PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT L

PROYEK AKHIR PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG BEKASI – CAWANG – KP. MELAYU (BECAKAYU) 2 SEGMEN PADA PWB 111 – PWB 113

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program Diploma III

Politeknik Negeri Jakarta

Disusun oleh:

M.Rizky Zakaria

NIM. 3113120015

M. Azmi Baihaqi

NIM. 3113120016

Pembimbing:

Drs. Sarito. ST., M.Eng

NIP : 19590525 198603 1003

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PROYEK AKHIR PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG BEKASI – CAWANG – KP. MELAYU (BECAKAYU) 2 SEGMEN PADA PWB 111 – PWB 113

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program Diploma III

Politeknik Negeri Jakarta

Disusun oleh:

M.Rizky Zakaria

NIM. 3113120015

M. Azmi Baihaqi

NIM. 3113120016

Pembimbing:

Drs. Sarito. ST., M.Eng

NIP : 19590525 198603 1003

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL KONSENTRASI KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

1. HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Proyek Akhir berjudul :

PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG BEKASI – CAWANG –Kp. MELAYU (BECAKAYU) 2 SEGMEN PADA PWB 111 – PWB 113 yang disusun oleh Muhamad Rizky Zakaria (NIM. 3113120015) dan Muhammad Azmi Baihaqi (NIM. 3113120016) untuk dipertahankan dalam

Sidang Proyek Akhir Tahap II

Disetujui untuk dipertahankan:

Pembimbing

(Drs. Sarito, ST., M.Eng)

NIP: 19590525 198603 1003

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK

2. HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Proyek Akhir berjudul :

PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG BEKASI – CAWANG –Kp. MELAYU (BECAKAYU) 2 SEGMEN PADA PWB 111 – PWB 113 yang disusun oleh Muhamad Rizky Zakaria (NIM. 3113120015) dan Muhammad Azmi Baihaqi (NIM. 3113120016) telah dipertahankan dalam Sidang Proyek Akhir Tahap II di depan Tim Penguji pada hari..........tanggal..............................


NamaTim Penguji

Tanda Tangan

Ketua

Nama lengkap dan gelar


NIP …………………………….

Anggota

Nama lengkap dan gelar


NIP …………………………….

Anggota

Nama lengkap dan gelar


NIP …………………………….

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Sipil

Politeknik Negeri Jakarta





Putera Agung Maha Agung, ST, MT, Ph.D

NIP. 19660602 199003 1 002









Nama lengkap dan gelar

NIP ……………………….



3. KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan baik. Proyek akhir ini disusun dan diajukan sebagai syarat bagi kami untuk dapat menyelesaikan program DIII Politeknik Negeri Jakarta. Judul yang diambil “PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG BEKASI - CAWANG - KP. MELAYU (BECAKAYU) 2 SEGMEN PADA PWB 111 – PWB 113” ini merupakan sebuah pengaplikasian ilmu yang didapat pada bangku perkuliahan ke dalam permasalahan di lapangan.

Kami ucapkan juga banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Sarito, ST., M.eng yang sudah bersedia membimbing dalam penyusunan Proyek Akhir ini dan tidak lupa kepada keluarga dan teman yang sudah memberikan dukunganya. Kami menyadari bahwa Proyek Akhir ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari Bapak/Ibu dosen yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan Proyek Akhir ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Proyek Akhir ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui segala usaha kita. Amin.

Depok, 2016

Penulis

ABSTRAK

Pembangunan Jalan Tol Layang Bekasi – Cawang – Kp. Melayu (BECAKAYU) yang terletak di Bekasi, Jawa Barat hingga Kp. Melayu, Jakarta ini untuk mengurai kemacetan di sekitar kalimalang. Penyusunan proyek akhir mengenai Pelaksanaan Pengecoran Pelat Lantai Jalan Tol Layang Bekasi – Cawang – Kp. Melayu (BECAKAYU) ini bertujuan untuk menjelaskan proses pelaksanaan pekerjaan pembetonaan pelat lantai yang meliputi pekerjaan pemasangan pelat bondek, mengontrol kekuatan pelat bondek untuk menahan beban beton segar pada saat pengecoran, menghitung volume bahan yang diperlukan pada pekerjaan pelat lantai, menghitung durasi perkerjaan berdasarkan jumlah tenaga kerja, dan menghitung produktivitas dan siklus pemesanan pada proses pengecoran. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini dimaksudkan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar di lahan yang macet dan tidak mengganggu pengguna jalan lain yang melintas kerena lahan pekerjaan juga merupakan jalan akses utama yang menghubungkan Bekasi – Jakarta. Pengamatan dilakukan dengan cara menganalisis layout jalan layang dan kemudian dapat diketahui besarnya volume pekerjaan yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungan durasi dan produktivitas dari setiap pekerjaan. Dalam pekerjaan pengecoran, dapat dihitung cycle time pekerjaan yang berasal dari perhitungan produktivitas concrete pump dan perhitungan durasi pekerjaan. Siklus pemesanan truk mixer harus sangat diperhatikan untuk menghindari penghentian pengecoran dan beton tidak mencapai setting time.

Kata kunci: Jalan Layang, Pelat Lantai, Pengecoran.

4. DAFTAR ISI

1 HALAMAN PERSETUJUAN iii

2 HALAMAN PENGESAHAN iv

3 KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vi

4 DAFTAR ISI vii

5 ix

6 DAFTAR TABEL i

7 DAFTAR GAMBAR x

8 DAFTAR LAMPIRAN i

1 BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Masalah Penelitian 2

1.2.1 Identifikasi Masalah 2

1.2.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Pembatasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penulisan 3

1.5 Manfaat dan Signifikansi Penelitian 3

1.6 Sistematika Penulisan 4

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Batching Plan 6

2.2 Beton 7

2.2.1 Pengertian Beton 7

2.2.2 Bahan-Bahan Pencampur Beton 8

2.2.3 Klasifikasi Beton 12

2.2.4 Pengerjaan Beton Segar 13

2.2.5 Kontrol Mutu Beton 20

2.2.6 Perawatan Beton (Curing) 25

2.2.7 Koefisien Produktivitas Tenaga Kerja 26

2.3 Bondeck 27

2.3.1 Pengertian Bondeck 27

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Bondeck 27

2.3.3 Spesifikasi Standard 28

2.4 Baja Tulangan 29

2.4.1 Pengertian Baja Tulangan 29

2.4.2 Jenis Baja Tulangan 29

2.4.3 Ukuran Baja Tulangan 29

2.4.4 Standard Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan 31

2.4.5 Cara Pengujian Tulangan 32

2.4.6 Koefisien Produktivitas Tenaga Kerja 34

3 BAB III METODOLOGI 35

3.1 Lokasi Pengamatan 35

3.2 Alat Pengamatan 35

3.3 Rancangan Pengamatan 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data 36

3.5 Metode Analisis Data 37

3.6 Tahapan Pengamatan 39

4 BAB IV DATA TEKINS 40

4.1 Gambaran Umum Proyek 40

4.2 Pihak – Pihak yang Terlibat 40

4.3 Data Proyek 40

4.3.1 Data Umum 40

4.3.2 Lokasi Proyek 41

4.3.3 Data Teknis Proyek 41

4.4 Spesifikasi Struktur Pelat Lantai 42

4.5 Spesifikasi Alat dan Bahan 44

5 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 57

5.1 Pekerjaan Pemasangan Pelat Bondeck 57

5.1.1 Perhitungan Kebutuhan Bondeck 58

5.1.2 Kontrol Kekuatan Pelat Bondeck 59

5.1.3 Perhitungan Durasi Waktu Pekerjaan Pemasangan Bondeck 60

5.1.4 Pelaksanaan Pemasangan Bondeck 61

5.2 Pekerjaan Penulangan 66

5.2.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Penulangan Pelat Lantai 67

