Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

5.8 Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah pemasangan bondeck dan instalasi tulangan selesai.

Tahapan Pelaksanaan Pengecoran

  1. Siapkan peralatan pengecoran seperti concrete vibrator, kompresor, serta peralatan pendukung lainnya. Pastikan peralatan tersebut dalam kondisi baik, pastikan lokasi bersih dari sisa kotoran akibat penulangan dengan menggunakan kompresor.

  2. Siapkan lokasi untuk truck mixer yang membawa beton dari batching plant yang kira-kira jaraknya sangat efisient untuk menuang beton ke dalam catakan.

  3. Dilakukan pengambilan sampel untuk uji slump dan uji kuat tekan. Dengan peralatan slump cone, bullet nosed, penggaris atau meteran, plat baja, sekup kecil. Nilai slump ditentukan 12 ± 2 cm, dengan cara pengujian sebagai berikut:

  1. Letakan slump cone diatas plat baja

  2. Isi beton 1/3 bagian dari slump cone

  3. Tumbuk dengan bullet nosed sebanyak 25 kali secara menyeluruh

  4. Lakukan hal tersebut sebanyak 3 kali atau 3 lapisan, lalu ratakan

  5. Angkat slump cone

  6. Lalu ukur seberapa jauh tinggi penurunan beton dari tinggi awal slump cone dengan penggaris atau meteran (gambar 5.15)

Gambar 5.15 pengujian slump cone

Sedangkan untuk pengambilan uji kuat tekan (gambar 5.16) peralatan yang di gunakan sama, hanya slump cone diganti dengan cylinder mould dengan cara pengujian yang sama dengan uji slump. Benda uji diambil sebanyak 5 buah yaitu untuk umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Beri label dan biarkan beton setting sekurang-kurangnya selama 24 jam. Buka cetakan dan bawa silinder ke laboratorium untuk di lakukan uji kuat tekan

Gambar 5.16 pengambilan uji kuat tekan

Uji slump di lakukan setiap 2 kali Jika nilai slump memenuhi syarat yaitu 10 ± 2 cm, maka beton di nyatakan ok oleh tim quality control barulah pengecoran dapat di laksanakan

  1. Arahkan Pipa Tremie ke cetakan beton untuk laintai (slab)

  2. Penuangan beton dimulai dari sisi pojok kanan pada bagian tertinggi slab kemudian berjalan terus sampai ke bagian tengah lantai hingga ke bagian paling rendah, penuangan di lakukan langsung dengan ketebalan sesuai rencana yaitu 30 cm.

  3. Untuk memudahkan dalam pekerjaan pengecoran khususnya mengenai batas ketebalan pengecoran untuk lantai (slab), maka di gunakan papan list sebagai tanda batas pengecoran, dan di gunakan pipa yang di letakan memanjang pada sisi kanan dan kiri bondeck untuk mendapatkan kemiringan permukaan lantai yang sesuai dengan rencana,yang telah di lakukan pengukuran elevasi dengan menggunakan water pass oleh pekerja.

  4. Setelah truck mixer mengeluarkan beton segar ke area yang akan di kerjakan kemudian di getarkan menggunakan 2 buah alat concrete vibrator dengan cara dimasukan ke dalam tulangan. concrete vibrator berfungsi agar beton segar padat sehingga rongga-rongga yang terdapat pada acuan terisi oleh beton, jika beton sudah terisi penuh dan berada pada batas rencana maka di ratakan dengan menggunakan jidar.

5.8.1 Analisa Kebutuhan Perlatan Dan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan pengecoran pelat lantai Jalan Tol Layang BECAKAYU, pengecoran dilakukan per segmen dalam satu hari. Perhitungan volume pengecoran pada segmen PWB 111– PWB 112 dapat dilihat pada tabel 5-7.

