Program layanan Bimbingan dan Konseling
5. Syarat-syarat program Bimbingan dan Konseling yang efektif
Guru pembimbing dalam menyusun sebuah program pelayanan konseling harus menyesuaikan dengan kebutuhan para peserta didik yang Guru pembimbing dalam menyusun sebuah program pelayanan konseling harus menyesuaikan dengan kebutuhan para peserta didik yang
Oleh karena itu menurut Prayitno dan Erman Amti, sebuah program pelayanan konseling yang dirumuskan perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari proses pendidikan dan pengembangan; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
b) Program bimbingan harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
c) Program pelayanan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai kepada orang dewasa; di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai pada perguruan tinggi.
d) Terhadap pelaksanaan pelayanan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program
yang direncanakan dan pelaksanaannya. 35
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwasanya dalam menyusun program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang konselor sekolah. Pertama , program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh. dengan artian program pelayanan konseling yang dibuat harus memperhatikan tujuan dari pendidikan nasional. Adapun tujuan dari pendidikan nasional tersebut adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
35 Paryitno dan Erman Amti, op.cit., h. 221 35 Paryitno dan Erman Amti, op.cit., h. 221
Kedua , program bimbingan harus fleksibel, dengan artian konselor sekolah dalam menyusun program pelayanan konseling mesti melakukan studi kebutuhan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar pelayanan yang diberikan kepada siswa tepat sasaran. Ketiga , program pelayanan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan, dengan artian program pelayanan yang dibuat harus berkelanjutan. Misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak- kanak sampai kepada perguruan tinggi. Keempat , diadakan penilaian yang teratur, dengan artian setelah program dibentuk dan dilaksanakan maka perluada penilaian terhadap program tersebut. Ini bertujuan sebagai pertimbangan dalam menyusun program pelayanan konseling selanjutnya.
Program pelayanan yang efektif adalah program pelayanan konseling yang mengandung unsur-unsur yang jelas dari tujuan yang akan dicapai. Dalam perumusan program pelayanan konseling tersebut, mesti mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan layanana, serta dari program tersebut memiliki efektifitas yang optimal dari pelaksanaan layanan yang akan dilaksanakan. Menurut Frank W. Miller (dalam dewa ketut sukardi) menyatakan bahwa program pelayanan konseling yang efektif dan baik, mesti memiliki syarat-syarat sebagai berikut: Program pelayanan yang efektif adalah program pelayanan konseling yang mengandung unsur-unsur yang jelas dari tujuan yang akan dicapai. Dalam perumusan program pelayanan konseling tersebut, mesti mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan layanana, serta dari program tersebut memiliki efektifitas yang optimal dari pelaksanaan layanan yang akan dilaksanakan. Menurut Frank W. Miller (dalam dewa ketut sukardi) menyatakan bahwa program pelayanan konseling yang efektif dan baik, mesti memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
b. Program tersebut harus memiliki tujuan yang ideal dan realitas dari pelaksanaannya.
c. Program tersebut harus mencerminkan komunikasi yang kontiniu antara semua unsure dan staf sekolah yang bersangkutan
d. Program tersebut hendaknya menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan.
e. Program tersebut hendaknya memberikan layanan kepada semua murid
f. Program tersebut hendaknya menunjukkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan menginterasikan sekolah dan masyarakat
g. Program tersebut hendaknya memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
h. Program tersebut hendaknya menjamin keseimbangan pelayanan dalam:
a) Pelayanan kelompok dan individu
b) Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis tugas bimbingan
c) Pemberian jenis-jenis layanan
d) Penggunaan sumber-sumber di dalam maupun di luar sekolah bersangkutan.
e) 36 Kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat secara luas.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam menyusun program pelayanan konseling ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi: Pertama, program pelayanan konseling mesti dikembangkan secara berangsur-angsur atau bertahap-tahap dengan tetap melibatkan semua unsur dan staf sekolah yang bersangkutan, seperti kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran dan lainnya. Karena dengan adanya kerja sama dengan semua elemen yang terkait diharapkan akan mendapatkan hasil yang baik.
36 Dewa Ketut Sukardi, Seri Bimbingan Organisasi Administrasi Bimbingan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasioanal, 2003), h. 174
Kedua, program pelayanan konseling yang akan dibentuk mesti memiliki tujuan yang ideal dan realitas, sehingga apa yang diinginkan konselor sekolah dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Karena fungsi dan peran konselor sangat menunjang dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Ketiga, program pelayanan konseling yang dibuat mesti mencerminkan komunikasi yang kontiniu antara semua unsur dan staf sekolah yang bersangkutan. Dengan artian program yang disusun harus mencerminkan kerja sama antara konselor sekolah dengan pihak lain. Tanpa adanya komunikasi yang kontiniu antara konselor dan semua elemen yang terkait, maka program yang dibuat oleh konselor tidak akan dapat berjalan dengan semestinya.
Keempat, sekolah mesti menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan sekaitan dengan pelaksanaan program pelayanan konseling. Setiap program yang dihasilkan oleh konselor, harus difasilitasi agar program tersebut dapat terlaksana dengan baik. Meskipun ada program, namun tidak difaslitasi sama saja dengan tidak ada program dan tidak akan berjalan dengan maksimal.
Kelima, program pelayanan konseling yang disusun mesti menjangkau seluruh siswa. Dengan artian tidak ada siswa yang tidak mendapatkan pelayanan konseling. Seluruh program yang dihasilkan oleh konselor harus merata diberikan kepada siswa.
Program bukan hanya untuk siswa yang pintar, kaya ataupun siswa yang mempunyai nilai rendah. Program pelayanan konseling harus diberikan merata kepada seluruh siswa.
Keenam, program pelayanan konseling yang disusun mesti menunjukkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan
mengintegrasikan antara sekolah dan masyarakat. Dengan artian program yang disusun disamping untuk meningkatkan mutu siswa di sekolah juga untuk membentuk siswa-siswi yang bisa mandiri di tengah-tengah masyarakat.
Ketujuh, program pelayanan konseling yang disusun mesti memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri. Dengan diaplikasikannya layanan yang ada dalam program pelayanan konseling, siswa bisa mengenal dirinya dan potensi yang ada pada dirinya. Sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dengan baik.
Delapan, program pelayanan konseling yang disusun sekaitan pelaksanaan layanan kelompok dan individu, pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan , pemberian jenis layanan, penggunaan sumber-sumber di dalam maupun di luar sekolah bersangkutan, kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat secara luas mesti seimbang antara satu dengan yang lainnya.
Lebih lanjut, agar program pelayanan konseling efektif dan berdaya guna bagi konselor sekolah, maka seorang konselor sekolah dalam merumuskan sebuah program pelayanan konseling terhadap siswa, menurut dewa ketut sukardi ada tujuh unsur atau syarat yang perlu diperhatikan dalam merumuskan program pelayanan konseling, syarat-syarat tersebut adalah :
a. Kebutuhan siswa akan layanan bimbingan dan konseling.
b. Jumlah siswa yang dibimbing.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.
d. Unsur BK-Pola 17 plus.
e. Frekuensi layanan terhadap siswa mengikuti rumus “3X3X5” yang berarti setiap siswa menerima layanan bimbingan dan konseling minimal lima kali dalam setiap cawu selama tiga tahun disatu jenjang sekolah (SLTA/SLTP).
f. Setiap kegiatan layanan (layanan atau pendukung BK) berlangsung sekitar dua jam.
g. 37 Pada cawu pertama wajib dilaksankan orientasi.
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam menyusun program pelayanan konseling yang efektif dan baik, ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh seorang konselor. Diantaranya, seorang konselor sekolah sebelum menyusun program pelayanan konseling terhadap siswa binaanya mesti studi kebutuhan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar program pelayanan konseling yang dibuat memang dibutuhkan oleh siswa.
Kemudian dalam sebuah program layanan konseling tersebut memuat unsur-unsur kepada siapa dan siswa mana yang
37 Ibid, h. 10-11 37 Ibid, h. 10-11
“Seorang konselor sekolah yang tidak menjabat dalam struktur organisasi sekolah memiliki tanggung jawabnya
terhadap pelaksanaan pelayanan konseling sebanyak 150 orang siswa, sedangkan bagi wakil kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan konseling terhadap 75 orang siswa, bagi kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling bertanggung jawab atas siswa asuhnya minimal 40 orang
siswa”. 38
Guru pembimbing juga memperhatikan program yang akan dirumuskan kepada siswa asuhnya. Program yang akan dirumuskan harus memuat unsur-unsur siapa yang memberikan pelayanan terhadap siswa, kapan diberikan kepada siswa, dimana tempat pelaksanaan layanan, apa saja yang terkait dari pemberian layanan terhadap siswa dan pihak-pihak yang terkait dalam pemberian layanan terhadap siswa.
Kemudian dalam sebuah program bimbingan dan konseling juga memuat unsur-unsur BK 17- plus, maksudnya dalam perumusan program pelayan konselig terhadap siswa harus mencakup: enam bidang pengembangan, yaitu : bidang pengembangan pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kegiatan belajar, pengembangan perencanaan
38 Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 140 38 Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 140
Serta sembilan jenis layanan, yaitu: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, layanan konnseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi. Enam kegiatan pendukung, yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjunagn rumah, tampilan kepustakaan, serta alih tangan kasus.
Dalam sebuah program pelayanan konseling harus memberhatikan
dengan mengikuti “rumusb2x3x5”. Maksudnya adalah pelaksanaan layanan konseling
frekuensin
layanan
yang diberikan pada setiap siswa dalam satu semester minimal lima kali dalam tiga tahun pada jenjang SLTA/SLTP. Dan setiap kegiatan konseling yang diberikan kepada siswa, baik itu berupa kegiatan pendukung maupun dalam bentuk layanan yang dilaksanakan sekitar dua jam.
Serta dalam program pelayanan konseling ditetapkan pada awal semester dilaksanakan layanan orientasi, maksudnya dalam merumuskan program pelayanan konseling pada awal semester harus memuat layanan orientasi, contohnya pada siswa baru diadakan orientasi pengenalan sekolah, pada siswa kelas dua dan Serta dalam program pelayanan konseling ditetapkan pada awal semester dilaksanakan layanan orientasi, maksudnya dalam merumuskan program pelayanan konseling pada awal semester harus memuat layanan orientasi, contohnya pada siswa baru diadakan orientasi pengenalan sekolah, pada siswa kelas dua dan
Program pelayanan konseling harus mempunyai tujuan yang nyata dan ideal, mencerminkan komunikasi, menyediakan dan memiliki fasilitas yang diberikan kepada setiap siswa serta dapat menghubungkan dan mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat, dan yang terpenting dari sebuah program pelayanan konselingtersebut terdapat berbagai jenis layanan, serta dari program tersebut dapat untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program pelayanan konseling, baik dari segi pelaksana layanan maupun terhadap peserta didik yang mendapat layanan.
Dengan demikian guru pembimbing dapat mengevaluasi program yang telah dijalankan untuk perbaikan program kedepannya.
6. Urgensi penyusunan program Bimbingan dan Konseling
Dengan adanya program pelayanan konseling yang disusun oleh guru pembimbing, maka pelaksanaan pelayanan BK di sekolah akan lebih terarah. Sehingga dapat mencapai hasil yang efektif, di samping itu dengan disusunnya program kerja, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Selain hal tersebut, program yang disusun akan memberikan kemudahan bagi konselor sekolah dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Pelaksanaannya dapat berkelanjutan dan terarah, mudah dievaluasi dan Selain hal tersebut, program yang disusun akan memberikan kemudahan bagi konselor sekolah dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Pelaksanaannya dapat berkelanjutan dan terarah, mudah dievaluasi dan
Dengan demikian, penyusunan program pelayanan bimbingan dan konseling merupakan sesuatu yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan layanan konseling disekolah. Sehingga menurut Dewa Ketut Sukardi,”dapat dikatakan bahwa adanya program pelayanan konseling merupakan sesuatu yang penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelayana konseling disekolah, agar kegiatan pelayanan konseling yang dilaksanakan
berdayaguna, berhasil guna se 39 rta tepat sasaran”. Dilihat dari peranannya, program bimbingan dan konseling yang
dirumuskan oleh guru pembimbng bertujuan untuk membantu perkembangan peserta didik. Tujuannya agar dapat menjalankan tugas-tugas perkembangan nya yang harus dilalui oleh peserta didik dan mencegah terjadinya pola perkembangan yang tidak tepat.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, program bimbingan dan konseling berperan dalam:
a. Membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.
