Resistensi Udang Vaname diberi Dosis Kappa-Karagenan Berbeda Terhadap Serangan IMNV

pada 12 dpi berbeda nyata P0.05 antar perlakuan dan kontrol Tabel 5 dan Gambar 11. Kelangsungan hidup udang vaname kontrol negatif K- yang tidak diberi k-karagenan dan juga tidak diinfeksi IMNV bernilai 100, tidak berbeda nyata dengan kelangsungan hidup udang vaname yang diberi pakan 15 g kg -1 pakan C yang bernilai 85±7.07, namun berbeda nyata dengan ke tiga perlakuan lainnya perlakuan A,B dan K+. Kelangsungan hidup udang vaname yang diberi 10 g kg -1 pakan B sebesar 45±7.07 berbeda nyata dibandingkan dengan kelangsungan hidup udang vaname yang diberi karagenan 5 g kg -1 pakan A dan juga perlakuan K+ yang tidak diberi k-karagenan namun diinfeksi IMNV, yang masing-masing hanya bernilai 25 – 15. Tabel 5. Kelangsungan hidup udang vaname diberi k-karagenan 0 K- dan K+, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan setelah diinfeksi IMNV pada 6-12 dpi Perlakuan Kelangsungan Hidup 6 Dpi 7 Dpi 8 Dpi 9 Dpi 10 Dpi 11 Dpi 12 Dpi K- 100±0.0 a 100±0.0 b 100±0.0 c 100±0.0 c 100±0.0 c 100±0.0 d 100±0.0 c A 100±0.0 a 100±0.0 b 80±0.0 b 65±21.2 ab 55±7.1 b 40±0.0 b 25±7.1 a B 100±0.0 a 100±0.0 b 85±7.1 bc 75±7.1 bc 55±7.1 b 45±7.1 b 45±7.1 b C 100±0.0 a 100±0.0 b 90±0.0 bc 85±7.1 bc 85±7.1 c 85±7.1 c 85±7.1 c K+ 95±0.7 a 80±1.4 a 50±0.1 a 40±0.1 a 25±0.2 a 15±0.2 a 15±0.2 a Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata antar perlakuan P0,05; dpi days post infection Gambar 11. Kelangsungan hidup udang vaname diberi k-karagenan 0K- dan K+, 5A, 10B dan 15C g kg -1 pakan setelah diinfeksi dengan IMNV 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K el ang sun g an H idu p Hari Setelah Infeksi dpi K- K+ A B C Pengamatan perkembangan gejala klinis luar visual udang vaname setelah diinfeksi dengan IMNV dilakukan pada 5 dpi dan 10 dpi Tabel 6 dan Gambar 13. Gejala klinis luar muncul pertama kali pada udang vaname yang tidak diberi k-karagen K+ dengan bobot skoring menengah sebanyak 10 5 dpi dan kemudian bertambah menjadi 20 dengan bobot skoring menengah 15 dan berat 5 pada 10 dpi. Tabel 6. Pengamatan perkembangan gejala klinis luar visual, kelangsungan hidup SR, histopatologi jaringan otot dan hepatopankreas serta PCR udang vaname diberi dosis k-karagenan berbeda setelah diinfeksi IMNV Perlaku an Gejala Klinis SR Histopatologi PCR 5 Dpi 10 Dpi Jaringan Otot Hepato pankreas + ++ +++ M + ++ +++ M K- 100 n n - A 95 5 0 45 5 5 45 25 Ab Ab nd B 100 0 50 5 45 45 Ab Ab nd C 100 0 85 15 85 Ab Ab nd K+ 90 10 5 15 5 75 15 Ab Ab nd Keterangan : +tanpa symptomringan; ++ Sedikit warna putih lebam dalam jaringan dibeberapa segmen abdomenmenengah; +++ Sebagian besar jaringan abdomen berwarna putih lebamberat; nnormal; Ababnormalitasinklusi; +positif IMNV; - negative IMNV; ndtidak