bukti hidup bukti mati

menangkap atau menahan tersangka apabila masih ada di tempat kejadian perkara serta mengumpulkan bukti-bukti agar dengan bukti-bukti demikian tersangka dapat diketahui dan ditemukan apabila sudah melarikan diri dan dengan bukti-bukti tersebut tersangka dapat dihukum. Menurut M karjadi, didalam bukunya tentang Tindakan dan Penyidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara, didalam menangani tempat kejadian perkara, bukti yang terdapat ditempat kejadian perkara dapat dibagi menjadi dua: 1. bukti hidup,yakni saksi-saksi yang terdiri dari manusia yang kemudian akan memberikan keterangan apa yang telah mereka lihat, dengar, rasa, raba, bau atau yang mereka alami. 2. bukti mati, yakni barang-barang bukti yang pekak tidak dapat berbicara dan semua bekas-bekas kejadian tersebut. 70

1. bukti hidup

Dalam mengumpulkan keterangan dari para saksi maka penyidik harus diam yakni sedikit berbicara dan hanya yang perlu saja yang berupa pertanyaan- pertanyaan yang ditanyakan kepada para saksi dimana penyidik tidak boleh melakukan atau memikirkan dugaan, sangkaan, atau sesuatu dengan kira-kira. Penyidik harus melihat, mendengar,dan apa yang ia ketahui dikumpulkan baik-baik dan baru diolah untuk mendapatkan kesimpulan dari kejadian tersebut, keterangan-keterangan saksi itu dicatat karena jika kemudian ada perbedaan 70 M. Karjadi, Tindakan dan Penyidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara,Bogor: Politeia, 1981,hal.25. dengan keterangan para saksi dipengadilan maka penyidik dapat menerangkan dengan sumpah disidang pengadilan. Apabila seorang saksi yang sedang sekaratakan mati maka penyidik harus segera mendengar kesaksiannya sebab ada kemungkinan saksi itu dapat menyebut satu dua patah kata yang penting dalam pengusutanpenyidikan. 71 bukti mati itu adalah semua apa saja yang terdapat di tempat kejadian perkara, juga bekas-bekas seperti jejak-jejak kaki, sidik jari, bekas darah, sebuah pistol, pisau yang merupakan bukti mati, malah jarak juga merupakan bukti mati, misalnya dengan menentukan letak sebuah pistol dengan letak arah dan jarak tangan sikorban, akan dapat disidik apa peristiwa itu kejahatan, kecelakaan, ataupun bunuh diri.

2. bukti mati

72 Walaupun barang buktibenda sitaan secara yuridis formal bukan berstatus sebagai alat bukti yang sah, bahkan merupakan benda mati yang tidak dapat berbicara. Akan tetapi dalam praktik penegakan hukum barang bukti tersebut ternyata dapat dikembangkan dan dapat memberikan keterangan yang berfungsi Untuk pengambilan dan pengumpulan bukti mati pada saat pemeriksaan tempat kejadian perkara dilakukan dengan cara, penyidik melakukan penyitaan barang bukti dan pengambilan jejak bila ditemukan seperti sidik jarilutut,darah, sperma dll di tempat kejadian perkara dan setelah itu membuat berita acara penyitaannya yang nantinya berguna pada saat dipersidangan. 71 Ibid.,hal.25 72 Ibid.,hal 26 bernilai sebagai alat bukti yang sah dalam bentuk keterangan saksi, keterangan ahli visum et repertumVER dan keterangan terdakwa. Misalnya sebuah benda berupa senjata api atau senjata tajam setelah diambildisita dari tempat kejadian perkara menjadi barang bukti kemudian ditunjukkan dan ditanyakan kepada saksi dan saksi tersebut memberikan keterangan bahwa bukti tersebut oleh tersangka telah digunakan untuk melakukan pembunuhan penganiayaan. Kemudian keterangan saksi diperkuat dengan keterangan tersangka yang membenarkan keterangan saksi tersebut. Demikian pula mayat korban pembunuhan setalah dilakukan pemeriksaan ilmiah oleh ahli kedokteran kehakiman laboratorium forensik kemudian hasil pemeriksaannya dituangkan kedalam visum et repertum yang isi nya bersesuaian dan memperkuat keterangan saksi atau tersangka, maka barang buktibenda sitaanbenda mati yang berubah bentuk menjadi VER yang dengan sendirinya mempunyai nilai dan kekuatan sebagai alat bukti yang sah dalam bentuk keterangan ahli. