Gambar 2.3 Perkembangan Folikel
Sumber: Hart
et al.
2000
2.1.4 Siklus Uterus
Seiring dengan terjadinya perubahan hormonal di ovarium, terjadi pula perubahan histologis yang siklik pada endometrium uterus. Perubahan tersebut
dapat dilihat secara jelas pada kelenjar endometrium dan stroma. Adapun bagian endometrium yang mengalami perubahan secara siklik adalah 23 bagian
superfisialnya. Bagian yang disebut
decidua functionalis
ini berproliferasi dan kemudian luruh pada tiap siklus bila tidak terjadi kehamilan. Bagian paling dalam
dari endometrium, yang disebut
decidua basalis
tidak akan mengalami perubahan siklik tiap bulannya namun berperan penting pada siklus menstruasi sebagai
sumber regenerasi jaringan endometrial setelah haid Berek dan Novak, 2007.
2.1.4.1 Fase Proliferasi
Fase proliferasi ditandai dengan pertumbuhan mitotik
decidua functionalis
yang progresif sebagai upaya persiapan implantasi embrio bila terjadi kehamilan, sebagai respon terhadap peningkatan level estrogen. Di awal fase ini,
tebal endometrium hanyalah sekitar 1-2 mm. Jaringan endometrium yang awalnya tegak dan pendek berubah menjadi lebih panjang. Selain itu, epitelnya yang
semula berbentuk
low columnar
di awal fase berubah menjadi
pseudostratified
Universitas Sumatera Utara
sebelum ovulasi. Selama masa ini, bagian stroma tersusun rapat dan struktur vaskuler jarang terlihat Berek dan Novak, 2007.
Gambar 2.4 Ilustrasi Endometrium saat Fase Proliferasi
Sumber : Hart
et al.
2000
2.1.4.2 Fase Sekretori
Pada siklus 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke-14. Dalam 48 hingga 72 hari setelah ovulasi, onset progesteron memicu perubahan endometrium secara
histologi dimana terlihat adanya sekret eosinofilik kaya protein pada lumen. Bertolak belakang dengan fase proliferasi, fase sekretori ditandai dengan efek
seluler progesteron dan estrogen. Secara umum, efek progesteron bersifat antagonis terhadap efek estrogen, dan terdapat penurunan progresif konsentrasi
reseptor estrogen di endometrium. Pada hari ke 6-7 pasca ovulasi, aktivitas sekretori berada pada puncaknya dan endometrium telah siap secara optimal untuk
implantasi blastokista. Berek dan Novak, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3. Menstruasi
Bila tidak terjadi implantasi, sekresi glandular akan berhenti, dan terjadi peluruhan
decidua functionalis
. Proses peluruhan inilah yang dikenal sebagai haid, dimana lisisnya korpus luteum dan produksi estrogen dan progesteron
dianggap sebagai penyebabnya. Dengan adanya
withdrawal
dari hormon seks steroid, terjadilah spasme arterial yang memicu iskemia di endometrium sekaligus
Kerusakan lisosom dan pelepasan enzim-enzim proteolitik, yang kemudian memicu kerusakan jaringan secara lokal. Lapisan ini kemudian luruh,
meninggalkan
decidua basalis
sebagai sumber pertumbuhan endometrium selanjutnya. Prostaglandin, yang diproduksi selama siklus menstruasi berada pada
konsentrasi tertinggi saat haid. Prostaglandin F2α PGF2α merupakan vasokonstriktor kuat sehingga menyebabkan spasme arterial dan iskemia
endometrium. Selain itu, PGF2α juga mengakibatkan konsentrasi miometrium yang menurunkan aliran darah lokal ke uterus dan sekaligus membantu
pengeluaran jaringan endometrium yang sudah luruh dari uterus Berek dan Novak, 2007.
Gambar 2.5 Ilustrasi Endometrium pada Awal Fase Sekretori dan Saat Haid
Sumber : Hart
et al.
2000
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Perdarahan Uterus Abnormal