SEKOLAH DI MTS AL- HAMIDAH KUWU

SEKOLAH DI MTS AL- HAMIDAH KUWU

Pada bulan Juli tahun 1997 aku berangkat ke sekolah di daerah kuwu, yaitu MTS Al- Hamidah yang berada di Kecamatan Kradenan yang letaknya di belakang KUA (Kantor Urusan Agama) untuk mendaftarkan sekolah disana atas saran dari temanku. Saat pertama melihat bangunan di sekolah tersebut aku pun kaget karena bangunan sekolahnya masih tampak biasa-biasa saja malahan kalau di bandingkan dengan bangunan sekolahku saat masih SD kelihatan lebih bagus dari bangunan sekolahku disana. Oya, mungkin pembaca sebagian ada yang sudah tahu apa itu sekolah di MTS dan sebagian yang lain mungkin belum ada yang tahu.

MTS kepanjangan dari Madarasah Tsanawiyah. Yang artinya sekolah tingkat menengah pertama atau SMP yang berlabel, berlatar belakang keagamaan, utamanya tentang agama Islam. Bedanya kalau sekolah di SMP yang umum hanya dapat mata pelajaran agama Islam yang mungkin setaraf 2 sks saja seperti saat di perkuliahan sebagai mata kuliah umum. Kalau sekolah di MTS pelajaran agama Islamnya lebih dari sekedar itu. MTS merupakan sekolah milik swasta atau yayasan tertentu sedangkan MTSN itu milik pemerintah. Begitu pula kalau sekolah SMP itu milik swasta dan SMPN itu milik pemerintah atau biasa disebut sekolah negeri. Sekolah tersebut beragam namanya tergantung dimana wilayahnya tergantung yayasan atau pemerintah memberikan nama sekolahnya dengan sebutan nama apa. Kalau belajar di MTS pelajaran tentang agama Islam-nya bisa terdiri dari beberapa sks mata pelajaran. Diantaranya: ada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), Fiqih, Qur án Hadits, Bahasa Arab, Aqidah Akhlaq, dan lain-lain tergantung pihak stake holders (pemangku kepentingan) sekolahnya memberikan pelajaran tentang ke-Islaman-nya sebanyak apa yang dibutuhkan oleh sekolah tersebut. MTS bernaung di bawah Departemen Agama (DEPAG) wilayah setempat, sedangkan SMP di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setempat atau disingkat DEPDIKBUD.

Aku pun mendaftar di sekolah dengan niat yang masih setengah-setengah apalagi waktu itu aku melihat nilai dari hasil EBTANAS teman-teman yang mendaftarkan diri ke sekolah tersebut nilai NEM nya rata-rata banyak yang bagus dibanding denganku, nilai mereka jauh lebih baik diatasku. Rasanya aku semakin tidak semangat saja untuk sekolah di MTS Al-Hamidah karena nilaiku jauh dibawah rata-rata.

*************************************************************************** Akhirnya tibalah waktunya diumumkan penerimaan siswa baru di sekolah tersebut.

‘‘Aku berharap semoga tidak diterima saja’’, Pikirku waktu itu. Setelah dinyatakan diterima

di papan pengumuman aku pun menyambutnya dengan biasa-biasa saja tidak ada perasaan yang senang atau gimana gitu...apalagi setelah itu ada kegiatan penerimaan siswa baru yang akan diadakan kegiatan MOS selama dua minggu. Minggu pertama diisi dengan kegiatan oleh senior-senior dalam memperkenalkan sekolahnya dan saling berkenalan antara teman- teman siswa baru dan siswa senior serta diisi dengan kegiatan yang lainnya seperti menyanyi, tukar-menukar alamat teman dan lainnya. Minggu kedua diisi dengan acara camping (berkemah) selama 1 minggu yang bertempat di almamater kami sendiri. Kalau orang Jawa ada yang menyebutnya sebagai kere omah ‘miskin rumah’ alias tidak mempunyai tempat tinggal. Jadi kegiatan berkemah dianggap sebagai latihan untuk menjadi orang yang tidak mempunyai rumah atau tempat tinggal. Entah fungsi dan manfaatnya itu untuk apa aku pun kurang memahaminya. Didikan untuk menjadi orang yang sabar kah? Atau supaya tidak kaget kalau misal sewaktu-waktu mendadak tidak mempunyai tempat tinggal karena mungkin habis terkena musibah kebakaran, bencana banjir atau yang lainnya.