5.2.2 Perhitungan Durasi Waktu Penulangan (Per Segmen) 70

5.2.3 Pelaksanaan Penulangan Pelat Lantai 71

5.3 Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai 82

5.3.1 Perhitungan Volume Pengecoran Pelat Lantai 83

5.3.2 Perhitungan Durasi Waktu Pengecoran Pelat Lantai (Per Segmen) 84

5.3.3 Perhitungan Kebutuhan Vibrator 86

5.3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai 87

6 BAB IV PENUTUP 100

6.1 Kesimpulan 100

6.2 Saran 101

7 DAFTAR PUSTAKA 102



5. DAFTAR TABEL

6. DAFTAR GAMBAR

Gambar 2‑1 Pengujian Nilai Slump 20

Gambar 2‑2 Jenis-jenis Slump 21

Gambar 2‑3 Alat Uji Kepadatan 23

Gambar 3‑1 Lokasi Proyek Pembangunan Jalan Tol Layang BECAKAYU 35

Gambar 3‑2 Flowchart Tahapan Pengamatan 39

Gambar 4‑1 Lokasi Proyek Pembangunan Jalan Tol Layang BECAKAYU 41

Gambar 4‑2 Tampak Atas Pelat Lantai Jembatan PWB 111 – PWB 112 42

Gambar 4‑3 Potongan Melintang Pelat Lantai Jembatan PWB 111 – PWB 112 42

Gambar 4‑4 Tampak Atas Pelat Lantai Jembatan PWB 112 – PWB 113 43

Gambar 4‑5 Potongan Melintang Pelat Lantai Jembatan PWB 112 – PWB 113 43

Gambar 4-6 Batching Plant 44

Gambar 4-7 Truck Mixer 44

Gambar 4-8 Concrete Pump 45

Gambar 4-9 Service Crane 46

Gambar 4-10 Concrete Vibrator 46

Gambar 4-11 Travo listrik 47

Gambar 4-12 Travo listrik 48

Gambar 4-13 Theodolite 48

Gambar 4-14 Bar Cutter 49

Gambar 4-15 Bar Bender 49

Gambar 4-16 Gruving Tool 50

Gambar 4-17 Tang 50

Gambar 4-18 Sendok Spesi 51

Gambar 4-19 Cangkul 51

Gambar 4-20 Roll Meter 51

Gambar 4-21 Palu Besi 52

Gambar 4-22 Besi Tulangan 52

Gambar 4-23 Paku Rivet 52

Gambar 4-24 Kawat Benrat 53

Gambar 4-25 Deck Drain 53

Gambar 4-26 Paku Besi 54

Gambar 4-27 Sterofoam 54

Gambar 4-28 Pelat Bondeck 55

Gambar 4-29 Potongan Melintang Pelat Bondeck 56

Gambar 4-30 Teknik Pemasangan Pelat Bondeck 56

Gambar 5‑1 Flow Chart Pekerjaan Pemasangan Pelat Bondeck 57

Gambar 5‑2 Tampak Atas Pekerjaan Pemasangan Pelat Bondeck 58

Gambar 5‑3 Potongan Melintang Girder 58

Gambar 5‑4 Foto Penyimpanan Pelat Bondeck di Stock Yard 62

Gambar 5‑5 Sketsa Mobilisasi Pelat Bondeck 63

Gambar 5‑6 Arah Pemasangan Pelat Bondeck 63

Gambar 5‑7 Foto Paku Rivet 63

Gambar 5‑8 Foto Pemberian Adukan Diujung Pelat Bondeck untuk Menjegah Kebocoran saat Pengecoran 64

Gambar 5‑9 Foto Pengikatan Pelat Bondeck pada Tulangan 65

Gambar 5‑10 Flow Chart Pekerjaan Penulangan 66

Gambar 5‑11 Tampak Atas Penulangan Pelat Lantai jembatan 67

Gambar 5‑12 Lokasi Stock Yard 71

Gambar 5‑13 Foto Tulangan di Stock Yard 72

Gambar 5‑14 Gambar Pengelompokan Tulangan 72

Gambar 5‑15 Foto Bar Bender 73

Gambar 5‑16 Mobilisasi Tulangan Dari Stock Yard ke Lokasi Pekerjaan 74

Gambar 5‑17 Foto Penempatan Tulangan di Atas Abutment 74

Gambar 5‑18 Sketsa Urutan Instalasi Pekerjaan Penulangan Pelat Lantai 75

Gambar 5‑19 Foto Pekerjaan Penulangan 75

Gambar 5‑20 Foto Tulangan Stek Girder yang Dibengkokan 76

Gambar 5‑21 Foto Tulangan Shape Cakar Ayam 77

Gambar 5‑22 Pengelasan Tulangan untuk Pemasangan Deck Drain 78

Gambar 5‑23 Sketsa Pemasangan Deck Drain 78

Gambar 5-24 Bahan Baku Beton K-350 79

Gambar 5-25 Menakar dan Memasukan Agregat 79

Gambar 5-26 Menambahkan bahan kimia pada tank 80

Gambar 5-27 Menambahkan material air 80

Gambar 5-28 Menambahkan material semen 81

Gambar 5-29 Mengisi Truk Mixer dengan Readymix concrete 81

Gambar 5‑30 Flow Chart Pekerjaan Pengecoran 82

Gambar 5‑31 Tampak Atas Pelat Lantai PWB 111 – PWB 112 83

Gambar 5‑32 Tampak Atas Pelat Lantai PWB 112 – PWB 113 83

Gambar 5‑33 Foto Pemberian Stereofoam Diantara Backwall Pierhead dan Pelat Lantai 87