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa barang buktibenda sitaan meskipun bukan merupakan alat bukti yang sah tetapi dalam praktek penegakan hukum ternyata dapat dikembangkan dan mempunyai manfaatkegunaan dalam upaya pembuktian atau setidak-tidaknya dapat berfungsi sebagai sarana untuk mendukung dan memperkuat keyakinan hakim 73 73 HMA. Kuffal, Tata Cara Penggeledahan dan Penyitaan , Malang: UMM Press, 2005,hal.26-28. sebagaimana yang terdapat pada pasal 181 KUHAP yang berbunyi: 1 .hakim ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa segala barang bukti dan menyatakan kepadanya apakah ia mengenal benda itu dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 undang-undang ini. 2. jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang kepada saksi. 3. apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakim ketua sidang membacakan atau memperlihatkan surat atau berita acara kepada terdakwa atau saksi dan selanjutnya minta keterangan seperlunya tentang hal itu. Disamping itu dengan diajukannya barang bukti didepan persidangan, maka hakim melalui putusannya dapat secara sekaligus menetapkan status hukum dari barang bukti yang diambil pada saat pemeriksaan tempat kejadian perkara yakni dapat ditetapkan kepada pihak yang paling berhak atau dirampas untuk kepentingan negara atau untuk dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi 74 Sehingga dalam pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus dilakukan dengan cara yang benar disesuaikan dengan bentukmacam barang bukti yang akan diambildikumpulkan yang dapat berupa benda padat, cair dan gas. Adapun yang dapat diambil dan dikumpulkan barang bukti oleh penyidik dalam kasus-kasus yakni: 74 HMA. Kuffal. Op.cit. hal. 29.. A. jika tindak pidana dengan disertai pembongkaran dan memasuki tempat tertutup. a. jalur masuk keluar pelaku adalah bekas ban kendaraan ataupun bekas kakisepatusandal b. Ceceran puntungbungkus rokok, sandal, saputangan dan lain- lain. Tetesan atau bekas tetesan darah. c. Pada tempat masukkeluar jendela,pintu adalah sidik jari, bekas kaki, bekas alat pembongkar obeng, linggis dan lain-lain, rambut. d. Didalam TKP ditempat-tempat diperkirakan terjadi kontak dengan pelaku adalah sidik jari, bekas kaki, barang-barang yang tertinggal dari pelaku puntungbungkus rokok, saputangan, sarung tangan, korek api, kancing pakaian, rambut, tanah dan lain-lain. Bekas gigitan pada makanan buah-buahan, darah, peluru senjata tajamsenjata api, tali, alat pemukul dan lain-lain. e. Pada korban mati adalah darah, pakaian, bekas-bekas perlawanan seperti rambut, hasil goresan kuku, serat pakaian,luka-luka atau cedera atau korban, benda-benda asing bukan berasal dari tubuh, pengambilan sidik jari pada kulit tangan, badan dan bekas cekikan pada leher. f. Pada pelakuorang yang dicurigai termasuk tempat kediamannya adalah darah, pakaian-pakaian, sepatu, sandal, termasuk tanah, rumput yang melekat,sidik jari, cakaran kuku,dan bekas gigitan, rambut dan bekas-bekas luka, kendaraan tersangka, alat-alat senjata yang ada kaitannya dengan pelakutersangka yang dicurigai. 