terdeteksi; Mmortalitas; SRsurvival rate Udang vaname yang diberi k-karagenan 5 g kg -1 pakan A juga telah memperlihatkan gejala dengan bobot skoring menengah sebesar 5 pada 5 dpi dan menjadi 10 pada 10 dpi dengan bobot skoring menengah 5 dan berat 5. Perkembangan gejala klinis udang vaname yang diberi k-karagenan 10 g kg -1 pakan B baru menampakkan gejala pada 10 dpi sebesar 5 dengan bobot skoring menengah. Sementara itu, udang vaname yang diberi k-karagenan 15 g kg-1 pakan C belum menampakkan gejala sesuai bobot skoring yang ada. Pengamatan histopatologi pada jaringan otot dan hepatopankreas dilakukan pada 12 dpi Tabel 6 menunjukan abnormalitas pada semua perlakuan yang diinfeksi IMNV, sedangkan pada perlakuan kontrol yang tidak diinfeksi IMNV K- menunjukan bentuk jaringan yang masih normal Gambar 14. 4.1.3 Resistensi Udang Vaname pada Frekuensi Pemberian Kappa- Karagenan Berbeda Terhadap Serangan IMNV Evaluasi frekuensi pemberian k-karagenan meliputi pengamatan kelangsungan hidup, perkembangan gejala klinis, histopatologi dan konfirmasi keberadaan IMNV pada udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan K- dan K+, yang diberi k-karagenan setiap hari C1, tujuh hari C7 dan 14 hari C14 setelah diinfeksi dengan IMNV. Pengamatan kelangsungan hidup udang vaname pada 14 dpi menunjukkan hasil yang lebih baik pada udang vaname yang telah diberi k-karagenan 80 - 90 dibandingkan dengan udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan 57. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan, kelangsungan hidup udang vaname pada 14 dpi berbeda nyata P0.05 antar perlakuan dan juga kontrol Tabel 7 dan Gambar 12. Kelangsungan hidup udang vaname perlakuan C14 memberikan hasil kelangsungan hidup terbaik setelah diinfeksi dengan IMNV yaitu sebesar 90, dan berbeda nyata dengan kelangsungan hidup udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan dan tidak diinfeksi IMNV K- yang bernilai 100 dan berbeda nyata pula dengan ketiga perlakuan lainnya C1, C7 dan K+. Kelangsungan hidup udang vaname yang diberi k-karagenan setiap hari C1 dan tujuh hari C7 memiliki nilai kelangsungan hidup yang lebih rendah dan tidak berbeda nyata antara ke-2 perlakuan tersebut, masing-masing sebesar 83 dan 80. Sementara itu, udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan dan diinfeksi dengan IMNV K+ memiliki nilai kelangsungan hidup paling rendah dan berbeda nyata pula dengan perlakuan lainnya C1, C7, C14 dan K-, yaitu hanya sebesar 57. Tabel 7. Kelangsungan hidup udang vaname tidak diberi k-karagenan K- dan K+, diberi k-karagenan setiap hari C1, tujuh hari C7 dan 14 hari C14 setelah diinfeksi IMNV pada 8-14 dpi Perlakuan Kelangsungan hidup 8 Dpi 9 Dpi 10 Dpi 11 Dpi 12 Dpi 13 Dpi 14 Dpi K- 100±0.0 b 100±0.0 d 100±0.0 c 100±0.0 c 100±0.0 c 100±0.0 c 100±0.0 d C1 100±0.0 b 93±5.8 c 90±10.0 