F. Kerangka Teori
F.1 Teori Elite
Elite Politik adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Menurut Pareto,
masyarakat terbagi dalam dua kategori yaitu: lapisan elite yang jumlahnya kecil dan mempunyai kemampuan memerintah governing elite, dan lapisan
non elite yang jumlahnya besar yang ditakdirkan untuk diperintah non elite.
7
Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Disamping itu bahwa elit yang ada
dalam lapisan masyarakat pada umumnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam
matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya.. Vilfredo Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah, yang
menurut dia berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan yang dilihatnya sebagai hal yang penting.
8
Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto membagi strtifikasi dalam tiga kategori yaitu elit yang memerintah governing elit, elit yang tidak
memerintah non-governing elite dan massa umum non-elite. Kajian ini membagi dua katagori elit yaitu:
9
1. Elit Politik Lokal merupakan seseorang yang menduduki jabatan-
jabatan politik kekuasaan di eksekutif dan legislatif yang dipilih
7
SP. Varma. 2010.Teori Politik Modern. .Jakarta: PT. Rajawali Pers. Hal 199
8
Ibid. Hal 200
9
Maurice Duverger. 1982. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 178
melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik
tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua
DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik. dalam konteks lokal
yaitu elit politik lokal dan elit non politik lokal.
2. Elit Non Politik Lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan-
jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini seperti:
elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan
selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik
maupun elit mesyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah di
tingkat lokal.
Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri maupun antar kelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit
menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di
antara elite dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu Individu-individu dari lapisan yang
berbeda kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan Individu-individu dari
lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.
10
Sementara Gaetano Mosca melihat bahwa pergantian elit terjadi apabila elit yang memerintah dianggap kehilangan kemampuanya dan orang luar di kelas
tersebut menunjukan kemampuan yang lebih baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh
kelas penguasa yang baru
11
. Dalam sirkulasi elit yang disebutkan oleh Mosca, terutama karena terjadinya penjatuhan rejim, konflik pasti tidak terhindarkan,
karena masing-masing pihak akan menggunakan berbagai macam cara. menurut Maurice Duverger, dalam konflik politik, sejumlah alat digunakan seperti
organisasi dan jumlah uang kekayaan, sistem, militer, kekerasan fisik, dan lain sebagainya.
12
Tata cara mekanisme sirkulasi elit ini akan sangat menentukan sejauh mana sistem politik memberikan karangka bagi terujutnya pergantian kekuasaan
di suatu Negara. Dalam konteks pergantian seperti itu, kenyataannya perosesnya tidak selalu mulus, apalagi dalam konteks politik Internasional yang menunjukan
sifat-sifat ketidak normalan. tetapi masing-masing DPRD mempunyai tata cara dan mekanisme masing-masing dalam pergantian elit.
Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik kekuasaan di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan
dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki
10
SP. Varma. Op.Cit. Hal. 201
11
Ibid. Hal. 203
12
P. Anthonius Sitepu. 2012.Teori-Teori Politik. Yogyakarata: Graha Ilmu. Hal 84
jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti Gubenur, Bupati, Walikota, DPRD, dan pimpinan-
pimpinan partai politik. Dalam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat, elemen yang perlu
di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah
merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit. Elit politik
adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan politik. Bahwa jumlah penguasa selalu lebih sedikit daripada yang dikuasai.
13
Secara umum, elit merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan-kedudukan tinggi. Dalam arti yang lebih khusus, elit juga ditunjukkan
oleh sekelompok orang terkemuka dalam bidang-bidang tertentu dan khususnya kelompok kecil yang memegang pemerintahan serta lingkungan dimana
kekuasaan itu diambil. Dengan demikian, konsep tentang elit cenderung lebih menekankan kepada elit politik dengan merujuk pada pembagian elit penguasa
Teori elit dibangun di atas pandangan atau persepsi bahwa keberadaan elit baik elit politik maupun elit
agama tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi
dari masyarakat demikian berat.
13
Mochtar Mas’ud dan Colin MacAndrews.2001. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.hal. 77
dan elit yang tidak berkuasa yang mengarah kepada adanya kepentingan yang berbeda.
Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan
selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran
dan fungsinya di tengah masyarakat. Sehingga dengan kedudukan yang istimewa inilah kemudian elit menjadi faktor penentu yang berperan dalam mendorong dan
mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, maka keberadaan
elit tidak bisa dilepaskan dari adanya proses sosial yang berkembang. Keller mengemukakan empat proses sosial utama yang mendorong perkembangan elit
yakni pertumbuhan penduduk, pertumbuhan spesialisasi jabatan, pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi dan perkembangan keagamaan moral.
