Pembahasan Kappa-Carrageenan as an Immunostimulant for Infectious Myonecrosis (IMN) Disease Control on Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei

terjadi peningkatan imunitas pada tubuh udang vaname. Meningkatnya sistem ketahanan sistem imun pada udang dapat dilihat dari perubahan jumlah hemosit Lorenzon et al. 1999 yang dapat merangsang aktifasi prophenoloxidase ProPO serta mampu meningkatkan antibacterial peptides Smith et al. 2003. Jumlah total hemosit pada krustasea sangat penting dalam menjaga resistensi terhadap pathogen, karena bila terjadi penurunan total hemosit maka bisa mengakibatkan infeksi akut yang mematikan Rodriguez dan Le Moullac 2000. Meningkatnya total hemosit akan meningkatkan kemampuan untuk memfagositosis karena diproduksi banyak sel hemosit untuk melakukan fungsi tersebut, seperti meningkatnya sel hialin. Meningkatnya total hemosit juga meningkatkan sel granular untuk menghasilkan aktifitas phenoloxidase, sehingga mampu bertahan terhadap serangan pathogen Yudiana 2009. Penurunan nilai total hemosit yang terjadi pada minggu ke-4 terhadap perlakuan pemberian k-karagenan 10B dan 15C g kg-1, menunjukkan bahwa pemberian k-karagenan dalam jumlah yang berlebih justru dapat menurunkan nilai total hemosit udang vaname. Menurut Couso et al. 2003 dosis pemberian imunostimulan yang tinggi dapat menekan mekanisme pertahanan udang vaname, oleh karena itu dosis dan lama waktu pemberian imunostimulan menjadi hal yang penting dalam meningkatkan proteksi yang optimal. Hemosit merupakan bagian terpenting dalam sistem imun Crustaceae. Selain diketahui berperan penting dalam fagositosis, encapsulasi, degranulasi dan proses penggumpalan terhadap partikel asing ataupun patogen Soderhall dan Cerenius 1992, hemosit juga sebagai tempat produksi dan pelepasan ProPO Sahoo et al. 2008. Sirkulasi hemosit tidak hanya penting dalam proses penyerapan dan pembunuhan langsung terhadap agen infeksi tetapi juga dalam sintesis dan eksositosis molekul bioaktif. Pada dasarnya hemosit mengeksekusi jenis-jenis reaksi inflamasi, seperti fagositosis, aglutinasi, produksi metabolit reaktif oksigen dan pelepasan protein mikrobisidal Smith et al. 2003. Rodrigues dan Moullac 2000 dalam makalahnya menuliskan hemosit memegang peran utama dalam sistem imun udang penaeid, yang pertama adalah karena hemosit berperan dalam merubah partikel asing dalam haemocoel dengan cara fagositosis, encapsulasi, agregasi nodular dan aglutinasi, dan peranan lainnya adalah hemosit berperan penting dalam penanganan luka sekumpulan sel dan pengenalan proses koagulasi melalui pembentukkan faktor-faktor yang dibutuhkan bagi pembekuan plasma, pembawa dan juga pembentuk sistem proPO prophenoloxidase. Dalam penelitian ini, pemberian k-karagenan melalui pakan pada udang vaname memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan aktifitas fagositosis dan phenoloxidase udang vaname. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah total hemosit yang terjadi selama pengamatan. Peningkatan aktifitas fagositik pada setiap minggu selama empat minggu pengamatan mengindikasikan bahwa pemberian k-karagenan melalui pakan pada udang vaname mampu meningkatkan aktifitas fagositik sel-sel fagosit dalam hemolim. Sel yang berperan besar dalam proses fagosit pada udang vaname adalah sel hialin. Persentase sel hialin dalam penelitian ini pun mengalami peningkatan pada setiap minggu pengamatannya. Diferensiasi sel hemosit, yang terdiri dari sel hialin, sel granular dan sel semi-granular, memiliki fungsi masing-masing yang sangat penting dalam sirkulasi hemosit. Menurut Smith et al. 2003, pada kepiting, fungsi fagositosis dan produksi oksigen reaktif terutama dilaksanakan oleh sel hialin, meskipun demikian pada beberapa jenis spesies lainnya sel semi-granular juga melakukan fagositosis, sedangkan pada Marsupenaeus japonicus, sel hialin justru tidak melakukan fungsi fagositosis, melainkan sel granular yang menjalankan fungsi fagositosis. Sebaliknya, ketiga jenis sel hemosit ini menampakkan aktifitas fagositosis pada jenis udang air tawar, Macrobrachium rosenbergii. Namun demikian, pada sebagian besar spesies yang telah dipelajari, protein antibakteri dan opsonin terkandung juga dalam sel granular, walaupun dalam beberapa kelas terdapat beberapa kontribusi yang dibuat oleh sel-sel semi-granular. Protein utama peroxinectin selalu terdapat dalam granulosit udang, lobster dan juga kepiting. Tentu saja reaktifitas imun yang baik selalu dicapai melalui kerjasama dan interaksi dari ke-3 jenis sel hemosit tersebut Smith et al. 2003. Diferensiasi sel hemosit yang terdiri dari sel hialin, semi-granular dan granular pada udang vaname dalam penelitian ini menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang bervariasi Tabel 2. Sel hialin digambarkan oleh tidak adanya granul agranular yang berfungsi sebagai sel yang melakukan fagositosis Smith et al. 2003. Persentase sel hialin dalam penelitian ini mencapai 42.7 –55.6 dari total hemosit. Sel hialin pada udang vaname yang diberi k-karagenan dalam penelitian ini mengalami peningkatan setiap minggunya dibandingkan dengan udang vaname yang tidak diberi k-karagenan. Meningkatnya sel hialin dapat meningkatkan aktifitas fagositosis terhadap masuknya pathogen Le Moullac et al. 1998; Smith et al. 2003. Sel semi-granular digambarkan sebagai sel yang memiliki sejumlah granul kecil, berfungsi dalam mengenali dan merespon molekul asing atau pathogen yang masuk ke dalam tubuh krustasea Soderhall dan Cerenius 1992. Sedangkan sel granular digambarkan sebagai sel yang memiliki sejumlah besar granul, yang berfungsi dalam menyimpan dan melepaskan sistem proPO dan juga sebagai cytoxicity bersama-sama dengan sel semi-granular Smith et al. 2003. Walaupun terjadi penurunan persentase sel granular dan semi- granular dalam penelitian ini, namun sel-sel tersebut mampu meningkatkan aktifitas phenoloxidase yang berperan dalam proses melanisasi. Phenoloxidase dihasilkan melalui sistem proPO. Aktifitas phenoloxidase ini dapat diaktifkan oleh adanya imunostimulan Yudiana 2009. Masuknya pathogen dalam tubuh udang akan dikenali oleh plasma dan diikat. Selanjutnya terjadi respon pada sel granular dan semi granular dengan melepaskan sistem proPO yang diaktifkan, meliputi cell-adhesive, opsonic protein dan peroxinectin. Selanjutnya dapat menstimulasi fagositosis oleh sel hialin atau enkapsulasi oleh sel semi-granular Soderhall dan Cerenius 1992; Johansson et al. 1995. Mekanisme k-karagenan dalam meningkatkan sistem imun dalam tubuh udang memang masih terus dipelajari. Yeh dan Chen 2008 dalam makalahnya menyatakan bahwa aktifitas fagositik dan respiratory burst meningkat pada L.vannamei yang diberi perlakuan karagenan, menurut mereka hal tersebut mengindikasikan adanya peranan reseptor karagenan pada makrofage dan hemosit. Pada udang karang P.leniusculus , β-glucan dan βGBP β-glucan binding protein komplek dapat berikatan dengan permukaan hemosit-granular melalui motif RGD arginyl-glysyl-aspartic acid yang menunjukan ikatan integrin-like protein yang kemudian masuk menyebar, dan memastikan degranulasi hemosit mengaktifasi sistem imun Lee dan Soderhall 2002. Yeh dan Chen 2008 menduga adanya kesamaan mekanisme, bahwa karagenan dapat diakui seperti halnya LGBP atau bentuk lainnya PRPs dalam L.vannamei, ikatan kompleks dipermukaan hemosit-granular melalui motif RGD menunjukan ikatan integrin like-protein yang kemudian masuk menyebar dan memastikan degranulasi hemosit mengaktifasi sistem imun. Peningkatan sistem imun yang ditandai salah satunya dengan meningkatnya jumlah total hemosit pada krustasea sangat penting dalam menjaga resistensi terhadap pathogen. Pada penelitian ini, udang vaname yang telah diberi k-karagenan pada pakannya dengan dosis yang berbeda selama empat minggu, memiliki resistensi yang lebih baik terhadap infeksi IMNV dibandingkan dengan udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan, secara umum yaitu bernilai lebih tinggi 25 - 85 dibandingkan dengan udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan 15±7.07. Kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada udang vaname yang diberi k-karagenan 15 g kg -1 pakan yaitu sebesar 85±7.07. Sedangkan menurut OIE 2009 tingkat kematian yang ditimbulkan penyakit IMN pada udang vannamei budidaya berkisar antara 40-70. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemberian k-karagenan selama empat minggu, telah mampu meningkatkan resistensi udang vaname terhadap infeksi IMNV. Penyakit IMN adalah penyakit viral yang disebabkan oleh infectious myonecrosis virus IMNV yang biasa menyerang udang penaeid OIE 2009. IMNV berasal dari family totiviridae totivirus, genus Giardiavirus Walker and Winton 2010, memiliki genom tidak bersegmen ds-RNA double stranded-RNA Tang et al. 2008. Gejala klinis yang ditunjukkan pada udang yang terserang bisa hanya satu tanda saja atau lebih. Udang yang terinfeksi bisa mengalami kematian massal sebelum siap panen. Sering udang yang terserang dalam bentuk akut, menunjukkan macam tingkatan nekrosis pada otot, terlihat seperti buram dan discolourasi warna keputih-putihan pada abdomen. Udang bertahan hidup menuju ke fase kronis dengan tingkat kematian rendah secara presisten Walker and Winton 2010. Gejala klinis udang vaname yang muncul setelah diinfeksi dengan IMNV, berdasarkan bobot skoring yang dilakukan, sudah terlihat pada 5 dpi dengan bobot skoring menengah ++ yaitu terdapat sedikit warna putih lebam pada jaringan otot dibeberapa segmen abdomen dan bertambah parah tingkatan dan jumlah yang terserang IMNV pada 10 dpi yaitu sebagian besar jaringan otot pada abdomen berwarna putih lebam Gambar 13. Pada penelitian yang dilakukan oleh Paulos et al. 2006, gejala klinis nekrosis pertama kali muncul pada 3 dpi. Sementara itu pada udang vaname yang diberi