bc 83±5.8 b 83±5.8 b 83±5.8 b 83±5.8 b C7 100±0.0 b 90±0.0 b 87±5.8 b 80±0.0 b 80±0.0 b 80±0.0 b 80±0.0 b C14 100±0.0 b 100±0.0 d 97±5.8 bc 97±5.8 c 93±5.8 c 93±5.8 c 90±0.0 c K+ 67±5.8 a 60±0.0 a 57±5.8 a 57±0.1 a 57±5.8 a 57±5.8 a 57±5.8 a Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata antar perlakuan P0,05 Gambar 12. Kelangsungan hidup udang vaname tidak diberi k-karagenan K- dan K+, diberi k-karagenan setiap hari C1, tujuh hari C7, 14 hari C14 setelah di infeksi dengan IMNV Pengamatan perkembangan gejala klinis luar visual udang vaname pada tahap ini dilakukan pada 5 dpi dan 10 dpi Tabel 8. Gejala klinis luar muncul pertama kali pada udang vaname yang tidak diberi k-karagen K+ dengan bobot skoring menengah 7 pada 5dpi dan kemudian bertambah dengan bobot skoring menengah 7 dan berat 3 pada 10 dpi. Sementara itu, ke-4 perlakuan lainnya C1, C7, C14 dan K- belum menampakkan gejala sesuai bobot skoring yang ada. Udang vaname yang diberi k-karagenan tujuh hari C7 baru menampakkan gejala klinis sebanyak 3 dengan bobot skoring menengah pada 10 dpi. Udang vaname yang diberi k-karagenan setiap hari C1 dan 14 hari C14 belum menampakkan gejala sesuai bobot skoring yang ada. Deteksi PCR menunjukkan hasil positif IMNV pada udang vaname perlakuan K+, C7 dan C14. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 K el ang sun g an H idu p Waktu Setelah Infeksi dpi K- K+ C1 C7 C14 Udang vaname perlakuan K-, yaitu kontrol yang tidak diinfeksi IMNV menunjukkan hasil PCR negatif IMNV. Tabel 8. Pengamatan perkembangan gejala klinis luar visual, kelangsungan hidup SR, histopatologi jaringan otot dan hepatopankreas serta PCR udang vaname dengan frekuensi pemberian k-karagenan berbeda setelah diinfeksi IMNV Perlaku an Gejala Klinis SR Histopatologi PCR 5 Dpi 10 Dpi Jaringan Otot Hepato pankreas + ++ +++ M + ++ +++ M K- 100 n n - C1 100 90 10 83 Ab Ab nd C7 100 83 3 13 80 Ab Ab + C14 100 97 3 90 Ab Ab + K+ 93 7 47 7 3 43 57 Ab Ab + Keterangan : +tanpa symptomringan; ++ Sedikit warna putih lebam dalam jaringan dibeberapa segmen abdomenmenengah; +++ Sebagian besar jaringan abdomen berwarna putih lebamberat; nnormal; Ababnormalitasinklusi; +positif IMNV; - negative IMNV; ndtidak terdeteksi; Mmortalitas; SRsurvival rate Pengamatan histopatologi pada perlakuan frekuensi meliputi jaringan otot dan hepatopankreas dilakukan pada 14 dpi Tabel 8 menunjukan abnormalitas pada semua perlakuan yang diinfeksi IMNV, sedangkan pada perlakuan kontrol yang tidak diinfeksi IMNV K- menunjukan bentuk jaringan yang masih normal Gambar 14. Analisa PCR pada perlakuan frekuensi, menunjukkan hasil positif terinfeksi IMNV pada perlakuan C7, C14 dan K+ dan pada perlakuan K- menunjukkan hasil PCR negatif terinfeksi IMNV. Analisa PCR pada perlakuan dosis tidak dilakukan. Hal tersebut cukup mewakili karena