isotermis

Kurva sorpsi isotermis merupakan kurva yang menggambarkan hubungan antara kadar air kesetimbangan dengan kelembaban relatif pada ruang penyimpanan atau aktivitas air Winarno, 1994. Kadar air kesetimbangan yang diperoleh dari percobaan diplotkan dengan nilai aktifitas air atau RH lingkungannya untuk mendapatkan sebuah kurva yang disebut sebagai kurva sorpsi isotermis. Kurva yang terbentuk hampir menyerupai huruf S sigmoid, yang berbeda dan khas untuk masing-masing bahan pangan. Bentuk sigmoid ini disebabkan oleh adanya efek-efek tambahan, yaitu efek dari hukum Raoult, efek kapilaritas dan interaksi molekul air dengan permukaan padatan bahan pangan Labuza, 1984. Kurva sorpsi isotermis dapat menggambarkan kandungan air yang dimiliki bahan tersebut sebagai keadaan relatif tempat penyimpanan Winarno, 2004. Kurva kadar air kesetimbangan beras pratanak dapat dilihat pada Gambar 11.

4. Model persamaan sorpsi isotermis dan uji ketepatan model

Kemulusan kurva yang tinggi dihasilkan melalui pemodelan persamaan kurva isotermis dari kadar air yang didapatkan. Banyak model-model matematis yang telah dikembangkan untuk menjelaskan fenomena sorpsi isotermis secara teoritis Chirife dan Iglesias, 1978, namun dalam penelitian ini hanya dipilih 5 model persamaan matematis yaitu Hasley, Chen-Clayton, Henderson, Caurie, dan Gambar 11 Grafik hubungan kelembaban relatif RH dengan kadar air kesetimbangan beras pratanak 5 10 15 20 25 20 40 60 80 100 Kadar air kesetim bangan bk Kelembaban Relatif RH Oswin. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, kelima model persamaan tersebut mampu menggambarkan kurva sorpsi isothermis pada jangkauan nilai aktivitas air yang luas. Selain itu, model-model persamaan ini mempunyai parameter kurang atau sama dengan tiga sehingga sesuai dengan pernyataan labuza 1984 bahwa jika tujuan penggunaan kurva sorpsi isotermis tersebut adalah untuk mendapatkan kemulusan kurva curve fitting yang tinggi maka model-model persamaan yang sederhana dan lebih sedikit jumlah parameternya akan lebih cocok digunakan. Untuk mempermudah perhitungan maka model-model persamaan matematis yang digunakan dimodifikasi bentuknya dari persamaan non linier menjadi persamaan linier sehingga dapat ditentukan nilai-nilai tetapanya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Metode kuadrat terkecil ini menurut Walpole 1990 dapat memilih suatu garis regresi terbaik diantara semua kemungkinan garis lurus yang dapat dibuat pada suatu diagram pancar. Persamaan kurva sorpsi isotermis yang dihasilkan dari model-model sorpsi isotermis dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15 Persamaan kurva sorpsi isotermis beras pratanak Model Persamaan Hasley log [ln1a w ] = 2.1457 - 2.1195 log Me Chen-Clayton ln [ln1a w ] = 4.9406 - 4.8803 log Me Henderson log [ln11-a w ] = -2.9334 + 2.4410 log Me Caurie ln Me = 1.7490 + 1.5779a w Oswin ln Me = 2.5671 + 0.3005 ln[a w 1-a w ] Persamaan kurva sorpsi isotermis yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung kadar air kesetimbangan beras pratanak. Hasil perhitungan kadar air kesetimbangan beras pratanak dengan menggunakan persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 16, sedangkan perhitungan kadar air kesetimbangan dari setiap model persamaan dapat dilihat pada Lampiran 15. Data kadar air kesetimbangan dari setiap model diplotkan dengan nilai aktivitas air a w sehingga diperoleh kurva sorpsi isotermis. Kurva sorpsi isotermis yang diperoleh dari setiap model dibandingkan dengan kurva sorpsi isotermis hasil penelitian. Kurva sorpsi isotermis dari masing-masing model persamaan yang dibandingkan dengan kurva sorpsi isotermis hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 12 sampai 16. Tabel 16 Kadar air kesetimbangan beras pratanak dari model-model persamaan a w Kadar air kesetimbangan beras pratanak bk Percobaan Hasley Chen-Clayton Henderson Caurie Oswin 0.07 6.52 6.47 6.47 5.40 6.41 5.96 0.27 9.03 9.09 9.09 9.96 8.84 9.70 0.43 11.29 11.14 11.14 12.57 11.33 11.97 0.58 13.31 13.60 13.60 14.93 14.24 14.27 0.69 16.06 16.42 16.42 16.97 17.08 16.57 0.76 19.64 18.72 18.72 18.30 18.92 18.27 0.84 22.76 23.16 23.16 20.28 21.50 21.25 Gambar 13 Kurva sorpsi isotermis model Chen-Clayton 5 10 15 20 25 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 Kadar air kesetim bangan bk Aktivitas air a w Model Chen-Clayton Data Percobaan Gambar 12 Kurva sorpsi isotermis model Hasley 5 10 15 20 25 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 Kadar air kesetim