Aku pun mengikuti kegiatan tersebut dengan perasaan yang biasa-biasa saja, tidak ada hal yang istimewa menurutku. Apalagi saat aku kenal sama teman baru yang kelihatan sangar dan bertampang seperti preman dari daerah Wates, Kradenan saat itu. Akhirnya akupun tau namanya saat ada salah satu guruku yang memanggil namanya. Dianya selalu usil menggangguku meskipun belum tahu namaku dan aku pun belum tahu tentang namanya saat itu. Akupun seringkali dikata-katain dia begini: Hey cah cilik...ngerti ra kowe? Kowe iku pantese njaluk mik karo mbokmu! Cah cilik kok wis mlebu MTS. ‘Hey anak kecil...ngerti tidak kamu? Kamu itu pantasnya minta susu sama ibumu! Anak kecil kok sudah masuk MTS. ’ Yah begitulah ejekan demi ejekan yang sering menghampiriku sebelum masuk sekolah tersebut, pada awalnya akupun takut sama satu orang yang bernama Rosidi itu karna tampangnya menyeramkan, tinggi besar, kulitnya kehitam-hitaman dan kalau berbicara atau memaki-maki orang sukanya melotot matanya. Aku pun menerimanya dengan hati yang sabar meski kadang hatiku sering merasa sakit dan sering menangis kalau ada orang yang berbuat begitu padaku. Maklumlah mungkin karena tubuhku yang tampak mungil dibandingkan dengan semua teman yang ada di sekolah tersebut jadi aku sering dijadikan pelampiasan bahan ejekan teman-teman yang entah membenciku atau memang sudah menjadi cobaan buat aku apakah memang jalurnya aku harus begitu.

Minggu kedua akupun mulai akrab dengan teman-teman baruku yang baik kepadaku, diantaranya: Mohammad Irsyad, Eko Dwi Darmanto, Mohammad Anwar, Tauhid, Eet Mailasari, Diana Agustini, Maulida, Sri Wahyuni dan lainnya. Disamping itu, aku pun kenal Minggu kedua akupun mulai akrab dengan teman-teman baruku yang baik kepadaku, diantaranya: Mohammad Irsyad, Eko Dwi Darmanto, Mohammad Anwar, Tauhid, Eet Mailasari, Diana Agustini, Maulida, Sri Wahyuni dan lainnya. Disamping itu, aku pun kenal

Akhir dari puncak acara masa orientasi siswa baru diadakan saat ada acara api unggun dalam kegiatan berkemah. Dalam kegiatan tersebut, diisi beragam kegiatan seperti: membaca puisi, bernyanyi, tebak-tebakan dan lainnya. Acara penutupan MOSBA (Masa Orientasi Siswa Baru) lumayan ramai karena semua murid baru dan murid kelas dua sampai kelas tiga beserta para guru yang bisa hadir berkumpul bersama. Tetapi, mendadak acara ditutup tanpa adanya kegiatan doa bersama karena saat hendak penutupan acara tiba-tiba hujan turun dengan derasnya karena takut basah kuyup akhirnya semua disuruh untuk berteduh sekaligus istirahat di ruang kelas yang kosong karena acara telah dianggap selesai. Para guru pun terpaksa juga meninggalkan bumi perkemahan untuk menuju ke ruang guru. Yah itulah akhir dari acara puncak kegiatan masa orientasi siswa baru di MTS Al-Hamidah, Kuwu Kradenan Jawa Tengah saat itu. Ada yang menggerutu karena hujan, ada yang bersyukur karena hujan karena acara bisa cepat selesai dan ada pula yang menanggapinya dengan biasa-biasa saja.