metode infeksi yang digunakan pada perlakuan dosis dan frekuensi adalah sama subbab 3.5, selain itu udang vaname yang diinfeksi IMNV juga menunjukkan gejala klinis IMN dan abnormalitas pada jaringan otot dan hepatopankreasnya Gambar 14. Gambar 14. Gejala klinis udang vaname yang terinfeksi IMNV dengan bobot skoring menengah++ A, berat+++ B, dan tidak terinfeksi C Keterangan: Jaringan otot normal A dan jaringan otot terinfeksi IMNVB; Hepatopankreas normal C dan hepatopankreas terinfeksi IMNV D; tanda panah menunjukan abnormalitas Gambar 15. Histopatologi jaringan otot dan hepatopankreas udang vaname A B C A B C A D B C 4.1.4 Pertumbuhan Udang Vaname pada Dosis dan Frekuensi Pemberian Kappa-Karagenan yang Berbeda Pemberian k-karagenan dengan dosis pemberian yang berbeda dan frekuensi pemberian yang berbeda pula, memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan udang vaname selama masa perlakuan Tabel 9 dan 10. Tabel 9. Pertumbuhan udang vaname selama perlakuan dosis sebelum di infeksi dengan IMNV Perlakuan W g Wr 1 2 3 4 Dosis K 6.4±0.28 a 7.5±0.21 a 8.3±0.08 a 9.3±0.15 a 45.31 A 6.3±0.05 a 7.5±0.10 ab 8.3±0.08 a 9.8±0.05 b 55.56 B 6.7±0.14 a 7.8±0.13 b 9.8±0.16 b 11.9±0.07 c 77.61 C 6.5±0.39 a 7.8±0.09 b 9.8±0.05 b 12.1±0.11 d 86.15 Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata antar perlakuan P0,05; W Bobot udang; Wr Pertumbuhan relatif Pemberian k-karagenan dengan dosis berbeda, menghasilkan bobot akhir yang berbeda nyata P0.05. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan, terdapat perbedaan pengaruh perlakuan pada udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan K dan udang vaname yang diberi pakan 5 g kg -1 pakan A jika dibandingkan dengan udang vaname yang diberi k-karagenan 10B dan 15C g kg -1 pakan. Pertumbuhan relatif tertinggi terjadi pada kelompok udang vaname yang diberi k-karagenan 15 g kg-1 pakan C, yaitu sebesar 86.15. Tabel 10. Pertumbuhan udang vaname selama perlakuan frekuensi sebelum di infeksi dengan IMNV Perlakuan W g Wr 1 2 3 4 5 Frekuensi K 5.5±0.37 a 6.9±0.34 a 8.3±0.19 a 9.7±0.36 a 10.7±0.20 a 62.12 C1 6.7±0.41 b 8.1±0.17 b 9.4±0.31 b 11.2±0.24 b 12.3±0.33 b 83.58 C7 6.9±0.12 b 8.9±0.42 c 9.9±0.24 bc 11.2±0.28 b 12.7±0.32 b 84.06 C14 7.0±0.17 b 9.6±0.25 d 9.9±0.26 c 11.7±0.60 b 13.2±0.27 c 88.57 Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata antar perlakuan P0,05; W Bobot udang; Wr Pertumbuhan relatif. Frekuensi pemberian k-karagenan yang berbeda, memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bobot udang vaname selama masa pengamatan lima minggu. Pertumbuhan bobot udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan K memiliki pertambahan bobot relatif yang lebih rendah 62.12 dibandingkan dengan tiga perlakuan lainnya C1, C7 dan C14 berturut-turut sebesar 83.58, 84.06 dan 88.57.

