Kerangka Teori Peran Elite Lokal Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar Di Kabupaten Padang Lawas)

F. Kerangka Teori

F.1 Teori Elite Elite Politik adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Menurut Pareto, masyarakat terbagi dalam dua kategori yaitu: lapisan elite yang jumlahnya kecil dan mempunyai kemampuan memerintah governing elite, dan lapisan non elite yang jumlahnya besar yang ditakdirkan untuk diperintah non elite. 7 Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Disamping itu bahwa elit yang ada dalam lapisan masyarakat pada umumnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya.. Vilfredo Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah, yang menurut dia berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan yang dilihatnya sebagai hal yang penting. 8 Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto membagi strtifikasi dalam tiga kategori yaitu elit yang memerintah governing elit, elit yang tidak memerintah non-governing elite dan massa umum non-elite. Kajian ini membagi dua katagori elit yaitu: 9 1. Elit Politik Lokal merupakan seseorang yang menduduki jabatan- jabatan politik kekuasaan di eksekutif dan legislatif yang dipilih 7 SP. Varma. 2010.Teori Politik Modern. .Jakarta: PT. Rajawali Pers. Hal 199 8 Ibid. Hal 200 9 Maurice Duverger. 1982. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 178 melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik. dalam konteks lokal yaitu elit politik lokal dan elit non politik lokal. 2. Elit Non Politik Lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan- jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik maupun elit mesyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah di tingkat lokal. Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri maupun antar kelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di antara elite dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu Individu-individu dari lapisan yang berbeda kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan Individu-individu dari lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada. 10 Sementara Gaetano Mosca melihat bahwa pergantian elit terjadi apabila elit yang memerintah dianggap kehilangan kemampuanya dan orang luar di kelas tersebut menunjukan kemampuan yang lebih baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh kelas penguasa yang baru 11 . Dalam sirkulasi elit yang disebutkan oleh Mosca, terutama karena terjadinya penjatuhan rejim, konflik pasti tidak terhindarkan, karena masing-masing pihak akan menggunakan berbagai macam cara. menurut Maurice Duverger, dalam konflik politik, sejumlah alat digunakan seperti organisasi dan jumlah uang kekayaan, sistem, militer, kekerasan fisik, dan lain sebagainya. 12 Tata cara mekanisme sirkulasi elit ini akan sangat menentukan sejauh mana sistem politik memberikan karangka bagi terujutnya pergantian kekuasaan di suatu Negara. Dalam konteks pergantian seperti itu, kenyataannya perosesnya tidak selalu mulus, apalagi dalam konteks politik Internasional yang menunjukan sifat-sifat ketidak normalan. tetapi masing-masing DPRD mempunyai tata cara dan mekanisme masing-masing dalam pergantian elit. Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik kekuasaan di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki 10 SP. Varma. Op.Cit. Hal. 201 11 Ibid. Hal. 203 12 P. Anthonius Sitepu. 2012.Teori-Teori Politik. Yogyakarata: Graha Ilmu. Hal 84 jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti Gubenur, Bupati, Walikota, DPRD, dan pimpinan- pimpinan partai politik. Dalam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat, elemen yang perlu di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit. Elit politik adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan politik. Bahwa jumlah penguasa selalu lebih sedikit daripada yang dikuasai. 13 Secara umum, elit merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan-kedudukan tinggi. Dalam arti yang lebih khusus, elit juga ditunjukkan oleh sekelompok orang terkemuka dalam bidang-bidang tertentu dan khususnya kelompok kecil yang memegang pemerintahan serta lingkungan dimana kekuasaan itu diambil. Dengan demikian, konsep tentang elit cenderung lebih menekankan kepada elit politik dengan merujuk pada pembagian elit penguasa Teori elit dibangun di atas pandangan atau persepsi bahwa keberadaan elit baik elit politik maupun elit agama tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi dari masyarakat demikian berat. 13 Mochtar Mas’ud dan Colin MacAndrews.2001. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.hal. 77 dan elit yang tidak berkuasa yang mengarah kepada adanya kepentingan yang berbeda. Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran dan fungsinya di tengah masyarakat. Sehingga dengan kedudukan yang istimewa inilah kemudian elit menjadi faktor penentu yang berperan dalam mendorong dan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, maka keberadaan elit tidak bisa dilepaskan dari adanya proses sosial yang berkembang. Keller mengemukakan empat proses sosial utama yang mendorong perkembangan elit yakni pertumbuhan penduduk, pertumbuhan spesialisasi jabatan, pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi dan perkembangan keagamaan moral. Konsekuensinya, kaum elitpun semakin banyak, semakin beragam, dan lebih bersifat otonom. 