pakan k-karagenan 15 g kg -1 pakan, belum atau bahkan tidak memperlihatkan gejala klinis terserang IMNV berdasarkan bobot skoring yang telah ditetapkan. Tingginya resistensi udang vaname yang diberi k-karagenan terhadap infeksi IMNV dibandingkan dengan udang yang diberi pakan tanpa k-karagenan, selain dikarenakan meningkatnya sistem imun udang vaname setelah diberi k-karagenan selama empat minggu, juga dikarenakan k-karagenan mengandung polisakarida sulfat yang diketahui dapat memodulasi sistem imun juga bersifat antiviral Wijesekara 2011. Berdasarkan pengamatan histopatologi pada jaringan otot dan hepatopankreas udang vaname yang diinfeksi dengan IMNV, menunjukkan terjadinya abnormalitas jaringan otot dan hepatopankreas Gambar 14. Menurut Andrade et al. 2007, jaringan otot merupakan jaringan yang umum digunakan sebagai sampel dalam pengujian skala sel dan molekuler. Abnormalitas yang ditampakkan jaringan otot yang terinfeksi IMNV pada pengamatan histologi adalah terdapat koagulasipenggumpalan nekrosis pada jaringan otot namun tidak selalu Andrade et al. 2008. Pada penelitian ini, terjadi abnormalitas pada jaringan otot dan hepatopankreas udang vaname yang diinfeksi IMNV. Gejala tersebut diduga kuat karena infeksi IMNV yang diberikan. Abnormalitas jaringan otot pada udang yang terinfeksi IMNV pada penelitian ini memperlihatkan warna putih pada bagian ototnya yang mengakibatkan otot kehilangan transparansi Gambar 13. Warna putih pada otot merupakan nekrosis pada otot skeletal akibat infeksi IMNV Poulos et al. 2006. Abnormalitas jaringan otot yang terjadi berupa penggumpalan nekrosis jaringan otot Gambar 13. Secara umum, abnormalitas pada otot yang terinfeksi IMNV menunjukan lesi pada otot skeletal, koagulasi nekrosis seperti nekrosis multifocal, kongesti pada hemosit, inflamasi fibrocytic, fogositosis dan badan inklusi sitoplasma serta infiltrasi hemosit Tang et al. 2005; Poulos et al. 2006; Andrade et al. 2007; Coelho et al. 2009. Demikian pula halnya dengan hepatopankreas udang vaname yang terinfeksi IMNV dalam penelitian ini mengalami semacam vakuolisasi jaringan Gambar 13. Abnormalitas tersebut diduga terjadi karena udang mengalami gangguan nafsu makan yang berakibat pada kelainan fungsi organ. Hasil penelitian ini didukung pula oleh analisis PCR yang menunjukan beberapa sampel positif terinfeksi IMNV. Berdasarkan pengamatan ini, dapat dikatakan bahwa udang vaname yang diinfeksi IMNV menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit IMN walaupun tingkat keparahannya tidak dapat terlihat secara kuantitatif. Pemberian k-karagenan mampu meningkatkan resistensi udang vaname walaupun secara histopatologi tidak dapat terukur secara kuantitatif. Karagenan menurut Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi FTP UGM 2002 adalah bahan tambahan makanan yang digunakan untuk memperbaiki tekstur, diekstraksi dari ganggang merah Rhodophyceae, disusun dari unit-unit galaktosa sulfat yang bersifat polianion. Karagenan sendiri dibedakan berdasarkan posisi dan jumlah gugus sulfat yang diikat oleh unit digalaktan. Polimer karagenan memiliki berat molekul antara 10 5 -10 6 Da. Karagenan akan bereaksi dengan protein dalam suatu medium asam atau dengan adanya Ca. Wijesekara et al. 2011 menjelaskan bahwa karagenan adalah polisakarida bersulfat yang diisolasi dari alga merah laut yang sudah sangat luas pemanfaatannya sebagai food additives seperti emulsifier, stabilizer dan pengental. Struktur kompleks polisakarida sulfat telah menunjukkan penghambatan terhadap replikasi envelope virus termasuk jenis flavivirus, togavirus, arenavirus, rhabdovirus, orthopoxvirus dan juga family herpesvirus. Dalam tulisannya, Wijesekara et al. 2011 menyatakan bahwa struktur kimia kandungan sulfat, bobot molekul, unsur pokok gula-gula, penyesuaian dan dynamic stereochemistry adalah faktor yang menentukan aktifitas antiviral pada polisakarida sulfat. Turunan polisakarida sulfat seperti karagenan, fucoidan dan rhamnogalaktan sulfat memiliki daya hambat dalam masuknya envelope virus termasuk HSV herpes simplex virus dan HIV human immunodeficiency virus ke dalam sel. Bahkan beberapa fraksi yang lain, memiliki efek virusidal dan aktifitas enzim penghambat pembentukan formasi syncytium. Anionic charges dalam kelompok sulfat diduga efektif dalam menghambat aktifitas enzim reverse transcriptase pada virus. Beberapa evaluasi telah ditunjukkan, terhadap aktivitas antivirus dari polisakarida sulfat pada ekstrak rumput laut Undaria pinnatifida, Splachnidium rugosum, Gigartina atropurpurea dan Plocamium cartilagineum yang mampu melawan HSV-1 dan HSV-2. Ekstrak ini menunjukkan potensi aktivitas antiviral ketika ditambahkan selama jam pertama infeksi viral tetapi inaktif ketika ditambahkan setelahnya. Selain itu, polisakarida sulfat dari alga merah juga mampu menghambat secara invitro dan invivo infeksi dari flavivirus seperti demam berdarah dengue dan yellow fever virus Wijesekara et al. 2011. Karagenan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari jenis kappa-karagenan yang memiliki komponen utama 1,3- ikatan α-D-Galaktosa dan 1,4-ikatan 3,6- anhydro β-D-Galaktosa dengan empat sulfat dalam sub unit glukosanya. Menurut Rocha de sauza et al. 2007 Komponen kimia polisakarida sulfat dalam setiap 100g bobot kering, yang berasal dari k-karagenan E.cottonii memiliki kandungan total gula sebesar 72.00±3.66g, kandungan sulfat sebesar 17.90±0.05g dan protein sebesar 1.1±0.31g. Sedangkan nilai rata-rata standar kadar sulfat tepung karagenan yang ditetapkan oleh FAO dan FDA adalah berkisar antara 15-40. Diperkirakan kandungan sulfat yang terdapat dalam tepung karagenan yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam kisaran yang ditetapkan dan jika dibandingkan dengan jenis polisakarida lainnya, kandungan sulfat yang terkandung di dalamnya memang relatif lebih kecil, dibandingkan dengan fucoidan 44.1±0.16, i- karagenan 27.60±0.12 dan -karagenan 33.38±0.06, dan dikatakan pula bahwa terdapat korelasi positif antara kandungan sulfat dengan aktifitas antiviral dan juga aktifitas antioksidan Rocha de sauza et al. 2007. Karena itulah, jumlah pemberian yang optimal yaitu sebesar 15 g kg -1 pakan dapat meningkatkan aktifitas imun pada udang vaname dibandingkan jumlah pemberian yang lebih kecil lainnya 5 dan 10 g kg -1 pakan. Beberapa penelitian yang menggunakan polisakarida sulfat, diantaranya adalah pemberian secara oral ekstrak fucoidan dari Sargassum polycystum dapat mengurangi dampak infeksi WSSV pada P. monodon Chotigeat et al. 2004. Cheng at al. 2004 mengatakan polisakarida seperti glucan dari cendawan, glucan dari yeast dan sodium alginate menunjukkan pengaruh yang positif dalam mencegah udang penaeid terserang infeksi Vibrio dan WSSV. Polisakarida berupa sodium alginate dapat pula digunakan sebagai imunostimulan bagi L.vannamei. Mereka melakukan studi mengenai pemberian sodium alginate yang disuntikkan ke L.vannamei dengan dosis 10µg.g -1 , 20µ g.g -1 atau 50µg.g -1 mampu meningkatkan kemampuan sistem imun dengan meningkatnya aktifitas phenoloxidase dan respiratory burst. Selain itu, pemberian sodium alginate pada L.vannamei juga meningkatkan resistensi L.vannamei yang diinfeksi dengan Vibrio alginolyticus dengan meningkatnya aktifitas fagositik dan clearance efficiency. Demikian pula penggunaan polisakarida dari alga hijau A. orientalis yang diberikan secara oral selama 14 hari dapat mempertinggi jumlah total hemosit, diferensial hemosit, aktivitas PO dan kelangsungan hidup P. monodon yang diinfeksi WSSV Manilal et al. 2009. Begitu pula halnya dalam penelitian ini, bahwa penggunaan k-karagenan yang diperkirakan memiliki kandungan polisakarida sulfat ±17 selama empat minggu pemberian, telah mampu pula meningkatkan resistensi udang vaname yang diinfeksi dengan IMNV, terutama pada pemberian k-karagenan 15 g kg-1 pakan yang memberikan kelangsungan hidup tertinggi 85±7.1 dan gejala klinis yang lebih baik dibandingkan tiga perlakuan lainnya. Pengaruh frekuensi pemberian k-karagenan sebesar 15 g kg -1 pakan pada udang vaname yang diinfeksi dengan IMNV menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih baik 80-90 dibandingkan udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan 57±5.8 setelah diinfeksi dengan IMNV pada 14 dpi. Frekuensi pemberian 14 hari C14 pada minggu ke-1, 2, 4 dan 5 memberikan kelangsungan hidup terbaik 90±0.0 dibandingkan dua perlakuan lainnya C1 dan C7. Pemberian k-karagenan setiap hari C1 selama lima minggu, tidak memberikan nilai kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan pemberian 7 hari C7 dan 14 hari C14. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian k-karagenan dengan frekuensi yang lebih sering menunjukkan hasil yang tidak lebih baik. Sajeevan et al. 2009 menyatakan, pemberian secara terus-menerus setiap hari menyebabkan dosis yang diberikan melebihi dari dosis yang dibutuhkan sehingga sistem imun justru menjadi menurun, sedangkan pada pemberian k-karagenan 7 hari C7, menunjukkan frekuensi pemberian yang belum optimal. Sementara itu, gejala klinis pada perlakuan frekuensi pertama kali muncul pada 5 dpi, terlihat pada kelompok udang vaname yang tidak diberi k-karagenan, sedangkan udang vaname yang diberi k-karagenan, gejala klinis baru nampak pada 10 dpi sebanyak 3 dengan bobot skoring menengah. Rendahnya jumlah udang vaname yang menunjukkan gejala klinis, mungkin saja terjadi dikarenakan infeksi oleh IMNV bisa saja tidak menunjukkan symptom bobot skoring ringan+ walaupun sebenarnya udang positif terinfeksi Costa 2009. Berdasarkan analisa PCR pada perlakuan C7, C14 dan K+ menunjukkan hasil positif terinfeksi IMNV. Hasil PCR ini cukup mewakili kondisi perlakuan lainnya karena metode infeksi IMNV yang digunakan adalah sama subbab 3.5. Hal tersebut menunjukan tingginya resistensi udang vaname yang diberi k-karagenan terhadap infeksi IMNV, karena k-karagenan diketahui mengandung polisakarida sulfat yang dapat memodulasi sistem imun dan juga bersifat antiviral Wijesekara 2011. Pemberian k-karagenan yang merupakan polisakarida selain mampu meningkatkan ketahanan tubuh udang dari serangan infeksi, juga memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan udang. Pada penelitian ini, pemberian k-karagenan 15 g kg -1 pakan memberikan pertumbuhan terbaik sebesar 12.1±0.11g dengan pertumbuhan relatif sebesar 86.15. Demikian pula halnya pada frekuensi pemberian k-karagenan 14 hari C14 memberikan pertumbuhan terbaik di akhir pemeliharaan sebesar 13.2±0.27 g dengan pertumbuhan relatif sebesar 88.57. Vilela-silva et al. 2008 menyatakan polisakarida sulfat diketahui memiliki fungsi sebagai faktor pertumbuhan, faktor koagulasi dan selectin binding partners dan juga berfungsi dalam fertilisasi. Telah dilaporkan pula, bahwa penggunaan karagenan sebagai binders pada pakan larva Channa striatus memberikan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang baik Nakagawa et al. 2007. Namun demikian, mekanisme kerja k-karagenan dalam meningkatkan pertumbuhan udang belum dapat diketahui secara pasti. Menurut Lopez 2008, pemberian glukan mampu meningkatkan pertumbuhan udang, hal tersebut diduga karena glukan mampu dicerna dalam proses pencernaan dengan adanya glukanase untuk menghasilkan energi sehingga memungkinkan lebih banyak protein yang digunakan untuk pertumbuhan. Sementara itu, Montgomery 1994 dalam disertasinya menyatakan udang Penaeus vannamei merupakan hewan omnivora yang mampu mencerna polisakarida pada dasar perairan dari bakteri, cendawan dan alga laut sebagai sumber pakannya dengan baik. Pada penelitian ini, k-karagenan diberikan dalam jumlah yang kecil, hanya sekitar 0.5-1.5 kg -1 pakan, namun mampu meningkatkan sistem imun udang vaname dan juga mampu memberikan pengaruh yang baik pula bagi pertumbuhannya. V. KESIMPULAN Pemberian Kappa-karagenan sebagai imunostimulan melalui pakan mampu meningkatkan respons imun, pertumbuhan dan resistensi udang vaname, Litopenaeus vannamei terhadap penyakit infectious myonecrosis IMN. Pemberian k-karagenan dosis 15 g kg -1 pakan menghasilkan respons imun tertinggi total hemosit 10.23-12.00 x 10 6 sel ml -1 ; aktifitas fagositik 20.00-34.67; aktifitas phenoloxidase 0.280-0.418, pertumbuhan bobot relatif 86.15, dan kelangsungan hidup 85 setelah diinfeksi dengan IMNV. Pemberian k-karagenan selama 14 hari secara berulang dengan interval 7 hari menghasilkan pertumbuhan bobot relatif 88.57 dan kelangsungan hidup 90 setelah diinfeksi dengan IMNV . DAFTAR PUSTAKA Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Badan Penerbit Universitas Riau, UNRI Press. Pekan Baru, Riau. Indonesia. P: 96-98. Anderson DP, Siwicki AK. 1993. Basic haemotology and serologi for fish health program. Paper Presented. In Second Symposium on Disease in Asian Aquaculture ”Aquatic Animal Health and The Eviroment” Phuket, Thailand. 25-29 th October 1993. Andrade TPD, Srisuvan T, Tang KFJ, Lightner DV. 2007. Real time reverse transcription polymerase chain reaction assay using TaqMan probe for detection and quantification of infectious myonecrosis virus IMNV. Aquaculture 264:9-15. Andrade TPD, Redman RM, Lightner DV. 2008. Evaluation of the preservation of shrimp samples with Davidson’s AFA fixative for infectious myonecrosis virus IMNV in situ hybridization. Aquaculture. 278:179-183. Anggadiredja J, Irawati S, Kusmiyati. 1996. Potensi dan manfaat rumput laut di Indonesia dalam bidang farmasi. Prosiding Seminar Nasional Industri Rumput Laut Indonesia. Jakarta. Hal:1-10. Angka SL. 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicaemia MAS pada ikan lele dumbo Clarias sp: Patologi, pencegahan dan pengobatannya dengan fitofarmaka. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bansemir A, Blume M, Schroder S. and Lindequist U. 2006. Screening of cultivated seaweeds for antibacterial activity against fish pathogenic bacteria. Aquaculture. Vol 252. P:79-84. Baratawidjaja KG. 2006. Immunologi Dasar. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. UI press. Jakarta. Hal:6-7. Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine Haematological Methods for use with fish blood. Journal Fish Biology 5:577-581. Cheng AC, Chen YY, Chen JC. 2008. Dietary administration of sodium alginate and k-carrageenan enhances the innate immune response of Brown- Marbled grouper Epinephelus fuscoguttatus and its resistance against Vibrio alginolyticus. Veterinary Immunology and Immunopathology. 121:206-215. Cheng W, Liu CH, Yeh ST, Chen JC. 2004. The immune stimulatory effect sodium alginate on the white shrimp Litopenaeus vannamei and its resistance against Vibrio alginolyticus. Fish Shellfish Immunology. 17:41-51. Chotigeat W, Tongsupa S, Supamataya K, Phongdara A. 2004. Effect of fucoidan on disease resistance of Black Tiger shrimp. Aquaculture. 233: 23-30. Coelho MGL, et al. 2009. Susceptibility of the wild southern brown shrimp Farfantepenaeus subtilis to infectious hypodermal and hematopoietic necrosis IHHN and infectious myonecrosis IMN. Aquaculture. 294:1-4. Costa AM, Buglione CC, Bezerra FL, Martins PCC, Barraco M.A. 2009. Immune assessment of farm-reared Penaeus vannamei shrimp naturally infected by IMNV in NE Brazil. Aquaculture. 291: 141-146. Costa LS, Fidelis GP, Cordeiro SL, Oliveira RM, Sabry DA, Camara RBG, et al. 2010. Biological activities of sulfated polysaccharides from tropical seaweeds. Biomedicine and Pharmacotherapy. 64. 21 –28. Couso N, Magarinos B, Obach A, Lamas J. 2003. Effect of oral administration of glucans to pasteurellosis. Aquaculture. 219: 99-109. [DJPB] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2010. Produksi komoditas utama tahun 2009. http:www.perikananbudidaya.kkp.go.idindex.php?option=com_quan taview=chartchart_id=8Itemid=173 . [6 Juli 2011]. Felix S, Robins PH, Rajeev A. 2005. Immune enhancement in Indian White shrimp by addition of seaweed. J. Indian Vet. 82:1327-1328. Fadilah BSN. 2010. Ketahanan benih udang vaname Litopenaeus vannamei SPF specific pathogen free terhadap infeksi buatan TSV taura syndrome virus. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [FTP UGM] Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada, Laboratorium Kimia-Biokimia Pangan. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. [HTA] Health Technology Assessment. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal. Indonesia : HTA. P:1-40. Huang X, Zhou H, Zhang H. 2006. The effect of Sargassum fusiforme polysaccharide extracts on vibriosis resistance and immune activity of the shrimp, Fenneropenaeus chinensis. Fish shellfish Immunology. 20 : 750-757. Ilham, Arnold JM. 2005. Optimasi variable proses pembuatan karaginan dari rumput laut Euchema cottonii dengan response surface methodology. [Skripsi]. Semarang : Jurusan Tehnik Kimia. Fakultas Tehnik. Universitas Dipenogoro. Jory DE. 1997. Necrotizing hepatopancreatitis and its management in shrimp ponds. Aquaculture Magazine. No 5. Vol 23. Johansson MW, Soderhall K. 1989. Cellular immunity in crustaceans and the proPO system. Parasitology Today. 5: 171-176. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Target Produksi Perikanan Budidaya. http:www.perikanan-budidaya.kkp.go.id . [23 Juni 2011]. Komariah, Pipih S, Alpis. 2007. Pembuatan kloro-karagenan dari rumput laut E. cottonii dengan penambahan KOH dan KCl. Prosiding. Konferensi Sains Kelautan dan Perikanan Indonesia. Vol.1. Le Moullac G, Soyez C, Saulnier D, Ansquer D, Avarre JC and Levy P. 1998. Effect of hypoxic stress on the immune response and the resistance to vibriosis of the shrimp Penaeus stylirostris. Fish Shellfish Immunol. 8:621-629. Lightner DV, Pantoja CR, Poulos BT, Tang KFJ, Redman RM, Andrade TPD, Bonami JR. 2004. Infectious myonecrosis : new disease in Pacific White shrimp. Global Aquaculture Advocate. 7, 85. Liu CH, Chen JC. 2004. Effect of ammonia on the immune respon of white shrimp Litopenaeus vannamei and its susceptibility to Vibrio alginolyticus. Fish Shellfish Immunology. 16: 321-334. Loker ES, Edema CM, Zhang SM, Kepler TB. 2004. Invertebrate immune systems – not homogenous, not simple, not well understood. Immunological review. 198: 10-24. Lopez N, Cuzon G, Gaxiola G, Taboada G, Valenzuela M, Pascual C, Sanches A. Rosas C. 2003. Physiological, nutritional and immunological role of dietary –glucan and ascorbic acid 2-monophospate in Litopenaeus vannamei juveniles. Aquaculture. 224: 223-243. Lorenzon S, De Guarrini S, Smith VJ, Ferrero EA. 1999. Effect of LPS on circulating haemocytes in crustaceans invivo. Fish Shellfish Immunol. 9:31-50. Manilal A, Sujith S, Seghal kiran G, Shakir C. 2009. In vivo antiviral activity of polysaccharide from the Indian Green alga Acrosiphonia orientalis J. Agardh : Potential implication in shrimp disease management. World Journal of Fish and Marine Sciences 1. 4:278-282. Martin GG, Graves LB. 1985. Structure and classification of shrimp haemocytes. J Morfology. 185:339-348. Montgomery BJ. 1994. The digestion of microbial and detrital resources by an omnivorous shrimp, Penaeus vannamei Boone. [disertasi]. USA: University of Hawaii. Nakagawa H, Sato M, Gatlin III DM. 2007. Dietary supplements for the health and quality of cultured fish. CAB International. British. London. 160- 162. Neushul M. 1990. Antiviral carbohydrates from marine red algae. Hydrobiologia. 204205: 99-104. Newman DJ, Cragg GM, Snader KM. 2003. Natural products as source of new drugs over the period 1981-2002. J.Nat.Prod. 66: 1022-1037. Ogata M, Matsui T, Kita T, Shigematsu A. 1999. Carrageenan primes leukocytes to enhance lipopolysaccharide-induced tumor necrosis factor alpha production. Infect. Immun. 67:3284-3289. [OIE] Office International of Epizootics. 