Analisis Logam Berat Terlarut Analisis Spasial Data

12

3.3.2. Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan contoh air permukaan dilakukan di depan haluan kapal untuk menghindari kontaminasi dari buangan mesin kapal yang diduga mengandung logam berat. Pengambilan contoh air permukaan dilakukan pada kedalaman 1 m, karena perairan tersebut merupakan perairan dangkal dengan kedalaman hanya berkisar antara 1 hingga 2 meter Gambar 4. Contoh air diambil dengan menggunakan water sampler Van Dorn yang terbuat dari plastik polivinilklorida PVC untuk menghindari kontaminasi logam berat. Selanjutnya contoh air ditampung dalam botol polietilen 1000 ml dan dimasukan ke dalam pendingin cool box. Data kualitas air diukur secara in situ dengan menggunakan water quality checker Lampiran 1. Alat tersebut mengukur kualitas air yang meliputi suhu, turbiditas, salinitas, tingkat keasaman pH dan oksigen terlarut Dissolve Oxigen. Water quality checker terdiri dari probe yang didalamnya terdapat sensor untuk mendeteksi kualitas air, kemudian probe tersebut dimasukan ke dalam air pada kedalaman 1 meter dari permukaan air.

3.4. Analisis Logam Berat Terlarut

Contoh air disaring dengan kertas saring Nucleopore yang berpori-pori 0.45 µm dengan garis tengah 47 mm dengan sistem vakum proses terbuka. Setelah itu air diawetkan dengan HNO 3 pH 2.0. Air sampel sebanyak 250 ml dimasukkan dalam corong pisah teflon Gambar 5, kemudian diekstraksi dengan larutan penahan, ammonium pirolidin ditiokarbamat APDC dan methyl iso butyl keton MIBK. Dalam suasana asam, logam berat yang terkandung di dalam air bereaksi dengan APDC membentuk senyawa kompleks organik yang tidak larut 13 dalam fasa air. Penambahan pelarut organik MIBK, senyawa kompleks logam berat-APDC akan larut dalam MIBK yang menghasilkan 2 lapisan yaitu organik dan anorganik. Lapisan atau fase organik diekstraksi kembali dengan HNO 3 pekat, setelah terbentuk menjadi 2 lapisan selanjutnya lapisan yang digunakan kembali adalah lapisan atas dimana senyawa kompleks logam berat masih menyatu dengan MIBK. Kemudian penambahan aquades untuk memisahkan MIBK dengan senyawa logam berat Hutagalung et al., 1997. Gambar 5. Proses ekstraksi contoh air di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan-IPB. Kadar logam berat timbal Pb dalam contoh air ditentukan dengan AAS Atomic Absorption Spectroscopy jenis Varian SpektrAA plus dengan menggunakan graphite furnace pembakaran dengan grafit dengan panjang gelombang 217 nm di Laboratorium Analisis Kimia Terpadu IPB dengan deteksi limit untuk pengukuran Pb yaitu 0.001 ppm.

3.5. Analisis Spasial Data

Pengolahan data terdiri dari 2 tahapan yang mencakup pengolahan informasi dengan menggunakan software Ms. Excel untuk data.txt dan analisis 250 ml Lar. penahan APDC MIBK Organik Anorganik dibuang HNO 3 pekat Dibuang Untuk dianalisis dengan AAS MIBK Aquades Pb 14 data menggunakan software ArcView GIS 3.2 hasil.shp, selanjutnya untuk proses pengolahan data disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Proses pengolahan data dengan Ms. Excel dan ArcView GIS 3.2 Peta lokasi yang diperoleh dari Bakosurtanal di-digitasi dengan software ArcView GIS 3.2 sehingga diperoleh peta digital yang memiliki koordinat. Peta tersebut dikombinasikan dengan peta hasil pencitraan dari Google Maps Tahun 2011 dan Peta Administrasi Kabupaten Serang Tahun 2011 untuk mendapatkan peta lokasi yang sesuai. Proses registrasi mencakup proses digitasi kedalaman perairan, polyline garis yang terhubung memnbentuk suatu daerah daratan Banten, line garis sungai, dan pembuatan atribut pelabuhan, mercusuar dan industri. Selanjutnya peta digital di-clip dengan polyline batasan daerah Salinitas Turbiditas Suhu, pH, TDS Data parameter fisik-kimia Konsentrasi logam berat Timbal Pb Ms. Excel Data.txt Daratan Banten, sungai dan atribut Sumber : Bakosurtanal ArcView GIS 3.2 Peta Lokasi Batasan penyebaran Pb Desa Baten, Margaluyu dan Sawahluhur Interpolate Data IDW Data.txt Reclassify Save as .shp Edit kisaran nilai parameter Layout Penyebaran secara spasial logam berat Pb dan data kualitas air C 15 penyebaran spasial parameter agar diperoleh kisaran daratan yang sesuai dengan jangkauan penyebaran logam berat. Hal ini dimaksudkan karena data yang diambil berada pada area Pelabuhan Karangantu, perairan Desa Banten, Margaluyu dan Sawahluhur. Proses add table dilakukan berdasarkan data yang telah diolah dengan Ms. Excel data.txt pada program ArcView GIS 3.2. Selanjutnya proses interpolate data dengan teknik IDW. Interpolasi dengan IDW digunakan untuk meng- interpolasi yang mengasumsikan bahwa tiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak. Titik-titik pada radius tertentu dapat digunakan dalam menentukan nilai luaran untuk tiap lokasi. Ukuran grid yang digunakan dalam interpolasi ini adalah 1 meter untuk masing-masing parameter, hal tersebut dikarenakan jarak rata-rata antar stasiun adalah 500 m, sehingga dengan grid 1 m hasil interpolasi akan lebih mendekati nilai hasil pengukuran seperti yang tertera pada Gambar 7. Pada gambar tersebut terlihat perbedaan antara grid 1 m, 10 m, dan 100 m, dimana hasil grid 1 m lebih mendekati hasil pengukuran. Tahap akhir yaitu layout, dimana kita dapat melihat sebaran logam berat dan kualitas air dari arah pelabuhan dan sungai menuju laut. Gambar 7. Hasil interpolasi salinitas dengan teknik IDW grid 1, 10, dan 100 m Sallinitas Grid 1 meter 30.8 - 30.967 30.967 - 31.133 31.133 - 31.3 31.3 - 31.467 31.467 - 31.633 31.633 - 31.8 31.8 - 31.967 31.967 - 32.133 32.133 - 32.3 Salinitas G rid 10 meter 30.8 - 30.967 30.967 - 31.133 31.133 - 31.3 31.3 - 31.467 31.467 - 31.633 31.633 - 31.8 31.8 - 31.967 31.967 - 32.133 32.133 - 32.3 Salinitas Grid 100 meter 30.8 - 30.967 30.967 - 31.133 31.133 - 31.3 31.3 - 31.467 31.467 - 31.633 31.633 - 31.8 31.8 - 31.967 31.967 - 32.133 32.133 - 32.3 16

4. HASIL DAN PEMBAHASAN