14 Huky membagi elit ke dalam tiga kategoriyaitu : 15 1. Elit karena kekayaan. Kekayaan menjadi suatu sumber kekuasaan. Orang-orang kaya tergabung ke dalam group tertentu baik bersifat konkrit maupun 14 Ibid. hal. 44 15 http:www.2home.sol.no-hmelbergpapers diakses pada 29 Mei 2014 Pukul 21.00 Wib abstrak dan mengontrol masyarakat di sekitarnya, seperti majikan dengan posisi elit dalam mengontrol bawahannya. 2. Elit karena eksekutif. Group ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai posisi strategis dalam strategi di bidang tertentu. Dengan posisi yang strategis ini, ia memperoleh kekuasaan mengontrol dan mempengaruhi orang lain. Misalnya pejabat-pejabat pemerintah pada kedudukan yang strategis. 3. Elit komunitas. Orang-orang tertentu dalam suatu komunitas dipandang sebagai kelompok yang dapat mempengaruhi kelompok lain. Untuk melancarkan mekanisme sistem politik maka para elit politik atau elit penguasa harus mampu mengakomodasi berbagai tuntutan masyarakat atau warga Negara. Kemudian tuntutan itu diolah menurut mekaisme sistem politik yang bisa menghasilkan berbagai kebijakan atau keputusan yang dapat menjawab berbagai tuntutan masyarakat. Keputusan atau kebijakan ini juga memberi kesejahteraan pada anggota masyarakat. Elit politik bertindak secara demokratis untuk menghargai hak-hak warganegara dan terbuka terhadap berbagai golongan. Adapun cara elit mempertahankan kekuasaan yaitu: 16 1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik yang merugikan kedudukannya 16 Soerjono soekanto.1982.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Radar Jaya Offset. hal 270 penguasa, peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa lain yang baru. 2. Mengadakan sistim-sistim kepercayaan belief - system yang akan dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongan. Sistem sistem kepercayaan tersebut meliputi agama ideologi dan seterusnya. 3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik 4. Mengadakan konsolidasi secara horisontal dan secara pertikal. F.2 Teori Kekuasaan Kekuasaan merupakan suatu konsep politik yang paling sering di bahas dan dipelajari oleh para akademisi dalam mempelajari ilmu politik. Khususnya dalam hal ini politik beranggapan bahwa Kekuasaan merupakan inti dari politik yaitu semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Kekusaan sangat erat kaitannya dengan pengaruh dan mempengaruhi. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam artian bahwa ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Atau satu pihak memberi perintah dan satu pihak lagi yang mematuhi perintah. Max Weber juga mengatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. 17 Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan.Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Meriam budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik” menyebutkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau sekelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mmpunyai kekuasaan itu. Dengan demikian kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Yang terpenting dari kekuasaan adalah adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi. 18 Konsep kekuasaan politik diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagi fenomena politik kekuasaan. Untuk memahami Sehingga dapat mempengaruhi seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan. 17 Soerjono Soekanto. Op.Cit.262 18 Merian Budiardjo.2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia PustakaHal 17-18 fenomena kekuasaan politik. Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti seperti yang dikutip oleh P. Antonius Sitepu dapat ditinjau dari 6 dimensi yaitu: 19 1. Dimensi Potensial dan Aktual Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumbr-sumber kekuasaan seperti kekayaan tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yag terorganisir dan jabatan. Sebaliknya seseorang yang dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik secara efektif. 2. Dimensi Konsensus dan paksaan Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan konsensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek konsensus dari kekuasaan akan cenderung melihat elite politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik. 19 P. Antonuis Sitepu. Op.Cit. Hal 54 3. Dimensi Positif dan Negatif. Tujuan umum pemengang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum itu dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni: tujuan positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah penggunaaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan, sedangkan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain untuk mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya. 4. Dimensi jabatan dan pribadi Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan kekuasaan terkandung erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan secara efektif tergantung kepada kuaitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung didalaam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannnya terutama berasal dari kualitas pribadi. 