16
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Air Perairan Teluk Banten
Kekeruhan perairan di wilayah pengamatan berkisar antara 5-30 NTU. Nilai kisaran ini nampak sedikit rendah dari hasil pengamatan sebelumnya di
Sungai Cibanten yaitu 10-45 NTU Bapedal, 2006. Kadar terendah ditemukan di bagian Barat Laut pada Stasiun 3,4 dan 5 dan di Timur pelabuhan pada Stasiun 9
dan 10 yang berkisar antara 5-11 NTU Gambar 8.
Gambar 8. Sebaran spasial kekeruhan NTU di perairan Teluk Banten saat pengamatan
Kekeruhan semakin meningkat menuju arah daratan Stasiun 1 dan 2 yang berkisar antara 11-17 NTU. Kekeruhan tertinggi ditemukan pada Stasiun 6
dan 8 yang berkisar antara 23-30 NTU. Secara umum sebaran ini cukup menunjukkan adanya pengaruh masukan sedimen dari daratan terutama melalui
Kali Karangantu. Berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya terdapat indikasi bahwa kekeruhan di Teluk Banten umumnya berasal dari batuan aluvial berupa
®
Inset :
Teluk Banten
Legenda
Kekeruhan NTU 5 - 11
17 - 23 11 - 17
23 - 30
5
8 9
7 6
3 2
4
1 10
Desa Banten Desa Margaluyu
Desa Sawahluhur
ë
BT LS
628400
,000000
628800
,000000
629200
,000000
629600
,000000
630000
,000000
630400
,000000
9 3
3 3
6
,000000
9 3
3 4
,000000
9 3
3 4
4
,000000
9 3
3 4
8
,000000
S. Cibanten
Sumber Peta : Peta Teluk Banten Bakosurtanal Skala 1 : 100 000, Tahun 1997; Google Maps Tahun 2011; Peta Administrasi Kabupaten Serang Skala 1 : 225 000 Tahun 2011
Kali Karangantu
ë Pelabuhan
Stasiun Garis Pantai
Karangantu P. Sumatera
P. Jawa
500 500
250 Meters
17
pasir, lempung, dan kerikil Purbani et al., 2010. Peningkatan kekeruhan menunjukkan adanya proses transpor materi kekeruhan diduga akibat proses
hidrodinamika perairan saat pengamatan seperti adanya pengaruh arus pasut dan pengaruh debit air sungai.
Kisaran suhu perairan di wilayah pengamatan berkisar antara 29.5 ºC hingga 31.2 ºC. Suhu terendah terdapat pada Stasiun 1 awal pengambilan
sampel sebesar 29.5 ºC, kemudian semakin meningkat menuju stasiun yang berada di Timur pelabuhan dan tertinggi ditemukan pada Stasiun 10 akhir
pengambilan sampel sebesar 31.2 ºC. Perbedaan kisaran suhu ini diduga kurang menunjukkan variabilitas harian suhu perairan, namun lebih berkaitan kondisi
perairan dan waktu pengamatan, dimana ada sedikit waktu yang berbeda saat pengamatan di lokasi yang satu dengan lokasi yang lain.
Hasil pengukuran DO yang dilakukan di wilayah pengamatan berkisar antara 5.4-6.8 mgl. Kadar oksigen terlarut tersebut berfluktuasi mulai dari
Stasiun 1 dengan besaran DO 6.4 mgl dan meningkat hingga 6.8 mgl pada Stasiun 2 stasiun yang berada 700 m dari pelabuhan. Kemudian DO terlihat
menurun pada Stasiun 3 dengan nilai 6.6 mgl dan menurun pada Stasiun 10 5.4 mgl. Besar DO yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian Simanjuntak
2007 di perairan Teluk Banten, dimana kadar oksigen terlarut semakin menurun menuju muara sungai dengan besar DO kurang dari 5.7 mgliter. Fluktuasi DO
tersebut tergantung proses difusi oksigen dari atmosfer ke perairan dan daya larut oksigen di perairan.