bangan bk Aktivitas air a w Model Hasley Data percobaan Gambar 16 Kurva sorpsi isotermis model Oswin 5 10 15 20 25 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 Kadar air kesetim bangan bk Aktivitas air a w Model Oswin Data Percobaan Gambar 15 Kurva sorpsi isotermis model Caurie 5 10 15 20 25 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 Kadar air kesetim bangan bk Aktivitas air a w Model Caurie Data Percobaan Gambar 14 Kurva sorpsi isotermis model Henderson 5 10 15 20 25 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 Kadar air kesetim bangan bk Aktivitas air a w Model Henderson Data Percobaan Gambar 12 sampai 16 menunjukan kurva sorpsi isotermis beras pratanak dengan menggunakan lima model persamaan kurva sorpsi isotermis. Semakin berhimpit antara kurva sorpsi isotermis hasil percobaan dengan kurva sorpsi isotermis model-model persamaan, maka model tersebut semakin tepat menggambarkan fenomena sorpsi isotermis. Kurva sorpsi isotermis yang paling baik atau dengan kata lain berhimpit adalah kurva sorpsi isotermis dengan menggunakan model persamaan Hasley dan Chen-Clayton. Ketepatan model dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan MRD Mean Relative Determination . Perhitungan nilai MRD dari masing-masing model persamaan dapat dilihat pada Lampiran 15. Perbandingan kurva sorpsi isotermis hasil percobaan dengan model-model sorpsi isotermis memperlihatkan bahwa beberapa model sorpsi isotermis dapat menggambarkan keseluruhan kurva sorpsi isotermis hasil percobaan dengan tepat, agak tepat dan tidak tepat. Hal ini perlu diperkuat dengan perhitungan nilai MRD yang merupakan ukuran ketepatan antara kadar air kesetimbangan hasil percobaan. Menurut Cassini et al. 2006, evaluasi model dilakukan dengan cara menghitung nilai MRD pada masing-masing model. Menurut Tarigan et al. 2006 model sorpsi isotermis yang dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dengan sangat tepat adalah model yang memiliki nilai MRD dibawah 5. Nilai MRD masing-masing model untuk beras pratanak dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17 Nilai MRD model-model persamaan Model Nilai MRD Hasley 1.94 Chen-Clayton 1.94 Henderson 10.61 Caurie 3.81 Oswin 6.57 Model persamaan yang dipilih adalah model yang memberikan nilai MRD terkecil, dimana model tersebut dapat menggambarkan keseluruhan kurva sorpsi isotermis dengan tepat. Hasil perhitungan MRD pada Tabel 17 menunjukan bahwa pada model Hasley, Chen-Clayton dan Caurie adalah model yang paling tepat menggambarkan keseluruhan kurva sorpsi isotermis untuk beras pratanak dengan nilai MRD terkecil, yaitu 1.94 untuk Hasley dan Chen-Clayton serta 3.81 untuk Caurie. Model Oswin menggambarkan keseluruhan kurva sorpsi isotermis beras pratanak dengan agak tepat 5MRD10, sedangkan model Henderson menggambarkan keseluruhan kurva sorpsi isotermis beras pratanak dengan tidak tepat MRD10. Jadi, model yang dipilih untuk menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena sorpsi isotermis beras pratanak adalah model Hasley dan Chen-Clayton dengan persamaan: log [ln1a w ] = 2.15 - 2.12 log Me dan ln [ln1a w ] = 4.94 - 4.88 log Me. Model-model ini perlu diketahui untuk mendapatkan nilai slope b kurva sorpsi isotermis. Karena kedua model persamaan ini mempunyai nilai MRD yang sama maka untuk menentukan slope kurva sorpsi isotermis digunakan salah satunya. Ketepatan model sorpsi isotermis terhadap isotermis percobaan tergantung pada kisaran a w dan jenis bahan pangan yang di uji Khalloufi et al., 2000. Persamaan model Hasley dapat berlaku pada kebanyakan bahan pangan terutama pada biji-bijian pada seluruh nilai a w Chirife dan Iglesias, 1978. Model persamaan Hasley adalah model yang memiliki kurva sorpsi isotermis paling berhimpit dengan model sorpsi isotermis hasil penelitian dibandingkan model-model persamaan lainnya. Menurut Chirife dan Iglesias 1978 diacu dalam Arpah 2007, model persamaan Hasley adalah salah satu model persamaan yang paling banyak digunakan pada bahan pangan kering untuk menggambarkan hubungan antara kadar air kesetimbangan bahan pangan dengan kelembaban relatif ruang simpan.

5. Nilai slope b kurva sorpsi isotermis

Menurut Rahayu dan Arpah 2003, kemiringan b kurva sorpsi isotermis ditentukan dari garis lurus yang terbentuk pada kurva model persamaan sorpsi isotermis terpilih. Dalam penelitian ini, nilai b kurva sorpsi isotermis yang terpilih adalah model Hasley. Nilai b kurva sorpsi isotermis berdasarkan persamaan model Hasley dapat dilihat pada Gambar 17.