5. Dimensi implisit dan eksplisit kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan sedangkan kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan kekuasaan yang disebut dengan azaz memperkirakan reaksi dari pihak lain. 6. Dimensi langsung dan tidak langsung Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melakukan perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan adalah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda ekonomi normatif, jabatan, keahlian, status sosial, popularitas pribadi. Massa yang terorganisir, senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung penggunaan sumber-sumber kekuasaaan untuk mempegaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dengan melalui perantara politik lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih besar pembuat dan pelaksana keputusan politik. Adapun Unsur – unsur kekuasaan yang didapat dijumpai dalam masyarakat mempunyai beberapa unsur pokok yaitu. 20 1. Rasa Takut Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang ynag ditakuti tadi. rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh. 2. Rasa Cinta Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Orang-orang lain bertindak seseuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak. Rasa cinta biasanya telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa. 3. Kepercayaan Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif. 20 Soerjono Soekanto.Ibid. hal 265 4. Pemujaan Di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar. F.3 Teori Strategi Politik Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok atau pribadi secara keseluruhan. Melalui serangkaian aktifitas yang unik atau berbeda dari yang lain dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai ditopang dengan sarana dan prasarana. Dikendalikan oleh seorang pemimpin.Pemimpin sejati bukanlah orang yang yang cuma bisa memimpin, tetapi pemimpin sejati adalah orang yang bisa membuat orang-orang yang di pimpinnya menjadi pemimpin pula. Strategi menurut Arnold Steinberg adalah rencana untuk tindakan penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi suskses atau gagalnya strategi pada akhirnya. 21 21 Toni Adrianus Pito, at.all. 2006. Mengenal teori-Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa. Hal 196 Dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip- prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Pada dasarnya strategi politik menurut Peter Schroder ada dua strategi yaitu strategi Ofensif menyerang dan strategi defensif bertahan. Strategi ofensif merupakan strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Sedangkan strategi defensif merupakan strategi untuk mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup atau menyerahkan pasar. 22 Sebagaimana yang dikutip dari buku Toni Andrianus Pito at all “Mengenal Teori- Teori Politik” Ada empat macam startegi politik yaitu: 23 1. Strategi penguatan yaitu strategi yang digunakan untuk sebuah kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu. 2. Startegi rasionalisasi yaitu dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan dengan hati- hati. 22 Ibid.Hal. 198 23 Ibid.Hal. 211 3. Strategi bujukan yaitu strategi yang diterapkan oleh kandidat yang dipersiapkan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya. 4. Strategi konfrontasi yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih. Biasa saja pada suatu pemilu, sebagaian pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang jelek, tapi kemudian kandidat tersebut ternyata tidak menghasikan kinerja yang diharapkan. Salah satu perwujudan dari strategi politik itu ialah kampanye politik dan marketing Politik yang dilakukan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu dari suatu kompetisi yang sedang berlangsung. Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Sehingga dalam praktek pemilu, Strategi kampanye yang telah dibentuk dan dilaksanakan akan dianggap efektif jika calon legislatif atau suatu partai itu mendapat kemenangan suara dalam pemilu nantinya. Marketing politik adalah seperangkat metode yang memfasilitasi kontestan individu atau partai poilitik dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, idiologi politik, dan karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat. Pada dasarnya political marketing menurut Adam Nursal yakni sebagai strategi kampanye politik untuk membentuk serangkain makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Serangkain makna politis yang terbentuk didalam pikiran para pemilih untuk memilih para kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting marketing politik yang menentukan pihak mana yang akan dipilih oleh pemilih. 24 Dalam kajian ilmu politik political marketing menurut firmanzah merupakan penerapan-penerapan marketing dalam kehidupan politik. Dalam political marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing dalam menyusun produk politik, distribusi produk politik kepada masyarakat serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat. 25 Marketing menjadi salah satu cara yang diperlukan dalam strategi politik. Dalam konsep marketing mengenal adanya persaingan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Dalam hal ini bagaiamana seorang kandidat 24 Rudi Sakam Sinaga. 201, Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 41 25 Firmanzah,2007. Marketing politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal 141 mengkomunikasikannya kepada masyarakat dengan mengemas strategi-strategi kampanye yang akan mudah diterima masyarakat.

G. Metodologi Penelitian