bentuk alat, pemberdayaan terhadap potensi SDM yang ada dalam kelompok, pengembangan wawasan kelompok, pengadaan Surat Ijin Usaha
Perdagangan SIUP, hingga membantu dalam hal pemasaran produk. Meskipun demikian, dalam pelaksanaan program tersebut pasti
menemui beberapa hambatan, namun hal itu bukanlah menjadi penghalang, malainkan dapat menjadi acuan bagi pihak pemberdaya maupun kelompok
untuk kedepannya. Hal itu disebabkan karena salah satu ukuran pemberdayaan adalah sustainability atau keberlanjutan.
B. Implikasi
1. Implikasi Empiris
Pemberdayan kelompok yang dilakukan oleh pemerintah dinas dan LSM, dapat dipandang sebagai kiat upaya pemerintah dan LSM
untuk membantu keluarga miskin keluar dari belenggu kemiskinan, mekipun ada hambatan dalam pelaksanaannya, hendaknya proses
pemberdayaan ini bisa berkelanjutan. Tidak serta merta berhenti dengan meninggalkan permasalahan yang belum bisa terselesaikan.
Dari hasil penelitian, peneliti bisa memotret bahwa pembedayaan kelompok oleh LSM maupun Dinas dilakukan melalui beberapa
program pemberdayaan, yaitu: pelatihan dan penyuluhan tentang budidaya tanaman garut, pembuatan emping garut sampai dengan
pengemasan, pengembangan usaha hasil limbah emping garut menjadi nilai usaha yang lebih ekonomis, menjalin hubungan pemasaran
dengan Dinas Perindakop dan pemerintahan kabupaten PKK Kabupaten,
mengidentifikasi kebutuhan kelompok, pemberian bantuan modal dalam bentuk alat, pemberdayaan terhadap potensi
SDM yang ada dalam kelompok, pengembangan wawasan kelompok, pengadaan Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP.
2. Implikasi Teoritis
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan paradigma Definisi Sosial yang dikemukakan oleh Max Weber. Hal tersebut berdasarkan
pemahaman peneliti bahwasanya tindakan untuk menentukan atau memilih kemudian melakukan suatu pekerjaan adalah sebuah tindakan
sosial, yang mana dalam hal ini paradigma definisi sosial juga memandang hal tersebut sebagai pokok persoalan atau pokok bahasan.
Bertolak dari adanya pemaknaan terhadap tindakan sosial secara rasional, maka dapat dikatakan bahwa pemberdayaan yang dilakukan
terhadap pengrajin emping garut disini merupakan tindakan zwerk rational, dimana aktor yang dalam hal ini melakukan pemberdayaan,
merupakan salah satu wujud konkret dari tindakan tersebut. Adapun teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Teori Aksi, yang dikemukakan oleh Talcot Parsons, yang juga
merupakan pengikut Weber. Pemberdayaan industri emping garut adalah sebuah aktivitas. Aktor yang menjalankannya beraktivitas
sesuai dengan status yang dimilikinya yaitu mulai dari pemberdayaan pada pengembangan budidaya tanaman, proses pembuatan hingga
pemasaran dengan menerapkan cara-caranya tersendiri meskipun mungkin bentuknya sama.
Membangun dan memberdayakan masyarakat melibatkan proses dan
tindakan sosial
dimana penduduk
sebuah komunitas
mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial sesuai dengan kebutuhan
dan sumber daya yang dimilikinya.
3. Implikasi Metodologis