4.2 Pembahasan

Kendala dalam budidaya udang vaname akhir-akhir ini adalah adanya serangan penyakit infeksi, yang dapat disebabkan oleh bakteri dan virus, diantaranya adalah penyakit IMN yang disebabkan oleh IMNV. Seperti telah diketahui bersama, bahwa sistem imun pada udang vaname masih primitif, karena tidak memiliki sel memori seperti halnya hewan vertebrata yang mempunyai antibodi spesifik atau komplemen. Mekanisme pertahanan udang vaname sangat bergantung pada kekebalan nonspesifik, yang terdiri dari komponen seluler dan humoral. Evaluasi kondisi kesehatan dan modulasi sistem imun pada udang melalui ekspresi respons imun dapat diketahui melalui parameter seluler dan humoral, diantaranya yaitu hemogram, seperti aktifitas phenoloxidase PO, total haemocyte count THC dan differential haemocyte count DHC. DHC adalah identifikasi tiga jenis sel dalam hemosit udang, yang terdiri dari large granula haemocyte LGH, small granular haemocyte SGH dan hyaline cell HC. Nilai parameter seluler ini dapat digunakan sebagai indikator dalam melihat kondisi kesehatan udang, Rodrigues dan Le Moullac 2000. Pemberian k-karagenan 5-15 g kg -1 melalui pakan udang dalam penelitian ini, dapat meningkatkan parameter imun pada udang vaname yang tercermin dari meningkatnya jumlah total hemosit, dan adanya perbedaan pengaruh pada persentase sel hialin, granular dan semi-granular, serta diikuti oleh meningkatnya aktifitas fagositik sel-sel hemosit yang melakukan fagosit dan juga meningkatnya aktifitas phenoloxidase selama waktu pengamatan. Jumlah total hemosit udang vaname yang telah diberi k-karagenan meningkat setiap minggunya dan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan udang vaname yang diberi pakan tanpa k-karagenan. Jumlah total hemosit tertinggi terdapat pada udang vaname yang telah diberi k-karagenan 15 g kg -1 pakan, mulai minggu ke-1 hingga minggu ke-3 pengamatan. Meningkatnya jumlah total hemosit menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan imunitas pada tubuh udang vaname. Meningkatnya sistem ketahanan sistem imun pada udang dapat dilihat dari perubahan jumlah hemosit Lorenzon et al. 1999 yang dapat merangsang aktifasi prophenoloxidase ProPO serta mampu meningkatkan antibacterial peptides Smith et al. 2003. Jumlah total hemosit pada krustasea sangat penting dalam menjaga resistensi terhadap pathogen, karena bila terjadi penurunan total hemosit maka bisa mengakibatkan infeksi akut yang mematikan Rodriguez dan Le Moullac 2000. Meningkatnya total hemosit akan meningkatkan kemampuan untuk memfagositosis karena diproduksi banyak sel hemosit untuk melakukan fungsi tersebut, seperti meningkatnya sel hialin. Meningkatnya total hemosit juga meningkatkan sel granular untuk menghasilkan aktifitas phenoloxidase, sehingga mampu bertahan terhadap serangan pathogen Yudiana 2009. Penurunan nilai total hemosit yang terjadi pada minggu ke-4 terhadap perlakuan pemberian k-karagenan 10B dan 15C g kg-1, menunjukkan bahwa pemberian k-karagenan dalam jumlah yang berlebih justru dapat menurunkan nilai total hemosit udang vaname. Menurut Couso et al. 2003 dosis pemberian imunostimulan yang tinggi dapat menekan mekanisme pertahanan udang vaname, oleh karena itu dosis dan lama waktu pemberian imunostimulan menjadi hal yang penting dalam meningkatkan proteksi yang optimal. Hemosit merupakan bagian terpenting dalam sistem imun Crustaceae. Selain diketahui berperan penting dalam fagositosis, encapsulasi, degranulasi dan proses penggumpalan terhadap partikel asing ataupun patogen Soderhall dan Cerenius 1992, hemosit juga sebagai tempat produksi dan pelepasan ProPO Sahoo et al. 2008. Sirkulasi hemosit tidak hanya penting dalam proses penyerapan dan pembunuhan langsung terhadap agen infeksi tetapi juga dalam sintesis dan eksositosis molekul bioaktif. Pada dasarnya hemosit mengeksekusi jenis-jenis reaksi inflamasi, seperti fagositosis, aglutinasi, produksi metabolit reaktif oksigen dan pelepasan protein mikrobisidal Smith et al. 2003. Rodrigues dan Moullac 2000 dalam makalahnya menuliskan hemosit memegang peran utama dalam sistem imun udang penaeid, yang pertama adalah karena hemosit berperan dalam merubah partikel asing dalam haemocoel dengan cara fagositosis, encapsulasi, agregasi nodular dan aglutinasi, dan peranan lainnya