Konsekuensinya, kaum elitpun semakin banyak, semakin beragam, dan lebih bersifat otonom.
14
Huky membagi elit ke dalam tiga kategoriyaitu :
15
1. Elit karena kekayaan.
Kekayaan menjadi suatu sumber kekuasaan. Orang-orang kaya tergabung ke dalam group tertentu baik bersifat konkrit maupun
14
Ibid. hal. 44
15
http:www.2home.sol.no-hmelbergpapers diakses pada 29 Mei 2014 Pukul 21.00 Wib
abstrak dan mengontrol masyarakat di sekitarnya, seperti majikan dengan posisi elit dalam mengontrol bawahannya.
2. Elit karena eksekutif.
Group ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai posisi strategis dalam strategi di bidang tertentu. Dengan posisi yang strategis ini,
ia memperoleh kekuasaan mengontrol dan mempengaruhi orang lain. Misalnya pejabat-pejabat pemerintah pada kedudukan yang
strategis. 3.
Elit komunitas. Orang-orang tertentu dalam suatu komunitas dipandang sebagai
kelompok yang dapat mempengaruhi kelompok lain. Untuk melancarkan mekanisme sistem politik maka para elit politik atau
elit penguasa harus mampu mengakomodasi berbagai tuntutan masyarakat atau warga Negara. Kemudian tuntutan itu diolah menurut mekaisme sistem politik
yang bisa menghasilkan berbagai kebijakan atau keputusan yang dapat menjawab berbagai tuntutan masyarakat. Keputusan atau kebijakan ini juga memberi
kesejahteraan pada anggota masyarakat. Elit politik bertindak secara demokratis untuk menghargai hak-hak warganegara dan terbuka terhadap berbagai golongan.
Adapun cara elit mempertahankan kekuasaan yaitu:
16
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama,
terutama dalam bidang politik yang merugikan kedudukannya
16
Soerjono soekanto.1982.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Radar Jaya Offset. hal 270
penguasa, peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa.
Keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa lain yang baru.
2. Mengadakan sistim-sistim kepercayaan belief - system yang akan
dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongan. Sistem sistem kepercayaan tersebut meliputi agama ideologi dan seterusnya.
3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
4. Mengadakan konsolidasi secara horisontal dan secara pertikal.
F.2 Teori Kekuasaan
Kekuasaan merupakan suatu konsep politik yang paling sering di bahas dan dipelajari oleh para akademisi dalam mempelajari ilmu politik. Khususnya
dalam hal ini politik beranggapan bahwa Kekuasaan merupakan inti dari politik yaitu semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan
mempertahankan kekuasaan. Kekusaan sangat erat kaitannya dengan pengaruh dan mempengaruhi. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam artian bahwa
ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Atau satu pihak
memberi perintah dan satu pihak lagi yang mematuhi perintah.
Max Weber juga mengatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan
kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan
perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
17
Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan terdapat di
semua bidang kehidupan dan dijalankan.Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Meriam budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik”
menyebutkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau sekelompok lain
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mmpunyai kekuasaan itu.
Dengan demikian kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk
memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu
enggan melakukannya. Yang terpenting dari kekuasaan adalah adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti
pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi.
18
Konsep kekuasaan politik diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagi fenomena politik kekuasaan. Untuk memahami
Sehingga dapat mempengaruhi seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan.
17
Soerjono Soekanto. Op.Cit.262
18
Merian Budiardjo.2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia PustakaHal 17-18
fenomena kekuasaan politik. Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti seperti yang dikutip oleh P. Antonius Sitepu dapat ditinjau dari 6 dimensi yaitu:
19
1. Dimensi Potensial dan Aktual
Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumbr-sumber kekuasaan seperti kekayaan
tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yag terorganisir dan jabatan. Sebaliknya seseorang yang
dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik
secara efektif. 2.
Dimensi Konsensus dan paksaan Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan
kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan konsensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek
konsensus dari kekuasaan akan cenderung melihat elite politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai
tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung
memandang politik sebagai perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik.
19
P. Antonuis Sitepu. Op.Cit. Hal 54
3. Dimensi Positif dan Negatif.
Tujuan umum pemengang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan
umum itu dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni: tujuan positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah
penggunaaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan, sedangkan kekuasaan negatif adalah
penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain untuk mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak perlu
akan tetapi juga merugikan pihaknya. 4.
Dimensi jabatan dan pribadi Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan kekuasaan terkandung
erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan secara efektif tergantung kepada kuaitas pribadi yang
dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan
didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung didalaam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang
melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannnya terutama berasal dari kualitas pribadi.