Setelah kegiatan MOSBA selesai, akhirnya kami pun menjalani sekolah seperti pada umumnya, menerima pelajaran, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dari guru dan mengikuti ulangan harian dan ulangan catur wulan maupun ujian tingkat nasional atau biasa disebut dengan EBTANAS. Waktu pun begitu cepat berputar, saat aku naik kelas dua akupun mulai menyukai pelajaran Bahasa Inggris saat itu. Nilai Bahasa Inggrisku sering mendapat nilai delapan atau sembilan di raport. Yang bikin aku semangat untuk mempelajarinya saat itu karena pengajar Bahasa Inggrisnya yang bernama Bu Mardiyah selain orangnya baik beliau juga lumayan cantik parasnya. Teman-teman dari kelasku belum ada yang menyaingiku dalam hal Bahasa Inggris saat itu. Tapi sayangnya aku hanya menyukai mata pelajaran bahasa saja, untuk mata pelajaran agama meski aku tidak terlalu menguasainya tapi nilaiku juga tidak pernah mengecewakan di raport. Apalagi mata pelajaran Matematika dan Fisika Setelah kegiatan MOSBA selesai, akhirnya kami pun menjalani sekolah seperti pada umumnya, menerima pelajaran, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dari guru dan mengikuti ulangan harian dan ulangan catur wulan maupun ujian tingkat nasional atau biasa disebut dengan EBTANAS. Waktu pun begitu cepat berputar, saat aku naik kelas dua akupun mulai menyukai pelajaran Bahasa Inggris saat itu. Nilai Bahasa Inggrisku sering mendapat nilai delapan atau sembilan di raport. Yang bikin aku semangat untuk mempelajarinya saat itu karena pengajar Bahasa Inggrisnya yang bernama Bu Mardiyah selain orangnya baik beliau juga lumayan cantik parasnya. Teman-teman dari kelasku belum ada yang menyaingiku dalam hal Bahasa Inggris saat itu. Tapi sayangnya aku hanya menyukai mata pelajaran bahasa saja, untuk mata pelajaran agama meski aku tidak terlalu menguasainya tapi nilaiku juga tidak pernah mengecewakan di raport. Apalagi mata pelajaran Matematika dan Fisika

Saat di kelas, kamipun sudah biasa barter dalam hal pelajaran. Aku yang tidak suka belajar berhitung sering sekali mencontoh temanku yang pinter tentang Matematika dan Fisika yaitu Eko Dwi Darmanto saat ada tugas atau PR. Kalau ada tugas atau PR Matematika dan Fisika Eko yang selalu jadi andalan untuk teman-teman sekelas apabila belum mengerjakannya. Sebaliknya apabila ada tugas atau PR Bahasa Inggris di kelas, aku yang biasa dijadikan andalan bahan referensi untuk teman-teman sekelas kalau mereka belum mengerjakannya. Pernah sekali saat ada pelajaran Fisika aku tidak ada minat untuk mempelajarinya bahkan gurunya pun pernah marah terhadapku. Sampai-sampai marahnya guru itu dibawa saat kegiatan olahraga. Pak Hendarto adalah guru yang menganggap aku sebagai provokator yang selalu salah menurutnya, padahal aku tidak pernah melakukan apa- apa hanya tidak suka saja dengan pelajarannya. Dalam hati kecilku saat itu pun berontak karena gara-gara tidak begitu suka dengan pelajarannya seringkali aku disalahkan terus kalau masuk di kelasnya. Emangnya kemampuan siswa yang bagus atau ideal itu harus dituntut untuk mengerti ilmu Fisika semuanya? Bukannya setiap siswa ada minat dan bakat sendiri- sendiri dalam belajar atau ilmu? Sampai-sampai aku pun pernah membolos sekolah gara-gara malas untuk diajar oleh guru tersebut. Dari rumah pamitnya sekolah setelah tahu jam pertama ternyata pelajaran Fisika aku pun tidak masuk ke kelasnya karena malas saja kalau selalu dimarahi dan dianggap salah terus oleh guru tersebut.

Dalam hati kecilku pun bergumam: ‘‘Pasti suatu saat guru tersebut akan merasa salah sendiri karena mempunyai pandangan yang salah kepada muridnya. Karena dalam potensi diri seorang siswa itu mempunyai minat dan bakat yang berbeda-beda dalam hal ilmu ’’. Pelajaran yang disukai oleh setiap siswa pasti berbeda-beda, pasti ada yang suka pelajaran- pelajaran tertentu, tidak mungkin kan satu kelas itu pandai dalam Fisika semua atau pandai Bahasa Inggris semua atau bahkan pandai Matematika semua? ’’. Begitulah pengalamanku saat duduk di kelas satu sampai di kelas dua saat masih MTS dulu. Ada tawa, canda, lara, dan nestapa yang pernah aku alami saat itu.

