Keterampilan belajar

D. Keterampilan belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah ataupun lingkungan keluarga.

Menurut Margaret E. Bell Gredler, “belajar merupakan proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar mulai dari masa kecil ketika bayi memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana seperti memegang botol susu dan mengenal ibunya. Selama masa kanak-kanak dan masa remaja, diperoleh sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan hubungan social. Demikian pula diperoleh kecakapan dalam berbagai mata ajaran

sekolah 51 ”.

Dari kutipan di atas dapat di jabarkan bahwa belajar adalah suatu proses bagaimana kita memperoleh berbagai keterampilan yang ada, bahkan keterampilan tersebut kita peroleh mulai dari kita kecil. Dengan begitu, pada

50 Riska Ahmad dan Marwisni Hasan, bahan ajar mata kuliah pengolahan program BK,

(Padang:FIP UNP,2002),h.106

51 Margaret E Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, ( Jakarta: PT.Grafindo Persada,1994), h. 1 51 Margaret E Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, ( Jakarta: PT.Grafindo Persada,1994), h. 1

Adapun menurut Hilgard dan Bower, belajar adalah sesuatu yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang berulang-ulang dalam situasi itu dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon

pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. 52

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang kita dapatkan melalui hasil pengalaman serta melalui praktek atau latihan, namun situasi yang terjadi tersebut dilakukan berulang-ulang.

Sedangkan menurut Soemardi Suryabrata belajar merupakan:

a) Belajar itu membawa perubahan

b) Belajar itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

c) 53 Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

Dari seluruh kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang didapatkan melalui pengalaman mulai dari kita dilahirkan hingga kita mendapatkan keterampilan dan kecakapan baru, serta perubahan yang terjadi tersebut dilakukan dengan cara berulang- ulang.

2. Pengertian Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar siswa merupakan salah satu bentuk kecakapan yang harus dikuasai siswa untuk menunjang keberhasilan belajarnya. Untuk memahami makna dari keterampilan belajar, terlebih dahulu dijelaskan pengertian keterampilan. Keterampilan sebagaimana dirumuskan Muhibbin

52 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 84

53 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Grafindo Persada),h. 232

Syah adalah “kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai

hasil tertentu”. 54 Selanjutnya Nana Sudjana merumuskan pengertian keterampilan yaitu

“pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari, keterampilan bergerak dari yang sederhana ke yang kompleks. 55

Dengan demikian maka yang dimaksud dengan keterampilan adalah kemampuan melakukan suatu kegiatan dengan cara yang kompleks dan tersusun rapi sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan kegiatan secara acak dan berantakan dapat disebut tidak terampil dalam bidang tersebut. Dapat pula dicontohkan pada siswa, yang menyelesaikan tugas rumahnya dengan asal-asalan maka siswa tersebut dapat dikatakan tidak terampil dalam menyelesaikan tugasnya. Sebaliknya jika siswa tersebut dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu, tugas tersebut diselesaikan dengan rapi, dan komplik maka kondisi ini dapat dikategorikan terampil dalam menyelesaikan tugas.

Adapun pengertian keterampilan belajar sebagimana yang dirumuskan oleh menurut Anwar keterampilan belajar adalah salah satu potensi atau tugas asasi manusia yang berkualitas dan kuantitasnya dipengaruhi oleh faktor

54 Muhibbin Syah, psikologi pendidikan suatu pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1995),h. 118

55 Nana Sudjana, Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), cet-3, h.17 55 Nana Sudjana, Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), cet-3, h.17

Jadi keterampilan belajar merupakan potensi atau kecakapan ( skill) yang dimiliki oleh seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Salah satu faktor eksternalnya adalah pendidikan. Tujuan akhir dari keterampilan belajar ini adalah dimilikinya kemampuan memecahkan masalah secara bertanggung jawab.

3. Bentuk-Bentuk Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar yang mesti dikuasai oleh siswa meliputi berbagai bentuk kegiatan. menurut Irsyad Das dan Elfi bentuk-bentuk keterampilan belajar tersebut meliputi:

a. Keterampilan dasar membaca.

b. Keterampilan menulis.

c. Keterampilan berhitung.

d. Keterampilan membuat catatan.

e. Keterampila bertanya dan menjawab pertanyaan (baik lisan maupun tulisan).

f. Keterampilan mengerjakan tugas.

g. Keterampilan membuat laporan, dan menyuun makalah.

h. Keterampilan, menyiapkan dan mengikuti ujian, serta menindak

lanjuti hasil pengerjaan tugas dan ulangan atau ujian. 57

Adapun menurut Prayitno bentuk-bentuk keterampilan belajar sebagaimana yang diungkapkan dalam AUM PTSDL meliputi:

a. Keterampilan pokok atau dasar, yang meliputi: keterampilan membaca dan menulis.

