Analisis Data Kelangsungan Hidup Parasit

3.4.4 Abnormalitas Sel Theront

Sel tomite abnormal dicirikan dengan sel tomite yang gagal keluar dari sel tomont setelah 48 jam inkubasi pada suhu 27°C. Sedangkan sel theront abnormal dicirikan dengan sel yang tidak bergerak atau bergerak tapi lemah. Penilaian dilakukan secara deskriptif, dimana: +++ = sangat banyak ++ = banyak + = sedikit - = tidak terdapat abnormalitas.

3.5 Uji Infektifitas Parasit

Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah sel parasit masih mampu menginfeksi ikan uji setelah dipelihara selama 14 hari pada suhu rendah. Sel theront yang dihasilkan setelah proses inkubasi 27°C selama 24 jam, selanjutnya diinfeksikan pada 10 ekor ikan black moly 1,5±0,5 g dan ikan bawal air tawar 3±0,3 g yang dilakukan dengan cara perendaman, hingga memunculkan gejala white spot dalam waktu pengamatan maksimal 14 hari pasca infeksi. Proses infeksi pada ikan black moly dilakukan pada akuarium di dalam ruangan tertutup dimana suhu air diatur stabil pada kisaran 23-24°C. Sedangkan infeksi pada ikan bawal air tawar dilakukan pada suhu 27°C. Jika selama 14 hari pasca infeksi tidak menunjukan gejala white spot, maka parasit dianggap tidak infektif. Persentase ikan yang terinfeksi dari populasinya prevalensi dicatat untuk kemudian dibandingkan terhadap infektifitas parasit dari perlakuan kontrol.

3.6 Analisis Data

Data persentase survival rate, persentase encystment, persentase excystment, dan persentase abnormalitas disajikan dalam bentuk tabel dengan analisa secara deskriptif. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada saat diisolasi dari ikan, sel trophont menunjukan pergerakan yang aktif selama 4 jam pengamatan. Selanjutnya sel parasit pada suhu kontrol menempel pada dasar petri dan menjadi lebih lengket yang menandakan dimulainya proses encystment, sedangkan parasit pada suhu 10°C tidak mengalami proses encystment dan sel parasit tidak lengket pada dasar petri. Parasit selanjutnya ditransfer pada tabung reaksi untuk perlakuan suhu rendah dan diamati viabilitasnya selama 14 hari. Nilai hasil pengamatan nilai survival rate, encystment, excystment, dan abnormalitas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai survival rate parasit, persentase encystment, persentase excystment, dan abnormalitas sel theront yang dihasilkan setelah inkubasi pada suhu 27±1°C keterangan : - : tidak ada sel abnormal + : sedikit ++ : banyak +++ : sangat banyak

4.1 Kelangsungan Hidup Parasit

Kolom SR Survival Rate yang terdapat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sel trophont yang dipelihara dalam suhu rendah mampu bertahan hidup 100 hingga pada hari ke-6 pengamatan, dan secara gradual mengalami kematian kontrol perlakuan 9±2 C 27±1 C 9±2 C 27±1 C kontrol perlakuan 100 100 100 100 100 100 - − 1 100 100 100 100 100 100 - − 2 - 100 - 86 100 - 100 - − 3 - 100 - 100 − - 100 - − 4 - 100 - − − - 100 - + 5 - 100 - − − - 100 - + 6 - 100 - − − - 100 - + 7 - 92 - − − - 66,66 - ++ 8 - 85 - − − - 66,66 - ++ 9 - 80 - − − - 66,66 - +++ 10 - 77 - − − - 66,66 - +++ 11 - 68 - − − - 66,66 - +++ 12 - 48 - − − - 33,33 - +++ 13 - 40 - − − - 33,33 - +++ 14 - 35 - − − - 33,33 - +++ kontrol Perlakuan Hari SR Encystment Excystment Abnormalitas kontrol Perlakuan sehingga nilai SR populasi parasit hanya 35 di akhir pengamatan. Sel parasit yang mati tidak mengalami lisis sehingga tetap bisa diamati pada hari terakhir pengamatan. Sedangkan seluruh sel trophont yang dipelihara pada suhu optimal kontrol menyelesaikan proses encystment dan excystment hanya dalam 18-24 jam, sehingga pada hari pertama pengamatan seluruh parasit sudah dalam stadia theront. Ukuran sel yang besar memungkinkan parasit dapat menyimpan cadangan energi yang lebih banyak untuk proses pembelahan sel. Pada perlakuan suhu rendah, proses pembelahan sel diduga melambat dan mencegah proses pembentukan sel tomite, sehingga tersedia energi yang cukup bagi parasit untuk tetap bertahan hidup pada suhu rendah selama berada di luar tubuh inangnya. Terdapat hubungan lurus antara ukuran sel trophont dengan viablitasnya, dimana sel trophont yang ukurannya lebih kecil dari 95 µm tidak akan mampu bertahan di luar tubuh inangnya Dickerson 2006. Dalam penelitian ini, parasit yang digunakan adalah parasit dengan ukuran minimal 350 µm sehingga mampu bertahan selama beberapa hari. Pengamatan pada hari ke-14 menemukan hanya sel parasit yang berukuran minimal 600 µm yang terlihat masih hidup. Kelangsungan hidup parasit yang rendah pada penelitian ini diduga disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu keterbatasan energi dan pengaruh suhu. Pemisahan parasit dari inangnya mengakibatkan tidak adanya suplai energi dari luar tubuh parasit dan memaksa parasit menggunakan cadangan energi yang ada untuk bertahan hidup. Kemampuan membentuk kista dan cadangan lipid diduga sangat menentukan kemampuan bertahan parasit saat meninggalkan inang Ewing dan Kocan 1986. Jumlah energi yang terbatas dan sangat ditentukan oleh ukuran parasit akan menentukan berapa lama parasit tersebut mampu bertahan di luar tubuh ikan. Terdapat perbedaan fisiologi antara parasit I. multifiliis yang menginfeksi ikan pada daerah subtropik dengan I. multifiliis yang menginfeksi ikan di daerah tropik. Perbedaan fisiologi tersebut diduga berkaitan dengan kemampuan toleransi parasit pada suhu inang dan suhu lingkungannya Dickerson 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Noe dan Dickerson 1995 membuktikan parasit mampu bertahan pada tubuh inangnya selama 20,4 hari, jauh lebih lama dibandingkan perlakuan kontrol 5-6 hari walaupun suhu diturunkan pada 9°C. Hal ini menjadi dugaan bahwa parasit I. multifiliis strain subtropik bertahan selama musim dingin dengan cara tinggal lebih lama pada tubuh inangnya dan berkembang jauh lebih lambat. Penelitian terkait pada perlakuan suhu yang dilakukan oleh beberapa peneliti Noe dan Dickerson 2006; Dan et al. 2009 masih menggunakan kisaran suhu yang secara alami terjadi dalam siklus satu tahun di perairan setempat. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis karena menggunakan suhu 9°C yang jarang sekali terjadi di perairan daerah tropik sehingga kelangsungan hidup parasit hanya 35 saja setelah 14 hari perlakuan. Diduga parasit yang merupakan isolat tropik ini tidak mampu bertahan hidup lebih lama pada suhu 9°C.

4.2 Persentase Encystment