75 B. jika pada kasus pembakaran kebakaran yang disengaja, kebakaran kelalaian antara lain harus diambil dan dikumpulkan barang bukti sebagai berikut: a. Di jalur mendekatkeluar adalah ceceran bahan bakar, minyak tanah, bensin, thiner dan lain-lain. Ceceran alat pembakar seperti korek api, kain, kayu. Ceceran tempat bahan bakar seperti kaleng, botol kacaplastik. Jejak kakisepatusandal, puntung rokok. b. Di tempat kejadian perkara adalah bekassisa bahan bakar seperti minyak tanah, bensin, thiner, bahan peledak. Bekas atau sisa obat pembara seperti korek api, detonatorfuse. Potongan kawat listrikyang sambungannya tidak sempurna, sekering dan kotak sekering.sambungan pipa gasklep pengaman yang bocor. Gas, sisahasil bakar. Sisa komporlampuobat nyamuk. c. Pada tersangka termasuk tempat kediamannya adalah bekassisa dan bau bahan bakar. Sisa alat pembakar seperti rokok. 76 C. jika pada tindak pidana narkotikaobat bius barang bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 75 Surat Keputusan Kapolri,. Op.Cit, hal 104 76 Ibid,.hal 105. a. Pada korban adalah bahanobat-obatanyang diduga narkotika baik jenis maupun wujudnya. Obat-obatan yang diduga berbahaya. Alat-alat suntikan. Bekas-bekas suntikan. b. Di tempat kejadian perkara adalah catatan-catatan tiker serta hal- hal lainnya. Bahan obat-obatan yang diduga narkotika baik jenis maupun wujudnya. Obat-obatan berbahaya, alat-alat suntikan, bekas bungkussampul obat, alat isap sedot. c. Pada tersangka termasuk tempat kediamannya adalah bahanobat-obatan yang diduga narkotika baik jenis maupun wujudnya. Obat-obatan bahan berbahaya, alat-alat suntikan, bekas bungkusansampul obat. 77 D. jika kasus yang ada hubungannya dengan racun maka bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Pada korban adalah muntahan, data kesehatan medical history yang bisa didapat pada dokter RS dimana korban pernah berobat. Obat-obatanracun pada badan atau pakaian. b. Ditempat kejadian perkara adalah obat-obatan berbahaya. Sisa makananminuman. Sisa racun termasuk racun tikusseranggatumbuh-tumbuhan. Desinfektan karbol,glysol. c. Pada tersangka adalah obat obatan berbahaya serta sisa racun. E. jika kasus yang terjadi merupakan kejahatan susila barang bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 77 Ibid., hal 105 a. Pada korban adalah noda darah, sperma. Rambut, serat pakaian. Pakaian termasuk pakaian dalam. Bekas-bekas perlawanan seperti benda yang melekat dikukutangan. b. Ditempat kejadian perkara adalah noda darah, sperma. Sidik jari, bekas kaki. Rambut, tanah yang tercecer. Barang-barang yang tertinggal dari pelaku seperti sapu tangan, kertas-kertas, puntung rokok, korek api, botol minuman. Bekas-bekas perlawanan. c. Pada tersangka termasuk tempat kediamannya adalah noda darah, sperma, rambut. Pakaian yang dicurigai. Rokok dan korek api. Bekas-bekas perlawanan korban, rumput, tanah yang melekat pada pakaiansepatu.serta sidik jari dan cetakan kakisepatusandal. 78 F. jika kasus yang terjadi merupakan tindak pidana pemalsuan surat barang bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Alat tulis menulis. Bekas-bekas kertas korban. Klise-klise untuk cetakan. Tinta-tinta, kanvas, dokumen atau surat berharga. Contoh-contoh tanda tangan. Cap-cap palsu stempel. Alat-alat cetak. G. jika kasus yang terjadi merupakan kecelakaan lalu lintas sengaja atau tidak, termasuk tabrak lari bukti yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Pada korban adalah termasuk kendaraan miliknya barang atau benda yang terpindah dari kendaraan bermotor