Gambar 5‑34 Instalasi T-Shape dan Pipa Galvanis 88

Gambar 5‑35 Lokasi Penempatan Concrete Pump dan Truck Mixer 89

Gambar 5‑36 Foto Pengaturan Outriger Concreta Pump 89

Gambar 5‑37 Foto Pembersihan Concrete Pump 90

Gambar 5‑38 Foto Pipa Nozel yang sedang disambung 90

Gambar 5‑39 Penempatan Truk Mixer Tahap 1 91

Gambar 5‑40 Penempatan Truk Mixer Tahap 2 91

Gambar 5‑41 Penempatan Truk Mixer Tahap 3 92

Gambar 5‑42 Penempatan Truk Mixer Tahap 4 92

Gambar 5‑43 Foto Pengujian Slump 93

Gambar 5‑44 Foto Pengujian Kuat Tekan Beton 94

Gambar 5‑45 Foto Pengaturan Truk Mixer pada Concrete Pump 96

Gambar 5‑46 Alur Pengecoran 96

Gambar 5‑47 Foto Perataan Beton Segar 97

Gambar 5‑48 Foto Pemadatan Beton Segar dengan Menggunakan Vibrator 98

Gambar 5‑49 Pola untuk memasukan batang vibrator 98

  1. DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Potongan Memanjang Jalan Tol Layang Becakayu

Lampiran 2 Detail Penulangan Slab PWB 111 – PWB 112

Lampiran 3 Tabel Penulangan Slab PWB 111 – PWB 112

Lampiran 4 Surat-surat Pelengkap

1. BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan konstruksi saat ini mengalami kemajuan pesat, yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern, saat ini banyak sekali proyek-proyek di Indonesia khususnya pada bidang konstruksi bangunan sipil, diantaranya pembangunan jalan tol khusunya jalan layang. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, semakin besar proyek yang dikerjakan maka semakin besar pula kendala yang akan dihadapi perusahaan jasa konstruksi. Oleh karena itu perusahaan jasa konstruksi harus memiliki pertimbangan yang matang dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan suatu proyek.

Dalam hal ini, lingkup pengamatan pada proyek yaitu pelaksanaan pembangunan jalan tol Bekasi – Cawang – Kp. Melayu (BECAKAYU) yang terletak di bekasi hingga kampung melayu, yang dibangun dan dioperasikan oleh PT. Waskita Karya (Persero) tbk yang didanai oleh PT. Kresna Kusuma Dyandra Marga.

Oleh karena itu, dalam Proyek Akhir ini akan membahas mengenai pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat lantai pada jalan tol layang Bekasi - Cawang - Kp. Melayu. Data – data yang dibutuhkan dalam membahas pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat lantai ini meliputi dimensi pelat lantai, spesifikasi alat, data penulangan, data pengecoran, durasi waktu pengecoran, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses pelaksanaan pengecoran pelat lantai ini.

Data - data tersebut akan diolah dalam membahas pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat lantai agar mendapat hasil pelaksanaan yang efisien dan aman digunakan oleh pengguna jalan nantinya.

Dari penjelasan diatas, kami mengambil judul pada proyek akhir “PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL LAYANG BEKASI - CAWANG - KP. MELAYU (BECAKAYU) 2 SEGMEN PADA PWB 111 – PWB 113”.

    1. Masalah Penelitian

      1. Identifikasi Masalah

Pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat lantai pada proyek pembangunan jalan tol layang Bekasi - Cawang - Kp. Melayu (BECAKAYU) harus mempertimbangkan metode yang digunakan agar dapat berjalan seefisien mungkin dalam segi biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan. Kondisi lahan dibawah jalan layang yang merupakan akses jalan utama yang menghubungkan Jakarta - Bekasi agar pelaksanaan tidak menghambat akses dan membahayakan pengguna jalan yang melintas.

2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan pada proyek ini adalah:

  1. Bagaimana tahapan pelaksanaan pekerjaan pemasang pelat lantai pada proyek pembangunan jalan tol Bekasi - Cawang - KP. Melayu (BECAKAYU)?

  2. Bagaimana mengontrol kekuatan pelat bondek untuk menahan beban beton segar pada saat pengecoran pada proyek pembangunan jalan tol Bekasi - Cawang - KP. Melayu (BECAKAYU)?

  3. Bagaimana cara menghitung durasi pekerjaan berdasarkan jumlah pekerja pada proyek

3. Pembatasan Masalah

Di dalam konteks ini, akan dibahas proses pelaksanaan pekerjaan pemasangan pelat lantai yang dimulai dari tahapan awal sampai dengan pekerjaan itu selesai Dalam pembahasan ini juga akan dibahas mengenai metode kerja yang digunakan, volume pekerjaan bondek, volume pekerjaan penulangan, volume pengecoran, produktifitas dan siklus pemesanan, kontrol kekuatan pelat bondek, serta curing atau perawatan pelat lantai karena dapat mempengaruhi biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan pada jalan tol Bekasi - Cawang - Kp. Melayu.

4. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada proyek akhir ini adalah:

1. Menjelaskan proses pelaksanaan pekerjaan pembetonaan pelat lantai.

2. Mengontrol kekuatan plat bondek untuk menahan beban beton segar pada saat pengecoran.

3. Menghitung produktivitas dan siklus pemesanan truck mixer pada proses pengecoran.

5. Manfaat dan Signifikansi Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tentang proses pelaksanaan pekerjaan pekerjaan penulangan, pemasangan bondek dan pekerjaan pengecoran.

6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan antara lain berisi latar belakang, tujuan penulisan, permasalahan, pembatasan masalah, sistematika penulisan sebagai penulis mengambil judul “Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai Pada Proyek Jalan Tol Layang BECAKAYU’

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pusataka antara lain berisi teori beton, bondek, dan baja tulangan sebagai acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam perencaan pembangunan jalan tol layang BECAKAYU.

BAB III METODOLOGI

Metodologi antara lain berisi metode yang digunakan untuk melakukan pengamatan mengenai “Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai Pada Proyek Jalan Tol Layang BECAKAYU”

BAB IV DATA TEKNIS

Data teknis antara lain berisi data-data yang terdapat pada proyek yang diamati yaitu mengenai gambaran umum proyek, pihak-pihak yang terlibat, lokasi proyek dan spesifikasi alat dan bahan yang digunakan.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis dan pembahasan antara lain berisi mengenai pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat laintai dimulai dari pekerjaan pembesian, pekerjaan bondek, dan pekerjaan pengecoran pada pelat lantai.

BAB VI PENUTUP

Bab ini antara lain berisi kesimpulan Proyek Akhir dan juga kritik/saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelat Lantai

2.1.1 Pengertian Pelat Lantai

Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh :

  1. Besar lendutan yang diinginkan.

  2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.

