Pengertian Tindak Pidana PENDAHULUAN

b. Ada unsur kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan. c. Ada pembuat yang mampu bertanggungjawab. d. Tidak adanya alasan pemaaf.

2. Pengertian Tindak Pidana

Di dalam pasal-pasal KUHP maupun Undang-Undang di luar KUHP tidak ditemukan satu pun pengertian mengenai tindak pidana, padahal pengertian tindak pidana itu sangat penting untuk dipahami agar dapat diketahui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tindak pidana tersebut merupakan indikator atau tolak ukur dalam memutuskan apakah perbuatan seseorang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana atau tidak. Apabila perbuatan seseorang telah memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana, tentu ia dapat dipidana. Demikian pula sebaliknya, jika unsur itu tidak dipenuhi, orang tersebut tidak akan dipidana. Karena tidak terdapat di dalam perundang-undangan, para ahli hukum mencoba memberikan pengertian dan unsur-unsur dari perbuatan pidana tersebut. berikut akan diuraikan pendapat beberapa ahli hukum tersebut. Dalam perundang-undangan dipakai istilah perbuatan yang dapat dihukum di dalam Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951, peristiwa pidana di dalam Konstitusi RIS maupun Undang-Undang Dasar Sementara, perbuatan pidana dalam Undang-Undang Darurat No. 8 Darurat Tahun 1954. Karni menyebutkan dengan perbuatan yang boleh dihukum, Tresna menyebutkan dengan istilah peristiwa pidana, sedangkan Moeljatno menyebutkan istilah dengan Universitas Sumatera Utara perbuatan pidana, Satochid Kartanegara menyebutkan istilah dengan tindak pidana. 5 Roeslan saleh menjelaskan “oleh karena untuk perbuatan pidana ini sehari- hari juga disebut dengan kejahatan, sedangkan perbuatan-perbuatan jelek lainnya yang tidak ditentukan oleh peraturan undang-undang sebagai perbuatan yang Maksud diadakannya istilah tindak pidana, peristiwa tindak pidana dan sebagainya itu adalah untuk mengalihkan bahasa dari istilah asing strafbaar feit. Namun belum jelas apakah di samping mengalihkan bahasa dari istilah strafbaar feit itu, dimaksudkan untuk mengalihkan makna dari pengertiannya juga. Oleh karena sebagian besar ahli hukum di dalam karangannya belum dengan jelas dan terperinci menerangkan pengambilalihan pengertiannya istilah, di samping sekedar mengalihkan bahasanya, hal ini yang merupakan pokok pangkal perbedaan pandangan. Dipandang dari sudut pengalihan pengertian inilah yang banyak menimbulkan persoalan, dimana masing-masing pihak seolah-olah mempunyai perbedaan jauh seperti antara bumi dan langit. Apakah terjadinya perbedaan istilah itu membawa kibat pula berbedanya pengertian hukum yang terkandung di dalamnya. Memang demikianlah pada umumnya, namun tidak mutlak bahwa adanya istilah yang berbeda selamanya mesti pengertiannya berbeda, seperti misalnya antara staf dan maatregel, adalah berbeda, sedangkan antara beveiligingsmaatregel dan maatregel adalah sama, mekipun kesemuanya itu menyangkut sanksi hukum pidana. 5 Hilman Hadikusuma, 1992, Bahasa Hukum Indonesia, Bandung: Alumni, halaman 115. Universitas Sumatera Utara dilarang dan diancam dengan pidana juga disebut orang kejahatan, maka istilah kejahatan lalu tidak dapat digunakan begitu saja dalam hukum pidana”. 6 Apakah isi pengertian dari tindak pidana itu sama dengan strafbaar feit ? Hal ini disebabkan kesulitan menterjemahkan istilah strafbaar feit dengan tindak pidana dalam Bahasa Indonesia tidak semakin berkurang. Perundang-undangan Indonesia telah menggunakan strafbaar feit dengan istilah perbuatan yang dapatboleh dihukum, peristiwa pidana, perbuatan pidana dan tindak pidana dalam berbagai undang-undang. 7 Moeljatno mendefinisikan perbuatan pidana sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. larangan ditujukan kepada perbuatan suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu. 8 Simons dalam Leden Marpaung mengartikan perbuatan pidana delik sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang dapat dihukum. 9 6 Roeslan Saleh, 1982. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia, halaman 16-17. 7 EY. Kanter dan SR. Sianturi, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika, halaman 206-208 8 Moeljatno, 1987, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, halaman 54. 