lawan seperti cat 78 Ibid., hal 107. mobil, minyak oli dan rem, pecahan kaca, bekas bau pada pakaian korban serta pakaian korban. b. Ditempat kejadian perkara adalah bekas rem dan jejak-jejak lain dari kendaraan. Cat mobil, minyak oli, pecahan kaca. Pecahan- pecahan kasar dari kendaraan bermotor. Pada kendaraan motor yang dicirigai. Barang yang terpindah dari korban atau kendaraannya seperti serat pakaian, darah kering, rambut, dagingkulit korban. Bekas kerusakan yang baru terjadi contoh cat mobil, minyak oli dan rem serta kaca. 79 Jika pengambilan dan pembungkusan barang bukti yang memerlukan bantuan ahli seperti identifikasi, labfor dan dokter forensik maka cara pengambilannya adalah: A. Jika kejahatan yang menggunakan pisau, pisau yang digunakan ada sidik jarinya maka cara pengambilannya adalah: 1. Menggunakan tali yang diikatkan pada pangkal, pisau dapat diangkat dengan mempergunakan ujung ibu jari dan telunjuk, jangan sekali-sekali menggenggamnya. 2. Letakkan diatas sehelai karton tebal, ikat dengan kawat yang halus atau benang yang kuat. 3. Masukkan pisau yang telah terikat pada karton tersebut kedalam kotak yang sesuai sehingga tidak dapat bergeser. 79 Ibid.,hal108. 4. Bungkus, segel dan beri label untuk kepentingan pemeriksaan identifikasi. 80 B. Jika senjata api yang diperkirakan terdapat sidik jari maka: 1. Pungutlah senjata api tersebut dengan mempergunakan ujung ibu jari dan jari telunjuk pada bagian pelindung penarik, kemudian angkat perlahan-lahan. 2. Letakkan senjata api tersebut pada sehelai karton yang tebal, ikat dengan benang atau tali yang cukup kuat pada bagaian pemegang dan pangkal larasnya. 3. Apa bila pada ujung laras senjata api didapat bekas-bekas sobekan kain, rambut maka ini harus dijaga jangan sampai rusak atau hilang. 4. Pada ujung laras hendaknya ditutup dengan kertas dan diikat agar tidak kemasukan kotoran. 5. Masukkan senjata api tersebut pada sebuah kotak yang sesuai ukurannya agar tidak dapat bergerak. 6. Kemudian tutup, bungkus, segel dan beri label. 81 C. Jika anak peluru yang ditemukan di tempat kejadian perkara maka: 1. Ambil dengan hati-hati menggunakan ujung telunjuk dan ibu jari pada kedua ujung anak peluru tersebut dan jangan sampai menambah goresan. 80 Ibid.,hal 108. 81 Ibid.,hal 109. 2. Jika ditemukan lebih dari satu peluru pisahkan satu dengan yang lain, bungkus satu persatu dengan terlebih dahulu dibalut kapas. D. Jika terdapat selongsong peluru maka: karena untuk kepentingan pembuktian selongsong ada pada bagian dasar, maka cara mengambilnya dengan menggunakan alat lidi, pensil dll dimasukkan dalam lubang selongsong dan dimasukkan kedalam kantong pelastik. E. Jika serbuk mesiu maka: 1. Parafinlilin yang telah dicairkan, balutkan atau tumpahkan pada bagian yang terdapat mesiunya. 2. Setelah kering buka parafin tersebut dan masukkan pada kantong plastik yang bersih bungkus, segel dan beri label. F. Jika peluru yang belum terpakai maka: 1. Caranya sama dengan anak peluru dan selongsong. 2. Jika masih terdapat didalam selinder supay dibiarkan dan jangan dikeluarkan. 3. Jika masih terdapat dalam magazen maka magazen tersebut harus dikeluarkan dari senjatanya, dengan menggunakan alas sapu tangan dan jangan merusakmengjilangkan sidik jari yang mungkin terdapat pada senjatanya, bungkus, segel dan beri label. 82 G. Jika pecahan logam, peluruserpihan bahan peledak, kaca dll 82 Ibid., hal 110. 1. Membungkus secara terpisah baik menurut jenisnya, waktu maupun tempat diketemukannya. 