  3. Bahan material konstruksi dan pelat lantai.

Pelat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), pelat lantai dapat diberi sedikit kemiringan untuk kepentingan aliran air. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh beban yang harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai. Pelat lantai merupakan suatu struktur solid tiga dimensi dengan bidang permukaan yang lurus, datar dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensinya yang lain. Struktur pelat bisa saja dimodelkan dengan elemen 3 dimensi yang mempunyai tebal h, panjang b, dan lebar a. Adapun fungsi dari pelat lantai adalah untuk menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya. Pada pelat lantai merupakan beton bertulang yang diberi tulangan baja dengan posisi melintang dan memanjang yang diikat menggunakan kawat bendrat, serta tidak menempel pada permukaan pelat baik bagian bawah maupun atas. Adapun ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi tulangan tambahan bergantung pada bentuk pelat, kemampuan yang diinginkan untuk pelat menerima lendutan yang diijinkan.

2.1.2 Konstruksi Pelat Lantai Berdasarkan Materialnya

Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari berbagai material, contohnya kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). Dalam penelitian ini material yang digunakan untuk pelat lantai adalah beton. Beton didefinisikan sebagai “sebagai campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat” (SK SNI T-15-1991-03). Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika semen ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi dengan kerikil atau batu pecah disebut beton. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik yang lemah.

2.2 Beton

2.2.1 Pengertian Beton

Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen, agregat dan air.Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan (Ir.Tri mulyono MT, 2003).Beton ini pula memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh semua material yang lain, yakni getas. Getas adalah sifat yang apabila beton sangat baik untuk memikul beban tekan tekan namun tidak baik untuk memikul beban tarik.

Keuntungan dan kerugian pemakaian beton :

Keuntungan:

  1. Bahan dasar yang mudah di peroleh (ekonomis)

  2. Mampu menerima kuat tekan yang tinggi

  3. Dapat di buat sesuai dengan bentuk yang di kehendaki

  4. Awet, tahan terhadap temperatur tinggi, mudah pemeliharaannya.

Kerugian:

  1. Kemampuan menerima kuat tarik rendah

  2. Perubahan suhu (muai susut) hinggga retak-retak ringan

  3. Rayapan (creep) perubahan berangsur-angsur akibat pembebanan

  4. Mutu tergantung pada: sifat bahan dasar dan cara pengerjaan

  5. Tidak dapat di gunakan sebagai bangunan sementara.

2.2.2 Bahan-Bahan Pencampur Beton

Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen, agregat, dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.

1. Semen

Semen merupakan hasil industry yag sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen merupakan bahan yang berguna sebagai binder atau pengikat dalam komposisi campuran beton.

Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Semen non-hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.

b. Semen hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik adalah kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen Portland, semen Portland-pozzolan, semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif.

Sifat dan karakteristik semen Portland:

a. Sifat Fisika Semen Portland

1. Kehalusan butir

Kehalusan butir mempengaruhi proses hidrasi. Setting time menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.

  1. Kepadatan (density)

  2. Konsistensi

Konsistensi semen Portland lebih banyak pengaruhnya pada saat pencampuran awal, yaitu pada saat pengikatan sampai saat beton mengeras.

4. Waktu Pengikatan

Waktu pengikatan awal berkisar antara 1 – 2 jam, sedangkan waktu pengikatan akhir tidak boleh lebih dari 8 jam. Waktu ikat ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang dipakai oleh lingkungan sekitarnya. Pengikatan semu diukur dengan alat vicat atau gillmore.

5. Panas hidrasi

Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan.

6. Perubahan volume

Kekalan pasta semen merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.

7. Kekuatan tekan

Kekuatan tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian ditekan sampai hancur.

b. Sifat dan Karakteristik Kimia Semen Portland

1. Senyawa kimia

Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat adalah berapa banyak kandungan senyawa C3A nya.

2. Sifat kimia

Kesegaran semen, sisa yang tak larut, panas hidrasi semen, kekuatan pasta semen dan faktor air semen (FAS).

3. Syarat mutu semen portland

Semen yang digunakan untuk membangun suatu struktur harus mempunyai kualitas tertentu agar dapat berfungsi secara efektif. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan sesuai dengan standar mutu yang umum yaitu ASTM C-150 dan BS-12.

Tipe tipe semen Portland:

  1. Tipe I, dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus.

  2. Tipe II, dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

  3. Tipe III, dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

  4. Tipe IV, dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.

  5. Tipe V, dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

2. Air

Air diperlukan dalam pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. air yang berlebihan akan mengakibatkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan mengakibatkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya sehingga mempengaruhi kekuatan beton.

Hal – hal yang harus diperhatikan pada air dalam campuran beton:

  1. Air yang dapat digunakan adalah air yang dapat diminum, tidak basa, dan tidak asam.

  2. Semakin banyak kandungan air, maka makin mudah dikerjakan, kekuatannya semakin rendah, dan mudah terjadi segregasi.

  3. Jenis pemeriksaan terhadap air adalah pemeriksaan ph, bahan padat, bahan tersuspensi, bahan organic, minyak, ion sulfat dan ion chlor.

3. Agregat

Agregat harus bersih, keras, padat, memiliki ujung yang kasar, dan tidak mengandung lumpur, tanah liat, atau bahan organic lain. Kandungan agregat dalam beton biasanya sangat tinggi, biasanya berkisar antara 60 – 70 % dari berat campuran beton. Fungsinya adalah sebagai pengisi campuran beton. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan. Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya seperti pekerjaan jalan, tanggul penahan tanah, beronjong, dan bendungan.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam agregat:

  1. Komponen terbanyak dalam campuran beton

  2. Jika dibedakan dari kekuatannya, ada agregat batu pecah (crushed) dan alamiah.

  3. Agergat halus dan kasar dibedakan berdasarkan saringan no. 4 (4.8 mm)

  4. Sifat-sifat agregat seperti gradasi, kekerasan, bentuk butiran, dan berat jenis berpengaruh pada mutu beton.

  5. Kekerasan agregat harus dapat menahan penggerusan baik saat pembuatan atau pemadatan, tahan terhadap pemecahan, degredasi (penurunan mutu) dan desintegrasi (peruraian).

  6. Kadar air dalam pasir sangat berpengaruh terhadap volume pasir.

  7. Untuk beton mutu tinggi, agregat yang digunakan maksimum 20 mm.

  8. Untuk daerah panas, agregat harus dilakukan pendinginan dengan penyiraman dan dilindungi dari panas matahari langsung.

  9. Jika gradasi pada agregat baik, maka akan menghasilkan workability yang baik, kekuatan, keawetan, dan kekuatan bentuk.

4. Bahan Tambah

Admixture adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat pencampuran berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi.

