Propagasi Parasit The Viability of Ichthyophthirius multifiliis Maintained at Low Temperature

2.2 Propagasi Parasit

Usaha untuk mengkultur beberapa organisme sederhana dalam media buatan telah dilakukan terhadap golongan bakteri, fungi, dan sebagian dari keluarga protozoa. Untuk beberapa organisme yang bersifat parasit obligat harus dikultur dalam organisme hidup ataupun dalam suatu kultur jaringan atau sel cell line. Kultur secara in vitro memungkinkan untuk mendapatkan organisme dalam jumlah yang cukup karena tidak adanya predator atau kompetitor dalam media biakannya Lee dan Mora 2005. Kemampuan untuk menghasilkan organisme yang terbebas dari kontaminan sangat diperlukan bahkan dalam bidang biologi molekuler. Beberapa penelitian termasuk diagnosis dan studi etiologi hanya dapat dilakukan ketika tersedia sejumlah kecil organisme parasit, atau beberapa penelitian justru membutuhkan sejumlah organisme parasit tanpa kontaminasi dengan organisme atau materi dari inangnya. Satu keuntungan dari kultur in vitro terutama kultur murni, adalah kemampuan menghasilkan suplai organisme yang kontinyu Visvesvara dan Garcia 2002. Hasil dari beberapa penelitian yang menggunakan media buatan, membuktikan bahwa selain sebagai media untuk perbanyakan parasit, media buatan juga dapat dimanfaatkan sebagai media preservasi untuk waktu yang singkat. Nielsen dan Buchmann 2000 membuktikan bahwa media EMEM dan L-15 yang disuplementasi dengan faktor inang dapat memperpanjang masa hidup parasit I. multifiliis selama 11 hari, dibandingkan perlakuan tanpa faktor inang 7 hari dan tanpa media buatan 2 hari. Sementara Syawal 1995 berhasil memperpanjang viabilitas sel theront I. multifiliis dalam media peptone dan glukosa walaupun sel tidak berkembang menjadi trophont. Media buatan menawarkan beberapa keuntungan dalam kegiatan mengkultur atau mempreservasi parasit. Keunggulan tersebut antara lain komposisi media buatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi parasit, dapat diperbaharui secara berkala untuk menghindari peracunan pada parasit, dan dapat disuplementasi dengan faktor-faktor inang yang dibutuhkan parasit, seperti plasma ataupun mukus. Sementara itu untuk parasit-parasit yang obligat inang, maka propagasi secara in vivo merupakan satu-satunya jalan untuk memperbanyak sel parasit. Keberhasilan pada propagasi secara in vivo sangat ditentukan oleh kualitas parasit, kuantitas parasit, dan kualitas lingkungan. Jumlah inang yang dibutuhkan dalam suatu seri infeksi, kecepatan peralihan stadia, sifat infektif yang tidak stabil dari parasit, dan fenomena menurunnya patogenisitas parasit dengan bertambahnya seri infeksi adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam suatu propagasi parasit secara in vivo Dan et al. 2006. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan parasit C. irritans penyebab penyakit white spot pada ikan laut, menyimpulkan bahwa sel theront tidak selamanya bersifat infektif walaupun mungkin dapat disimpan dalam waktu yang lama. Selain itu ada fenomena semakin banyak seri infeksi dilakukan dalam propagasi secara in vivo, ternyata membutuhkan jumlah parasit yang semakin banyak untuk menimbulkan gejala bintik putih pada infeksi berikutnya. Penurunan kemampuan infeksi juga terjadi jika sel trophont yang digunakan telah dipreservasi pada suhu lebih rendah dari 12°C dan masa penyimpanan yang lebih lama dari 4 bulan. Penurunan tersebut dapat diamati dari meningkatnya persentase kecacatan pada sel theront yang dihasilkan, rendahnya derajat infektifitas, dan meningkatnya nilai lethal dosis Dan et al. 2009. III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian