CONTOH RINGKASAN UNTUK SEMINAR HASIL PENELITIAN (CONTOH YANG SALAH PADA GAMBAR 2 KURVA, MESTINYA CONCOH TAMPILAN YANG UJI REGRESI NYATA, UJI F REGRESI TIDAK NYATA TIDAK DIBENARKAN UNTUK DITAMPILKAN HAL INI BISA DILIHAT SEPINTAS DEN R 2 HANYA 0.36)

LAMPIRAN 28. CONTOH RINGKASAN UNTUK SEMINAR HASIL PENELITIAN (CONTOH YANG SALAH PADA GAMBAR 2 KURVA, MESTINYA CONCOH TAMPILAN YANG UJI REGRESI NYATA, UJI F REGRESI TIDAK NYATA TIDAK DIBENARKAN UNTUK DITAMPILKAN HAL INI BISA DILIHAT SEPINTAS DEN R 2 HANYA 0.36)

RINGKASAN

Rika Ratna Sari. 0610430048-43. Peran Hutan Rakyat dan Agroforestri Sebagai Cadangan Karbon di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan . Di bawah bimbingan Kurniatun Hairiah dan Widianto.

PENDAHULUAN METODE

Penelitian ini dilakukan di wilayah penggunaan lahan yang dapat menyerap

Hutan merupakan

suatu

sistem

Kecamatan Prigen (Kabupaten Pasuruan) karbon sehingga dapat menekan jumlah

pada bulan November 2009 – Maret 2010 CO 2 di atmosfir. Alih guna lahan melalui

dalam dua tahap: pengukuran di lapangan kegiatan penebangan dan pembakaran

dan analisis laboratorium. Kegiatan diawali hutan, konversi lahan, serta aktivitas

observasi wilayah, untuk lainnya menyebabkan peningkatan emisi

dengan

menyeleksi plot pengukuran cadangan gas rumah kaca (GRK). U paya menanam

karbon yang dapat mewakili beberapa pepohonan yang berumur panjang pada

sistem penggunaan lahan (SPL) yang ada. lahan

Ada 6 SPL yang diukur adalah (1) hutan

konsentrasi CO 2 di udara dan juga

sekunder, (2) agroforestri nangka, (3)

bambu, dan perkebunan Besarnya penyerapan karbon pada

mengurangi emisi CO 2 dari lahan.

agroforestri

(monokultur) (4) pinus, (5) mahoni, dan (6) ekosistem daratan dipengaruhi oleh tiga

sengon.

faktor, yaitu : (1) vegetasi, (2) kondisi Estimasi cadangan karbon, dilakukan tempat, (3) pengelolaan dan respon

dengan jalan mengukur C yang tersimpan ekosistem daratan terhadap peningkatan

dalam 6 komponen penyusun lahan yaitu

biomasa dari pohon (tajuk dan akar) dan tersebut saling berinteraksi dengan hasil

konsentrasi CO 2 di atmosfir. Ketiga faktor

tumbuhan bawah, nekromasa (kayu mati, yang ditentukan oleh kekuatan setiap faktor

cabang ranting dan seresah), dan bahan (Hairiah et al., 2007). Menurut hasil

organik tanah. Pengukuran diawali dengan penelitian Hairiah et al. (2010) di DAS Kali

membuat plot pengamatan ukuran 40 x 5 m Konto menunjukkan bahwa hutan memiliki

untuk semua komponen penyusun lahan. cadangan C tertinggi (161 Mg ha -1 ). Total

Konsentrasi C dari tanaman diestimasi cadangan C di Agroforestri berkisar antara

dengan menggunakan nilai terpasang yaitu 99 hingga 111 Mg C ha -1 .

46%. Biomasa pohon diestimasi dengan Tujuan dari penelitian ini adalah

menggunakan persamaan alometrik yang (1) mengevaluasi potensi hutan rakyat dan

sesuai. Semua pohon yang terdapat dalam agroforestri sebagai penyimpan karbon, (2)

plot diukur diameter pohon setinggi dada mengetahui rata-rata C tersimpan per siklus

(diameter at breast height) atau 1.3 m dari tanam. Hipotesis dari penelitian ini adalah

atas permukaan tanah. Contoh tumbuhan (1) Agroforestri lebih berpotensi sebagai

bawah dan seresah diambil dari permukaan cadangan karbon dibandingkan dengan SPL

tanah dari 6 titik berukuran 0.5 x 0.5 m lain dengan hutan sebagai kontrol, (2)

pada plot yang sama. Contoh tanah diambil Semakin pendek siklus tanam maka rata-

pada kedalam 0-5 cm, 5-15 cm, dan 15-30 rata C tersimpan per siklus tanam semakin

cm, dan dianalisis kandungan C nya. kecil.

Data yang diperoleh di lapangan dan di Penelitian

laboratorium diuji keragamannya. Untuk membantu pemerintah daerah Pasuruan

ini diharapkan

dapat

mengetahui hubungan antar variabel dalam menyediakan informasi tentang manfaat hutan rakyat dan agroforestri

dilakukan uji korelasi yang dilanjutkan 85 sebagai penyimpan karbon.

dengan uji regresi.

HASIL

nangka menunjukkan komposisi jenis pohon yang beragam yakni Karakteristik Lahan 20% penghasil timber, 55% penghasil

a groforestri

Keragaman plot pengukuran karbon ditunjukkan dengan kerapatan populasi

buah, dan 25% jenis non-kayu seperti pohon, jenis, dan jumlah spesies. Kerapatan

pisang (Musa spp) dan pepaya (Carica populasi pohon tertinggi berturut-turut

papaya ). Sedangkan pinus, mahoni, dan adalah sengon monokultur (1960 pohon/

sengon monokultur memiliki diversitas ha), agroforestri bambu (1816 pohon/ha),

yang rendah karena didominasi pohon pinus monokultur (1306 pohon/ha), mahoni

penghasil timber (87 - 99%). monokultur

(1092 pohon/ha),

dan

agroforestri nangka (967

Berat Kering Tanaman Sedang kerapatan populasi pada hutan

pohon/ha).

Berat kering (BK) tanaman yang sekunder sekitar 1410 pohon/ha sehingga

terdapat dalam biomasa pohon, nekromasa, kerapatan

tumbuhan bawah (understorey), seresah, dibandingkan hutan di sub DAS Kali Konto

dan akar berbeda nyata (p<0.05) antar SPL. (2248 pohon/ha) (Hairiah et al., 2010). Hal

Pada semua SPL, BK tertinggi terdapat ini menunjukkan bahwa kondisi hutan di

pada biomasa pohon berkisar antara 36.60 - kec. Prigen dalam kondisi terdegradasi.

122.72 Mg ha -1 . BK nekromasa tertinggi Rasio basal area tanaman dominan/

terdapat pada hutan (29.07 Mg ha -1 ). tanaman dominan untuk menunjukkan jenis

Sedangkan BK nekromasa pada SPL lain sistem penggunaan lahan (Hairiah et al.,

– 3.98 Mg ha -1 . BK 2009). Rasio basal area pada agroforestri

berkisar antara 1.40

tumbuhan bawah berkisar antara 2.84 -6.90 nangka dan agroforestri bambu adalah 0.37

Mg ha -1 . BK seresah berkisar antara 6.59 dan 0.41. Sedangkan pada perkebunan

12.79 Mg ha . Sedangkan BK akar berkisar monokultur (pinus, mahoni dan sengon)

antara 9.15 - 30.68 Mg ha -1 . berkisar antara 0.81 - 0.98. Bila nilai < 0.4

maka termasuk dalam agroforestri, bila Kejenuhan Bahan Organik Tanah (C org /C ref ) nilai > 0.80 berarti SPL tersebut cenderung

Alih guna lahan hutan menjadi monokultur (Hairiah et al., 2006).

nangka menyebabkan Komposisi pohon penyusun pada

agroforestri

menurunnya BOT (Corg/Cref) pada lapisan hutan adalah 93% terdiri dari tanaman

atas (0-5 cm) di hutan dari 0.53 menurun penghsil timber dan 7% tanaman non kayu.

hingga 0.3. Bila lahan hutan dikonversi

Timber Buah2an

Non-kayu

menjadi pinus monokultur maka penurunan

BOT (Corg/Cref) pada lapisan atas hanya

0.1. Perbedaan penurunan ini disebabkan

oleh perbedaan pengelolaan lahan. C

saturation deficit (Csatdef) merupakan indikator untuk mengetahui seberapa besar

degradasi kesuburan tanah. Dari hasil

perhitungan, Csatdef memiliki nilai < 1. Hal ini menunjukkan bahwa BOT di hutan

degradasi yang

HT AFN AFB PM MM

SM

disebabkan oleh menurunnya kandungan

Gambar 1. Persentase Jumlah Pohon dari Berbagai SPL di

bahan organik (Hairiah et al., 2001).

Kecamatan Prigen (HT: hutan, AFN: agroforestri nangka,

Tanaman menyerap unsur hara

AFB: agroforestri bambu, PM: pinus monokultur, MM: mahoni

dalam BOT melalui akar yang akan disebarkan keseluruh jaringan tanaman. Biomasa pohon berkorelasi positif dengan BOT (Corg/Cref) dengan nilai R = 0.54. 86

monokultur, SM:

sengon

monokultur)

Biomasa pohon dengan BOT (Corg/Cref)

memiliki hubungan keeratan yang lemah

(R 150 = 0.363). Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh -1 BOT (Corg/Cref) terhadap a asi 125 g h et 100

eg

biomasa tanaman hanya sebesar 36% dan

V 75

sisanya dipengaruhi oleh beberapa faktor

n C a 50

lain seperti sinar matahari

(proses

n g 25 0

fotosintesis), air, suhu udara, dan nutrisi l C a d a ah lain dalam tanah (Hardjowigeno, 1995). -25 ta an

T -50 160 T -75

Kecamatan Prigen

g -125

/ha 140

HT

120 HA* HT** HT AFN AFB PM MM SM

y = 325.1x + 11.10 Ket : * di Jambi, Sumber Hairiah et al. (2006) , ** di DAS

ho 80 R² = 0.363

AFB

Konto, Sumber Hairiah et al. (2010)

po 60 PM

sa a Gambar 3. Total Cadangan Karbon pada Berbagai

m 40 MM

SPL di Kecamatan Prigen

io

B 20

0 Cadangan karbon rata-rata per siklus

0.00 0.20 0.40 0.60 tanam

Corg/Cref (%)

Estimasi time averaged-C untuk

Gambar 2. Hubungan bahan organik tanah dengan

pinus, mahoni, dan sengon dilakukan

biomasa pohon

berdasarkan peningkatan jumlah cadangan karbon per tahun. Sedangkan untuk sistem

Total Cadangan Karbon agroforestri dihitung dari cadangan karbon Estimasi cadangan C pada berbagai

rata-rata dari berbagai umur lahan setelah sistem penggunaan lahan (SPL) memiliki

penebangan hutan (Hairiah et al., 2009). perbedaan nyata (p<0.05). Cadangan C

Cadangan karbon rata-rata per siklus tanam tertinggi di kecamatan Prigen terdapat pada

untuk pinus adalah 90 Mg ha -1 dengan hutan (121 Mg ha ). Agroforestri nangka

penyerapan C 6 Mg ha -1 th -1 , untuk mahoni dan agroforestri bambu menyimpan C sebesar 86 Mg ha -1

adalah 117 Mg ha -1 dengan penyerapan C dan 77 Mg ha .

4.7 Mg ha -1 -1 -1 th , dan untuk sengon adalah Sedangkan C tersimpan pada perkebunan

dengan penyerapan C 10 Mg ha . Sedangkan pada agroforestri nangka Cadangan C diatas permukaaan tanah

33 Mg ha

monokultur berkisar antara 48

dan agroforestri bambu adalah 71 Mg ha -1 mengontribusi C sekitar 70%, sedangkan

dan 64 Mg ha -1 dengan penyerapan karbon cadangan karbon didalam tanah hanya

– 3.5 Mg ha -1 th -1 . sekitar 30%.

sekitar 3

Bila kondisi awal hutan sekunder

PEMBAHASAN

seperti kondisi hutan di Jambi maka telah

terjadi kehilangan C sekitar 80 Mg ha -1 . Agroforestri lebih berpotensi menyerap C Adanya gangguan pada lahan hutan di

dan mengurangi CO 2 di atmosfir dibanding kecamatan Prigen bila dikonversi menjadi

perkebunan monokultur karena perkebunan agroforestri menyebabkan kehilangan C -1

sekitar 40 Mg ha . Tetapi bila hutan pada suatu saat akan dipanen sehingga dikonversi menjadi sengon monokultur

terjadi kehilangan C melalui emisi CO 2 maka akan menyebabkan kehilangan C

dalam jumlah banyak sehingga lahan lebih besar yaitu sekitar 70 Mg ha -1 .

menjadi zero sink. Sedangkan pada lahan Kehilangan C terbesar akibat hilangnya

agroforestri, dengan adanya penanaman biomasa pohon.

yang berbeda dapat meningkatkan

menjadi

lahan

pepohonan maka kehilangan C rata-rata Meskipun cadangan C yang tersimpan di

sekitar 70 Gg. Sedang alih guna lahan agroforestri relatif lebih rendah dari hutan

hutan menjadi lahan tanaman semusim tetapi lahan tidak akan pernah menjadi zero

menyebabkan kehilangan C sebesar 246 Gg sink seperti yang terjadi pada perkebunan

atau emisi CO 2 sebesar 903 Gg. monokultur.

Pemanfaatan lahan belukar menjadi lahan pertanian berbasis pepohonan hanya dapat

Belukar Tan.

(a)

menurunkan emisi CO 2 sebesar 455Gg

1743 ha semusim

Rumput

(50% dari emisi awal).

Perkebun 2036 ha

dan

an

Air tawar

1832 ha Lain-lain

1114 ha

KESIMPULAN

Agrofres 2425 ha

Gedung

tri 3118 ha

dan

Pemukim

Cadangan C tertinggi terdapat pada

-1 2054 ha

Hutan

an 1311 ha

hutan sekunder (121Mg ha ), diikuti oleh agroforestri (77-86 Mg ha -1 ). Sedangkan

cadangan C pada perkebunan berkisar -1

Gambar 4. Luas berbagai macam tutupan lahan di

kecamatan Prigen tahun 2002

antara 47-79 Mg ha . Cadangan C diatas permukaaan tanah mengontribusi C sekitar

C yang tersimpan pada hutan dengan 70%, sedangkan bahan organik tanah hanya luas 2054 ha adalah 249 Gg tertinggi di

sekitar 30%. Cadangan C rata-rata per Kecamatan Prigen, yaitu sekitar 33% dari

siklus tanam tergantung pada umur total cadangan C yang ada. Agroforestri

tanaman. Time averaged C stock tertinggi -1 seluas 3118 ha mampu menyimpan karbon

terdapat pada mahoni (116.95 Mg ha ) sebanyak 210 Gg atau 28%. Hal ini jauh

dengan siklus tanam selama 50 tahun. berbeda dengan tutupan lahan tanaman

Upaya pengembangan agroforestry semusim dengan luas 2036 ha hanya dapat

dengan menambah kerapatan dan diversitas menyerap C sekitar 3 Gg atau 1% saja.

pepohonan

yang ditanam sangat direkomendasikan agar keseluruhan C yang

g 250 , G 39

hilang melalui emisi dapat tergantikan,

deforestasi dapat

Untuk tujuan perdagangan karbon

0 dengan mekanisme REDD, dibutuhkan data

Hutan Agroforestri Perkebunan Belukar

Tan.

perubahan cadangan dan emisi karbon

semusim