2009. Manual of diagnostics test for aquatic animals : Infectious myonecrosis http:www.oie.intengnormes fmanual 2.2.03 _IMN . pdf. [28 Nop 2010]. 2007. OIE Aquatic animal disease cards : Infectious myonecrosis virus. http:www.oie.intenginfohebdo AIS_02. Pdf. [25 Nop 2010]. Pinheiro ACAS, Lima APS, Souza ME, Neto ECL, Adriao M, Goncalves VSP, Coimbra MRM. 2007. Epidemiological status of Taura Syndrome and infectious myonecrosis virus in Penaeus vannamei reared in Pernambuco Brazil. Aquaculture. 262:17-22. Poulos BT, Tang KF, Pantoja CR, Bonami JR, Lightner DV. 2006. Purification and characterization of infectious myonecrosis virus of penaeid shrimp. J. Gen. Virol. 87:987-996. Ramu K, Zakaria S. 2000. Defence mechanism in crustacean. Infofish International. 5:30-32. Reed LA, Siewicki TC, Shah JC. 2004. Pharmacokinetics of oxytetracycline in the white shrimp, Litopenaeus setiferus. Aquaculture. 232:11-28. Rocha de Sauza MC, Marques CT, Dore CMG, da Silva FRF, Rocha HAO, Leite EL. 2007. Antioxidant activities of sulfated polysaccharides from Brown and Red Seaweeds. J. Appl. Phycol. 19:153-160. Rodriguez J, Le Moullac G. 2000. State of the art of immunological tools and health control of penaeid shrimp. Aquaculture. 191:109-119. Rusaini, Owens L. 2010. Insight into the lymphoid organ of penaeid prawns: A review. Fish Shellfish Immunology. 29: 367-377. Sahoo PK, Das A, Mohanty S, Mohanty BR, Pillai BR, Mohanty J. 2008. Short Communication: Dietary B-1,3-glucan improves the immunity and disease resistance of freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii challenged with Aeromonas hydrophilla. Aquaculture Research. 39: 1574-1578. Sajeevan TP, Philip R, Singh ISB. 2009. Dosefrequency: A critical factor in the administration of glucan as immunostimulant to Indian white shrimp Fenneropenaeus indicus. Aquaculture. 287:248-252. Schmidt CJ, Chung LY, Andrews AM, Spyratou O, Turner TD. 1993. Biocompatibility of wound management product: a study of the effects of various polysaccharides on murine L929 fibroblast proliferation and macrophage respiratory burst. J. Pharm. Pharmacol. 45:508-513. Senapin S, Phewsaiya K, Briggs M, Flegel TW. 2007. Outbreaks of infectious myonecrosis virus IMNV in Indonesia confirmed by genome sequencing and use of an alternative RT-PCR detection method. Aquaculture. 266: 32 –38. Smith VJ, Janet HB, Hauton C. 2003. Immunostimulation in crustaceans : does it really protect against infection. Fish Shellfish Immunology. 15:71-90. Soderhall K, Cerenius L. 1992. Crustacean Immunity. Annual Review of Fish Disease. 2:3-23. Tang KFJ, Pantoja CR, Poulos BT, Redman RM, Lightner DV. 2005. In Situ Hybridization demonstrates that Litopenaeus vannamei, L. stylirostris and Peneeus monodon are susceptible to experimental infection with infectious with infectious myonecrosis virus IMNV. Dis. Aquat. Org. 63:261-265. Tang J, Ochoa WF, Sinkovits RS, Poulos BT, Ghabrial SA, Lightner DV, Baker TS, Nibert ML. 2008. Infectious myonecrosis virus has a totivirus-like, 120-subunit capsid, but with fiber complexes at the fivefold axes. Proc. Natl. Acad. Sci. U S A. 10545: 17526 –17531. Taukhid, Nur’aini YL. 2008. Infectious Myonecrosis Virus IMNV in Pasific White Shrimp Litopenaeus vannamei in Indonesia. SEAFDEC International Workshop on Emerging Fish Diseases in Asia. Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic Bacteria As Biological Control Agents In Aquaculture. Microbiolgical and Molecular Biology Review, 64: 655-671. Vilela-silva AES, Horohashi N, Maurao PAS. 2008. The structure of sulfated polysaccharides ensures a carbohydrate-based mechanism for spesies recognition during sea urchin fertilization. Int. J. Dev. Biol. 52:551-559. Walker PJ, Winton JR. 2010. Review article: Emerging viral diseases of fish and shrimp. Veterinary Research. 41:51. P:1-24. Wang FI, Chen JC. 2006. The immune respons of Tiger Shrimp Penaeus monodon and susceptibility to Photobacterium damsel subs. Damselae under temperature stress. Aquaculture. 257: 34-41. Wijesekara I, Pangestuti R, Kim SK. 2011. Biological activities and potential health benefits of sulfated polysaccharides derived from marine algae. Carbohydrate polymers. 84:14-21. Yeh ST, Chen JC. 2008. Immunomodulation by carrageenans in the white shrimp Litopenaeus vannamei and its resistance against Vibrio alginolyticus. Aquaculture. 276:22-28. . 2009. White shrimp Litopenaeus vannamei that received the hot water extract of Gracilaria tenuistipitata showed earlier recovery in immunity after a Vibrio alginolyticus injection. Fish Shellfish Immunology. 26:724-730. Yudiana J. 2009. Penggunaan ekstrak Gracilaria verrucosa untuk meningkatkan sistem ketahanan udang vaname Litopenaeus vannamei. [Thesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Lampiran 1. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan total hemosit udang vaname diberi k-karagenan dosis 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 0 K 3 4.7067 .21385 .12347 4.1754 5.2379 4.52 4.94 A 3 5.0533 .24028 .13872 4.4565 5.6502 4.82 5.30 B 3 4.9533 .21008 .12129 4.4315 5.4752 4.74 5.16 C 3 4.7133 .25325 .14621 4.0842 5.3424 4.52 5.00 Total 12 4.8567 .25166 .07265 4.6968 5.0166 4.52 5.30 Minggu 1 K 3 5.6000 .45826 .26458 4.4616 6.7384 5.10 6.00 A 3 8.4667 .25166 .14530 7.8415 9.0918 8.20 8.70 B 3 8.9333 .70946 .40961 7.1709 10.6957 8.30 9.70 C 3 10.2333 .23094 .13333 9.6596 10.8070 10.10 10.50 Total 12 8.3083 1.80980 .52244 7.1584 9.4582 5.10 10.50 Minggu 2 K 3 5.4667 .15275 .08819 5.0872 5.8461 5.30 5.60 A 3 9.5667 .35119 .20276 8.6943 10.4391 9.20 9.90 B 3 9.8667 .05774 .03333 9.7232 10.0101 9.80 9.90 C 3 11.3333 .40415 .23333 10.3294 12.3373 10.90 11.70 Total 12 9.0583 2.28810 .66052 7.6045 10.5121 5.30 11.70 Minggu 3 K 3 6.9667 .45092 .26034 5.8465 8.0868 6.50 7.40 A 3 7.1000 .43589 .25166 6.0172 8.1828 6.60 7.40 B 3 9.0000 .72111 .41633 7.2087 10.7913 8.40 9.80 C 3 12.0000 .72111 .41633 10.2087 13.7913 11.40 12.80 Total 12 8.7667 2.18355 .63034 7.3793 10.1540 6.50 12.80 Minggu 4 K 3 6.6667 .15275 .08819 6.2872 7.0461 6.50 6.80 A 3 6.5000 .20000 .11547 6.0032 6.9968 6.30 6.70 B 3 8.2000 .20000 .11547 7.7032 8.6968 8.00 8.40 C 3 10.3333 .15275 .08819 9.9539 10.7128 10.20 10.50 Total 12 7.9250 1.61590 .46647 6.8983 8.9517 6.30 10.50 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 0 .103 3 8 .956 Minggu 1 1.711 3 8 .242 Minggu 2 2.019 3 8 .190 Minggu 3 .669 3 8 .595 Minggu 4 .054 3 8 .982 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 0 Between Groups .273 3 .091 1.720 .240 Within Groups .423 8 .053 Total .697 11 Minggu 1 Between Groups 34.369 3 11.456 55.212 .000 Within Groups 1.660 8 .207 Total 36.029 11 Minggu 2 Between Groups 56.963 3 18.988 242.394 .000 Within Groups .627 8 .078 Total 57.589 11 Minggu 3 Between Groups 49.580 3 16.527 46.121 .000 Within Groups 2.867 8 .358 Total 52.447 11 Minggu 4 Between Groups 28.469 3 9.490 299.675 .000 Within Groups .253 8 .032 Total 28.723 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 0 Minggu 1 Perlakuan N α = 0.05 Perlakuan N α = 0.05 1 1 2 3 K 3 4.707 K 3 5.6 C 3 4.713 A 3 8.4667 B 3 4.953 B 3 8.9333 A 3 5.053 C 3 10.2333 Sig. 0.121 Sig. 1 0.245 1 Minggu 2 Minggu 3 Perlakuan N α = 0.05 Perlakuan N α = 0.05 1 2 3 1 2 3 K 3 5.467 K 3 6.967 A 3 9.567 A 3 7.100 B 3 9.867 B 3 9.000 C 3 11.333 C 3 12.000 Sig. 1.000 0.226 1.000 Sig. 0.792 1.000 1.000 Minggu 4 Perlakuan N α = 0.05 1 2 3 A 3 6.500 K 3 6.667 B 3 8.200 C 3 10.333 Sig. 0.284 1.000 1.000 Lampiran 2. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan persentase sel hialin udang vaname diberi k-karagenan 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 0 K 3 44.900 .8000 .4619 42.913 46.887 44.1 45.7 A 3 42.667 2.3094 1.3333 36.930 48.404 40.0 44.0 B 3 43.667 1.1547 .6667 40.798 46.535 43.0 45.0 C 3 45.333 1.1547 .6667 42.465 48.202 44.0 46.0 Total 12 44.142 1.6643 .4804 43.084 45.199 40.0 46.0 Minggu 1 K 3 49.000 2.6458 1.5275 42.428 55.572 47.0 52.0 A 3 49.667 1.5275 .8819 45.872 53.461 48.0 51.0 B 3 49.333 2.0817 1.2019 44.162 54.504 47.0 51.0 C 3 50.000 1.0000 .5774 47.516 52.484 49.0 51.0 Total 12 49.500 1.6787 .4846 48.433 50.567 47.0 52.0 Minggu 2 K 3 49.000 .0000 .0000 49.000 49.000 49.0 49.0 A 3 51.333 1.5275 .8819 47.539 55.128 50.0 53.0 B 3 51.333 3.2146 1.8559 43.348 59.319 49.0 55.0 C 3 53.667 2.5166 1.4530 47.415 59.918 51.0 56.0 Total 12 51.333 2.5346 .7317 49.723 52.944 49.0 56.0 Minggu 3 K 3 50.333 .5774 .3333 48.899 51.768 50.0 51.0 A 3 51.667 .5774 .3333 50.232 53.101 51.0 52.0 B 3 53.667 .5774 .3333 52.232 55.101 53.0 54.0 C 3 55.667 .5774 .3333 54.232 57.101 55.0 56.0 Total 12 52.833 2.1672 .6256 51.456 54.210 50.0 56.0 Minggu 4 K 3 51.333 .5774 .3333 49.899 52.768 51.0 52.0 A 3 52.000 1.7321 1.0000 47.697 56.303 50.0 53.0 B 3 53.333 .5774 .3333 51.899 54.768 53.0 54.0 C 3 54.333 2.0817 1.2019 49.162 59.504 52.0 56.0 Total 12 52.750 1.7123 .4943 51.662 53.838 50.0 56.0 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 0 3.068 3 8 .091 Minggu 1 1.569 3 8 .271 Minggu 2 3.785 3 8 .059 Minggu 3 .000 3 8 1.000 Minggu 4 3.689 3 8 .062 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 0 Between Groups 13.189 3 4.396 2.035 .188 Within Groups 17.280 8 2.160 Total 30.469 11 Minggu 1 Between Groups 1.667 3 .556 .152 .926 Within Groups 29.333 8 3.667 Total 31.000 11 Minggu 2 Between Groups 32.667 3 10.889 2.292 .155 Within Groups 38.000 8 4.750 Total 70.667 11 Minggu 3 Between Groups 49.000 3 16.333 49.000 .000 Within Groups 2.667 8 .333 Total 51.667 11 Minggu 4 Between Groups 16.250 3 5.417 2.708 .116 Within Groups 16.000 8 2.000 Total 32.250 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 0 Minggu 1 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 A 3 42.667 K 3 49.000 B 3 43.667 B 3 49.333 K 3 44.900 A 3 49.667 C 3 45.333 C 3 50.000 Sig. 0.070 Sig. 0.562 Minggu 2 Minggu 3 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 1 2 3 4 K 3 49.000 K 3 50.333 A 3 51.333 51.333 A 3 51.66 7 B 3 51.333 51.333 B 3 53.66 7 C 3 53.667 C 3 55.667 Sig. 0.244 0.244 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 K 3 51.333 A 3 52.000 52.000 B 3 53.333 53.333 C 3 54.333 Sig. 0.135 0.089 Lampiran 3. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan persentase sel granular udang vaname diberi k-karagenan 0 K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std. Dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 0 K 3 19.100 1.8028 1.0408 14.622 23.578 17.1 20.6 A 3 20.357 1.6905 .9760 16.157 24.556 18.8 22.1 B 3 20.977 1.0111 .5837 18.465 23.488 19.8 21.7 C 3 19.013 1.4059 .8117 15.521 22.506 17.4 19.8 Total 12 19.862 1.5544 .4487 18.874 20.849 17.1 22.1 Minggu 1 K 3 18.783 .3213 .1855 17.985 19.581 18.5 19.1 A 3 18.753 .3037 .1753 17.999 19.508 18.5 19.1 B 3 18.173 .4539 .2621 17.046 19.301 17.8 18.7 C 3 18.297 .5152 .2975 17.017 19.576 17.8 18.8 Total 12 18.502 .4484 .1294 18.217 18.787 17.8 19.1 Minggu 2 K 3 19.037 .1747 .1009 18.603 19.471 18.9 19.2 A 3 17.710 1.3173 .7605 14.438 20.982 16.2 18.5 B 3 18.243 .7736 .4467 16.321 20.165 17.4 18.7 C 3 17.240 1.8169 1.0490 12.726 21.754 15.3 18.9 Total 12 18.058 1.2313 .3555 17.275 18.840 15.3 19.2 Minggu 3 K 3 16.500 .9007 .5200 14.263 18.737 15.5 17.0 A 3 16.430 .6929 .4000 14.709 18.151 15.6 16.8 B 3 16.783 .8280 .4781 14.726 18.840 15.8 17.4 C 3 14.797 .6285 .3629 13.235 16.358 14.3 15.5 Total 12 16.128 1.0461 .3020 15.463 16.792 14.3 17.4 Minggu 4 K 3 16.127 .3208 .1852 15.330 16.924 15.8 16.5 A 3 16.520 .7508 .4335 14.655 18.385 15.8 17.3 B 3 16.393 .0929 .0536 16.163 16.624 16.3 16.5 C 3 14.600 .1300 .0751 14.277 14.923 14.5 14.8 Total 12 15.910 .8786 .2536 15.352 16.468 14.5 17.3 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 0 Between Groups 8.364 3 2.788 1.225 .362 Within Groups 18.213 8 2.277 Total 26.577 11 Minggu 1 Between Groups .877 3 .292 1.754 .233 Within Groups 1.334 8 .167 Total 2.211 11 Minggu 2 Between Groups 5.347 3 1.782 1.258 .352 Within Groups 11.331 8 1.416 Total 16.678 11 Minggu 3 Between Groups 7.294 3 2.431 4.100 .049 Within Groups 4.744 8 .593 Total 12.038 11 Minggu 4 Between Groups 7.106 3 2.369 13.689 .002 Within Groups 1.384 8 .173 Total 8.491 11 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 0 .398 3 8 .758 Minggu 1 .320 3 8 .811 Minggu 2 3.244 3 8 .081 Minggu 3 .395 3 8 .760 Minggu 4 2.446 3 8 .139 Uji Lanjut Duncan Minggu 0 Minggu 1 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 C 3 19.0130 B 3 18.1730 K 3 19.1000 C 3 18.2970 A 3 20.3570 A 3 18.7530 B 3 20.9770 K 3 18.7830 Sig. 0.1720 Sig. 0.1240 Minggu 2 Minggu 3 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 2 C 3 17.2400 C 3 14.7970 A 3 17.7100 A 3 16.4300 B 3 18.2430 K 3 16.5000 K 3 19.0370 B 3 16.7830 Sig. 0.1210 Sig. 1.0000 0.6040 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 C 3 14.6000 K 3 16.1270 B 3 16.3930 A 3 16.5200 Sig. 1.0000 0.2990 Lampiran 4. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan persentase sel semi-granular udang vaname diberi k-karagenan 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 0 K 3 36.0000 1.27671 .73711 32.8285 39.1715 34.60 37.10 A 3 36.8667 2.90230 1.67564 29.6570 44.0764 33.70 39.40 B 3 35.6000 1.55242 .89629 31.7436 39.4564 34.00 37.10 C 3 35.6667 1.04083 .60093 33.0811 38.2522 34.50 36.50 Total 1 36.0333 1.65548 .47790 34.9815 37.0852 33.70 39.40 Minggu 1 K 3 32.0467 3.01109 1.73845 24.5667 39.5266 28.57 33.82 A 3 32.6600 .64645 .37323 31.0541 34.2659 32.04 33.33 B 3 33.4067 2.11604 1.22170 28.1501 38.6632 31.33 35.56 C 3 32.8700 .73082 .42194 31.0545 34.6855 32.26 33.68 Total 1 32.7458 1.70127 .49111 31.6649 33.8268 28.57 35.56 Minggu 2 K 3 32.2000 .65574 .37859 30.5710 33.8290 31.60 32.90 A 3 30.9333 2.21886 1.28106 25.4214 36.4453 28.90 33.30 B 3 30.7667 1.95021 1.12596 25.9221 35.6113 28.80 32.70 C 3 29.7767 1.57469 .90914 25.8649 33.6884 28.00 31.00 Total 1 30.9192 1.71041 .49375 29.8324 32.0059 28.00 33.30 Minggu 3 K 3 32.9667 1.05040 .60645 30.3573 35.5760 31.90 34.00 A 3 30.2333 .40415 .23333 29.2294 31.2373 29.80 30.60 B 3 29.3667 .57735 .33333 27.9324 30.8009 28.70 29.70 C 3 29.5667 .40415 .23333 28.5627 30.5706 29.20 30.00 Total 1 30.5333 1.60812 .46423 29.5116 31.5551 28.70 34.00 Minggu 4 K 3 33.9467 1.24917 .72121 30.8435 37.0498 32.82 35.29 A 3 31.1533 .40673 .23483 30.1429 32.1637 30.77 31.58 B 3 30.8300 .25534 .14742 30.1957 31.4643 30.61 31.11 C 3 31.1167 1.49564 .86351 27.4013 34.8320 29.91 32.79 Total 1 31.7617 1.57656 .45511 30.7600 32.7634 29.91 35.29 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 0 1.490 3 8 .289 Minggu 1 3.536 3 8 .068 Minggu 2 .935 3 8 .467 Minggu 3 1.039 3 8 .426 Minggu 4 3.170 3 8 .085 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 0 Between Groups 3.053 3 1.018 .301 .824 Within Groups 27.093 8 3.387 Total 30.147 11 Minggu 1 Between Groups 2.845 3 .948 .262 .851 Within Groups 28.993 8 3.624 Total 31.837 11 Minggu 2 Between Groups 8.908 3 2.969 1.021 .433 Within Groups 23.273 8 2.909 Total 32.180 11 Minggu 3 Between Groups 24.920 3 8.307 18.843 .001 Within Groups 3.527 8 .441 Total 28.447 11 Minggu 4 Between Groups 19.285 3 6.428 6.384 .016 Within Groups 8.056 8 1.007 Total 27.341 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 0 Minggu 1 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 B 3 35.6000 K 3 32.0467 C 3 35.6667 A 3 32.6600 K 3 36.0000 C 3 32.8700 A 3 36.8667 B 3 33.4067 Sig. 0.4490 Sig. 0.4330 Minggu 2 Minggu 3 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 2 C 3 29.7767 B 3 29.3667 B 3 30.7667 C 3 29.5667 A 3 30.9333 A 3 30.2333 K 3 32.2000 K 3 32.9667 Sig. 0.1410 Sig. 0.1640 1.0000 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 B 3 30.8300 C 3 31.1167 A 3 31.1533 K 3 33.9467 Sig. 0.7150 1.0000 Lampiran 5. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan aktifitas fagositik udang vaname diberi k-karagenan 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu K 3 18.3333 .57735 .33333 16.8991 19.7676 18.00 19.00 A 3 19.3333 1.15470 .66667 16.4649 22.2018 18.00 20.00 B 3 19.0000 1.00000 .57735 16.5159 21.4841 18.00 20.00 C 3 18.6667 .57735 .33333 17.2324 20.1009 18.00 19.00 Total 12 18.8333 .83485 .24100 18.3029 19.3638 18.00 20.00 Minggu 1 K 3 20.3333 .57735 .33333 18.8991 21.7676 20.00 21.00 A 3 20.6667 .57735 .33333 19.2324 22.1009 20.00 21.00 B 3 20.6667 1.52753 .88192 16.8721 24.4612 19.00 22.00 C 3 20.0000 1.00000 .57735 17.5159 22.4841 19.00 21.00 Total 12 20.4167 .90034 .25990 19.8446 20.9887 19.00 22.00 Minggu 2 K 3 21.6667 .57735 .33333 20.2324 23.1009 21.00 22.00 A 3 23.0000 .00000 .00000 23.0000 23.0000 23.00 23.00 B 3 23.3333 1.52753 .88192 19.5388 27.1279 22.00 25.00 C 3 25.0000 1.00000 .57735 22.5159 27.4841 24.00 26.00 Total 12 23.2500 1.48477 .42862 22.3066 24.1934 21.00 26.00 Minggu 3 K 3 22.6667 .57735 .33333 21.2324 24.1009 22.00 23.00 A 3 24.3333 .57735 .33333 22.8991 25.7676 24.00 25.00 B 3 26.6667 1.52753 .88192 22.8721 30.4612 25.00 28.00 C 3 30.3333 1.52753 .88192 26.5388 34.1279 29.00 32.00 Total 12 26.0000 3.16228 .91287 23.9908 28.0092 22.00 32.00 Minggu 4 K 3 23.3333 1.52753 .88192 19.5388 27.1279 22.00 25.00 A 3 25.0000 1.00000 .57735 22.5159 27.4841 24.00 26.00 B 3 28.6667 .57735 .33333 27.2324 30.1009 28.00 29.00 C 3 34.6667 .57735 .33333 33.2324 36.1009 34.00 35.00 Total 12 27.9167 4.62126 1.33404 24.9805 30.8529 22.00 35.00 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 0 .978 3 8 .450 Minggu 1 1.333 3 8 .330 Minggu 2 3.014 3 8 .094 Minggu 3 1.714 3 8 .241 Minggu 4 1.333 3 8 .330 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 0 Between Groups 1.667 3 .556 .741 .557 Within Groups 6.000 8 .750 Total 7.667 11 Minggu 1 Between Groups .917 3 .306 .306 .821 Within Groups 8.000 8 1.000 Total 8.917 11 Minggu 2 Between Groups 16.917 3 5.639 6.152 .018 Within Groups 7.333 8 .917 Total 24.250 11 Minggu 3 Between Groups 99.333 3 33.111 24.833 .000 Within Groups 10.667 8 1.333 Total 110.000 11 Minggu 4 Between Groups 226.917 3 75.639 75.639 .000 Within Groups 8.000 8 1.000 Total 234.917 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 0 Minggu 1 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 K 3 18.3333 C 3 20.0000 C 3 18.6667 K 3 20.3333 B 3 19.0000 A 3 20.6667 A 3 19.3333 B 3 20.6667 Sig. 0.2200 Sig. 0.4630 Minggu 2 Minggu 3 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 1 2 3 K 3 21.6667 K 3 22.6667 A 3 23.0000 A 3 24.3333 B 3 23.3333 23.3333 B 3 26.6667 C 3 25.0000 C 3 30.3333 Sig. 0.0750 0.0660 Sig. 0.1150 1.0000 1.0000 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 K 3 23.3333 A 3 25.0000 B 3 28.6667 C 3 34.6667 Sig. 0.0760 1.0000 1.0000 Lampiran 6. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan aktifitas phenoloxidase udang vaname diberi k-karagenan 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 0 K 3 .15567 .093308 .053871 -.07612 .38746 .048 .213 A 3 .14267 .092045 .053142 -.08599 .37132 .038 .211 B 3 .16567 .065056 .037560 .00406 .32728 .094 .221 C 3 .15100 .102211 .059011 -.10291 .40491 .033 .212 Total 12 .15375 .076601 .022113 .10508 .20242 .033 .221 Minggu 1 K 3 .17600 .048508 .028006 .05550 .29650 .127 .224 A 3 .23200 .005292 .003055 .21886 .24514 .226 .236 B 3 .26200 .030790 .017776 .18551 .33849 .236 .296 C 3 .27967 .038083 .021987 .18506 .37427 .246 .321 Total 12 .23742 .050570 .014598 .20529 .26955 .127 .321 Minggu 2 K 3 .20600 .050478 .029143 .08061 .33139 .160 .260 A 3 .34667 .054857 .031672 .21039 .48294 .314 .410 B 3 .40433 .043890 .025340 .29530 .51336 .378 .455 C 3 .41100 .101843 .058799 .15801 .66399 .329 .525 Total 12 .34200 .103223 .029798 .27642 .40758 .160 .525 Minggu 3 K 3 .22233 .031644 .018270 .14373 .30094 .195 .257 A 3 .34333 .121624 .070219 .04120 .64546 .247 .480 B 3 .45067 .066161 .038198 .28631 .61502 .402 .526 C 3 .51067 .096935 .055965 .26987 .75147 .403 .591 Total 12 .38175 .136152 .039304 .29524 .46826 .195 .591 Minggu 4 K 3 .17833 .052700 .030427 .04742 .30925 .135 .237 A 3 .33033 .110002 .063509 .05707 .60359 .220 .440 B 3 .34267 .101864 .058811 .08962 .59571 .227 .419 C 3 .41800 .046487 .026839 .30252 .53348 .378 .469 Total 12 .31733 .115060 .033215 .24423 .39044 .135 .469 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 0 .521 3 8 .680 Minggu 1 1.506 3 8 .285 Minggu 2 1.621 3 8 .260 Minggu 3 2.132 3 8 .174 Minggu 4 .959 3 8 .457 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 0 Between Groups .001 3 .000 .035 .991 Within Groups .064 8 .008 Total .065 11 Minggu 1 Between Groups .019 3 .006 5.181 .028 Within Groups .010 8 .001 Total .028 11 Minggu 2 Between Groups .081 3 .027 6.085 .018 Within Groups .036 8 .004 Total .117 11 Minggu 3 Between Groups .145 3 .048 6.529 .015 Within Groups .059 8 .007 Total .204 11 Minggu 4 Between Groups .091 3 .030 4.416 .041 Within Groups .055 8 .007 Total .146 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 0 Minggu 1 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 2 A 3 0.14267 K 3 0.176 C 3 0.151 A 3 0.232 0.232 K 3 0.15567 B 3 0.262 B 3 0.16567 C 3 0.27967 Sig. 0.773 Sig. 0.083 0.144 Minggu 3 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 1 2 K 3 0.22233 K 3 0.17833 A 3 0.34333 0.34333 A 3 0.33033 0.33033 B 3 0.45067 B 3 0.34267 C 3 0.51067 C 3 0.418 Sig. 0.123 0.051 Sig. 0.055 0.249 Lampiran 7. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan kelangsungan hidup udang vaname diberi k-karagenan 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan setelah diinfeksi IMNV pada 6-12 dpi Descriptives N Mean Std. Dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum dpi Bound Upper Bound 6 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 B 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 C 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 K+ 2 95.0000 7.07107 5.00000 31.4690 158.5310 90.00 100.00 Total 10 99.0000 3.16228 1.00000 96.7378 101.2622 90.00 100.00 7 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 B 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 C 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 K+ 2 80.0000 14.14214 10.00000 -47.0620 207.0620 70.00 90.00 Total 10 96.0000 9.66092 3.05505 89.0890 102.9110 70.00 100.00 8 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 80.0000 .00000 .00000 80.0000 80.0000 80.00 80.00 B 2 85.0000 7.07107 5.00000 21.4690 148.5310 80.00 90.00 C 2 90.0000 .00000 .00000 90.0000 90.0000 90.00 90.00 K+ 2 50.0000 14.14214 10.00000 -77.0620 177.0620 40.00 60.00 Total 10 81.0000 18.52926 5.85947 67.7450 94.2550 40.00 100.00 9 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 65.0000 21.21320 15.00000 -125.5931 255.5931 50.00 80.00 B 2 75.0000 7.07107 5.00000 11.4690 138.5310 70.00 80.00 C 2 85.0000 7.07107 5.00000 21.4690 148.5310 80.00 90.00 K+ 2 40.0000 14.14214 10.00000 -87.0620 167.0620 30.00 50.00 Total 10 73.0000 23.11805 7.31057 56.4623 89.5377 30.00 100.00 10 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 55.0000 7.07107 5.00000 -8.5310 118.5310 50.00 60.00 B 2 55.0000 7.07107 5.00000 -8.5310 118.5310 50.00 60.00 C 2 85.0000 7.07107 5.00000 21.4690 148.5310 80.00 90.00 K+ 2 25.0000 21.21320 15.00000 -165.5931 215.5931 10.00 40.00 Total 10 64.0000 28.75181 9.09212 43.4322 84.5678 10.00 100.00 11 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 40.0000 .00000 .00000 40.0000 40.0000 40.00 40.00 B 2 45.0000 7.07107 5.00000 -18.5310 108.5310 40.00 50.00 C 2 85.0000 7.07107 5.00000 21.4690 148.5310 80.00 90.00 K+ 2 15.0000 7.07107 5.00000 -48.5310 78.5310 10.00 20.00 Total 10 57.0000 33.01515 10.44031 33.3824 80.6176 10.00 100.00 12 K 2 100.0000 .00000 .00000 100.0000 100.0000 100.00 100.00 A 2 25.0000 7.07107 5.00000 -38.5310 88.5310 20.00 30.00 B 2 45.0000 7.07107 5.00000 -18.5310 108.5310 40.00 50.00 C 2 85.0000 7.07107 5.00000 21.4690 148.5310 80.00 90.00 K+ 2 15.0000 7.07107 5.00000 -48.5310 78.5310 10.00 20.00 Total 10 54.0000 35.33962 11.17537 28.7196 79.2804 10.00 100.00 ANOVA dpi Sum of Squares df Mean Square F Sig. 6 Between Groups 40.000 4 10.000 1.000 .486 Within Groups 50.000 5 10.000 Total 90.000 9 7 Between Groups 640.000 4 160.000 4.000 .080 Within Groups 200.000 5 40.000 Total 840.000 9 8 Between Groups 2840.000 4 710.000 14.200 .006 Within Groups 250.000 5 50.000 Total 3090.000 9 9 Between Groups 4060.000 4 1015.000 6.767 .030 Within Groups 750.000 5 150.000 Total 4810.000 9 10 Between Groups 6840.000 4 1710.000 14.250 .006 Within Groups 600.000 5 120.000 Total 7440.000 9 11 Between Groups 9660.000 4 2415.000 80.500 .000 Within Groups 150.000 5 30.000 Total 9810.000 9 12 Between Groups 11040.000 4 2760.000 69.000 .000 Within Groups 200.000 5 40.000 Total 11240.000 9 Uji Lanjut Duncan 6 dpi 7 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 2 K+ 2 95 K+ 2 80 K 2 100 K 2 100 A 2 100 A 2 100 B 2 100 B 2 100 C 2 100 C 2 100 Sig. 0.187 Sig. 1 1 8 dpi 9 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 2 3 K+ 2 50 K+ 2 40 A 2 80 A 2 65 65 B 2 85 85 B 2 75 75 C 2 90 90 C 2 85 85 K 2 100 K 2 100 Sig. 1 0.227 0.094 Sig. 0.097 0.1 7 0.104 10 dpi 11 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 2 3 4 K+ 2 25 K+ 2 15 A 2 55 A 2 40 B 2 55 B 2 45 C 2 85 C 2 85 K 2 100 K 2 100 Sig. 1 1 0.229 Sig. 1 0.403 1 1 12 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 K+ 2 15 A 2 25 B 2 45 C 2 85 K 2 100 Sig. 0.175 1 0.064 Lampiran 8. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan kelangsungan hidup udang vaname tidak diberi k-karagenan K- dan K+, diberi k-karagenan setiap hari C1, tujuh hari C7 dan 14 hari C14 setelah diinfeksi IMNV pada 8-14dpi Descriptives N Mean Std. Deviation Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum dpi Lower Bound Upper Bound 8dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C7 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C14 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 K+ 3 66.67 5.774 3.333 52.32 81.01 60 70 Total 15 93.33 13.973 3.608 85.60 101.07 60 100 9dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 93.33 5.774 3.333 78.99 107.68 90 100 C7 3 90.00 .000 .000 90.00 90.00 90 90 C14 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 K+ 3 60.00 .000 .000 60.00 60.00 60 60 Total 15 88.67 15.523 4.008 80.07 97.26 60 100 10dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 90.00 10.000 5.774 65.16 114.84 80 100 C7 3 86.67 5.774 3.333 72.32 101.01 80 90 C14 3 96.67 5.774 3.333 82.32 111.01 90 100 K+ 3 56.67 5.774 3.333 42.32 71.01 50 60 Total 15 86.00 16.818 4.342 76.69 95.31 50 100 11dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 83.33 5.774 3.333 68.99 97.68 80 90 C7 3 80.00 .000 .000 80.00 80.00 80 80 C14 3 96.67 5.774 3.333 82.32 111.01 90 100 K+ 3 56.67 5.774 3.333 42.32 71.01 50 60 Total 15 83.33 16.330 4.216 74.29 92.38 50 100 12dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 83.33 5.774 3.333 68.99 97.68 80 90 C7 3 80.00 .000 .000 80.00 80.00 80 80 C14 3 93.33 5.774 3.333 78.99 107.68 90 100 K+ 3 56.67 5.774 3.333 42.32 71.01 50 60 Total 15 82.67 15.796 4.079 73.92 91.41 50 100 13dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 83.33 5.774 3.333 68.99 97.68 80 90 C7 3 80.00 .000 .000 80.00 80.00 80 80 C14 3 93.33 5.774 3.333 78.99 107.68 90 100 K+ 3 56.67 5.774 3.333 42.32 71.01 50 60 Total 15 82.67 15.796 4.079 73.92 91.41 50 100 14dpi K 3 100.00 .000 .000 100.00 100.00 100 100 C1 3 83.33 5.774 3.333 68.99 97.68 80 90 C7 3 80.00 .000 .000 80.00 80.00 80 80 C14 3 90.00 .000 .000 90.00 90.00 90 90 K+ 3 56.67 5.774 3.333 42.32 71.01 50 60 Total 15 82.00 15.213 3.928 73.58 90.42 50 100 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. 8dpi 16.000 4 10 .000 9dpi 16.000 4 10 .000 10dpi 2.000 4 10 .171 11dpi 8.000 4 10 .004 12dpi 8.000 4 10 .004 13dpi 8.000 4 10 .004 14dpi 12.000 4 10 .001 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. 8dpi Between Groups 2666.667 4 666.667 100.000 .000 Within Groups 66.667 10 6.667 Total 2733.333 14 9dpi Between Groups 3306.667 4 826.667 124.000 .000 Within Groups 66.667 10 6.667 Total 3373.333 14 PI 10 Between Groups 3560.000 4 890.000 22.250 .000 Within Groups 400.000 10 40.000 Total 3960.000 14 PI 11 Between Groups 3533.333 4 883.333 44.167 .000 Within Groups 200.000 10 20.000 Total 3733.333 14 PI 12 Between Groups 3293.333 4 823.333 41.167 .000 Within Groups 200.000 10 20.000 Total 3493.333 14 PI 13 Between Groups 3293.333 4 823.333 41.167 .000 Within Groups 200.000 10 20.000 Total 3493.333 14 PI 14 Between Groups 3106.667 4 776.667 58.250 .000 Within Groups 133.333 10 13.333 Total 3240.000 14 Uji Lanjut Duncan 8 dpi 9 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 1 2 3 K+ 3 66.670 K+ 3 60.000 K 3 100.000 C7 3 90.000 C1 3 100.000 C1 3 93.330 C7 3 100.000 K 3 100.000 C14 3 100.000 C14 3 100.000 Sig. 1.000 1.000 Sig. 1.000 0.145 1.000 10 dpi 11 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 2 3 K+ 3 56.670 K+ 3 56.67 B 3 86.670 B 3 80.000 A 3 90.000 90.000 A 3 83.330 C 3 96.670 96.670 C 3 96.670 K 3 100.000 K 3 100.000 Sig. 1.000 0.094 0.094 Sig. 1.000 0.383 0.383 12 dpi 13 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 2 3 K+ 3 56.670 K+ 3 56.67 B 3 80.000 B 3 80.000 A 3 83.330 A 3 83.330 C 3 93.330 C 3 93.330 K 3 100.000 K 3 100.000 Sig. 1.000 0.383 0.098 Sig. 1.000 0.383 0.098 14 dpi Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 K+ 3 56.670 B 3 80.000 A 3 83.330 C 3 90.000 K 3 100.000 Sig. 1.000 0.290 1.000 1.000 Lampiran 9. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan pertumbuhan bobot udang vaname diberi k-karagenan dosis 0K, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan selama empat minggu pengamatan Descriptives N Mean Std. Dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 1 K 3 6.4000 .28355 .16371 5.6956 7.1044 6.08 6.62 A 3 6.2900 .04583 .02646 6.1762 6.4038 6.24 6.33 B 3 6.7267 .14189 .08192 6.3742 7.0791 6.60 6.88 C 3 6.4600 .39345 .22716 5.4826 7.4374 6.10 6.88 Total 12 6.4692 .27381 .07904 6.2952 6.6431 6.08 6.88 Minggu 2 K 3 7.4633 .20744 .11977 6.9480 7.9787 7.24 7.65 A 3 7.5533 .10066 .05812 7.3033 7.8034 7.46 7.66 B 3 7.8100 .13454 .07767 7.4758 8.1442 7.70 7.96 C 3 7.7633 .09074 .05239 7.5379 7.9887 7.68 7.86 Total 12 7.6475 .19231 .05552 7.5253 7.7697 7.24 7.96 Minggu 3 K 3 8.3300 .07937 .04583 8.1328 8.5272 8.27 8.42 A 3 8.3467 .07638 .04410 8.1569 8.5364 8.28 8.43 B 3 9.8033 .15948 .09207 9.4072 10.1995 9.67 9.98 C 3 9.8533 .05033 .02906 9.7283 9.9784 9.80 9.90 Total 12 9.0833 .78304 .22604 8.5858 9.5809 8.27 9.98 Minggu 4 K 3 9.2667 .15144 .08743 8.8905 9.6429 9.16 9.44 A 3 9.7733 .04509 .02603 9.6613 9.8853 9.73 9.82 B 3 11.9200 .07211 .04163 11.7409 12.0991 11.86 12.00 C 3 12.1200 .11000 .06351 11.8467 12.3933 12.01 12.23 Total 12 10.7700 1.32389 .38217 9.9288 11.6112 9.16 12.23 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 1 2.700 3 8 .116 Minggu 2 1.016 3 8 .435 Minggu 3 2.035 3 8 .188 Minggu 4 1.829 3 8 .220 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 1 Between Groups .310 3 .103 1.605 .263 Within Groups .515 8 .064 Total .825 11 Minggu 2 Between Groups .248 3 .083 4.156 .048 Within Groups .159 8 .020 Total .407 11 Minggu 3 Between Groups 6.664 3 2.221 221.595 .000 Within Groups .080 8 .010 Total 6.745 11 Minggu 4 Between Groups 19.195 3 6.398 605.523 .000 Within Groups .085 8 .011 Total 19.280 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 1 Minggu 2 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 1 2 A 3 6.290 K 3 7.463 K 3 6.400 A 3 7.553 7.553 C 3 6.460 C 3 7.763 B 3 6.727 B 3 7.810 Sig. 0.083 Sig. 0.457 0.065 Minggu 3 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 1 2 3 4 K 3 8.330 K 3 9.267 A 3 8.347 A 3 9.773 B 3 9.803 B 3 11.920 C 3 9.853 C 3 12.120 Sig. 0.844 0.558 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Lampiran 10. Analisis ragam serta uji lanjut Duncan pertumbuhan bobot udang vaname tidak diberi k-karagenan K, diberi k-karagenan setiap hari C1, tujuh hari C7 dan 14 hari C14 selama lima minggu pengamatan Descriptives N Mean Std. Dev Std. Error 95 Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Minggu 1 K 3 5.5567 .37166 .21458 4.6334 6.4799 5.25 5.97 C1 3 6.6600 .41073 .23714 5.6397 7.6803 6.20 6.99 C7 3 6.8633 .12503 .07219 6.5527 7.1739 6.72 6.95 C14 3 7.0133 .17243 .09955 6.5850 7.4417 6.86 7.20 Total 12 6.5233 .64884 .18730 6.1111 6.9356 5.25 7.20 Minggu 2 K 3 6.8900 .34044 .19655 6.0443 7.7357 6.56 7.24 C1 3 8.1300 .16703 .09644 7.7151 8.5449 7.95 8.28 C7 3 8.9167 .42712 .24660 7.8556 9.9777 8.59 9.40 C14 3 9.6267 .25423 .14678 8.9951 10.2582 9.35 9.85 Total 12 8.3908 1.09356 .31568 7.6960 9.0857 6.56 9.85 Minggu 3 K 3 8.3100 .19000 .10970 7.8380 8.7820 8.15 8.52 C1 3 9.4133 .31070 .17938 8.6415 10.1852 9.16 9.76 C7 3 9.8800 .24556 .14177 9.2700 10.4900 9.67 10.15 C14 3 9.9433 .26577 .15344 9.2831 10.6035 9.78 10.25 Total 12 9.3867 .71774 .20719 8.9306 9.8427 8.15 10.25 Minggu 4 K 3 9.7267 .35726 .20626 8.8392 10.6141 9.45 10.13 C1 3 11.1800 .23896 .13796 10.5864 11.7736 10.92 11.39 C7 3 11.2033 .28501 .16455 10.4953 11.9113 10.92 11.49 C14 3 11.7033 .59349 .34265 10.2290 13.1777 11.02 12.09 Total 12 10.9533 .84098 .24277 10.4190 11.4877 9.45 12.09 Minggu 5 K 3 10.7200 .19975 .11533 10.2238 11.2162 10.55 10.94 C1 3 12.3467 .33247 .19195 11.5208 13.1726 12.04 12.70 C7 3 12.6933 .32517 .18774 11.8856 13.5011 12.34 12.98 C14 3 13.2400 .27221 .15716 12.5638 13.9162 12.99 13.53 Total 12 12.2500 1.01090 .29182 11.6077 12.8923 10.55 13.53 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Minggu 1 2.235 3 8 .162 Minggu 2 1.078 3 8 .412 Minggu 3 .420 3 8 .743 Minggu 4 2.028 3 8 .189 Minggu 5 .285 3 8 .835 ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minggu 1 Between Groups 3.926 3 1.309 14.865 .001 Within Groups .704 8 .088 Total 4.631 11 Minggu 2 Between Groups 12.373 3 4.124 42.207 .000 Within Groups .782 8 .098 Total 13.155 11 Minggu 3 Between Groups 5.140 3 1.713 26.000 .000 Within Groups .527 8 .066 Total 5.667 11 Minggu 4 Between Groups 6.543 3 2.181 14.113 .001 Within Groups 1.236 8 .155 Total 7.780 11 Minggu 5 Between Groups 10.581 3 3.527 42.716 .000 Within Groups .661 8 .083 Total 11.241 11 Uji Lanjut Duncan Minggu 1 Minggu 2 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 1 2 3 4 K 3 5.557 K 3 6.890 C1 3 6.660 C1 3 8.130 C7 3 6.863 C7 3 8.917 C14 3 7.013 C14 3 9.627 Sig. 1.000 0.199 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Minggu 3 Minggu 4 Dosis N Subset for alpha = 0.05 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 2 K 3 8.310 K 3 9.727 C1 3 9.413 C1 3 11.180 C7 3 9.880 9.880 C7 3 11.203 C14 3 9.943 C14 3 11.703 Sig. 1.000 0.057 0.770 Sig. 1.000 0.156 Minggu 5 Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 K 3 10.720 C1 3 12.347 C7 3 12.693 C14 3 13.240 Sig. 1.000 0.178 1.000 Lampiran 11. Hasil analisa PCR Keterangan : Keterangan 1. Primer IMNV OIE 2. Sampel positif pada 139 bp Regards, Analyst Dita Rustianti, S.St.Pi NIP . 19830831 200604 2 001 Kolom Isi Hasil 1. Marka DNA 100 bp - 2. Kontrol Positif Positif 3. Kontrol Negatif Negatif 4. C14 Positif 5. C1 nd 6. C7 Positif 7. K+ Positif 8 K- Negatif Lampiran 12. Kualitas Kappa-Karagenan CERTIFICATE OF ANALYSIS Product: carrageenan powder Quantity: - Date of analysis : 3.3.11 HS No : 13.02.39.1000 Product Mesh size Water Gel Strength KCl Gel strength Semirefine kappa carrageenan 80 200 gcm2 500 gcm2 pH 8-9 8-9 Other parameters Loss on drying 105 o to constant weight 12 pH 1 in 100 suspension 60-70 o C 8-9 Viscosity 1.5, at 75 o C Microbiological criteria 10 -1 dilution by adding a 50-g sample to 450 ml of Butterfield’s phosphate-buffered dilution water and homogenising the mixture in a high-speed blender Total aerobic plate count 5000 cfugram Salmonella spp negatif E. coli negatif Arsenic atomic absorption hydride technique using a 3 gram sample 0.002 Lead 0.5 Cadmium 0.2 Mercury 0.04 Test conditions : Water gel strength : 1.5 gel at 25 o C room temperature Potassium gel strength : 1.0 gel in 0.2 KCL solution at 25 o C room temperature Sincerely yours, Linawati Hardjito, PhD ABSTRACT DIAN FEBRIANI. Kappa-Carrageenan as an Immunostimulant for Infectious Myonecrosis IMN Disease Control on Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei. Under direction of SUKENDA and SRI NURYATI The modulation on nonspesific immune response, growth and disease resistance of Litopenaeus vannamei against IMNV was aimed on this studied. Briefly, the experiment had comprised two stages. The first stage studied dose of k-carrageenan administration at rate 5, 10, and 15 g kg -1 feed for 4 weeks rearing, while the later studied about frequency of administration of the best outcoming dose including daily, 7 days interval, and 14 days interval administration for 5 weeks rearing. Both of stages had positive and negative control, and done in complete randomized design where the performance based on dynamic of immunity and shrimp growth were measured during rearing, while survival rate, clinical signs and histophatology were observed after challenged. Shrimp were fed three times a day at feeding rate of 4-5 of body weight day -1 . Challenge test was performed by mean feeding the shrimp with IMNV via oral route at rate 10 of body weight during 3 consecutive days, than observed for 14 days. The results showed that shrimp which administered with k-carrageenan at rate of 15 g kg -1 feed had best performance than other aplications . The shrimp’s hemocyte count, phagocytic activity, phenoloxidase activity, and relative growth were 12±0,72 x 10 6 cell ml -1 ; 34,67±0,58; 0,511±0,10 and 86.15 respectively. After challenged, the survival rate was 85±7.07. Moreover, in the next stage work, aplication in 14 days interval gave 88.57 in relative growth and 93±5,8 in survival rate, higher than other aplications. They were confirmed by visual gross sign and histopathology that appeared as well as PCR test. Then, it was concluded that, the administration of k-carrageenan at rate 15 g kg -1 and present in 14 days interval had better immunostimulatory effect to enhance nonspesific immune response and elevate disease resistance of whiteleg shrimp juveniles against IMNV. Keywords: kappa-carrageenan, immunostimulant, IMNV, IMN disease control, Litopenaeus vannamei RINGKASAN DIAN FEBRIANI. Kappa-Karagenan sebagai Imunostimulan untuk Pengendalian Penyakit Infectious Myonecrosis IMN pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Dibimbing oleh SUKENDA dan SRI NURYATI. Penyakit IMN Infectious Myonecrosis yang menyerang udang vaname Litopenaeus vannamei di Indonesia telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Tingkat kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini bisa mencapai 70. Penggunaan vaksin dan kemoterapi diketahui tidak efektif untuk pengendalian penyakit ini. Alternatif pengendalian penyakit yang dapat digunakan adalah dengan pemberian imunostimulan. Kappa-karagenan merupakan salah satu bahan yang berasal dari rumput laut, yang dapat digunakan sebagai imunostimulan. Kappa-karagenan diketahui memiliki senyawa bioaktif polisakarida sulfat yang dapat memodulasi sistem imun dan sebagai antiviral. Penelitian ini bertujuan menguji pemberian kappa-karagenan dengan dosis dan frekuensi pemberian yang tepat dalam meningkatkan respons imun dan resistensi terhadap serangan IMNV infectious myonecrosis virus. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yang berlangsung dari Juni 2011 sampai Februari 2012, di Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis PCR polymerase chain reaction dilaksanakan di Balai Uji Standarisasi Kesehatan Ikan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Udang vaname yang digunakan adalah benih SPF specific pathogen free yang berasal dari hatchery PT Central Pertiwibahari, Lampung yang berukuran 2,9±0,1 g ekor -1 . Udang dipelihara dalam kondisi terkontrol dan diberi pakan tiga kali sehari dengan FR feeding rate sebesar 4-5 dari bobot biomassa hari -1 . Sebagai langkah biosecurity maka air, wadah dan peralatan pemeliharaan didesinfeksi. Kappa-karagenan yang digunakan merupakan hasil ekstraksi rumput laut Kappaphycus alvarezii dari laboratorium Bioteknologi THP, yang dicampurkan ke pakan komersial udang dengan cara di coating. Infeksi IMNV pada udang vaname diberikan secara oral dengan FR 10 selama tiga hari, menggunakan bagian otot udang yang telah terinfeksi IMNV dengan tanda-tanda gejala klinis bagian abdomen dari arah ekor berwarna merah pada ruas terakhir. Penelitian tahap satu adalah menentukan dosis pemberian k-karagenan terbaik yang terdiri dari tiga perlakuan dan kontrol kontrol positif dan kontrol negatif. Udang yang digunakan berukuran 4.9±0.32 g. Pemberian perlakuan berlangsung selama empat minggu dan dilanjutkan dengan menginfeksikan IMNV pada udang uji. Perlakuan yang diberikan berupa dosis pemberian k-karagenan sebesar K: 0, A: 5, B: 10 dan C: 15 g kg -1 pakan udang. Pengamatan yang dilakukan meliputi respons imun, pertumbuhan relatif dan resistensi udang vaname setelah diinfeksi dengan IMNV. Penelitian tahap dua adalah menentukan frekuensi pemberian k-karagenan dengan menggunakan dosis terbaik C: 15 g kg -1 pakan yang didapatkan pada penelitian tahap satu. Penelitian tahap dua ini terdiri dari K: pemberian pakan tanpa k-karagenan, C1: Pemberian k-karagenan setiap hari, C7 : Pemberian k-karagenan selama tujuh hari dengan interval pemberian 7 hari, pada minggu ke-1,3 dan 5, dan C14 : Pemberian k-karagenan selama 14 hari dengan interval pemberian 7 hari pada minggu ke-1 dan 4. Udang yang digunakan berukuran 4.9±0.32 g. Pemberian perlakuan berlangsung selama lima minggu dan selanjutnya udang vaname diinfeksi dengan IMNV. Pengamatan yang dilakukan meliputi pertumbuhan relatif dan resistensi udang setelah diinfeksi dengan IMNV. Respons imun dan pertumbuhan relatif diamati setiap minggu saat pemberian perlakuan, sebelum udang vaname diinfeksi dengan IMNV. Respons imun yang diamati dalam penelitian ini, meliputi total hemosit, diferensiasi hemosit, aktifitas fagositik dan phenoloxidase. Resistensi udang vaname diamati setelah diinfeksi dengan IMNV yang meliputi kelangsungan hidup, pemeriksaan gejala klinis, histopatologi dan konfirmasi keberadaan IMNV dengan PCR. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap RAL dengan 3 ulangan pada masing-masing perlakuan. Perbedaan setiap perlakuan pada parameter imun, kelangsungan hidup dan pertumbuhan relatif udang vaname di analisis keragamannya menggunakan ANOVA. Bila terdapat perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan. Data pengamatan gejala klinis, histopatologi dan konfirmasi PCR di analisis secara deskriptif. Pemberian k-karagenan melalui pakan pada udang vaname dalam penelitian ini, dapat meningkatkan parameter imun yang tercermin dari meningkatnya jumlah total hemosit, perbedaan pengaruh pada diferensiasi hemosit, aktifitas fagositik dan phenoloxidase selama waktu pengamatan. Seluruh parameter imun yang diamati menunjukkan hasil yang berbeda secara nyata antara perlakuan dengan kontrol P0.05. Pemberian k-karagenan dosis 15 g kg -1 pakan C memperlihatkan nilai total hemosit, aktifitas fagositosis dan phenoloxidase tertinggi dengan nilai berturut-turut sebesar 12.00±0.72 x 10 6 sel ml -1 , 34.67±0.58 dan 0.511±0.10. Udang vaname yang telah diinfeksi dengan IMNV menunjukkan hasil kelangsungan hidup yang berbeda nyata antara perlakuan dengan kontrol P0.05. Kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada pemberian k-karagenan dosis 15 g kg -1 pakan C dan frekuensi pemberian selama 14 hari dengan interval pemberian 7 hari C14, dengan nilai masing-masing sebesar 85±7.07 dan 90±0.0. Demikian pula halnya dengan gejala klinis terendah, terjadi pada pemberian tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi, udang vaname yang diinfeksi dengan IMNV menunjukkan abnormalitas pada jaringan otot dan hepatopankreasnya. Konfirmasi keberadaan IMNV menggunakan PCR menunjukkan beberapa sampel positif terinfeksi IMNV dan pada udang yang tidak diinfeksi IMNV menunjukkan hasil PCR yang negatif. Pemberian k-karagenan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan relatif udang vaname. Pertumbuhan relatif tertinggi terjadi pada dosis 15 g kg -1 yaitu 86.15 dan pada frekuensi pemberian selama 14 hari dengan interval 7 hari sebesar 88.57. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kappa-karagenan mampu meningkatkan sistem ketahanan tubuh udang vaname terlihat dari meningkatnya total hemosit, aktifitas fagositik, phenoloxidase dan juga pertumbuhan serta tingginya resistensi setelah diinfeksi dengan IMNV. Pemberian k-karagenan 15 g kg -1 pakan dan frekuensi pemberian selama 14 hari dengan interval pemberian 7 hari memberikan sistem ketahanan, pertumbuhan dan resistensi udang vaname yang paling baik. Tanda titik dibaca sebagai desimal I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang merupakan komoditas penting yang harus dikembangkan, karena permintaan konsumsi dalam maupun luar negeri cukup tinggi. Pemerintah telah mencanangkan budidaya udang sebagai salah satu komoditas unggulan revitalisasi perikanan sejak tahun 2005. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perikanan Budidaya tahun 2009, produksi udang vaname Litopenaeus vannamei adalah sebesar 3.63. Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri telah menargetkan pada periode tahun 2009 –2014, produksi udang dapat meningkat sebesar 74.75, yaitu dari 400 ribu ton menjadi 699 ribu ton, yang terdiri atas udang vaname L.vannamei dan udang windu Pennaeus monodon KKP 2010. Keberhasilan produksi tersebut sangat didukung oleh keberhasilan dari budidaya. Namun banyak kendala yang harus dihadapi dalam budidaya udang, salah satunya adalah adanya serangan penyakit. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kerugian besar dalam kegiatan budidaya udang adalah penyakit Infectious Myonecrosis IMN. Penyakit IMN di Indonesia pada tahun 2009 telah mengakibatkan kerugian sebesar 300 milyar rupiah KKP 2010. Tingkat kematian yang ditimbulkan oleh penyakit IMN pada udang vaname budidaya berkisar antara 40-70. Nilai FCR feeding convertion rate pada udang yang terinfeksi IMN juga mengalami kenaikan dari FCR normal, yaitu berkisar 1.5 – 4.0 atau bahkan lebih OIE 2009. Prevalensi IMN dapat mencapai 100 pada daerah dimana virus tersebut merupakan enzootic dalam tambak udang vaname. Dampak lain dari penyakit ini adalah lambatnya pertumbuhan udang, penyebaran penyakit yang cepat dan penampakan udang yang buruk, sehingga dapat menurunkan harga jualnya. Penyakit IMN pertama kali menyerang udang vaname di Piaui Timur Laut, Brazil pada tahun 2002 Pinheiro et al. 2007. Sebagian besar tambak udang di negara bagian Timur Laut Amerika telah terinfeksi IMNV pada tahun 2004 Pinheiro et al. 2007, setelah itu menyebar disepanjang garis pantai Timur Laut Brazil dan sampai di Indonesia, Thailand dan propinsi Hainan di Cina. Penyakit Infectious Myonecrosis IMN di Indonesia, pertama kali ditemukan keberadaannya pada t ahun 2006 Taukhid and Nur’aini 2008 pada usaha budidaya udang vaname di Situbondo, Jawa Timur Senapin et al. 2007. Udang vaname sendiri merupakan udang introduksi dari Brazil, yang masuk secara resmi ke Indonesia pada tahun 2001. Saat ini penyakit IMN telah terdeteksi keberadaannya di Jawa Timur, Bali, Nusa T enggara Taukhid and Nur’aini 2008 dan Lampung. Penyakit IMN disebabkan oleh virus yang berasal dari family totiviridae totivirus, genus Giardiavirus Walker and Winton 2010, memiliki genom tidak bersegmen ds-RNA double stranded-RNA, 7560 bp dan kapsid berbentuk isometrik Tang et al. 2008. Penggunaan vaksin dan kemoterapi telah dilaporkan tidak efektif untuk penyakit ini OIE 2009. Sejumlah tindakan pencegahan dan pengobatan masih terus dikembangkan. Salah satu alternatif pengendalian penyakit udang yang disebabkan oleh IMNV adalah menerapkan sistem biosekuriti, menggunakan benih SPF specific pathogen free atau SPR Spesific pathogen resistant dan pemberian imunostimulan atau probiotik. Penggunaan antibiotik dan vaksin pada pengendalian penyakit udang yang disebabkan oleh virus tidaklah efektif. Penggunaan antibiotik hanya direkomendasikan untuk pengobatan sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, selain itu penggunaan antibiotik yang tidak tepat, dilaporkan mempunyai dampak negatif pada lingkungan akuatik dan residunya dapat membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya Reed et al. 2004. Pencegahan penyakit dengan vaksinasi merupakan metode yang efektif untuk mengendalikan penyakit pada ikan, namun tidak demikian bagi udang karena udang tidak memiliki antibodi Jory 1997. Mekanisme pertahanan udang sangat bergantung pada kekebalan bawaan innate immunity yang luar biasa efektif dalam mengenali dan menangkal serangan pathogen Rusaini and Owens 2010. Saat ini mulai dikembangkan alternatif pengendalian penyakit pada udang terutama yang diakibatkan oleh infeksi virus, dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang bersifat imunostimulan dan antiviral. Dewasa ini, pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi dengan menggunakan produk dari organisma laut menjadi alternatif yang memungkinkan Bansemir et al. 2006. Rumput laut merupakan salah satu sumber senyawa