2.2.3 Klasifikasi Beton

Beton dapat diklasifikasikan menjadi:

Tabel 2.1 Klasifikasi Beton

Jenis beton

Berat Jenis Massa (ton/m)

Jenis Agregat

beton ringan

sampai 2.0

batu tulis yang menggembung atau membengkak

lempung yang membengkak

terak pecah, foam

batu apung

beton (biasa)

2.0 - 2.9

pasir, kerikil

terak dapur tinggi

serpih serpih batu

beton berat

> 2.8

spar dari jenis berat biji besi, besi skra

Kelas-kelas beton:

Tabel 2.2 Kelas dan mutu beton menurut PBI ‘71



Untuk konstruksi beton bertulang, beton dibagi menjadi tiga kelas seperti yang tercantum pada tabel 2.2 :

Kelas

Mutu

σbk

σbm

Tujuan

Pengawasan terhadap

Mutu Agregat

Kuat Tekan

I

BO

-

-

Non- struktural

Ringan

Tanpa

II

B1

K 125

K 175


-

125

175

-

200

250

Struktural

Struktural

Struktural

Sedang

Ketat

Ketat


Tanpa

Kontinyu

Kontinyu

III

K 225

>K 225

225

>225

300

> 300

Struktural

Struktural

Ketat

Ketat

Kontinyu

Kontinyu

(Sumber: PBI ’71)



Mutu beton lebih tinggi :

  1. K125 < K175, digunakan sebagai lantai kerja atau penimbunan kembali dengan beton.

  2. K175 < K 250, umumnya digunakan sebagai struktur beton tanpa tulangan, misal : beton siklop, trotoar, dan pasangan batu kosong yang di isi adukan dan pasangan batu.

  3. K250 < K400, umumnya digunakan untuk beton bertulang, misal: pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang dan banbgunan bawah jembatan.

  4. K400 < K800, umumnya digunakan untuk beton prategang, seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang, dan sejenisnya.

Selimut Beton

Berfungsi untuk mencegah terjadinya korosi dan mencegah lelehnya baja bila terjadi kebakaran. Tebal selimut beton tergantung pada jenis konstruksinya seperti yang tercantum pada tabel 2.3 :

Tabel 2.3Tebal Selimut Beton menurut SNI 03-2847-2002

Jenis Konstruksi

Tebal Selimut Beton Minimum (mm)

  1. Beton yang dicor langsung diata tanah dan selalu berhubungan dengan tanah

75


  1. Beton yang tidak berhubungan langsung dengan cuaca atau tanah, yaitu :


  1. Pelat, Dinding, Pelat Berusuk, Tulangan D44 dan D56

40

  1. Pelat Dinding, Pelat Berusuk, Tulangan D36 atau lebih kecil dari D36

20

  1. Balok, Kolom

40

(Sumber : SNI 03-2847-2002)

2.2.5 Kontrol Mutu Beton

Untuk pengujian beton telah ditetapkan beberapa test beton diantaranya yaitu a. Slump Test

Slump test dirumuskan untuk mengetahui tingkat kekentalan beton readymix yang akan digunakan pada proses pengecoran, adapun cara pengujian Slump Test menggunakan kerucut terpancung (Abrams) dengan diameter atas r = 10 cm diameter bawah = 20 cm dan tinggi = 30 cm, kerucut diletakan diatas bidang alas yang rata dan kedap air (pakai pelat baja) dan alat penusuk bentuk tongkat baja berdiameter 16 mm dengan ujung bulat.

  1. Tujuan pengujian :

  1. Mencari nilai slump pada beton segar.

  2. Membandingkan nilai slump hasil pengujian dengan nilai slump rencana.

  3. Melihat perbandungan antara nilai slump dengan kuat tekan beton yang tercapai.

  4. Melakukan koreksi nilai slump. (berdasarkan SNI 03-1972-1990, Metode Pengujian Slump Beton, Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB Bandung).

Proses pengujian slump atau slump test (Gambar 2.1)

  1. Tuangkan material adukan beton kedalam kerucut Abrams (1/3 tinggi kerucut).

  2. Dirojok dengan tongkat besi sebanyak 25 kali.

  3. Tuangkan material adukan beton kedalam kerucut Abrams (2/3 tinggi kerucut).

  4. Dirojok dengan tongkat besi sebanyak 25 kali.

  5. Tuangkan material adukan beton kedalam kerucut Abrams (sampai penuh).

  6. Dirojok dengan tongkat besi sebanyak 25 kali.

  7. Bersihkan bagian atas dari kerucut.

  8. Bersihkan bagian bawah dari kerucut.

  9. Pegang sisi luar dan tarik.

  10. Ukur tinggi jatuhnya material adukan beton. Tingginya nilai slump tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan seperti yang tercantum pada tabel 2.4 :

Tabel 2.4 Besarnya nilai slump berdasarkan jenis pekerjaan

(sumber: sesuai dengan standar PBI ’71)

Gambar 2.1 Slump Test

  1. Test Kuat Tekan Beton Silinder

Kekuatan tekan beton adalah muatan tekan maksimum yang dapat dipikul per satuan luas.Pada umumnya mutu beton dinilai dari kuat tekannya, karena beton merupakan bahan yang getas sehingga kemampuan untuk memikul beban tekan jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya untuk memikul beban tarik ataupun geser. Pada PBI ’71, kuat tekan beton dinyatakan dengan kuat tekan karakteristik.Yakni, kuat tekan beton berdasarkan data dari sejumlah benda uji yang menyebar dengan penyimpangan atau deviasi tertentu.

Kuat tekan dipengaruhi oleh :

  1. Karakteristik bahan.

  2. Susunan campuran.

  3. Suhu pengerasan.

  4. Metode pekerjaan

  5. Perawatan.

2.2.6 Perawatan Beton (Curing)

Perawatan yang dilaksanakan dalam proses pembetonan tidak selalu untuk menambah kekuatan beton, namun untuk memperbaiki mutu yang disyaratkan, keaweta, kekedapan terhadap air, ketahanan pengausan, dan stabilitas dari dimensi konstruksi yang bersangkutan. Berikut ini cara perawatan pekerjaan pembetonan yang kerap dilaksanakan.

  1. Mempertahankan acuan tetap melekat pada beton minimal 5 hari sambil tetap membasahi acuan kayu.

  2. Memperlambat penguapan dengan menggunakan alcohol aliphatic, melindungi dari sinar matahari langsung dan tiupan angin, dan menyemprot dengan kabut air.

  3. Menutupi permukaan beton dengan bahan-bahan yang menahan air agar beton selalu dalam keadaan basah, seperti karung goni, jerami, lapisan pasir, dll.

  4. Penyemprotan air yang dilaksanakan pada suhu yang tepat dan berkala sehingga tidak terjadi keretakan pada permukaan beton akibat perubahan suhu yang berlebihan.

  5. Menggunakan membran yang kedap air diatas permukaan beton, seperti lembaran plastic dengan ssambungan yang kedap air atau bertumpang tindih dan ujungnya diusahakan selalu tertindih pada permukaan beton yang bersangkutan. Hal ini akan menjaga permukaan beton terhadap kerusakan dini yang disebabkan oleh curah hujan, membentuk keadaan permukaan yang hamper jenuh serta mengimbangi penyusutan dini akibat pengeringan serta karbonasi, dan dapat mendinginkan permukaan beton coran dalam keadaan cuaca panas.

