BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Haid Menstruasi 2.1.1 Definisi
Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia produktif Norwitz dan Schorge, 2008.
Usia produktif wanita dicirikan dengan perubahan ritmik bulanan hormon kewanitaan dan perubahan fisik di ovarium dan organ seksual lainnya, yang
disebut siklus seksual bulanan wanita atau siklus menstruasi. Siklus tersebut rata- rata berlangsung selama 28 hari Guyton, 2006. Onset menstruasi, yang disebut
menarke
,
terjadi pada usia rata-rata 12 tahun Norwitz dan Schorge, 2008. Durasi siklus menstruasi normal bervariasi antara 21 sampai 35 hari, dengan perdarahan
yang berlangsung 4-6 hari dan volume darah yang keluar rata-rata 35 mL. Berek dan Novak, 2007; Speroff dan Fritz, 2005.
Menurut Hanafiah 2009 dalam Maghfirani 2012, panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikut. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum
tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih satu hari.
2.1.2 Fisiologi Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi normal dapat dibagi atas dua berdasarkan organ terjadinya fase dalam siklus menstruasi menjadi siklus ovarium dan siklus uterus.
Adapun siklus ovarium dapat dibagi lagi menjadi fase folikular, ovulasi, dan fase luteal. Sedangkan siklus uterus dibagi menjadi fase menstruasi, fase proliferasi,
dan fase sekretori. Pada fase- fase tersebut terjadi perubahan hormonal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Siklus Menstruasi
Sumber: Berek dan Novak 2007
Pada fase folikuler, terjadi proses perkembangan folikel ovarium menuju kematangan sebagai persiapan untuk ovulasi. Durasi rata-rata fase folikular
manusia adalah 10 hingga 14 hari. Keberagaman durasi fase inilah yang menyebabkan variasi dari panjang siklus menstruasi. Folikel yang matang
kemudian dilepaskan dari ovarium menuju uterus pada saat ovulasi. Sedangkan fase luteal adalah masa di antara ovulasi dan onset menstruasi siklus berikutnya
yang berlangsung sekitar 14 hari. Pola variasi ovarium, uterus, dan hormonal selama siklus menstruasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
- Pada setiap awal siklus bulanan, level steroid gonadal adalah rendah dan
sudah mengalami penurunan sejak akhir fase luteal dari siklus sebelumnya.
- Degenerasi korpus luteum mengakibatkan kenaikan level
Follicular Stimulating Hormone
FSH dan merangsang pertumbuhan folikel, yang masing-masing mensekresikan estrogen dengan level yang meningkat
seiring pertumbuhan folikel pada fase folikular. Kenaikan level estrogen ini pulalah yang memicu proliferasi endometrium.
- Kenaikan level estrogen selanjutnya mengakibatkan umpan balik negatif
pada sekresi FSH di pituitary. Selain itu, folikel yang sedang berkembang memproduksi inhibin-B yang juga menurunkan sekresi FSH di pituitary.
Sebaliknya, level
Luteinizing Hormone
LH pada awalnya menurun akibat kenaikan level estrogen, namun kemudian meningkat tajam pada
akhir fase folikular respon bifasik. -
Di akhir fase folikular tepat sebelum ovulasi, reseptor LH yang diinduksi oleh FSH
FSH-induced LH receptors
ditemukan di sel –sel
granulose dan memodulasi sekresi progesterone. -
Stimulasi estrogen derajat tertentu menstimulasi lonjakan LH yang menjadi penyebab terjadinya ovulasi sekitar 24 hingga 36 jam berikutnya.
Dengan kata lain, ovulasi adalah masa transisi antara fase luteal dan sekretori.
- Level estrogen menurun pada awal fase luteal mulai sebelum ovulasi
hingga pertengahan fase luteal lalu naik kembali saat korpus luteum, yang mensekresikan inhibin-A dilepaskan.
- Level progesteron naik secara cepat setelah ovulasi dan menjadi penanda
bahwa ovulasi telah berlangsung. -
Progesteron, estrogen, dan inhibin-A bekerja secara sentral untuk menghambat sekresi gonadotropin dan perkembangan folikel baru. Level
hormon-hormon ini tetap naik selama folikel berbentuk korpus luteum dan menurun seiring degenerasinya Berek dan Novak, 2007
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Ovulasi