Latar Belakang Study of Processing and Shelf Life Determination of Parboiled Rice in Plastic Film Packaging

kondisi granula semula. Gelatinisasi pati ditandai dengan terjadinya pengembangan swelling granula pati, peluruhan melting dari bagian kristalit, hilangnya sifat birefringence, peningkatan kekentalan dan peningkatan kelarutan pati. Secara mikroskopik perubahan granula pati pada saat pemanasan pada saat suhu kamar berlangsung cepat dan meliputi tahap penyerapan air hingga 25-30 yang bersifat dapat balik. Pada tahap selanjutnya, yaitu pada suhu sekitar 65 o C, granula pati mulai mengembang dan menyerap air dalam jumlah banyak yang bersifat tidak dapat balik. Akhirnya terjadi pengembangan yang lebih besar lagi, terjadi pelarutan amilosa fraksi rendah dan selanjutnya terjadi pemecahan granula pati yang kemudian tersebar merata Haryadi, 2008. Perendaman bertujuan untuk memasukkan air ke dalam ruang interseluler dari sel-sel pati endosperm, dan sebagian air diserap oleh sel-sel pati tersebut sampai tingkat tertentu sehingga cukup untuk proses gelatinisasi Nurhaeni, 1980 dan De Datta, 1981. Pemasakan bertujuan untuk melunakkan struktur sel-sel pati endosperm sehingga tekstur granula pati endosperm menjadi seperti pasta akibat proses gelatinisasi. Pemasakan harus dilakukan dengan hati-hati agar gelatinisasi pati dan sterilisasi yang homogen dari gabah tercapai, yaitu dengan menggunakan uap panas yang bersuhu tinggi dan tekanan uap yang rendah. Tabel 4 Kandungan zat gizi beras dari berbagai cara pengolahan Komponen Satuan Beras pecah kulit Beras Giling Beras pratanak Kadar air bb 12.00 12.00 10.30 Energi kkal 360 363 369 Kadar protein bk 7.50 6.70 7.40 Kadar lemak bk 1.90 0.40 0.30 Serat bk 0.90 0.30 0.20 Kadar abu bk 1.20 0.50 0.70 Sumber : Adair et al 1973 Prinsip proses pengeringan bahan adalah pemindahan uap air dari bahan melalui cara evaporasi. Evaporasi terjadi terutama pada permukaan bahan tersebut, yaitu melalui proses difusi dari air di dalam bahan ke permukaan bahan akibat panas yang diberikan baik secara konveksi, konduksi maupun radiasi Damardjati, 1981. Pengeringan dilakukan dua kali untuk mencapai kadar air 14. Pengeringan pertama pada suhu 100 o C sampai kadar air 20, pengeringan kedua pada suhu 60 o C sampai kadar air 14. Pengeringan pada proses pembuatan beras pratanak memerlukan suhu yang lebih tinggi bisa mencapai 100 o C karena kadar air gabah yang tinggi dapat mencapai 45, dan tekstur butir yang berbeda akibat pemanasan yang dilakukan terutama pada saat pemasakan De Datta, 1981. Pengeringan gabah dilakukan hingga kadar air sekitar 14, karena kadar air 14 merupakan kondisi optimum gabah untuk digiling. Pengeringan gabah pratanak bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai tingkat optimal untuk penggilingan dan penyimpanan, serta memaksimumkan hasil giling. Pengeringan juga mempengaruhi tekstur dan warna produk akhir Garibaldi, 1974. Pengeringan sebaiknya dilakukan segera setelah pemasakan. Penundaan pengeringan menyebabkan proses gelatinisasi terus berlanjut sehingga warna menjadi lebih gelap. Penundaan pengeringan juga menyebabkan pertumbuhan mikroba meskipun gabah pratanak dalam keadaan steril, karena suhu dan kadar air tersebut sangat disukai mikroba, terutama kapang dan cendawan. Akan tetapi bila pengeringan terlalu cepat akan menyebabkan retak cracking. Pada proses penggilingan beras, gabah kering giling yang telah dibersihkan dari kotoran dilakukan proses penghilangan sekam sehingga diperoleh beras pecah kulit brown rice, dilanjutkan dengan proses penyosohan sehingga diperoleh beras giling. Penyosohan akan menyebabkan kulit ari dan lembaga terpisahkan, yang berarti kehilangan protein, lemak, vitamin dan mineral yang lebih banyak. Proses beras pratanak mampu mengurangi kehilangan zat gizi dalam proses penggilingan. Nilai gizi yang tinggi disebabkan oleh proses difusi dan panas yang melekatkan vitamin-vitamin dan nutrien lainnya dalam endosperm, serta derajat sosoh beras yang rendah akibat mengerasnya aleuron mengakibatkan sedikitnya bekatul dan zat gizi yang hilang Nurhaeni, 1980.

F. Indeks Glikemik

Indeks Glikemik pertama dikembangkan tahun 1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi pada Universitas Toronto, Kanada, untuk membantu menentukan pangan yang paling baik bagi penderita diabetes. Pada masa itu, diet