9 Leden Marpaung, 1991, Unsur-unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum Deik, Jakarta: Sinar Grafika, halaman 4. Dari definisi Simons tersebut dapat Universitas Sumatera Utara disimpulkan bahwa unsur-unsur perbuatan pidana terdiri dari 1 perbuatan manusia positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuat; 2 diancam dengan pidana; 3 melawan hukum; 4 dilakukan dengan kesalahan; dan 5 oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van Hamel dalam Sudarto menguraikan perbuatan pidana sebagai perbuatan manusia yang dirumuskan oleh undang-undang, melawan hukum patut atau bernilai untuk dipidana dan dapat dicela karena kesalahan. Dari definisi tersebut dapat dilihat unsurunsurnya, yaitu 1 perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang; 2 melawan hukum; 3 dilakukan dengan kesalahan; dan 4 patut dipidana. 10 Selanjutnya Vos dalam Zainal Abidin memberikan definisi singkat mengenai perbuatan pidana yang disebutkan straafbaarfeit, yaitu kelakuan atau tingkah laku manusia yang oleh peraturan perundang-undangan diberikan pidana. Jadi, unsur-unsurnya adalah 1 kelakuan manusia; dan 2 diancam pidana dalam undang-undang. 11 Sementara itu Pompe memberikan dua macam definisi terhadap perbuatan pidana, yaitu yang bersifat teoretis dan yang bersifat perundang-undangan. Menurut Pompe, dari segi definisi teoretis, perbuatan pidana ialah pelanggaran normal kaidah tata hukum, yang diadakan karena kesalahan pelanggar, dan yang harus diberikan pidana itu dapat mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum. Selanjutnya, menurut hukum positif, perbuatan pidana ialah suatu peristiwa yang oleh undang-undang ditentukan mengandung perbuatan dan 10 Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto ds Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, halaman. 41. Universitas Sumatera Utara pengabaian atau tidak berbuat. Tidak berbuat biasanya dilakukan di dalam beberapa keadaan yang merupakan bagian suatu peristiwa. Uraian perbuatan dan keadaan yang ikut serta itulah yang disebut uraian delik. 12 3. Unsur-Unsur Tindak Pidana Sudikno dalam hal ini mengatakan bahwa tindak pidana itu terdiri dari 2 dua unsur yaitu: 13 a. Unsur bersifat objektif yang meliputi : 1 Perbuatan manusia, yaitu perbuatan yang positif ataupun negatif yang menyebabkan pidana. 2 Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas merusak atau membahayakan kepentingan-kepentingan umum, yang menurut norma hukum itu perlu adanya untuk dapat dihukum. 3 Keadaan-keadaan sekitar perbuatan itu, keadaan ini dapat terjadi pada waktu melakukan perbuatan. 4 Sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidanakan perbuatan melawan hukum tersebut jika bertentangan dengan undang-undang. b. Unsur bersifat subjektif. Yaitu kesalahan dari orang yang melanggar ataupun pidana, artinya pelanggaran harus dapat dipertanggung jawabkan kepada pelanggar. Sejalan dengan hal tersebut, menurut R. Tresna dalam Martiman Prodjohamidjojo suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai suatu peristiwa 11 A. Zainal Abidin Farid, 1995, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika, halaman 225. 12 Ibid, halaman 226. Universitas Sumatera Utara pidana bila perbuatan tersebut sudah memenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain: 14 1 Harus ada perbuatan manusia. 2 Perbuatan itu sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan hukum. 3 Terbukti adanya doda pada orang yang berbuat. 4 Perbuatan untuk melawan hukum. 5 Perbuatan itu diancam hukuman dalam undang-undang. Di samping itu Simon dalam Kanter dan Sianturi mengatakan bahwa tindak pidana itu terdiri dari beberapa unsur yaitu : 15 1 Perbuatan manusia positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan. 2 Diancam dengan pidana strafbaar gestelde. 3 Melawan hukum enrechalige. 4 Dilakukan dengan kesalahan met schuld in verbandstaand. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab toerekeningsvatbaar person. Simons menyebut adanya unsur objektif dari strafbaarfeit yaitu : 16 1 Perbuatan orang. 2 Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu. Unsur subjektif dari strafbaarfeit yaitu : 1 Orang yang mampu bertanggung jawab. 2 Adanya kesalahan dolus atau culpa, perbuatan harus dilakukan dengan 13 Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, halaman 71. 14 Martiman Prodjohamidjojo, 1997, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, halaman 22. Universitas Sumatera Utara kesalahan. Kesalahan ini dapat berhubungan dengan keadaan-keadaan mana perbuatan itu dilakukan. Untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya seseorang maka haruslah dipenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain : 1 Terang melakukan perbuatan pidana, perbuatan yang bersifat melawan hukum. 2 Mampu bertanggung jawab. 3 Melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau karena kealfaan. 4 Tidak ada alasan pemaaf. 