5. Dimensi implisit dan eksplisit
kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan sedangkan kekuasaan eksplisit adalah
pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan
kekuasaan yang disebut dengan azaz memperkirakan reaksi dari pihak lain.
6. Dimensi langsung dan tidak langsung
Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik
dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melakukan perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan
adalah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda ekonomi normatif, jabatan, keahlian, status sosial, popularitas pribadi. Massa
yang terorganisir, senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung
penggunaan sumber-sumber kekuasaaan untuk mempegaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dengan melalui
perantara politik lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih besar pembuat dan pelaksana keputusan politik.
Adapun Unsur – unsur kekuasaan yang didapat dijumpai dalam masyarakat mempunyai beberapa unsur pokok yaitu.
20
1. Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang ynag ditakuti tadi. rasa takut
merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut akan
berbuat segala sesesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan
menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh. 2.
Rasa Cinta Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya
positif. Orang-orang lain bertindak seseuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak. Rasa cinta biasanya
telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa.
3. Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif.
20
Soerjono Soekanto.Ibid. hal 265
4. Pemujaan
Di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang
lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar.
F.3 Teori Strategi Politik
Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok atau pribadi secara keseluruhan. Melalui serangkaian aktifitas yang unik atau berbeda
dari yang lain dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai ditopang dengan sarana
dan prasarana. Dikendalikan oleh seorang pemimpin.Pemimpin sejati bukanlah orang yang yang cuma bisa memimpin, tetapi pemimpin sejati adalah orang yang
bisa membuat orang-orang yang di pimpinnya menjadi pemimpin pula. Strategi menurut Arnold Steinberg adalah rencana untuk tindakan
penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi suskses atau gagalnya strategi pada akhirnya.
21
21
Toni Adrianus Pito, at.all. 2006. Mengenal teori-Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa. Hal 196
Dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-
prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Pada dasarnya strategi politik menurut Peter Schroder ada dua strategi yaitu strategi Ofensif menyerang dan strategi defensif bertahan. Strategi
ofensif merupakan strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus
menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Sedangkan strategi defensif
merupakan strategi untuk mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup atau menyerahkan pasar.
22
Sebagaimana yang dikutip dari buku Toni Andrianus Pito at all “Mengenal Teori- Teori Politik” Ada empat macam startegi politik yaitu:
23
1. Strategi penguatan yaitu strategi yang digunakan untuk sebuah kontestan
yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu.
2. Startegi rasionalisasi yaitu dilakukan kepada kelompok pemilih yang
sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi
kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus
dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan dengan hati- hati.
22
Ibid.Hal. 198
23
Ibid.Hal. 211
3. Strategi bujukan yaitu strategi yang diterapkan oleh kandidat yang
dipersiapkan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.
4. Strategi konfrontasi yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih
yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan
kinerja yang memuaskan pemilih. Biasa saja pada suatu pemilu, sebagaian pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang jelek, tapi
kemudian kandidat tersebut ternyata tidak menghasikan kinerja yang diharapkan.
Salah satu perwujudan dari strategi politik itu ialah kampanye politik dan marketing Politik yang dilakukan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu dari
suatu kompetisi yang sedang berlangsung. Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara
terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Sehingga dalam
praktek pemilu, Strategi kampanye yang telah dibentuk dan dilaksanakan akan
dianggap efektif jika calon legislatif atau suatu partai itu mendapat kemenangan suara dalam pemilu nantinya.
Marketing politik adalah seperangkat metode yang memfasilitasi kontestan individu atau partai poilitik dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik,
isu politik, idiologi politik, dan karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat. Pada dasarnya political marketing menurut Adam
Nursal yakni sebagai strategi kampanye politik untuk membentuk serangkain makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Serangkain makna politis
yang terbentuk didalam pikiran para pemilih untuk memilih para kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting marketing politik yang
menentukan pihak mana yang akan dipilih oleh pemilih.
24
Dalam kajian ilmu politik political marketing menurut firmanzah merupakan penerapan-penerapan marketing dalam kehidupan politik. Dalam
political marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing dalam menyusun produk politik, distribusi produk politik kepada
masyarakat serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Sehingga membantu politikus dan partai politik untuk
membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.
25
Marketing menjadi salah satu cara yang diperlukan dalam strategi politik. Dalam konsep marketing mengenal adanya persaingan untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakat. Dalam hal ini bagaiamana seorang kandidat
24
Rudi Sakam Sinaga. 201, Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 41
25
Firmanzah,2007. Marketing politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal 141
mengkomunikasikannya kepada masyarakat dengan mengemas strategi-strategi kampanye yang akan mudah diterima masyarakat.
G. Metodologi Penelitian