  6. Memulas permukaan beton yang terbuka dengan suatu bahan yang menghasilkan membran dekat pada saat terjadinya pengikatan awal semen.

  7. Merawat beton dengan uap atau secara hydrothermal atau mengusahakan terjadinya proses hidrasi dalam keadaan adiabatic dalam cetakan tertutup agar dicapai pengerasan yang tepat.

  8. Mendinginkan beton coran secara massif sampai dibawah 32o C.

2.3 Bondeck

2.3.1 Pengertian Bondeck

Floordeck/bondeck adalah geladak baja galvanis yang memiliki daya tahan tinggi dan berfungsi ganda pada konstruksi beton, yakni sebagai penyangga permanen dan penulangan searah. Lembaran-lembaran panel ini dibentuk dari plat baja yang telah digalvanis secara merata dan sempurna dengan ketebalan 0.75 – 1 mm dengan lapisan seng minimum 220 g/m2. Metode bondeck dapat menjadi alternatif pilihan untuk mendapatkan hasil pekerjaan terbaik, sistemnya yaitu besi tulangan bagian bawah dihilangkan dan tugasnya digantikan oleh plat bondeck, dengan begini maka ada penghematan pekerjaan pembesian sekaligus bekisting lantai. Dari segi waktu juga jauh lebih cepat pengerjaanya jika dibanding dengan sistem konvensional, hal ini menyebabkan metode bondeck banyak digunakan dalam pembangunan gedung-gedung pencakar langit di indonesia maupun dunia.

Penggunaan plat bondeck ini juga memiliki berbagai kekurangan dan kelebihan.

Kekurangan penggunaan plat bondeck:

  1. Perlu pengaturan yang bagus agar tidak banyak sisa material bondeck yang terbuang.

  2. Harga bondeck sangat terpengaruh dengan perkembangan baja, jadi perlu dihitung segi efisiensinya jika dibandingkan dengan penggunaan bekisting plywood.

Kelebihan penggunaan plat bondeck:

  1. Penghematan bekisting lantai karena plat bondeck sekaligus berfungsi sebagai formwork

  2. Tidak menggunakan besi tulangan bagian bawah karena fungsinya sudah digantikan oleh bondeck

  3. Pengerjaan lebih cepat dan murah bila dibandingkan dengan sistem konvensional

  4. Bagian bawah plat lantai terjamin rapih, karena jika menggunakan sistem konvensional dengan bekisting plywood maka ada resiko beton keropos, retak, sehingga memerlukan pekerjaan perapihan.

  5. Plat bondeck masih termasuk aman jika terkena kebakaran dan anti karat sehingga bisa bertahan lama.

2.3.2 Spesifikasi Standard

Bahan dasar : Baja High - Tensile

Standard : JLS G3302-98, ASTM A 653

M-97, SNI 07-2053-1990

Tegangan leleh min : 5500 kg/cm2

Lapis Lindung : Hot Dip Galvanized

Tebal Lapis Lindung : Standard : SNI 07-2053-995, ASTM 528-

87, JIS G 3302 1994

Tebal Standard : 0.75 mm, 0.85 mm, dan 1.2 mm TCT

Standar Bahan : ASTM A 653-1996 G300 & G550 Hi-Ten

Lebar effektif : 600 mm

Tinggi : 54 mm

Panjang : sesuai kebutuhan, maksimum 12m

2.4 Baja Tulangan

2.4.1 Pengertian Baja Tulangan

Struktur pada beton kuat didalam menahan tekan tetapi lemah didalam menahan tarik.Oleh karena itu.untuk menahan gaya tarik, diperlukan suatu baja tulangan. Terdapat dua jenis besi tulangan yang dipergunakan sesuai kekuatan yang dibutuhkan. Berikut adalah bentuk baja tulangan sebagai berikut :

1. Bentuk - bentuk baja tulangan

Bentuk - bentuk baja tulangan untuk beton adalah :

          1. Baja Tulangan Polos, seperti pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Baja Tulangan Polos

          1. Baja Tulangan Ulir (Deform),seperti pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3 Baja Tulangan Ulir (Deform)

Berdasarkan ketentuan SNI-T-15-1991-03 pasal 3.5, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaian untuk batang tulangan beton struktur.Baja tulangan ulirjuga mempunyai ketentuan dimensi efektif pada beton bertulang seperti pada tabel 2.4.Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulng tersebut memiliki keandalan terhadap efekgempa, karena terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir, antara lain :

  1. Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SNI-0316-86 atau ekivalen dengan JIS G.3112.

  2. Baja tulangan beton yang dianyam harus memenuhi standar ASTM A 184 (Specification for Fabricated Deform Steel Bar Mat for Concrete Reinforcement).

Tabel 2.4Dimensi Efektif Tulangan Ulir (Struktur Beton Bertulang Standar SNI)

(Sumber: Buku Analisa Anggaran Biaya pelaksanaan oleh, Sudrajat)

Tabel 2.5Waktu yang diperlukan pekerja untuk membuat 100 kait dan bengkokan




(Sumber: Buku Analisa Anggaran Biaya pelaksanaan oleh, Sudrajat)

Tabel 2.6 Waktu yang diperlukan pekerja untuk memasang 100 batang tulangan



(Sumber: Buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan oleh, Sudrajat)

Waktu yang diperlukan untuk memotong 100 batang besi seperti pada tabel 2.5 dan tabel 2.6 diperlukan 3 – 5 jam tergantung diameter dan alat potong yang digunakan.

Kriteria Baja Tulangan:

1. Fisik

  1. Baja tulangan beton harus bebas dari kotoran seperti minyak dan karat yang dapat mengurangi kekuatan baja tulangan itu sendiri dan beton bertulang

  2. Penampang baja tulangan harus konsisten.

2. Kondisi Permukaan Baja Tulangan

Pada saat dicor, tulangan harus bebas lumpur, minyak atau segala jenis zat pelapis bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas lekatan.

3. Jarak Antar Tulangan

  1. Jarak bersih untuk tulangan sejajar dalam lapis sama, tidak boleh kurang dari db.

  2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih maka tulangan pada lapis pertama atau kedua harus diletakkan tepat diatas tulangan dibawahnya dengan spasi bersih atar lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.

2. Sifat - sifat penting baja tulangan

Sifat- sifat penting baja antara lain:

  1. Modulus Young / Modulus Elastisitas, Es pada baja tulangan non pratekan sebesar 200.000 Mpa.

  2. Kekuatan leleh, fy. Mutu baja yang digunakan biasanya dinyatakan dengan kuat lelehnya.

  3. Kuat leleh / tegangan leleh baja pada umumnya adalah fy = 240 Mpa untuk besi polos, fy = 300 Mpa untuk deformed sedang dan fy = 400 Mpa untuk deformed tinggi

  4. Kekuatan batas, fu.

  5. Ukuran / diameter baja tulangan

1. Cara Pengujian Tulangan

1. Uji Sifat Tampak

Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa adanya cacat-cacat serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.