2. Pengambilan dan pengumpulannya sama seperti pada anak peluru, bungkus, segel dan beri label. H. Pada pakaian sikorban maka: 1. Dibungkus tersendiri terutama bila ada lubang peluru, sobek karena pisau, noda darah, sperma pada pakaian tersebut. 2. Bungkus segel dan beri label. I. Jika dokumen atau surat maka: Semua dokumen yang ada hubungannya dengan tindak pidana dan yang disita harus dijaga keasliannya. jangan sampai terjadi kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan akibat kecerobohan cara mengambil, mengumpulkan dan menyimpan. 1. Lipatlah sesuai dengan lipatan aslinya. 2. Jangan mengadaka coret-coretan pada dokumen tersebut. 3. Jika hendak memberi tanda pada sampul dimana dokumen tersebut disimpan, simpan pada sampulamplop.kemudian bungkus, diikat, label dan segel. J. Jika pada rambut maka: 1. Pungutlah rambut-rambut dengan menggunakan pinset. 2. Tempatkan rambut tersebut pada sehelai kertas putih kemudian lipatlah kertas tersebut sehingga rambut itu terjepi ditengahnya. 3. Masukkanlah lipatan kertas itu kedalam kotakkantong tutup rapat-rapat, bungkus, segel dan beri label. K. Jika pada sperma maka cara pengambilannya adalah: 1. Jika masih basah usahakan untuk dapat dipindahkan kedalam botol kaca dan tutup rapat. 2. Jika sudah kering biarkan pada tempatnya semula, bungkus bersama tempatnya, beri label dan segel. 83 L. Jika pada darah maka cara pengambilannya adalah: 1. Darah basah yang ditemukan pada benda-benda lunak antara lain pakaian, sprei, selimut, keset dll. a. jumlah kecil potongguntinglah setengah dari pada tempat masukkan kedalam botol kemudian cairkan saline larutan garam dapur NaCl 0.9 dan tutup rapat, bungkus, beri label dan segel. b. jumlah besar pindahkan darah yang tergenag itu kedalam botolbejana dengan menggunakan pipet tambahkan cairan saline kedalamnya kira-kira 15 dari jumlah darahnya, 2. Darah basah yang ditemukan pada benda keras antara lain ubin, besi dan batu. a. jumlah kecil 83 Ibid., hal 112. usahakan memindahkan sebanyak mungkin darah tersebut didalam botol yang bersih, berikan cairan saline1.5 dari arah yang ada tutup yang rapat, bungkus beri label dan segel. Sisanya biarkan mengering kemudian korek dengan pisausilet secukupnya. Masukkan dalam lipatan kertas putih, masukkan dalam amplop, beri label dan segel. b. jumlah besar contoh darah yang diambil dalam jumlah yang lebih banyak, caranya sama dengan pada darah jumlah yang kecil. 3. Darah kering yang diketemukan pada benda-benda lunak antara lain pakaian, sprei, selimut, keset dll. a. jumlah kecil ambil dan bungkus barangbagian barang dimana darah kering melekat beri label dan segel b. jumlah banyak caranya sama dalam pegambilan darah yang basah. 4. Darah kering yang ditemukan pada benda keras antara lain ubin, besi dan batu. a. jumlah kecil kerik seluruhnya masukkan kedalam bejanabotol tuangkan cairan saline secukupnya an butol ditutup rapat bungkus dan beri label dan segel. b. jumlah besar kerik sebanyak mungkin dan seterusnya caranya sama seperti pengambilan darah yang basah. 