Sejarah Kelompok KELOMPOK INDUSTRI RUMAH TANGGA EMPING GARUT

BAB III KELOMPOK INDUSTRI RUMAH TANGGA EMPING GARUT

DI DESA KUNTI

A. Sejarah Kelompok

Di desa Kunti tepatnya di Dukuh Sawit terdapat sebuah kelompok tani yang bernama Ngudi Makmur. Kelompok tersebut sejak awal berdirinya yakni tahun 2002 hingga saat ini beranggotakan 20 orang yang kesemuanya adalah wanita ibu rumah tangga. Mereka semua mayoritas adalah istri dari petani di desa setempat. Kegiatan yang dilakukan kelompok ini adalah pertemuan rutin tiap 1 bulan sekali dan simpan pinjam kelompok. Kelompok ini memiliki visi untuk mewujudkan kelestarian lingkungan pertanian, dan misinya mampu mengelola lingkungan sumber pangan. Yang melatar belakangi terbentuknya kelompok ini adalah keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, mendukung sepenuhnya program pemerintah, meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola pertanian dan tujuan lain yang paling penting yakni, keinginan mereka untuk membantu suaminya bekerja, namun tanpa menelantarkan keluarga. Pada dasarnya, mereka ingin bekerja agar bisa memperoleh pendapatan, karena pendapatan suami mereka yang tidak menentu sebagai petani. Secara umum kondisi geografis desa Kunti sangat kritis dan memprihatinkan karena memiliki banyak tanah kering yang kurang potensial 37 untuk pertanian, karena sawah di sana hanya mengandalkan pengairan dari air hujan saja sawah tadah hujan. Otomatis jika musim kemarau tiba, petani banyak yang menganggur. Seperti yang diungkapkan informan berikut, yang merupakan suami dari salah seorang anggota kelompok Ngudi Makmur: “Biasanya jika musim tanam tiba saya jadi buruh di sawah, tapi musim kemarau, saya terpaksa harus jadi buruh kasar di kota daripada nganggur kan tidak bisa dapat uang”. wawancara dengan Bapak Ngatno Sebagaimana diketahui, mayoritas penduduk yang hidup di pedesaan bekerja di sektor pertanian. Oleh sebab itu dapat dipahami apabila untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa terutama dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas pertanian melalui berbagai pembaharuan dalam sistem usaha tani. Namun demikian, apa yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa petani kaya lebih banyak menarik manfaat dibandingkan dengan petani miskin. Hal ini disebabkan karena petani kaya lebih mempunyai aset tanah dan modal besar, sedangkan di lain pihak petani miskin tidak memiliki kemampuan sosial dan ekonomi yang memadahi, bahkan pada umumnya kurang berani mengambil resiko. “Petani di desa Kunti hanya memiliki sawah dengan luas kurang dari 0,3 Ha. Jangankan untuk berinovasi, untuk mencukupi kebutuhan pangan saja susah, jadi kebanyakan dari mereka nggak mau resiko”. wawancara dengan Bapak Aris Purwanto Para wanita yang sebagian besar adalah istri petani, tidak mempunyai peluang untuk bekerja selain membantu suaminya di sawah, sehingga berdampak pada pendapatan keluarga yang sangat minim. “Penghasilan suami saya sebagai buruh, ya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Jadi mau tidak mau saya harus membantu di sawah sebagai buruh tani juga, supaya anak bisa sekolah”. wawancara dengan Ibu Ngadinem Kemudian dari kondisi tersebut di atas, sikap kritis kelompok muncul melalui JTM. JTM adalah suatu bentuk jaringan yang terdiri dari gabungan kelompok tani di satu Kecamatan Andong. JTM sendiri adalah kepanjangan dari Jaringan Tani Mandiri. JTM lahir sebagai bentuk kesadaran dari para petani, bahwa kemandirian self-reliance sangat dibutuhkan untuk menunjang proses pembangunan itu sendiri. Kelompok Ngudi Makmur yang juga tergabung dalam JTM diberi masukan oleh anggota JTM yang lain untuk membudidayakan tanaman pangan lain, yang nantinya dapat diolah menjadi makanan dan dapat dijual, karena mayoritas anggota kelompok Ngudi Makmur adalah ibu-ibu rumah tangga, hal ini tentu merupakan peluang yang sangat baik. Hingga akhirnya kelompok ini memilih untuk mengembangkan tanaman yang banyak tumbuh di ladang penduduk, yakni tanaman Garut. Tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi makanan ringan yang nantinya bisa dijual, karena peluang pasar untuk makanan tradisional memang sangat tinggi, apalagi garut merupakan tanaman potensial andalan di desa Kunti.

B. Industri Rumah Tangga Emping Garut