56 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skill Education),( Bandung: Alfabeta, 2006), h 8

57 Irsyad Das dan Elfi, Belajar untuk Belajar, (Bukittinggi: Usaha Ikhlas,2004),h.ix 57 Irsyad Das dan Elfi, Belajar untuk Belajar, (Bukittinggi: Usaha Ikhlas,2004),h.ix

c. Keterampilan pendukung, meliputi: keterampilan melakukan konsentrasi, keterampilan menghapal pelajaran, keterampilan mengelola waktu studi dan keterampilan mengatur diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar yaitu keterampilan membaca, menulis, mengikuti kuliah, mencatat bacaan, memakai perpustakaan dan menempuh ujian, membuat catatan, bertanya dan menjawab pertanyaan (baik lisan maupun tulisan), mengerjakan tugas, melakukan konsentrasi, menghafal pelajaran, mengelola waktu studi dan keterampilan mengatur diri. Masing-masing bentuk keterampilan di atas dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Keterampilan membaca. Merupakan merupakan aktifitas yang banyak dilakukan selama belajar. Aktifitas membaca pada dasarnya identik dengan kesuksesan siswa dalam belajar, dengan membaca siswa dapat mengetahui banyak hal yang memperkaya wawasan dan pengetahuanya, hal inilah yang membuat siswa bertambah cerdas, sehingga sukses dalam belajar. Oleh karena itu disarankan agar siswa membaca beragam buku, dan tidak terbatas pada membaca buku pelajaran saja, untuk melakukan kegiatan ini siswa membutuhkan keterampilan dalam membaca.

Sebelum menjelaskan tekhnik yang dilakukan dalam membaca terlebih dahulu dijelaskan bentuk-bentuk kecepatan membaca yang sering digunakan dalam aktifitas membaca. Masing- masing ragam kecepatan membaca ini biasanya dipergunakan sesuai dengan jenis bahan bacaan yang dimiliki seseorang. Untuk lebih jelasnya ragam kecepatan membaca, diuraikan berdasarkan pendapat Bobbi de Porter dan Mike Hernacki bahwa “pada dasarnya ada empat macam kecepatan membaca, yaitu biasa (regular), melihat dengan cepat (skiming), melihat sekilas (scanning), dan

kecepatan tinggi (warp speed)”. 58 Masing-masing kecepatan membaca tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:

1. Biasa ( regular) Membaca regular, yaitu cara membaca yang relatif lambat baris demi baris seperti biasa yang biasa dilakukan dalam membaca bacaan ringan atau santai.

2. Melihat dengan cepat (skiming) Membaca cepat biasanya dilakukan seseorang ketika sedang mencari sesuatu yang khusus dalam sebuah teks. Misalnya seseorang yang sedang membaca kamus, atau buku telepon biasanya menggunakan ragam kecepatan membaca dengan cara cepat atau skiming.

3. Melihat sekilas (scanning) Membaca dengan melihat sekilas digunakan untuk melihat isi buku atau melihat sekilas topik-topik tertentu. Hal ini biasanya dilakukan seseorang ketika membaca Koran.

4. Kecepatan tinggi (warp speed) Tekhnik membaca dengan kecepatan tinggi atau warp speed, merupakan cara membaca cepat yang dapat

menghantarkan seseorang dalam pemahaman tinggi pula. 59

58 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan), Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa,2003),h.266

59 Ibid, h. 266-268

Oleh karena itu kecepatan membaca ini sangat dibutuhkan oleh siswa agar dapat memahami bahan bacaannya dengan cepat. Untuk menguasai tekhnik membaca cepat ini maka siswa diharapkan untuk dapat menggunakan visi peripheral, menggerakkan mata dengan cepat menuju bagian bawah halaman buku, dan membalikkan halaman dengan cepat.

Sebagaimana diuraikan di atas dari beragam cara membaca, cara membaca cepat merupakan cara membaca yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan cara membaca seperti ini maka siswa akan lebih cepat menyelesaikan bahan bacaannya dan lebih mudah memahami bacaannya. Untuk menguasai keterampilan membaca warp speed terdapat beberapa tekhnik yang musti dikuasai oleh siswa yaitu “meningkatnya penglihatan peripheral, tekhnik membalik halaman, dan

hyperscan untuk meningkatkan kecepatan membaca”. 60

diharapkan untuk mempraktekkan tekhnik ini selama satu menit hingga lima menit setiap hari, cobalah pola-pola yang berbeda sampai menemukan pola yang cocok bagi siswa.

Adapun tekhnik untuk memperoleh keterampilan membaca menurut Sjahranudin mencakup beberapa hal yaitu:

60 Ibid, h. 270-276

1) Siapkan alat tulis, jam dan keperlua lainnya pada posisi

yang mudah dijangkau.

2) Letakkan buku di atas meja, lampu di sebelah kiri buku (karena anda membaca tulisan dari kiri ke kanan), gunakan cahaya 25-60 watt dan jangan menggunakan neon (cahaya dissfuse).

3) Duduklah di kursi dengan ketinggian optimum (posisi buku sejajar dengan diafragma antara rongga dada dan perut).

4) Kepala diusahakan tegak lurus, jarak pandang antara

mata dengan tulisan

30 cm.

5) Mata bergerak dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan huruf/kalimat yang sedang dibaca (jadi bukan kepala yang bergerak).

6) Sesekali berdiri menghirup udara yang segar dan memberikan kesempatan mata untuk melihat yang jauh dan hijau/segar.

7) Sebelum buku ditutup, jangan lupa selipkan batas membaca kemudian simpanlah pada tempat semula. 61

Uraian di atas memberikan gambaran beberapa hal yang harus di kuasai oleh siswa, agar memiliki keterampilan dalam membaca yang efektif dan efisien.