17 Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana yang mengakibatkan dihukumnya atau dipidananya seseorang itu, maka haruslah dipenuhi beberapa syarat : a. Melakukan perbuatan pidana, perbuatan bersifat melawan hukum; b. Mampu bertanggung jawab; c. Melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau karena kealpaankurang hati-hati; d. Tidak adanya alasan pemaaf. 18 ad.a. Melakukan perbuatan pidana, perbuatan bersifat melawan hukum Sebagaimana telah disebutkan di atas perbuatan pidana delik adalah perbuatan seseorang yang telah memenuhi unsur-unsur suatu delik yang diatur dalam hukum pidana. Apabila undang-undang telah melarang suatu perbuatan dan perbuatan tersebut sesuai dengan larangan itu dengan sendirinya dapatlah 15 EY Kanter dan SR Sianturi, Op.Cit, halaman 121. 16 Ibid., halaman 122. 17 Ibid., halaman 123. 18 Rachmat Setiawan, 1982, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Bandung: Alumni, halaman.44. Universitas Sumatera Utara dikatakan bahwa perbuatan tersebut bersifat melawan hukum. ad.b. Mampu bertanggungjawab Menurut KUHP seseorang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang dilakukannya dalam hal : 1 Karena kurang sempurna akal atau karena sakit berupa akal Pasal 44 KUHP; 2 Karena belum dewasa Pasal 45 KUHP. Mampu bertanggungjawab dalam hal ini adalah mampu menginsyafi sifat melawan hukumnya dan sesuai dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya. Dalam hal kasus pelanggaran merek maka kemampuan bertanggungjawab tersebut timbul disebabkan : 1 Seseorang memakai dan menggunakan merek yang sama dengan merek pihak lain yang telah terdaftar. 2 Memperdagangkan barang atau jasa merek pihak lain yang dipalsukan. 3 Menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa. 4 Seseorang tanpa hak menggunakan tanda yang sama keseluruhan dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang atau jasa yang sama. ad.c. Melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau karena kealpaankurang hati-hati Kesengajaan dalam hukum pidana dan kealpaan itu dikenal sebagai bentuk dari kesalahan. Si pelaku telah dianggap bersalah jika ia melakukan perbuatan pidana yang sifatnya melawan hukum itu dengan sengaja atau karena kealpaannya. Ini jelas diatur dalam Undang-Undang Merek Tahun 2001 pada Pasal 90, 91, 92 dan 93. Universitas Sumatera Utara ad. d. Tidak adanya alasan pemaaf Tidak adanya alasan pemaaf berarti tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan dari terdakwa. 4. Pengertian Amunisi Alat apa saja yang dibuat atau dimaksudkan untuk digunakan dalam senjata api sebagai proyektil atau yang berisi bahan yang mudah terbakar yang dibuat atau dimaksudkan untuk menghasilkan perkembangan gas di dalam Senjata Api untuk meluncurkan proyektil.Amunisi juga berarti bagian-bagian dari amunisi seperti patroon hulzen selongsong peluru, slaghoedjes penggalak, mantel kogels peluru palutan, slachtveepatroonen pemalut peluru demikian juga proyektil- proyektil yang dipergunakan untuk menyebarkan gas-gas yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Amunisi, atau munisi, adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistik tertentu yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu dan dapat ditembakkan atau dilontarkan dengan senjata maupun dengan alat lain dengan maksud ditujukan kepada suatu sasaran tertentu untuk merusak atau membinasakan.Amunisi, pada bentuknya yang paling sederhana, terdiri dari proyektil dan bahan peledak yang berfungsi sebagai propelan. 19 Amunisi adalah segala pengisi senjata api seperti mesiu, peluru, segala 19 Wikipedia Indonesia, “Amunisi”, http:id.wikipedia.orgwikiAmunisi , Diakses tanggal 2 Juni 2012. Universitas Sumatera Utara alat peledak yang ditembakkan kepada musuh seperti bom, granat roket. 20 Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan amunisi adalah bahan pengisi senjata api seperti mesiu, peluru, dan juga bahan alat peledak yang ditembakkan kepada musuh seperti bom, granat, roket. 21 Amunisi adalah merupakan salah satu alat untuk melaksanakan tugas pokok bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sekarang TNIPOLRI di bidang pertahanan dan keamanan. 22 F. Metode Penelitian Dengan demikian, pada dasarnya impor amunisi tidak dibenarkan dilakukan instansi lain selain TNIPOLRI. Namun demikian, diluar lingkungan. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia terdapat impor, pemilikan, penguasaan dan atau penggunaan amunisi yang digunakan oleh instansi pemerintah lainnya dalam rangka penegakan hukum, maka pemerintah memandang perlu adanya penertiban, pengawasan,dan pengendalian amunisi di masyarakat, sehingga dicegah sejauh mungkin timbulnya ekses yang dapat menimbulkan ancaman atau gangguan terhadap keamanan Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Sifatmateri penelitian