III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Pelaksanaan
penelitian dimulai sejak bulan Maret hingga September 2011.
3.2 Isolasi Parasit I. multifiliis Dan et al. 2006
Ektoparasit yang digunakan dalam penelitian ini adalah I. multifiliis stadia trophont yang diperoleh dari wabah white spot. Ikan yang sekarat akibat penyakit
white spot ditempatkan pada cawan petri yang berisi air kolam steril bersuhu 10°C. Parasit yang lepas dari tubuh ikan kemudian dikumpulkan pada satu wadah
setelah dibilas beberapa kali untuk menghilangkan debris dan kotoran. Parasit kemudian diambil 20 sel secara acak untuk identifikasi secara morfologi dengan
menggunakan mikroskop Olympus CX 31. .
3.3 Pemeliharaan pada Suhu Rendah modifikasi Noe dan Dickerson 1995
Sel trophont dengan ukuran minimal 350 µm dipilih dan ditransfer ke dalam tabung reaksi berisi air kolam steril 10 ml dan bersuhu 10°C. Ukuran tersebut
dipilih untuk memastikan parasit mampu bertahan diluar tubuh inangnya, dan suhu 10°C bertujuan untuk mencegah terbentuknya kista. Selanjutnya sel tersebut
ditransfer ke dalam tabung reaksi dan disimpan dalam ruang bersuhu 9±2°C selama 14 hari. Sebagai pembanding kontrol, adalah parasit yang dipelihara
dalam media air yang bersuhu 27±1°C.
3.4 Parameter Pengamatan Dan et al. 2006
Pengamatan dilakukan setiap hari selama 14 hari. Parameter yang diamati adalah persentase survival rate, aktivitas sel, persentase encystment, persentase
excystment, dan abnormalitas sel parasit. Pengukuran setiap parameter adalah berikut:
3.4.1 Persentase Survival Rate
Persentase survival rate parasit dihitung dengan rumus : SR =
100 No
Nt Keterangan:
SR = tingkat kelangsungan hidup parasit
Nt = jumlah parasit yang hidup pada akhir pemeliharaan
No = jumlah parasit yang ditebar pada awal pemeliharaan
3.4.2 Persentase Encystment
Encystment adalah proses pembentukan kista stadia tomont setelah sel trophont dipelihara. Sel tomont dikenali dengan warna sel yang lebih pekat,
hilangnya makronukleus, dan terjadinya pembelahan sel. Dari tabung reaksi seluruh parasit dituang ke dalam cawan petri dan dengan pipet secara acak dipilih
3 sel untuk diinkubasi pada air kolam steril selama 24 jam. Perhitungan persentase
encystment dilakukan dengan rumus:
PEn = 100
B A
Keterangan: PEn = persentase encystment
A = jumlah sel tomont saat pengamatan
B = jumlah sel trophont yang dipelihara pada awal penelitian
3.4.3 Persentase Excystment
Excystment adalah proses lepasnya sel anakan sel theront dari sel tomont setelah terjadinya pemecahan pada dinding sel tomont. Sel tomont yang
mengalami excystment dikenali dengan tidak adanya tomite di dalamnya, dan adanya keberadaan sel sel theront di sekitar sel tomont yang pecah. Perhitungan
persentase excystment dilakukan dengan rumus: PEx =
100 D
C Keterangan:
PEx = persentase excystment C
= jumlah sel tomont yang pecah rupture D
= jumlah sel tomont awal
3.4.4 Abnormalitas Sel Theront
Sel tomite abnormal dicirikan dengan sel tomite yang gagal keluar dari sel tomont setelah 48 jam inkubasi pada suhu 27°C. Sedangkan sel theront abnormal
dicirikan dengan sel yang tidak bergerak atau bergerak tapi lemah. Penilaian dilakukan secara deskriptif, dimana:
+++ = sangat banyak ++ = banyak
+ = sedikit
- = tidak terdapat abnormalitas.
3.5 Uji Infektifitas Parasit
Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah sel parasit masih mampu menginfeksi ikan uji setelah dipelihara selama 14 hari pada suhu rendah. Sel
theront yang dihasilkan setelah proses inkubasi 27°C selama 24 jam, selanjutnya diinfeksikan pada 10 ekor ikan black moly 1,5±0,5 g dan ikan bawal air tawar
3±0,3 g yang dilakukan dengan cara perendaman, hingga memunculkan gejala white spot dalam waktu pengamatan maksimal 14 hari pasca infeksi.
Proses infeksi pada ikan black moly dilakukan pada akuarium di dalam ruangan tertutup dimana suhu air diatur stabil pada kisaran 23-24°C. Sedangkan
infeksi pada ikan bawal air tawar dilakukan pada suhu 27°C. Jika selama 14 hari pasca infeksi tidak menunjukan gejala white spot, maka parasit dianggap tidak
infektif. Persentase ikan yang terinfeksi dari populasinya prevalensi dicatat untuk kemudian dibandingkan terhadap infektifitas parasit dari perlakuan kontrol.
3.6 Analisis Data