Strategi adaptasi terhadap kekurangan air

kawasan pesisir dengan keterlibatan masyarakat sangat penting. Selain itu, peningkatan kesadaran dan penyebarluasan informasi perubahan iklim dan informasi adaptasi pada berbagai tingkat masyarakat terutama untuk masyarakat yang rentan sebagai tindakan kesiapsiagaan dini dan peningkatan kesadaran tentang bencana iklim yang semakin meningkat Hilman 2007. Secara naluri masyarakat baik di hulu Desa Nenas maupun di hilir Desa Bena memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan musim yang terjadi. Masyarakat berusaha untuk bertahan terhadap dampak yang ditimbulkan dari fenomena perubahan musim. Hasil tanaman pertanian yang tidak maksimal memaksa para petani untuk mengganti tanaman jagung dengan tanaman ubi kayu, wortel, daun bawang, semangka, sayuran-sayuran, dan cabe. Hasil tanaman pengganti akan dijual untuk menambah penghasilan hidup.

5.3.1 Strategi adaptasi terhadap kekurangan air

Masyarakat sudah merasakan bahwa ketersediaan air di desa mulai berkurang pada saat musim kemarau panjang. Masyarakat kesulitan air untuk kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini membuat Pemerintah Daerah mengambil tindakan untuk mengatasi keterbatasan air di musim kemarau. Pemerintah Daerah membangun sarana bak penampung air dan saluran irigasi. Pembangunan bak penampung air bersih berfungsi menampung air dari sumber mata air yang dapat digunakan untuk kebutuhan hidup masyarakat ketika musim kering. Sedangkan saluran irigasi difungsikan sebagai irigasi sawah petani ketika musim kemarau datang, sehingga kegiatan pertanian tetap berjalan dengan baik. Gambar 9 Bangunan fisik sebagai solusi terhadap kekurangan air. Selain bantuan dari pemerintah tersebut, masyarakat juga membuat sumur galian pada tempat yang memiliki sumber mata air dan di sekitar sungai. Masyarakat di Desa Nenas membuat sumur di kaki-kaki gunung yang terdapat sumber mata air. Sumur yang digali masyarakat memiliki kedalaman 5-10 meter. Hal yang sama dilakukan masyarakat di Desa Bena, mereka membuat sumur galian dengan kedalaman 10-15 meter. Terdapat 10 sumur dengan kedalaman mencapai 15 meter di Desa Bena. Apabila musim kemarau panjang, hanya ada 8 sumur yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan 2 sumur lainnya tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena airnya berubah menjadi asin. Keadaan ini memaksa masyarakat untuk mengambil air di sungai. Berdasarkan keterangan dari responden ada 4 titik sungai di dekat desa yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat lihat Gambar 10. Gambar 10 Pembuatan sumur galian dan sumur sementara di sekitar sungai sebagai upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air. Masyarakat harus berjalan sejauh 1-2 kilometer untuk mencapai sumur galian di sungai. Alat yang digunakan untuk mengambil air berupa jerigen-jerigen kecil yang berukuran 5 liter. Masyarakat mengangkut jerigen tersebut dengan menggunakan gerobak atau memanggul. Sumur galian di sekitar sungai yang dibuat bersifat sementara dan digunakan pada saat musim kemarau saja. Kegiatan ini dilakukan oleh semua masyarakat desa penelitian ketika musim kemarau panjang. Perubahan musim yang terjadi sangat mempengaruhi ketahanan pangan masyarakat. Kondisi ini memaksa masyarakat beradaptasi untuk menyesuaikan dengan perubahan musim, baik musim hujan maupun kemarau. Adapun inisiatif dari masyarakat atau kelompok untuk melakukan strategi adaptasi masyarakat agar keberadaan air tetap terjaga yakni dengan penanaman pohon beringin. Menurut kepercayaan masyarakat desa pohon beringin dapat menyimpan air, sehingga Pemerintah Desa menganjurkan untuk menanamnya di kebun-kebun masyarakat. Program penanaman di Desa Bena misalnya mendapat bantuan dari Balai Konservasi Sumber Daya Hutan BKSDH setempat berupa bibit tanaman pohon untuk ditanam di pekarangan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk menghijaukan desa agar masyarakat tidak kesulitan air ketika musim kemarau.

5.3.2 Strategi adaptasi untuk menanggulangi banjir