Adapun menurut Bobbi dePorter dan Mike Hernacki, agar siswa memiliki keterampilan dalam membaca adalah:

1. Jadilah pembaca yang aktif

2. Baca gagasannya bukan kata-katanya

3. Libatkan seluruh indra

4. Ciptakan minat

5. 62 Buatkan peta pikiran bacaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka hal yang dapat dilakukan siswa adalah menjadi pembaca aktif, membaca

61 Sjaranudin, lima langkah membaca buku yang efektif, tersedia http://www.p2kp.org/warta.aspmid , 10 Juni 2011

62 Bobbi de Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan), Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2003),h. 265 62 Bobbi de Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan), Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2003),h. 265

Pada umumnya siswa telah mahir membaca pada tingkat sekolah dasar. Namun kemahiran membaca dalam tingkatan ini lebih banyak diartikan sebagai mampu membaca kalimat, dengan membaca kata demi kata. Padahal pada tingkat sekolah menengah keterampilan membaca siswa hendaknya sampai pada tingkat memahami bacaan, sehingga siswa memperoleh banyak pengetahuan dari bacaannya.

Walaupun terlihat mudah dalam membaca maka seseorang hendaknya memiliki tekhnik tertentu sehingga membaca dapat bermanfaat baginya.

Adapun penyebab ketidakmampuan siswa dalam membaca menurut Irsyad Das dan Elfi, disebabkan karena beberapa hal yaitu:

a) Kurang merasakan manfaat membaca

b) Kesulitan memahami susunan dan maksud bacaan

c) 63 Lambat membaca, dan daya serap rendah.

Agar dapat membaca secara cermat dan lengkap, maka siswa diharapkan dapat memperhatikan secara cermat dan menyeluruh segenap bagian dari bahan bacaan yang

63 Irsyad Das dan Elfi, Op.cit, h.38 63 Irsyad Das dan Elfi, Op.cit, h.38

1. Gagasan sentral setiap paragraf

2. Uraian lebih rinci beserta contoh-contoh yang menjelaskan gagasan sentral

3. Istilah dan ungkapan

4. Gambar, table, grafik, dan diagram pendukung

5. Etalase halaman

6. 64 Catatan kaki, dan sebagainya. Menurut Agus Nggermanto, cara mengatasi masalah

membaca adalah dengan membaca cepat. Pertama, melompat kebelakang dan regresi dapat dihilangkan dengan hanya mempertimbangkan kata-kata yang perlu. Kedua, waktu untuk setiap fiksasi dapat dikurangi mendekati ¼ detik. Ketiga, ukuran fiksasi dapat diperluas.

Langkah penerapan membaca cepat adalah sebagai berikut:

a. Bacalah hanya kata-kata yang penting, yaitu judul dan sub judul.

b. Renungkan apa yang diperoleh dari langkah pertama.

c. Bacalah kembali hanya kata-kata yang perlu.

64 Ibid, h.40 64 Ibid, h.40

e. 65 Bacalah bagian yang menurut kita perlu dan menarik. Dari kutipan di atas dapat dijabarkan bahwa langkah-

langkah yang kita dapat kita lakukan dalam membaca cepat adalah membaca hal yang penting saja seperti judul dan sub judul, Karena hal ini akan dapat menghemat waktu kita dalam membaca.

Kemudian langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah merenungkan hal apa yang kita peroleh dari judul dan sub judul yang kit abaca di awal tadi. Setelah itu kembali kita baca hal-hal yang penting dari buku yang kita baca, jadi tidak diharuskan untuk membaca buku tersebut sampai habis, karena kita sudah bisa mendapatkan inti dari buku yang kita baca dan akan lebih menggunakan waktu yang efektif.

Selanjutnya kita renungkan kembali apa yang kita peroleh dari bacaan tersebut, dan kembai baca hal yang menurut kita menarik.

b. Keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Beberapa mata pelajaran bahkan menuntut siswa untuk mampu menulis. Misalnya dalam mata

65 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2006), h. 86-87 65 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2006), h. 86-87

Namun diantara siswa ada yang tidak dapat menuliskan idenya di atas kertas, meskipun secara teoritis ide tersebut telah dikuasainya secara lisan, namun tidak dapat menyatakannya dalam tulisan. Adapun tekhnik menulis sebagaimana yang diuraikan oleh Irsyad Das dan Elfi adalah:

Cara menulis dengan mudah kita awali dengan “tulis, tulislah!”. Agar terampil dalam menulis atau mengarang sebenarnya, yaitu

”melakukan menulis itu sendiri atau pelaksanaan menulis merupakan suatu hal yang lebih penting” artinya “pengetahuan tentang menulis hanya bersifat mendukung, tak akan banyak

berarti, seandainya kita tidak mau langsung melati 66 hnya”.

Dengan demikian kemampuan untuk menulis diawali dengan diri sendiri atau melatih keberanian untuk menulis, apapun yang ada dalam pikiran. Tanpa memulai menulis maka tidak mungkin akan diperoleh keterampilan dalam menulis. Selanjutnya diikuti dengan keyakinan bahwa dengan menulis bisa mengungkapkan

66 Op. cit, h.58 66 Op. cit, h.58

Agar dapat menulis dengan baik maka seseorang harus memiliki gagasan yang bagus oleh karena itu seseorang yang ingin memulai menulis hendaknya dapat menemukan sumber-sumber gagasan tersebut. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memunculkan gagasan-gagasan adalah dengan cara seperti dibawah ini:

1) Membaca, membaca apa saja yang penting kita harus membaca meskipun banyak pekerjaan lain yang harus dilaksanakan, kita harus menyediakan waktu untuk memberi. Bacalah kitab suci, buku-buku, kamus, majalah, Koran. Baca juga terbitan berkata dalam berbagai disiplin ilmu. Dengan membaca kita dapat mengetahui pendekatan, cara-cara baru dalam memecahkan dalam sesuatu masalah, memahami

konsep-konsep, menambah perbendaharaan kata.

suatu

2) Berdiskusi, bisakah berdiskusi membicarakan berbagai topic persoalan. Caranya, minta pendapat orang-orang yang punya wawasan luas diantara teman-teman, guru, orang dewasa lainnya tentang berbagai masalah actual yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Pendapat kita sendiri bisa dijadikan langsung. Pendapat-pendapat yang berbeda itu

punya argument dan analisisnya sendiri. 67

Berdasarkan pendapat di atas membaca dan berdiskusi, merupakan pengalaman yang berkesan yang bisa memunculkan gagasan yang baik untuk menulis. Oleh karena itu seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulis yang baik hendaknya

67 Op.cit, h.59-60 67 Op.cit, h.59-60

Menurut Bobbi dePorter dan Mike Hernacki, langkah- langkah yang dapat kita lakukan dalam melatih keterampilan menulis adalah:

a. Pilihlah suatu topic

b. Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu

c. Mulailah menulis secara kontiniu walaupun anda tidak tahu apa yang anda tulis.

d. Saat timer berjalan, hindari:

a) Pengumpulan gagasan

b) Memeriksa tata bahasa

c) Pengulangan kembali

d) Mencoret atau menghapus sesuatu

e. Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti. 68

Lebih lanjut Bobbi dePorter dan Mike Hernacki menjelaskan tahap-tahap proses penulisan yang lengkap, adalah:

a) Tahap persiapan. Mengelompokkan dan menulis cepat adalah dua teknik yang digunakan pada tahap proses penulisan. Pada tahap ini, hanya membangun suatu pondasi untuk

68 Op.cit, h.187 68 Op.cit, h.187

b) Draf kasar. Pada tahap ini Gagasan-gagasan dieksplorasi dan dikembangkan.

c) Berbagi. Pada tahap ini kita minta Seorang rekan untuk membaca draft tersebut dan memberikan umpan balik. Sehingga kita bisa melihat bagian mana yang tidak jelas.

d) Memperbaiki. Pada tahap ini dari umpan balik yang telah diberikan oleh rekan yang membaca draft, kemudian perbaiki tulisan tersebut dan bagikan lagi.

e) Penyuntingan. Setelah diperbaiki kembali, maka lakukan Perbaikan semua kesalahan, tata bahasa dan tanda baca.

f) Penulisan kembali. Kemudian masukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan

g) Evaluasi Pada tahap ini periksalah apakah tugas ini sudah

selesai. 69

69 Op.cit, h.195 69 Op.cit, h.195

para siswa bahwa dengan ketidak hadiran lalu meminjam catatan teman, masih ada satu hal yang tidak didapatkannya yaitu penjelasan guru yang mungkin akan sangat membantu untuk mendapatkan pemahaman yang benar.

Masalah yang sering muncul berkaitan dengan keterampilan mengikuti pelajaran secara umum banyak sekali. Menurut Prayitno dkk, bahwa secara khusus masalah yang sering muncul antara lain:

Mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik, tidak mempersiapkan bahan dan peralatan belajar di sekolah, tidak hadir dalam belajar atau sering absen atau bolos, memilih tempat duduk yang tidak strategis, tidak mau bertanya, tidak mengemukakan pendapat, dan catatan tidak lengkap. Semua kesulitan di atas akanmengakibatkan penguasaan yang rendah terhadap materi pelajaran, yang akhirnya bermuara pada

kegagalan dalam belajar. 71

Berdasarkan uraian di atas maka siswa yang ingin sukses dalam belajar hendaknya memiliki keterampilan dalam mengikuti pelajaran di kelas. keterampilan tersebut diantaranya adalah mempersiapkan kondisi fisik sebelum mengikuti pelajaran,

70 Op.cit, h.70

71 Prayitno dkk, Pedoman AUM PTSDL, (Padang: tp.t.t), h.3 71 Prayitno dkk, Pedoman AUM PTSDL, (Padang: tp.t.t), h.3

d. Keterampilan mencatat bacaan. Mencatat adalah “tindakan kita dalam menyiasati

keseluruhan proses belajar agar catatan kita memenuhi sasaran yang sebenarnya”. 72 Dalam belajar apapun, mencatat merupakan

kegiatan yang penting. Catatan tidak ubahnya buku yang masih dalam bentuk tulisan tangan. Untuk menghasilkan catatan yang baik seseorang perlu menguasai kiat dan tekhnik mencatat. Kiat mencatat menurut Bobbi de Poter dan Hernacki dalam Irsyad Das dan Elfi, adalah:

a) Menjajaki informasi awal

b) Mendengarkan secara aktif

c) Memperhatikan secara aktif

d) 73 Menambah gambar dan kode. Berdasarkan uraian di atas dalam mencatat seseorang

diharapkan dapat menjajaki informasi awal. Dalam kegiatan ini yang dilakukan adalah mengingat kembali keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru berkaitan dengan materi pelajaran. Mendengarkan secara aktif adalah mendengarkan dan memahami

72 Irsyad Das dan Elfi, op.cit. h.25

73 Ibid 73 Ibid

Adapun hal-hal yang perlu dipehatikan siswa yang berkaitan dengan mencatat yang baik menurut The Liang Gie yaitu:

1) Menuliskan kalimat topic yang utuh dengan tulisan tangan yang sejelas mungkin.

2) Defenisi suatu pengertian harus dicatat selengkapnya, demikian pula dengan istilah tekhnis, rumus teoritis.

3) Contoh-contoh dapat dipersingkat dan dicatat seperlunya saja.

4) Setiap pergantian topic harus dicatat mulai baris yang baru.

5) Ketika guru menerangkan terlalu cepat, sehingga ada butiran-butiran gagasan yang terlewat, beberapa baris kosong untuk kelak diisi, dengan cara bertanya pada guru pada kesempatan bertanya, atau jika sempat pada akhir pelajaran dapat mencocokkan dengan catatan

teman. 74

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dipahami bahwa dengan pengetahuan tekhnik mencatat yang baik, siswa dapat membuat catatan yang dapat membantunya dalam belajar. Dengan melihat kembali catatannya, seseorang akan dapat mengingat jauh lebih banyak data tersebut dan dapat pula menghafalnya.

Bentuk catatan yang dibuat siswa ini beragam pula bentuknya. Irsyad Das dan Elfi mengemukakan bahwa “pada

74 The Liang Gie, op.cit, h.18-19 74 The Liang Gie, op.cit, h.18-19

kele bihan dan kelemahannya. Adapun kelebihannya yaitu: “a) bahan tersusun secara berurutan dan tampak sistematis, b) kalimat

atau penjelasan dapat ditulis panjang lebar”. 76 Sedangkan kelemahannya yaitu:

a) Kesulitan memasukkan materi-materi sejenis pada nomornya karena tidak ada lagi ruang

b) Tidak dapat dilihat secara sekaligus

c) Sulit melihat kaitan-kaitan antara bahasa atau sub bahasa

dan

d) Membosankan, dan sering ada hal-hal yang

terlewatkan. 77

Adapun tekhnik mencatat yang dikemukakan oleh Bobbi dePorter adalah model menacatat seperti ini disebut “catatan: tulisan” caranya adalah sebagai berikut:

1) Buatlah garis vertical, kira-kira sebagian dari tepi kanan lembaran buku catatan. Sisi kiri (2/3 h) adalah untuk menulis materi yamg kita catat, sisi kanan (1/3 h) adalah untuk memnyusun hal-hal yang berkembang di bawah sadar kita selama kegiatan mencatat.

2) Pada sisi kiri, tulislah point penting yang disampaikan oleh guru, pembicara, ataupun pengarang buku yang dibaca, istilah, diagram, bagan. Inilah materi yang kita catat. Pada sisi ini kita harus membatasi dari hanya mencatat hal-hal yang disampaikan.

3) Pada sisi kanan, buatlah pikiran, perasaan, reaksi, pertanyaan, kepedulian kita tentang materi yang dicatat pada sisi kiri. Di sisi ini kita boleh menulis apa saja yang

75 Irsyad Das dan Elfi, op.cit. h.26

76 Ibid, h.27

77 Ibid, h. 27 77 Ibid, h. 27

Model mencatat tulisan susun di atas merupakan salah satu nentuk cara mencatat yang dapat dipraktekkan oleh siswa. Pada dasarnya model mencatat ini dilakukan dengan membagi ruang pada helai tulisan menjadi tiga bagian. Dimana 2/3 bagian digunakan siswa untuk menncatat materi inti yang memang diharuskan untuk dicatatnya, sedangkan 1/3 bagian lainnya dipergunakan untuk memuat informasi yang dapat mendukung materi yang ditulis tersebut. Informasi tersebut dapat berupa penjelasan guru, maupun analisa siswa tersebut terhadap materi yang dicatatnya.

Kelebihan cara mencatat seperti ini adalah catatan yang dibuat siswa dapat memuat informasi yang lebih banyak, sehingga membantu siswa untuk mengingat catatannya dan juga memahami catatan yang dibuatnya. Dengan adanya tambahan catatan berupa penjelasan guru maupun analisa penulis yang di tempatkan di sisi kiri tulisan akan sangat membantu siswa memahami catatannya.

e. Keterampilan menempuh ujian. Ujian merupakan suatu persyaratan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar. Dalam seri latihan keterampilan belajar dinyatakan bahwa dalam keterampilan belajar yang harus dikuasai oleh siswa

78 Bobbi de porter dan Mike Hernacki, Quantum learning (membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan), Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa,2003),h. 162 78 Bobbi de porter dan Mike Hernacki, Quantum learning (membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan), Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa,2003),h. 162

dan baca lagi sebelum diserahkan.” 79 Dari keterampilan di atas dapat dipahami bahwa dalam

menempuh ujian siswa hendaknya dituntut untuk dapat membaca pertanyaan dengan teliti dan mendahulukan menjawab pertanyaan yang mudah. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak banyak kehilangan waktu dalam menyelesaikan ujian.

Selain pendapat di atas, agar siswa dapat mengikuti dan menyelesaikan ujian dengan baik ada beberapa tekhnik yang mesti dikuasai oleh seorang siswa yaitu:

1) Cek ulang semua perlengkapan. Pastikan membawa pensil, pulpen, dan perlengkapan lainnya dengan cukup lengkap.

2) Jawablah semua pertanyaan, jangan biarkan ada jawaban

yang kosong.

3) Kerjakan soal yang mudah dulu, karena menggunakan waktu dengan baik adalah rahasia dari peserta ujian dengan baik.

4) Yakinkan diri menjawab pada tempat yang benar, sehingga tidak harus menghafal jawaban lain karena ada

jawaban yang berada pada tempat yang salah. 80

Adapun menurut Hasbullah Tabrani, ada beberapa teknik sebelum mengikuti ujian, yaitu:

1) Jangan paksakan diri untuk belajar sampai larut malam

2) Jagan membiarkan perut kosong sebelum mengikuti ujian

79 Prayitno, op.cit.,h.7

80 Persiapan dan Strategi Ujian, http:/www.geocities.com/aa-obot/psmu-2.htm, 14 januari 2009.

3) Sebelum meninggalkan rumah periksalah segala

perlengkapan yang dibutuhkan untuk ujian

4) Usahakanlah tiba ditempat ujian setengah atau

seperempat jam sebelum ujian berlangsung

5) 81 Jangan gugup dalam menghadapi ujian.

Menurut Richard The Liang Gie berpendapat ada tiga persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan ujian, yakni:

1) persiapan fisik, 2) persiapan emosional, 3) persiapan pengulangan. 82

Berdasakan uraian di atas dapat dipahami bahwa sebelum ujian siswa perlu melakukan berbagai persiapan. Persiapan fisik yang dilakukan oleh siswa adalah mengusahakan terciptanya kondisi yang baik pada diri siswa sewaktu masuk ataupun dalam menempuh ujian. Adapun bentuk persiapan emosional mengacu pada kondisi siswa yang tenang, dan bersikap positi menghadapi ujiannya. Selain persiapan pengulangan pelajaran perlu dilakukan. Dalam hal ini siswa sebagai peserta ujian harus mengetahui berapa lama waktu pengulangan pelajaran itu harus dilakukan. Sebelum waktu ujin berlangsung hendaknya setiap pelajaran harus merencanakan waktu mengulang pelajarannya, agar tersedia cukup waktu bagi siswa untuk menghafal.

Tujuan ujian itu bermacam-macam yang pada pokoknya menurut The Liang Gie diadakan untuk :

81 Hasbullah thabrany, rahasia sukses belajar, (Jakarta: rajawali pers, 1995), h. 155 82 The liang gie, op. cit. h.100

(1) Mendorongkan siswa melakukan studi secara teratur untuk menangulangi bahan-bahan pelajarnya dan menanamkan dalam pikirannya sebagai pengetahuan ilmiah yang dipelajari di sekolah.

(2) Mengukur dan menilai pengetahuan dan kemampuan belajar untuk menentukan apakah ia dapat melanjutkan pendidikannya.

(3) 83 Sebagai petunjuk bagi guru dalam belajar mengajar.

Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa ujian sesungguhnya tidak semata-mata mengukur kemampuan akademik siswa saja, melainkan juga merupakan sarana untuk mengetahui dan menilai pengetahuan dan kemampuan belajar siswa untuk menentukan apakah siswa dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya

f. Keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan (baik lisan maupun tulisan)

Sebagaimana kita lebih aktif dalam belajar, keaktifan kita dalam belajar tampak apabila kita memberikan komentar terhadap materi yang kita bahas, bertanya tentang bahan-bahan yang tidak pahami dan berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru atau teman.

Keterampilan bertanya merupakan unsur penting yang perlu di kuasai siswa, mengingat bahwa siswa perlu mendalami materi yang dibahas dalam belajar. Bertanya tujuannya adalah mengetahui dan memahami materi yang belum dipahami atau memecah kebenaran konsep dan pengertian yang dimiliki oleh siswa.

83 Ibid,. h.99 83 Ibid,. h.99

memang belum dibahas atau dibicarakan pada waktu-waktu sebelumnya.

(2) Tentukan bagian dari materi pelajaran yang betul-betul

belum dipahami

(3) Mintalah kesempatan untuk bertanya kepada guru dengan cara mengacungkan tangan jangan berebut bertanya (4) Apabila sudah diberikan kesempatan untuk bertanya ajukanlah pertanyaan yang telah dirumuskan tersebut dengan nada ingin tahu.

(5) Apabila pertanyaan sudah diajukan tetaplah memperhatikan orang yang memberikan jawaban dengan serta mimik serius (6) Apabila jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan yang diharapkan, ajukan sekali lagi pertanyaan yang memberikan tekanan berkenaan dengan aspek yang hendak diketahui

(7) Setelah memperoleh jawaban yang dapat diterima ucapkanlah terimakasih dengan disertai pernyataan bahwa

kita sudah memahami. 84

b) Menjawab pertanyaan Kemampuan menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat secara lisan, apalagi di depan banyak orang, merupakan suatu hal yang amat baik. Apalagi sebagai calon guru atau tenaga pendidik lainnya yang tujuannya dalah menyampaikan sesuatu pada orang lain .

Untuk dapat menjawab pertanyaan secara efektif dalam belajar diperlukan cara-cara berikut:

84 Alizamar dkk, Seri Keterampilan Belajar, (Tim Pengembangan 3 SCPD, 1997), h.26 84 Alizamar dkk, Seri Keterampilan Belajar, (Tim Pengembangan 3 SCPD, 1997), h.26

pertanyaan yang dimaksudkan tersebut.

b) Memiliki pengetahuan wawasan yang memadai tentang apa isi yang ditanyakan.

c) Pemahaman saja belum cukup untuk menghasilkan jawaban yang benar, baik dan bermutu. 85

Teknik bertanya dalam sesuatu kegiatan atau proses latihan, sebenarnya sederhana saja, yang penting adalah kesadaran untuk tetap taat asas pada prinsip latihan dan andragogi.

Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam teknik bertanya adalah: (1) Usaha agar pertanyaan diajukan secara singkat dan

jelas, jika perlu diulangi sekali lagi atau dua kali sampai jelas benar, terutama jika pertanyaan itu ditujukan kepada salah seorang peserta didik.