Gambar 5‑31 Tampak Atas Pelat Lantai PWB 111 – PWB 112

Gambar 5‑32 Tampak Atas Pelat Lantai PWB 112 – PWB 113

Tabel 5‑4 Volume Pengecoran Pelat Lantai PWB 111 – PWB 113

1. Analisa Perhitungan Concrete Pump

Produktivitas Concrete Pump (Qcp)

Kapasitas Concrete Pump = 30 m3

Waktu Setting Concrete Pump = 19 menit

Waktu Pergantian Truk Mixer = 2 menit

Waktu Setting TM ke CP = 4 menit +

Waktu total = 25 menit

Job Efisiensi (E) = 0,83

Produktivitas Concrete Pump (Q) = 60 x q Truck Mixer x 0,83

CT

= 60 x 7 x 0,83

= 13,94 m3/jam

Dari perhitungan produktivitas, didapat produktivitas concrete pump sebesar 13,94 m3/jam. Hasil ini lebih kecil dari kapasitas yang tertera pada alat sebesar 30 m3/jam karena adanya faktor pengali efisiensi kerja sebesar 0,83.

2. Analisa Perhitungan Truck Mixer

Kapasitas truck mixer = 7 m3

Volume Pekerjaan = 137,8 m3

Jumlah truck mixer = (persamaaan 2.1)

= = 19,68= 20 unit truck mixer

Maka untuk kegiatan pengecoran plat lantai (slab) dibutuhkan 20 unit (trip) truck mixer kapasitas 7 m3.

Produktivitas truck mixer (Qtm)

Waktu penuangan 1 unit truck mixer terhadap 1 unit concrete pump

Waktu tuang =

= = 0,5jam ≈ 30 menit

Waktu Perjalan :

Jarak batching plant ke lokasi = 4km

Kecepatan isi = 30km/jam

= = = 0,13jam = 7,8 menit

Waktu tuang = 30 menit

Waktu tunggu = 5 menit

Waktu isi = 3 menit

Waktu Perjalan = 7,8 menit

Total waktu truck mixer 45,8 menit per 7m3, Jika 1 jam maka didaptkan 9,2 m3, jadi produktivitas truck mixer 9,2 m3/jam

Siklus Pengecoran untuk 1 kali trip:

Kebutuhan Truck Mixer = 4 unit

Waktu perjalanan = 7,8 menit

Total waktu tuang = 4 x 30 menit = 120 menit

Waktu persiapan = 15 menit

Waktu total 1 trip = 142,8 menit = 2,4 jam

Jumlah trip =

= = 5 trip

Jumlah concrete pump (n)

n = (persamaan 2.4)

n = = 0,66 ≈ 1 unit concrete pump

Waktu pengecoran = waktu total 1 trip x jumlah trip

= 2,4 jam x 5 = 12 jam

Jadi, untuk melakukan pengecoran dengan volume 137,8 m3membutuhkan waktu 12 jam dengan 1 concrete pump dan 4 unit truck mixer kapasitas 7 m3 yang melakukan 5 kali trip.

3. Analisa Perhitungan Concrete Vibrator

Analisis waktu pemadatan

Spesifikasi alat :

Mikasa concrete vibrator tipe FX-45A

Vibrator head Ø = 47 mm = 4,7 cm

Vibration = 200 Hz (12000 getaran/menit)

Jangkauan thriller vibrator = 397 mm = 39,7 cm

Jumlah tusukan vibrator :

Menghitung jumlah lapisan pemadatan berdasarkan(persamaan 2.14)

Jumlah lapisan pemadatan =

= 0,75 ≈ 1 lapisan pemadatan

Menghitung Jumlah tusukan memanjang berdasarkan persamaan 2.15

Jumlah tusukan memanjang =

= 82,61 ≈ 83 titik tusukan

Menghitung jumlah tusukan melebar berdasarkan persamaan 2.16

Jumlah tusukan melebar =

= 35,26 ≈ 35 titik tusukan

Jumlah total tusukan = 83 x 35 = 2905 tusukan

Jumlah waktu pemadatan

Jika 1 tusukan memerlukan 10 detik dan perpindahan 1 tusukan 5 detik (mengeluarkan dan memasukan kembali setelah pindah tempat) maka untuk 2905 tusukan :

Waktu pemadatan = 15 detik x 2905 tusukan =43575 detik = 726,25 menit = 12,10 jam