2. Uji Ukuran, Berat, dan Bentuk

a. Baja tulangan beton polos

  1. Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat untuk menentukan diameter minimum dan maksimum.

  2. Pengukuran dilakukan pada 3 tempat yang berbeda dalam 1 contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.

  3. Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual) yang diperhitungkan dengan panjang contoh uji.

b. Baja tulangan beton sirip (deform)

Baja tulangan beton sirip dikur jarak sirip, tinggi sirip, lebar ruauk, diameter dalam dan sudut sirip.

a. jarak sirip

pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 jarak sirip yang berderet kemudian dihitung nilai rata-ratanya.

b. tinggi sirip

pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 kali buah sirip dan dihitung nilai rata-ratanya.

c. lebar rusuk

pengukuran tergadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan

d. diameter dalam

diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 kali pada tempat yang berbeda dalam jumlah contoh uji.

e. sudut sirip melintang

pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat gambar yang diperoleh dengan cara menggelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar lempengan tersebut.

3. Uji Sifat Mekanis

  1. Batang uji Tarik dan lengkung harus lurus dan kuliat canai tidak boleh dikerjakan (dihilangkan).

  2. Uji Tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1 kali percobaan dari masing-masing potongan contoh uji.

(Sumber: SNI 07-2052-2002 (Baja Tulangan Beton))

2.3 Metode Kerja

Dalam pelaksanaan pengecoran pelat lantai di pembangunan jalan tol layang Bekasi – Cawang – Kp. Melayu (BECAKAYU) mempunyai tahapan pekerjaan antara lain:

2.3.1 Pekerjaan Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu aktivitas atau tindakan menerapkan ukuran atau dimensi pada gambar dilokasi.pengukuran juga merupakan suatu aktivitas atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilai atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya. Pekerjaan membandingkan ialah pekerjaan mengukur, sedangkan pembandingnya disebut alat ukur.

Pengukuran dilaksanakan untuk mengetahui elevasi pengecoran slab (kemiringan jalan), sehingga sesuai dengan rencana atau shop drawing. Pekerjaan pengukuran seperti pada gambar 2.4 :

Gambar 2.4 Pekerjaan pengukuran menggunakan theodolit

2.3.2 Pekerjaan Bondeck

Bondeck adalah material plat bergelombang yang berfungsi untuk landasan pengecoran

Dalam melaksanakan pekerjaan, konstruksi bondeck harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Kualitas

  1. Ukuran harus sesuai dengan yang diinginkan.

  2. Pisisi letak bondeck harus sesuai rencana.

  3. Hasil akhir permukaan beton harus baik.

2. Keamanan

  1. bondeck harus stabil pada posisinya.

  2. Kokoh yang berarti bondeck harus kuat menahan beban yang bekerja.

3. Ekonomis

  1. Mudah dikerjakan dengan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja.

  2. Mudah dipasang atau dirangkai untuk menghemat waktu.

2.3.3 Pekerjaan Penulangan

Pekerjaan penulangan/ pembesaian adalah proses pengadaan, pabrikasi, dan pemasangan besi tulangan yang akan digunakan untuk beton tulangan. Proses pabrikasi dalam hal ini bukanlah proses pembuatan besi, melainkan proses membentuk besi tulangan sudah jadi sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelaksanaan pabrikasi biasanya terletak tidak jauh dari lokasi pekerjaan pembetonan.

Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah dalam menahan tarik, maka dalam penggunaannya beton selalu diperkuat dengan tulangan.Pekerjaan penulangan harus sesuai dengan gambar kerja yang telah disetujui. Pekerjaan penulangan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Jenis dan jumlah tulangan.

  2. Jarak tulangan sesuai gambar pelaksanaan.

  3. Panjang penyeluruhan dan pengangkuran harus sesuai dengan persyaratan.

  4. Ikatan antar tulangan harus kuat.

  5. Jarak antar lapisan tulangan harus benar dan kuat (tidak lendut).

Dalam pekerjaan penulangan terdapat 3 (tiga) tahapan pelaksanaan, antara lain :

1. Pemotongan

Pemotongan adalah perubahan panjang atau pendeknya batang yang disesuaikan dengan gambar kerja. Pemotongan baja tulangan biasanya menggunakan alat bar cutter.

2. Pembengkokan

Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pelaksanaan pembengkokan baja tulangan dikerjakan dalam keadaan dingin kecuali apabila ditentukan lain. Pada proses pembengkokan baja tulangan harus disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak boleh melebihi standar toleransi yang telah disyaratkan.

3. Perakitan/pemasangan

Penyatuan atau penggabungan baja tulangan yang telah dipotong maupun dibengkokan sesuai dengan gambar kerja atau shop drawing. Ada beberapa hal-hal penting yang harus diperhatikan, antara lain:

  1. Tulangan harus bebas dari kotoran maupun karat lepas serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat.

  2. Pada plat-plat dengan tulangan rangkap, tulangan harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok beton yang tinggi.

2.3.4 Pekerjaan Pembetonan

Dalam pekerjaan pembetonan terdapat 3 (tiga) tahapan pelaksanaan, antara lain :

1. Pekerjaan pengecoran

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar kedalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai dengan rencana.Dalam pengecoran ada yang campuran beton dibuat langsung dilokasi dan ada yang campuran beton dibuat dipabrik.Untuk pengecoran yang campuran betonnya dibuat di pabrik menggunakan truck mixer sebagai alat angkut ke lokasi dan menggunakan concrete pump sebagai alat untuk menuangkan beton ke cetakan.

2. Pemadatan

Merupakan suatu tahapan pembetonan yang bertujuan menghilangkan rongga-rongga udara untuk mencapai kepadatan yang maksimal, pemadatan juga menjamin suatu perletakan yang baik antara beton dengan permukaan baja tulangan atau saranan lain yang ikut dicor. Pemadatan dilakukan menggunakan alat vibrator, pemadatan harus benar agar tidak terjadi kerusakan pada beton.

3. Perawatan

Setelah pekerjaan pengecoran selesai, beton harus diberikan perawatan.Hal ini dilakukan untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton secara drastis, selama ±1 minggu beton harus dibasahi dan ditutupi dengan karung goni.

2.4.2 Alat Berat

Adapun alat berat yang digunakan antara lain :

1. Service Crane

Secara umum crane seperti pada gambar 2.5 dikategorikan sebagai mesin yang dipergunakan untuk mengangkat beban dan mobilisasi material, memindahkan secara horizontal dan menurunkannya ke tempat yang dituju dengan jangkauan terbatas.Keuntungan mekanis yang diperoleh adalah karena crane dapat mengangkat material yang jauh diatas kemampuan manusia atau hewan.