(2) Namun jangan sampai pertanyaan semacam itu justru menjadikan peserta didik “gelagapan” atau gugup

menjawabnya dan kiranya hindari. (3) Dalam meneruskan sebuah pertanyaan dari seseorang peserta kepeserta lainnya, hindari pertanyaan tandensus dan gaya bertanya menghakimi.

(4) Jika perlu, pertanyaan dari seseorang peserta didik dikembalikan kepadanya lagi dengan pertanyaan balik seperti: “menurut anda sendiri bagaimana?” (agar dia sendiri mau berfikir dan dan tidak menganggap guru sebagai orang yang tidak tahu segalanya).

(5) Dan beberapa hal lainnya lagi yang yang hanya bisa dipahami setelah mengalami sendiri bagaimana pemandu sebuah kegiatan latihan, sesuai dengan

kondisi dan situasi yang ada. 86

85 Ibid, h.27 86 Supriyadi, Untuk Sang Master, (Padang: t.p, 2000), h. 110-111

Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa dalam sebuah forum diskusi seorang guru dituntut untuk memandirikan peserta didik dengan cara memberikan kesempatan bertanya dan berargumen, jika perlu pertanyaan dari peserta didik dikembalikan padanya agar siswa lebih paham dan mau berfikir.

g. Keterampilan mengerjakan tugas Tugas yang diberiakan oleh guru kepada siswa pada hakikatnya merupakan salah satu metode mengajar yang dipraktekkan guru, agar kemampuan siswa dalam memahami pelajaran semakin meningkat. Hal ini sebaimana dikemukakan oleh Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar bahwa”salah satu metode mengajar guru, yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakan dengan rasa

tanggung jawab dan kesadaran”. 87

4. Keterampilan Belajar dan Teori Otak

Ukuran otak manusia sebanding dengan sebuah jeruk manis yang besar, benda menakjubkan seberat setengah kilogram ini sebagian besar tediri dari air (78 persen), sedikit lemak (10 persen), dan sedikit protein (8 persen). Bagian terbesar yang merupakan porsi terbesar dari otak (80 persen) disebut cerebrum (otak besar) yang terdiri atas milyaran sel dan terbagi menjadi dua bagian, yang

87 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1997),h.67 87 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1997),h.67

Otak manusia normal berwarna mendekati warna kulit putih manusia dan cukup lunak. Bagian terluar otak kita, cerebral cortex (kulit buah) cukup berbeda, terlihat seperti berlipat-lipat atau berkerut yang tebalnya kira-kira setebal kulit jeruk. Lapisan pelindung dari kumpulan sel ini kaya akan sel-sel otak yang ukurannya mencapai sekitar satu halaman Koran yang dibentangkan.

Fungsi pentingnya ditegaskan oleh fakta bahwa kortek merupakan 70 persen bagian yang membentuk system syaraf : sel- sel saraf atau neuron ini dihubungkan oleh hamper satu juta mil serat saraf. Otak manusia memiliki bagian terbesar dari korteks yang tidak terikat dibandingkan spesies lainnya yang ada dimuka bumi ini. Hal ini memberikan fleksibelitas yang luar biasa bagi otak manusia untuk pembelajaran.

Menurut Agus nggermanto Otak juga memiliki bagian-bagian seperti:

a) Thalamus adalah bagian yang mengaktifkan sensor indra yang sedang menerima informasi dari luar

b) Hypothalamus yaitu mengontrol hormone-hormon seksual, agresi, tekanan darah, suhu badan, rasa haus

c) Pituiry gland yaitu bagian yang mempengaruhi dan mengatur kerja hormone

d) Amygdala yaitu membantu mengatur emosi d) Amygdala yaitu membantu mengatur emosi

f) Otak reptile yaitu pernapasan, peredaran darah, detak jantung, pencernaan, dan kesadaran

g) Cerebellum yaitu mengatur gerakan dan gerakan reflek

h) Corpus callosum yaitu menghubungkan belahan otak kiri dan otak kanan. 88

Lebih lanjut Agus Nggermanto menjelaskan bahwa Selain memiliki bagian otak juga memiliki dua belahan yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Cara berfikir dari kedua belahan otak ini juga berbeda. Otak kiri berfikir dengan cara urut, bagian per bagian, serta logis. Sedangkan otak kanan berfikir dengan cara acak, holistic,dan

kreatif. 89 Biasanya dalam proses pembelajaran orang hanya

menggunakan setengah dari kemampuannya saja yaitu hanya otak kiri. Saat kita belajar di sekolah misalnya, kita biasa dituntut untuk berfikir urut dan logis saja. Kita seharusnya mampu mencoba menggunakan otak kanan yang berfikir acak, menyeluruh dan kreatif. Otak kanan sangat membantu kita dalam proses membaca cepat, menghafal cepat, dan berfikir kreatif.

Menggunakan otak kiri dan otak kanan secara harmonis dapat dilakukan ketika otak kiri berfikir dengan cara urut, bagian perbagian dan logis, sementara otak kanan melengkapinya dengan cara berfikir acak, holistic, dan kreatif. Contohnya seorang guru

88 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2006), h. 42

89 Ibid, h.40 89 Ibid, h.40

Guru tersebut berfikir bahwa anak-anak tersebut tidak akan mampu menyelesaikannya. Tetapi guru tersebut salah, karena dalam waktu satu menit seorang murid mengacungkan tangan, dan menjawa dengan benar. Guru tersebut kaget dan berkata” mana mungkin?” tapi murid tersebut memang bisa. Murid tersebut

mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan cepat karena menggunakan otak kiri dan otak kanannya secara harmonis. otak kiri berfikir dengan cara urut, bagian perbagian dan logis, sementara otak kanan melengkapinya dengan cara berfikir acak, holistic, dan kreatif.

Namun jika kita lihat, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal jika kita mampu mengaktifkan otak bawah sadar kita. Otak bawah sadar dapat memberiakan hasil yang maksimal karena otak bawah sadar terdiri 6/7 bagian dari otak sadar, otak sadar hanya terdiri dari 1/7 bagian. Oleh karena itu hasil yang lebih maksimal akan didapatkan jika kita mengaktifkan otak bawah sadar kita.

Dalam kehidupan sehari-hari dan belajar peran otak bawah sadar

sangat besar. Misalnya mengemudi kendaraan, mengoperasikan computer, berhitung cepat, membaca cepat, sangat besar. Misalnya mengemudi kendaraan, mengoperasikan computer, berhitung cepat, membaca cepat,

Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar terutama dalam meningkatkan keterampilan belajar hendaknya siswa lebih mampu menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan, serta mampu mengoptimalkan penggunaan otak bawah sadar.

Ketika individu mengahafal cepat, membaca cepat dan berfikir kreatif, dalam belajar misalnya bila hendak menghafal nomor telepon atau nomor rekening, coba aktifkan otak kanan atau cantolan-cantolan dengan cara bebas dan acak, menarik sehingga mudah mengingat kembali untuk membaca cepat individu harus berfikir holistic. Ketika otak kanan menghafal cepat, membaca cepat dan berfikir kreatif maka hal itu harus dilakukan secara teliti dan urut sehingga apa yang dilakukan dapat dipahami, sedangkan untuk menemukan solusi kreatif,gunakan otak kanan secara acak untuk menemukan kemungkinan solusi-solusi lain yang berbeda dn temukan juga cara berfikir menyeluruh, holistic, kemudian tindak lanjuti dengan menggunakan otak kiri yang teliti.

5. Urgensi Keterampilan Belajar Dalam Mencapai Sukses Belajar

Dalam proses pembelajaran ada tujuan yang harus dicapai. Adapun tujuan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap yang sesuai dengan apa yang Dalam proses pembelajaran ada tujuan yang harus dicapai. Adapun tujuan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap yang sesuai dengan apa yang

Untuk mencapai tujuan belajar tersebut maka diperlukan keterampilan dalam belajar sehingga siswa mendapat hasil belajar yang maksimal.

Adapun menurut Prayitno,dkk, keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan belajar di dalam atau di luar kelasnya tergantung pada lima hal yaitu :

6. Prasyarat penguasaan materi (P)

7. Keterampilan belajar. (T)

8. Sarana belajar.(S)

9. Diri Pribadi.(D)

10. 90 Lingkungan belajar dan sosio emosional. (L)

Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa berhasil atau tidaknya siswa dalam mengikuti proses belajar tergantung pada lima hal yaitu (1) Prasyarat penguasaan materi seperti mengulang pelajaran sebelumnya, mempersiapkan materi yang akan dipelajari selanjutnya. (2) Keterampilan belajar seperti keterampilan membaca, menulis, berhitung, bertanya dan menjawab. (3) Sarana belajar seperti meja, kursi, papan tulis, buku-buku pelajaran. (4) Diri pribadi seperti kondisi kesehatan siswa. (5) lingkungan belajar dan sosio emosional seperti kondisi sekolah yang berada di pinggir jalan sehingga menyebabkan kebisingan dan mengganggu proses belajar serta kondisi sosio emosional siswa.

90 Prayitno,dkk, Pedoman Alat Ungkap Masalah (AUM seri PTSDL format 2:siswa SLTA),h. ss2

Jika salah satu dari kelima unsur tersebut bermasalah maka akan mengganggu proses belajar dan pencapaian hasil yang maksimal. Salah satu nya adalah keterampilan belajar.

Keterampilan belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam belajar, karena dengan adanya keterampilan belajar maka siswa dapat belajar dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Jadi keterampilan belajar merupakan penunjang dan pendukung bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.

6. Peranan guru pembimbing dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa

Keterampilan belajar siswa sebagaimana telah diuraikan sebelumnya merupakan seperangkat tekhnik belajar yang semestinya dikuasai oleh siswa dalam menuntut ilmu, agar dapat mencapai pengetahuan yang diinginkan dengan optimal. Peningkatan keterampilan belajar siswa sesungguhnya dapat dilakukan dengan mengadakan bimbingan pengembangan kegiatan belajar dalam berbagai jenis layanan yang ada. Sebagaimana yang diuraikan sebelumnya terdapat berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa. Misalnya melalui layanan orientasi guru dapat mengenalkan siswa pada bentuk-bentuk keterampilan belajar yang seharusnya dikuasai oleh siswa.

Adapun melalui layanan informasi guru pembimbing dapat memberikan informasi tentang pentingnya keterampilan belajar bagi siswa dan bagaimana pengembangannya. Seperti informasi bagaimana cara membaca cepat, mencatat yang efektif, cara menyelesaikan dan menyikapi hasil ujian dan keterampilan belajar lainnya. Pada layanan penempatan dan penyaluran maka guru pembimbing dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa, dengan layanan ini guru dapat melakukan penempatan siswa dalam kelas, maupun kelompok yang dapat memudahkannya dalam belajar. Demikian pula dengan layanan yang lainnya.