commit to user
9 Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri Safithri, 2005. Tanin mempunyai daya
antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik Ajizah A., 2004.
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba berupa senyawa fenolik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: 1 gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, 2 peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan
komponen penyusun sel, 3 menginaktivasi enzim, dan 4 destruksi atau kerusakan fungsi material genetik Pamungkas R. N., 2009
.
Menurut Malakzadeh 1968 ekstrak daun pacar kuku yang telah diautoclave pada 14 psi selama 15 menit lebih memiliki aktivitas
antimikroba daripada ekstrak mentah tanpa diautoclave. Hal ini dimungkinkan karena perekat lebih banyak terbentuk dengan
menggunakan air panas daripada air dingin.
2. Streptococcus β hemolyticus
a. Morfologi dan Identifikasi Streptococcus terdiri dari kokus yang tersusun dalam bentuk rantai
Warsa, 1993. Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan berdiameter 0,5-1 µm. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus
sumbu panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang
rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan Brooks et al., 2002. Streptococcus patogen jika ditanam
dalam pembenihan cair atau padat yang cocok sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8 buah kokus atau lebih. Bakteri ini tidak
membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik Warsa, 1993. Streptococcus merupakan bakteri yang nonmotile dan
strain yang virulen membuat selubung yang mengandung hyaluronic
commit to user
10 acid dan M type spesific protein Warsa, 1993. Streptococcus bersifat
gram positif, namun pada biakan tua dan bakteri yang mati, bakteri ini menjadi gram negatif Brooks et al., 2002; Warsa, 1993. Keadaan
dimana bakteri dari gram positif menjadi gram negatif terjadi bila bakteri dieramkan semalam Brooks et al., 2002.
Umumnya Streptococcus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang bersifat anaerob obligat. Pada umumnya tekanan
O
2
harus dikurangi, kecuali untuk enterokokus. Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya tidak ditambahkan
darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6. Suhu optimum untuk pertumbuhan 37
C, pertumbuhannya cepat berkurang pada 40
C Warsa, 2003. Kebutuhan makanan bervariasi untuk setiap species. Kuman yang
patogen bagi manusia paling banyak memerlukan faktor-faktor pertumbuhan. Pertumbuhan Streptococcus cenderung menjadi kurang
subur pada perbenihan padat atau dalam kaldu, kecuali yang diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Pertumbuhan dan hemolisis dibantu
oleh pengeraman dalam C0
2
10 Brooks et al., 2002. Varian strain Streptococcus yang sama dapat menunjukkan bentuk
koloni yang berbeda. Hal ini amat nyata di antara strain golongan A, yang membentuk koloni suram atau mengkilat. Koloni yang suram
terdiri atas organisme yang menghasilkan banyak protein M. Organisme ini cenderung virulen dan relatif kebal terhadap fagositosis oleh leukosit
manusia. Koloni yang mengkilat cenderung menghasilkan sedikit protein M dan sering tidak virulen Brooks et al., 2002. Tes katalase
negatif untuk streptokokus, ini dapat membedakan dengan stafilokokus di mana tes katalase positif Khan, 2009; Madigan, 2000; Warsa, 1993.
commit to user
11 Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman
ini dibagi dalam: 1 Hemolisis tipe alfa, membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis
sebagian ini di sekeliling koloninya, bila disimpan dalam peti es yang paling luar akan berubah menjadi tidak berwarna.
2 Hemolisis tipe beta, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak ada sel darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar
setelah disimpan dalam peti es. 3 Hemolisis tipe gamma, tidak menyebabkan hemolisis.
Warsa, 1993
b. Struktur Antigen Streptococcus
β hemolyticus grup A memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan Pneumococcus. Struktur yang dimiliki
antara lain kabohidrat C, protein M, substansi T, dan nukleoprotein Todar, 2008.