Didapatkan 12,10 jam untuk 1 concrete vibrator. Karena total waktu pemadatan melebihi waktu pengecorannya, maka jumlah concrete vibrator harus ditambah (persamaan 2.18) :

Jumlah vibrator (n) =

= 2,57 = 3 unit concrete vibrator

4. Kebutuhan Alat dan Bahan

Kebutuhan alat dan bahan

Alat dan bahan yang di gunakan pada pekrjaan pengecoran di antaranya adalah :

  1. Beton K-350

  2. 20 trip truck mixer

  3. 1 unit concrete pump

  4. 3 unit concrete vibrator

  5. Peralatan tukang (alat perata/jidar, cangkul, sekop dll)

(Sumber : Berdasarkan analisa perhitungan)

5. Kebutuhan tenaga kerja

Jumlah Tenaga Kerja (analisa)

Tenaga kerja yang dibutuhkan pada pekerjaan pengecoran ini berdasarkan tabel 2.14 adalah:

(Koefisien jumlah tenaga kerja berdasarkan SNI-91-0008-2007)

Pengecoran per 1m3 dengan volume 1378 m3

Pekerja = 2,100 OH x( /1 m3) = 0,015 OH

Tukang = 0,350 OH x ( /1 m3)= 0.0025 OH

Kepala Tukang = 0,035 OH x (137,8/1 m3) = 0,00073 OH

Mandor = 0,105 OH x (137,8/1 m3) = 0,00076 OH

Jumlah tenaga kerja per mandor menjadi :

Mandor = = 1 orang

Kepala tukang = = 0,33 ≈ 1 orang

Tukang = = 3,31 ≈ 4 orang

Pekerja = = 19,93 ≈ 20 orang

5.8.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

  1. Pengadaan beton segar dari batching plan ke lokasi proyek dengan menggunakan truk mixer (TM) dengan kapasitas 1 truk mixer sebesar 7 m3.

  2. Mengatur siklus pendatangan truk mixer agar tidak terjadi setting time sebelum dilaksanakannya pengecoran. Setting time yang diperkirakan pada campuran beton ini adalah 3 jam.

  3. Karena lahan yang tersedia sangat terbatas maka penempatan truk mixer harus diatur agar memudahkan mobilisasi dan tidak mengganggu akses jalan menuju perumahan. Berikut ini tahapan penempatan truk mixer pada pekerjaan pengecoran.

Gambar 5‑39 Penempatan Truk Mixer Tahap 1

Pada tahap ini, truk mixer didatangkan 4 unit sekaligus agar pengecoran tidak terhenti terlalu lama dan concrete pump tidak menganggur. Truk mixer pertama ditempatkan tepat dibelakang concrete pump agar langsung dapat menuang.

Gambar 5‑40 Penempatan Truk Mixer Tahap 2

Selanjutnya, truk mixer pertama yang sudah selesai menuang maju seperti gambar diatas untuk memutar balik dan keluar melalui pintu masuk. Truk mixer kedua kemudian mundur dan langsung menuang ke concrete pump.

Gambar 5‑41 Penempatan Truk Mixer Tahap 3

Ketika truk mixer kedua sedang menuang, truk mixer 3 maju dan ditempatkan seperti gambar diatas agar truk mixer kelima bisa masuk ke lokasi pekerjaan.

Gambar 5‑42 Penempatan Truk Mixer Tahap 4

Setelah penuangan selesai, truk mixer kedua pun maju dan memutar balik untuk kemudian keluar melalui pintu masuk. Penuangan dilanjutkan dengan truk mixer ketiga dan begitu seterusnya sampai pengecoran selesai dilaksanakan.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PERANCANGAN PENGECORAN LOGAM ALUMINIUM BAHAN BAKAR MINYAK TANAH

0 51 1

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI MAN BEUREUNUEN

0 24 1

KAJIAN YURIDIS PENGAWASAN OLEH PANWASLU TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KOTA MOJOKERTO MENURUT PERATURAN BAWASLU NO 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1 68 95

DESKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT USAHA RAKYAT KEPADA USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Way Halim)

10 98 46

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBAKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

6 47 9

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131

PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

4 39 50