5. cairan yang lain cara pengambilannya dan pengawetan dapat dilakukan sama dengan cara pengambilan darah dan sperma. M. Jika sisa makananmuntahan makanan. Pindahkan kedalam botolkantong plastik yang diangkat dengan cara menggunakan sendok atau alat lain kemudian ditutupdiikat dan disegel. N.Untuk jejak jari, jejak jari terbagi menjadi 3 jenis yakni : 1. Jejak jari yang nyata langsung dapat dilihat, miaslnya jejak jari berasal dari jari-jari yang kotor karena tanah, oli, darah dll 2. Jejak jari plastikakibat dari pada barang –barang lunak yang terpegang misalnya: coklat, mentega, sabun. Sehinga menimbulkan lekukan-lekukan yang menggambarkan jari dengan garis-garis pilarnya 3. Jejak jari laten jejak jari yang perlu dikembangkan terlebih dahulu sebelum dapat dilihat jenis ini merupakan jejak jari terbanyk yang dapat dijumpai di TKP, jejak jari ini sangat tinggi nilai buktinya dalam suatu perkara tindak pidana karena:tidak ada orang memiliki sidik jari yang sama, sidik jari tidak pernah berubah seumur hidup, sidik jari dapat dirumus. 84 cara pengambilan jejak jari yang ditemukan di TKP dilakukan sebagai berikut: 84 Ibid., hal 116. a. Potret jejak jari yang ditemukan bila laten harus dikembangkan terlebih dahulu dengan metode serbuk atau metode kimia. b. Angkat lifting, jejak jari yang ditemukan dengan lifter bagi jejak jari latent yang telah dikembangkan dengan serbuk, kemudian tempelkan pada kartu “pendapatan sidik jari dari TKP”. c. Cetak jejak jari plastis yang ditemukan dengan silikon dan turunkan hasil cetakannya dalam kotak yang sesuai dengan ukurannya. d. Bagi jejak jari nyata, usahakan untuk dikirim bersama bendabarang, bila mana ia melekat. Bila bendabarang tersebut terlalu besar untuk dibawah seluruhnya, lakukan pemotongan dan potongan bendabarang tersebutlah yang harus dikirimkan. O. Jejak alatperkakas Tool marks. Alat-alatperkakas yang digunakan dalam kejahatan, hampir selalu meninggalkan bekas di tempat kejadian perkara. Pada umumnya berupa goresan- goresan atau lekukan pada benda-benda tertentu yang menjadi sasaran tindak kejahatan. jejak-jejakalat perkakas ini membawa segala ciri atau tanda-tanda istimewa yang ada pada alatperkakas aslinya misalnya: obeng yang telah rusak ujungnya, meninggalkan jejak bekas yang berbeda dengan obeng lain yang masih baru atau yang kerusakannya berbeda. cara mengambil jejak alat perkakas ini dengan cara menuang dan mencetaknya dengan silikon. P. Jejak kakisepatu, ban mobil. Diatas permukaan tanah yang lembek gembur, atau berpasir injakan kakisepatu dan gilasan roda kendaraan meninggalkan bekas berupa cetakan dari pada bentuk asalnya. jejak ini merupakan alat bukti yang dapat menunjang pengungkapan suatu tindak pidana karena dapat dilakukan perbandingan antara jejak yang ditemukan kemudian didalam penyidikan. cara pengambilan jejak ini adalah dengan mencetakmenuangnya dengan gips. Q. Pengambilan dan pengumpulan barang bukti gas. Berhubung cara-cara pengambilan dan pengawetan sukar dilakukan, lebih-lebih banyak jenis gas yng sangat membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya maka dalam pemeriksaan harus didatangkan ahli, yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan dengan memperhatikan bahaya yang mungkin ada, yaitu dengan mengumpulkan gas termasuk gas hasil kebakaran dengan cara mengumpulkan dalam kantong plastik dari nilon dibeberapa tempat di tempat kejadian perkara. 85 85 Ibid,. hal 119. BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH PENYIDIK DALAM PENCARIAN BUKTI PADA SAAT PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA Kendala-kendala yang dihadapi polisi sebagai penyidik dalam pencarian bukti pada saat penanganan tempat kejadian tempat perkara yakni dimulai dari adanya laporan ataupun pengaduan dari masyarakat, tindakan pertama serta pengolahan tempat kejadian perkara secara besarnya terbagi atas 2 kendala, yakni kendala dari luar kepolisian kendala eksternal dan kendala dari dalam kepolisian sendiri kendala internal.

A. kendala Dari Luar Kepolisian Kendala Eksternal