Setelah naik ke kelas tiga kami pun mempunyai teman baru lagi dari kelas lain. Itu karena dari hasil nilai raport kami yang mengharuskan untuk bertukar tempat di kelas yang baru. Pakar Matematikanya kini berpindah ke kelas A dan aku masih di kelas B terus sejak mulai duduk di kelas satu sampai duduk di kelas tiga dan belum pernah masuk di kelas A Setelah naik ke kelas tiga kami pun mempunyai teman baru lagi dari kelas lain. Itu karena dari hasil nilai raport kami yang mengharuskan untuk bertukar tempat di kelas yang baru. Pakar Matematikanya kini berpindah ke kelas A dan aku masih di kelas B terus sejak mulai duduk di kelas satu sampai duduk di kelas tiga dan belum pernah masuk di kelas A

Singkat cerita, akhirnya ujian nasional yang menentukan lulus dan tidaknya pun tinggal menghitung hari. Semua kelihatan sibuk untuk mempersiapkan diri dalam ujian nasional tersebut. Beda dengan diriku, akupun bersikap santai-santai saja untuk menyambut dan menghadapi ujian yang tinggal beberapa hari lagi bahkan tidak ada persiapan yang khusus sama sekali untuk mempersiapkannya.

*************************************************************************** Kini tibalah hari dimana ditentukannya ujian nasional. Saat ujian nasional berlangsung

masih ada saja siswa yang membawa contekan yang dibawa di kelas. Siswa tersebut sepertinya sudah lihai dalam membawa contekan di kelas sampai-sampai tidak ada siswa lainnya yang merasa curiga atau pun tahu dalam melancarkan aksinya. Guru pengawas dari sekolah lain pun tidak ada yang curiga sama sekali dengannya kalau dia sedang mencontek dalam ujian nasional tersebut. Mungkin aku saja yang memperhatikannya atau ada teman yang lain yang memang sudah tahu dan pura-pura tidak tau? Ah entahlah...Kalau aku sih masa bodoh.. karena itu urusan dia. Akupun tidak minat membawa contekan di kelas. Kalau pun aku bisa mengerjakan soalnya ya dikerjakan saja kalaupun tidak bisa ya dijawab aja dengan memakai perkiraan atau pakai feeling.

Akhirnya ujian nasional pun selesai dilaksanakan. Semua kelihatan cemas menantikan hasilnya. Setelah menunggu sekian lamanya akhirnya diumumkan juga hasil ujian nasionalnya. Akhirnya, kamipun dinyatakan lulus semua. Semua kelihatan bahagia dengan hasil pengumuman tersebut. Ada yang berencana meneruskan sekolah ke jenjang SMA/SMK/MA dan adapula yang memutuskan untuk menikah dan bekerja. Ternyata benar apa yang dikatakan ibuku tentang sekolah. Sekolah itu memang penting. Meskipun ibuku tidak sampai tamat SD tetapi didikannya beliau sungguh luar biasa kepada anak-anaknya yang selalu mendukung anak-anak untuk terus maju dan maju dalam hal pendidikan. Apalagi ayahku, beliau sangat mendukung anak-anaknya juga dalam hal pendidikan. Setelah tahu enaknya bersekolah lagi akupun ingin terus sekolah dan sekolah terus. Ingin terus mencari Akhirnya ujian nasional pun selesai dilaksanakan. Semua kelihatan cemas menantikan hasilnya. Setelah menunggu sekian lamanya akhirnya diumumkan juga hasil ujian nasionalnya. Akhirnya, kamipun dinyatakan lulus semua. Semua kelihatan bahagia dengan hasil pengumuman tersebut. Ada yang berencana meneruskan sekolah ke jenjang SMA/SMK/MA dan adapula yang memutuskan untuk menikah dan bekerja. Ternyata benar apa yang dikatakan ibuku tentang sekolah. Sekolah itu memang penting. Meskipun ibuku tidak sampai tamat SD tetapi didikannya beliau sungguh luar biasa kepada anak-anaknya yang selalu mendukung anak-anak untuk terus maju dan maju dalam hal pendidikan. Apalagi ayahku, beliau sangat mendukung anak-anaknya juga dalam hal pendidikan. Setelah tahu enaknya bersekolah lagi akupun ingin terus sekolah dan sekolah terus. Ingin terus mencari