individu untuk dapat menciptakan cara untuk mendapatkan suatu manfaat dari orang lain dari representasi yang salah. Tidak ada kepastian dan
invariable aturan dapat ditetapkan sebagai proporsi yang umum dalam mendefinisikan penipuan, karena mencakup kejutan, tipudaya, cara-cara
licik dan tidak adil oleh yang lain adalah curang. Hanya batas-batas yang mendefinisikan itu adalah orang-orang yang membatasi kejujuran
manusia.
Sedangkan menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam Hermiyeti 2013:63 kecurangan adalah :
“fraud mencakup perbuatan melanggar hukum dan perundangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan tersebut
dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu organisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang diluar organisasi tersebut.”
Dapat disimpulkan bahwa Kecurangan merupakan suatu tindakan seorang individu maupun kelompok yang memiliki wewenang serta tanggung jawab
namun mengabaikan tanggung jawabnya sehingga wewenang yang dimilikinya disalahgunakan demi kepentingan diri sendiri maupun kelompok.
2.5.2 Jenis-jenis Kecurangan
Menurut Amrizal dalam Purnama 2015 mengkategorikan kecurangan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kecurangan laporan keuangan Financial Statement Fraud
Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan
keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan non finansial.
b. Penyalahgunaan Aset Asset Misappopriation
Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-
pengeluaran biaya secara curang fraudulent disbursement. c.
Korupsi Corruption Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,
bukannya pengertian korupsi menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi
ke dalam pertentangan kepentingan conflict of interest, suap bribery, pemberian illegal illegal gratuity, dan pemerasan economic extortion.
Fraud tree dikenal sebagai pohon kecurangan yang dibuat oleh The Association of Certified Fraud Examiners ACFE atau Asosiasi Pemeriksa
Kecurangan Bersertifikat untuk mengklasifikasikan jenis-jenis kecurangan. ACFE itu sendiri merupakan organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas
kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas dan mencegah terjadinya kecurangan yang diketuai oleh Joseph
T.Wells, CFE, CPA. Gambar dari pohon kecurangan fraud tree adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Fraud Tree
2.5.3 Faktor Pendorong terjadinya Kecurangan fraud
Menurut Karni dalam Irawan 2014:38 faktor pendorong terjadinya kecurangan adalah sebagai berikut:
1. Lemahnya pengendalian internal a. Manajemen tidak menekankan perlunya pengaruh pengendalian
internal. b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan.
c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadinya conflict of interest.
d. Auditor internal tidak diber wewenang untuk menyelidiki para eksekutif terutama menyangkut pengeluaran yang besar.
2. Tekanan keuangan terhadap seseorang a. Memiliki banyak utang
b. Pendapatan yang rendah c. Gaya hidup mewah
3. Tekanan non finansial a. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan karyawan
b. Direktur utama menetapkan satu tujuan yang harus dicapai tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu kepada bawahannya
c. Penurunan penjualan 4. Indikasi lain
a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai b. Meremehkan integritas pribadi
c. Kemungkinan koneksi dengan orang kriminal Sedangkan teori lain yang menjelaskan faktor pendorong terjadinya
kecurangan adalah Triangle fraud. Yang dikutip oleh Tuanakotta 2015:106.
Gambar 2.2 Triangle Fraud
Incentive Pressure
Fraud Triangle
Opportunity Rationalization
1. Opportunity Opportunity Kesempatan. Pelaku kecurangan memiliki persepsi bahwa
ada peluang baginya untuk melakukan kejahatan tanpa diketahui orang lain. Cressey berpendapat bahwa ada dua komponen dari persepsi
tentang peluang. Yang pertama, general information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung
trust atau
kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari apa yang ia dengar atau yang ia lihat. Kedua adalah
technical skill atau keahlianketerampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kecurangan tersebut.
2. Pressure
Pressure tekanan. Cressey mempercayai bahwa pelaku kecurangan bermula dari suatu tekanan yang menghimpitnya. Tekanan dapat berupa
bermacam-macam termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain- lain. Tekanan paling sering datang dari adanya tekanan kebutuhan
keuangan. Kebutuhan ini seringkali dianggap kebutuhan yang tidak dapat dibagi dengan orang lain untuk bersama-sama menyelesaikannya
sehingga harus diselesaikan secara tersembunyi dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kecurangan. Konsep yang penting disini adalah
tekanan yang menghimpit hidupnya kebutuhan akan uang, padahal ia tidak bisa berbagi dengan orang lain.
3. Rasionalization Razionalization
atau mencari pembenaran sebelum melakukan kecurangan bukan sesudah. Pembenaran merupakan bagian yang harus
ada di dalam tindakan kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi pelaku.
2.5.4 Pencegahan Kecurangan