PON WAGE KLIWON LEGI PAHING

PON WAGE KLIWON LEGI PAHING

Primbon yang tertua ditulis pada masa Mataram Islam. Ini menunjukkan bahwa sebelum Mataram, bahkan sebelum masuknya Islam ke Jawa, Primbon belum didokumentasikan secara tertulis. Namun demikian, akar primbon yang berupa ramalan astrologi telah lama dikenal dengan Serat Jayabaya atau yang dikenal sebagai ramalan Jayabaya. Primbon Jawa kuno digunakan untuk mengetahui sifat seseorang, keberuntungan, hari baik, kecocokan jodoh, serta seluk beluk kehidupan yang ingin diketahui oleh manusia. Pada dasarnya primbon Jawa kuno diciptakan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Percaya atau tidaknya semuanya kembali kepada pribadi masing-masing.

Di Perpustakaan Nasional terdapat banyak jenis primbon, seperti Kitab Ta ’bir, Primbon Padhukunan Pal-Palan, Mantra Siwastra Raja, Lontarak Bola, dan lainnya. Primbon yang ditulis lebih sistematis terbit pada tahun 1912-1930-an. Selanjutnya primbon bukan lagi sekedar catatan keluarga, tetapi justru sudah menjadi petunjuk praktis dalam kehidupan. Seri Primbon Betaljemur Adammakna terbitan Solo misalnya disusun secara berseri dengan Attasadhur Adammakna dan Lukmanakim Adammakna dalam dua bahasa, Jawa dan Indonesia.

Sebagai contoh wujud dari hasil Ilmu kejawen yang ada di Jawa yang mencakup tentang

3 masalah utama yaitu: realita, pengetahuan dan nilai. Menurut teori John S. Brubacher (dalam Prasetya, 2000;36) bahwa dalam tinjauan dari segi sistematik, filsafat berhadapan dengan 3 problem utama, yaitu:

1. Realita, ialah mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada masalah kebenaran. Kebenaran akan timbul bila orang telah dapat menarik kesimpulan bahwa

pengetahuan yang telah dimiliki ini telah nyata.

2. Pengetahuan, yang berusaha menjawab pertanyaan-pernyataan seperti apa hak pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan itu, dan jenis-

jenis pengetahuan. Pengetahuan dipelajari oleh epistemologi.

3. Nilai, yang dipelajari oleh cabang filsafat yang disebut aksiologi. Pertanyaan dicari jawabannya antara lain adalah seperti nilai-nilai yang bagaimanakah yang

dikehendaki oleh manusia dan dapat digunakan sebagai dasar hidupnya. Tiga konsep masalah utama tersebut berkenaan mengenai konsep waktu menurut masyarakat kejawen, diantaranya:

a. Petungan Sangkan, Bebrayan, Kromo, lsp. (Perhitungan untuk Bepergian, Kegiatan Kebersamaan, Menentukan Pasangan Hidup atau Menikah, dll)

Bab Nanda Rahajune Laku Petikan Saking Kitab Primbon

Ngidul Ngulon

Redjeki gedhe

Kasurang-surang Oleh gawe

Rejeki gedhe Redjeki

4. Rebo

Redjeki

Oleh gawe

Mengeng Mengeng

Mengeng Bejik

7. Sabtu

Slamet

Oleh gawe

Redjeki

Mengeng

Maha Primbon Djawa Taun 1912

Keterangan:

1. Ngat : hari Minggu 2. Djumuah: hari Jum ’at 3. Mengeng: goyah, mendapat masalah, kesusahan 4. Redjeki: rejeki 5. Oleh gawe: mendapat pekerjaan, rejeki/hal yang baik 6. Bejik : baik 7. Rahayu: keindahan, kedamaian, aman dan selamat 8. Kasurang-surang: sengsara, celaka, mendapat kesusahan, tidak mendapat ketenangan

Orang Jawa yang masih menganut ilmu kejawen memang kental akan tradisi, adat dan pantangan. Jika dilihat dari tabel diatas ada beberapa aturan orang Jawa tersebut dimana sejak jaman kuno dulu sampai sekarang masih ada yang mempercayai hal baik/hal buruk untuk menentukan hari baik menurut arah mata angin (kompas) tentang arah mana yang dianggap baik/buruk menurut paham kejawen dimana arah mata angin yang tepat untuk mencari pekerjaan, bercocok tanam, mendapatkan pasangan hidup/menikah, dll.

Misalnya: Orang yang lahir pada hari Senin menurut tabel diatas; apabila mencari jodoh,

pekerjaan, dll hendak ke arah ngalor ‘’utara’’ diperbolehkan sebab tertulis kata rahayu berarti perdamaian, aman dan selamat. Kalau kearah ngetan timur dikatakan rejeki gedhe artinya rezki yang besar, kearah ngidul selatan dikatakan kasurang-surang mendapat kesusahan; berarti tidak mendapatkan ketenangan jadi menurut kepercayaan Jawa tidak boleh dilakukan kalau dilakukan berarti akan mendapat kesusahan. Apabila kearah ngulon barat tertulis oleh gawe maksudnya mendapat pekerjaan atau hal baik.

Dina Pasaran Jawa (Hari Pasarnya Jawa)