Karbohidrat C disusun dari polimer bercabang dari L-rhamnose dan N-acetyl-D-glucosamine. Hal tersebut mungkin memiliki suatu peranan
dalam meningkatkan kapasitas invasif. Protein R dan substansi T digunakan sebagai penanda epidemiologis dan tidak memiliki peranan
virulensi Khan, 2009. Protein M, yang merupakan faktor virulensi utama pada
Streptococcus, adalah sebuah makromolekul yang tergabung dalam fimbria yang ikut menyusun dinding sel. Protein M mengikat fibrinogen
host dan menghalangi pengikatan komplemen pada peptidoglikan. Ini menyebabkan selamatnya organisme dengan jalan menghambat
fagositosis. Strain-strain yang mengandung protein M yang berlimpah resisten terhadap fagositosis, berkembang cepat pada jaringan manusia,
dan memulai proses penyakit. Setelah infeksi akut, antibodi tipe spesifik berkembang melawan aktivitas protein M dalam beberapa
khasus Khan, 2009.
commit to user
12 Nukleoprotein, ekstraksi Streptococcus dengan basa lemah
menghasilkan campuran protein dan zat-zat lain dengan spesifitas serologik yang rendah, dan dinamakan zat P. Zat ini mungkin
merupakan sebagian besar badan sel Streptococcus Brooks et al., 2002.
c. Toksin dan Enzim Lebih dari 20 produk ekstraselular yang antigenik termasuk dalam
grup A. Patogenitas dari Streptococcus sp. grup A ini ditentukan oleh adanya
toksin eritrogenik,
streptolisin, enzim
streptokinase fibrinolisin, streptodornase deoksiribonuklease, diphosphopyridine
nucleotidase dan hialuronidase Brooks et al., 2002
d. Patogenesis manifestasi klinik 1 Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi lokal Streptococcus
β Hemolytic grup A:
a Radang faring b Impetigo
Khan, 2009. 2 Penyakit yang diakibatkan oleh invasi
Streptococcus β Hemolytic grup A:
a Erisipelas b Demam puerperalis
c Sepsis Brooks et al., 2002
3 Endokarditis infektif: a Endokarditis akut
b Endokarditis subakut Warsa, 1993
4 Infeksi Streptococcus grup A fulminan dan sindroma syok toksik Streptococcus Brooks et al., 2002.
commit to user
13 5 Penyakit pascastreptokokus:
a Glomerulonefritis akut Brooks et al., 2002 b Demam reumatik Bauman, 2007.
e. Pengobatan Penisilin oral masih menjadi obat pilihan dalam banyak situasi
klinis dalam mengobati Streptococcus beta hemolytic, meskipun cephalosporin relatif lebih mahal dan mungkin amoxicillin-potassium
clavulanate mempunyai tingkat penyembuhan klinis yang lebih superior. Terapi alternatif harus digunakan pada pasien dengan alergi
penisilin atau kegagalan terapi dengan penisilin. Pasien-pasien yang tidak merespon terhadap pengobatan awal sebaiknya diberikan
antimikroba yang dapat menghambat atau membunuh mikroba yang memproduksi penisilinase seperti amoxicillin-potassium clavulanate,
cephalosporin, atau makrolid Hayes; Williamson, 2001.
f. Mekanisme Resistensi Streptococcus terhadap Antibiotik Streptococcus mempunyai barier alami terhadap obat golongan
aminoglikosida Sudarmono, 1993. Karena terjadinya perubahan permeabilitas antibiotik tidak dapat mencapai lokasi target yang
dikehendaki. Keadaan ini berhubungan dengan penurunan permeabilitas dinding mikroorganisme terhadap antibiotik. Perubahan permeabilitas
berhubungan dengan perubahan reseptor permukaan sel sehingga antibiotik kehilangan kemampuan untuk melakukan transportasi aktif
guna melewati membran sel, dan akhirnya terjadi perubahan struktur dinding sel yang tidak spesifik. Mekanisme ini juga dimiliki gram
negatif. Bakteri gram negatif mempunyai lapisan lipid pada membran luar dinding sel, membran luar tersebut terdiri dari protein porin yang
berbentuk saluran, penuh berisi air. Perubahan yang terjadi pada porin akan menyebabkan penurunan permeabilitas terhadap antibiotik
tertentu, misalnya golongan beta laktam Hadinegoro, 1999.
commit to user
14
3. Tonsilo-Faringitis Akut