Tingkat keasaman pH di wilayah pengamatan berkisar 7.3-8.3 Gambar 9
, dan kisaran lebih besar dibandingkan dengan pengamatan di Teluk Banten
18
sebelumnya yaitu 7.85-8.28 Purbani et al., 2010. Nilai pH terendah ditemukan pada stasiun yang berada di Timur pelabuhan Stasiun 1, 8, 9 dan 10 yang
berkisar antara 7.3-7.6, kemudian meningkat hingga 8.3 di bagian Barat pelabuhan Stasiun 2 dan 3.
Gambar 9. Sebaran spasial derajat keasaman pH di perairan Teluk Banten saat pengamatan
Menurunnya nilai pH pada stasiun yang berada di Timur pelabuhan diduga karena masukan air tawar dari Sungai Cibanten yang memiliki pH cenderung
bersifat asam dibandingkan dengan air laut bersifat alkalis basa. Salinitas terendah di wilayah pengamatan ditemukan di Timur pelabuhan
Stasiun 9 dan 10 yang berkisar antara 30.8-31.2
‰ Gambar 10. Kisaran
salinitas relatif sempit menunjukkan peran sifat air laut lebih dominan daripada masukan air tawar dari aliran sungai. Salinitas tertinggi ditemukan pada bagian
Barat Stasiun 2 dan Utara pelabuhan Stasiun 7 dengan salinitas yang berkisar antara 31.9-32.3
‰.
®
Inset :
Teluk Banten Karangantu
P. Jawa P. Sumatera
7.3 - 7.6 7.6 - 7.9
Legenda
Nilai pH 8.2 - 8.3
7.9 – 8.2
9 3
3 3
6
,
9 3
3 4
8 7.35 - 7.48
7.48 - 7.61 7.61 - 7.74
7.74 - 7.87 7.87 - 8
8 - 8.13 8.13 - 8.26
8.26 - 8.39 8.39 - 8.52
BT
ë
8 9
7 6
3 2
5 4
1 10
Desa Margaluyu
628400 628800
629200 629600
630000 630400
Desa Sawahluhur S. Cibanten
9 3
3 4
9 3
3 4
4
,
LS
Desa Banten Kali Karangantu
Sumber Peta : Peta Teluk Banten Bakosurtanal Skala 1 : 100 000, Tahun 1997; Google Maps Tahun 2011; Peta Administrasi Kabupaten Serang Skala 1 : 225 000 Tahun 2011
ë Pelabuhan
Stasiun Garis Pantai
500 500
250 Meters
19
Gambar 10. Sebaran spasial salinitas ‰ di perairan Teluk Banten saat
pengamatan Padatan terlarut total Total Dissolve SolidTDS yang ditemukan di
perairan berkisar antara 30.9-32.7 gl Gambar 11. TDS tertinggi ditemukan di
Barat pelabuhan Stasiun 2, 3 dan 7 yang berkisar antara 32.1-32.7 gl. Menurut McNeely tahun 1979 Effendi, 2003 terdapat hubungan antara nilai TDS dan
salinitas yaitu TDS yang berkisar antara 10.001-100 gl merupakan kawasan dengan tingkat salinitas di perairan asin atau laut. Hal tersebut terlihat dari hasil
pengukuran yaitu salinitas berkisar 30.9- 32.3‰ yang merupakan perairan
tergolong asin Effendi, 2003.
®
Teluk Banten Karangantu
Legenda
P. Sumatera P. Jawa
Inset :
30.8 - 31.2 31.6 - 31.9
31.2 - 31.6 31.9 - 32.3
Salinitas ‰
LS
ë
8 9
7 6
3 2
5 4
1 10
9 3
3 3
6
,0
9 3
3 4
,0
9 3
3 4
4
,0
9 3
3 4
8
,0
628800
,000000 ,000000
628400 629600
,000000 ,000000
,000000 ,000000
629200 630000
630400 BT
Sumber Peta : Peta Teluk Banten Bakosurtanal Skala 1 : 100 000, Tahun 1997; Google Maps Tahun 2011; Peta Administrasi Kabupaten Serang Skala 1 : 225 000 Tahun 2011
Desa Sawahluhur S. Cibanten
Desa Banten Kali Karangantu
Desa Margaluyu
ë Pelabuhan
Stasiun Garis Pantai
500 500
250 Meters
20
Gambar 11. Sebaran spasial padatan terlarut total TDS gl di perairan Teluk Banten saat pengamatan
4.2. Kadar PbTerlarut di Perairan Teluk Banten