Gambar 2.5 Service Crane

2. Truck Mixer

Truck mixer selain mempunyai kemampuan untuk mengaduk beton juga mempunyai kelebihan karena dapat mengangkut beton hasil pengadukan ke lokasi yang diinginkan seperti pada gambar 2.6, sehingga digunakan perhitungan kebutuhan Truck Mixer seperti pada persamaan (2.1) .Alat ini dapat digunakan sebagai agitator truck yang mengangkut hasil adukan dari batching plant ke proyek. Sebagai agitator, alat ini

memiliki kapasitas yang lebih besar (berkisar 3 kali lebih besar) dibandungkan jika alat berfungsi sebagai mixer. Kapasitas mixer berkisar antara 4,6 m3 sampai lebih dari 11,5 m3.

Cara kerjanya yaitu adukan beton dimasukkan kedalam drum adukan, kemudian adukan beton diangkut menuju ke lokasi proyek, selama perjalanan drum pengaduk (tabung molen) diputar searah jarum jam dengan kecepatan tertentu agar beton tidak mengeras dan beton tetap homogen.

Setelah tiba di lokasi proyek, corong tuang di buka dan arah putar balik (berlawanan arah jarum jam) sehingga adukan beton keluar dari drum dan di tampung, selanjutnya diangkut ke tempat pengecoran.

Perhitungan kebutuhan truck mixer : …………………..(2.1)

Gambar 2.6 Truck Mixer

3. Concrete Pump

Concrete pump adalah alat yang berfungsi mempompakan campuran beton yang berasal dari truck mixer ke tempat pengecoran yang akan dilaksanakan melalui saluran pipa beton seperti gambar 2.7.

Concrete pump terdiri dari dua macam yaitu truck mounted concrete pump dan portable mast and boom. Metode penghantaran yang dipakai adalah metode hidrolis.Dengan waktu pengecoran seperti pada persamaan (2.2).Kemampuan alat ini dapat mengahantar beton sampai dengan 120 m3/jam. Produktivitas alat dapat dikurangi dengan memperkecil diameter pipa. Jarak hantar beton secara horizontal dapat mencapai

sejauh maksimal 300m sedangkan secara vertikal sejauh maksimal 100m. Dan kebutuhan Concrete Pump dapat di hitungan menggunakan persamaan (2.3)

Gambar 2.7 Concrete Pump

Waktu Pengecoran 1 CP = (jam)………………….(2.2)

Kebutuhan CP = (buah)………………………(2.3)

      1. Untuk mencari jumlah armada concrete pump(n)dapat di cari dengan menggunakan rumus sebagai berikut pada persamaan (2.4) :

………..............................................................................(2.4)

Dimana:

n = Jumlah alat

Qtm = Produktifitas truck mixer

Qcp = Produktifitas concrete pump (data)

Untuk mencari durasi penuangan (T) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut pada persamaan (2.5) :

T = ………………………………………………………… (2.5)

Dimana :

q’ = Kapasitas truck mixer (m3)

Untuk mencari durasi concrete pump (Tcp) dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut pada persamaan (2.6) :

Tcp = ……………………………………………………….(2.6)

Dimana:

V= Volume Pekerjaan (m3)

3. Alat yang digunakan

1. Theodolite

Theodolite adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengambil sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal dari suatu tempat atau titik sehingga dapat diketahui berapa besarnya jarak dari tempat tersebut ketempat yang lainnya,maupun tinggi muka tanah dan untuk mengevaluasi ketegakan bangunan.

Gambar 2.8 Theodolite

2. Waterpass

Dalam suatu pembangunan baik dalam bidang konstruksi sipil ataupun gedung diperlukan suatu pengukuran beda tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah. Pengukuran beda tinggi dilakukan menggunakan alat sifat datar (waterpass). Waterpass adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengambil antara dua titik beda tinggi permukaan tanah. Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri vertical.

Gambar 2.9 Waterpass

3. Concrete Vibrator

Concrete vibratoradalah alat yang berfungsi untuk meratakan serta menggetarkan adukan beton yang dituangkan kedalam bondeck sehingga akan diperoleh campuran beton yang padat dan merata serta adukan beton dapat masuk kecelah-celah besi agar tidak terjadi penggumpalan adukan beton pada suatu tempat, biasanya pengecoran dilakukan beberapa lapisan yang dapat dihitung pada persamaan (2.7), persamaan (2.8), dan persamaan (2.9). Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya keropos pada beton yang dapat mempengaruhi beton itu sendiri.Concrete vibrator seperti pada gambar 2.10, kebutuhan vibrator dapat dihitung pada persamaan (2.10) dan waktu pemadatannya dapat dihitung pada persamaan (2.11).

Kepala Vibrator di getarkan pada satu area sekitar 10 detik. Posisi kepala vibrator tidak boleh bersinggungan langsung dengan bondeck, dianjurkan jarak kepala vibrator dari sisi bondeck sekitar 10 – 12 cm. Kepala vibrator harus bergetar sepanjang daerah beton yang baru dituang dengan memindahkan kepala vibrator sekitar 30 - 40cm dari titik sebelumnya yang sudah digetar. Pastikan seluruh area harus di getar.

Jumlah lapisan pemadatan = ……………………………...(2.7)

Jumlah tusukan memanjang = …………………………….(2.8)

Jumlah tusukan melebar = ……………………………..(2.9)

Waktu pemadatan = Jumlah Total tusukan x waktu asumsi………..(2.10)

Kebutuhan vibrator = ……………………….……(2.11)

Gambar 2.10 Concrete Vibrator

4. Bar Bender

Bar bender merupakan alat pembengkok tulangan. Alat ini digunakan untuk membengkokkan baja tulangan sehingga sesuai dengan bentuk yang dikehendaki seperti pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Bar Bender

5. Bar Cutter

Bar cutter merupakan alat yang berfungsi untuk memotong besi tulangan seperti pada gambar 2.12. Pemotongan tulangan dengan jumlah yang banyak sangat efisien jika menggunakan bar cutter.

Gambar 2.12 Bar Cutter

6. Genset

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PERANCANGAN PENGECORAN LOGAM ALUMINIUM BAHAN BAKAR MINYAK TANAH

0 51 1

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI MAN BEUREUNUEN

0 24 1

KAJIAN YURIDIS PENGAWASAN OLEH PANWASLU TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KOTA MOJOKERTO MENURUT PERATURAN BAWASLU NO 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1 68 95

DESKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT USAHA RAKYAT KEPADA USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Way Halim)

10 98 46

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBAKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

6 47 9

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69

THE DEVELOPMENT OF THE INTERACTIVIE LEARNING MEDIA OF UNIFROMLY ACCELERATED MOTION (GLBB) IN CLASS X BASED-GENERIC SCIENCE SKILLS USING FLASH ANIMATION OF SENIOR HIGH SCHOOL IN WEST LAMPUNG REGENCY PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATERI GERAK L

0 35 131

PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

4 39 50