b. Membantiu siswa menyesuaikan tugas perkembanganya.
c. Membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
39 . Dewa ketut sukardi, op cit , h. 6-7 39 . Dewa ketut sukardi, op cit , h. 6-7
Memperhatikan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa program pelayanan konseling dirumuskan berperan dalam membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya, dapat mengenal kekurangan dan kelebihannya, sehingga mampu mewujudkan dirinya secara optimal mungkin dalam berbagai aspek kehidupan.
Kemudian program pelayanan konseling yang dirumuskan juga disesuaikan dengan tugas-tugas perkembanhgan yang dilalui siswa pada usia perkembangannya. Artinya program pelayanan konseling yang disusun bertujuan memfasilitasi agar terwujudnya perkembagan yang ideal bagi peserta didik.
Program pelayanan konseling yang dirumuskan hendaknya dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap dan kepribadian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungan yang lebih luas yaitu sebagai anggota masyarakat.
Penyusunan program pelayanan konseling disesuaikan dengan kondisi-kondisi psikologis dari setiap individu. Artinya penyusunan pelayanan konseling dengan sikap, watak, kepribadian dari setiap individu yang menjadi sasaran layanan. Sehingga siswa yang menjadi sasaran layanan dapat berkembang sesuai dengan karakter kepribadian yang dimilikinya.
40 . ibid, h.11
Disamping hal tersebut, dengan penyusunan program bimbingan dan konseling yang terencana. Maka pelaksanaannya akan banyak mendapatkan keuntungan bagi semua pihak, diantaranya:
a. Keuntungan bagi sekolah
a) Memperkokoh kekompakan kerjasama antara petugas bimbingan dan guru bidang studi atau wali kelas, kepala sekolah dan staf administrasi sekolah.
b) Diusahakan pengadaan sarana bimbingan dan konseling yang lebih memadai dan fungsional.
c) Terwujudnya tradisi musyawarah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, mendorong petugas bimbingan dan konseling untuk mewujudkan dirinya menjadi suatu organisasi yang kaya dengan kegiatan propesional.
d) Mantapnya kedudukan dan peran bimbingan dan konseling di sekolah sebagai suatu kegiatan yang fungsional dalam membantu kelancaran keberhasilan belajar siswa secara optimal.
e) Sekolah secara langsung akan terhindar dari usaha pelaksanaan layanan bimbingan yang bersifat trial and error, sehingga pelaksanaan layanan bimbinga lebih efesien dan efektif.
b. Bagi petugas bimbingan
a) Petugas bimbingan akan memiliki keterampilan dalam menyusun program bimbingan secara lebih terarah dan operasional.
b) Terbentuknya dan terwujudnya bentuk kerjasama diantara petugas bimbingan, guru, kepala sekolah dan staf lainnya.
c) Dengan adanya input dari guru pembimbing dan staf sekolah lainnya, maka akan dapat merumuskan secara tepat masalah bimbingan dan konseling yang dihadapi siswa.
d) Petugas bimbingan akan dapat merumuskan dan memilih bentuk- bentuk kegiatan yang tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
e) Petugas bimbingan akan dapat menyusun program kerja yang jelas, terencana dan operasional.
f) Petugas bimbingan akan memiliki keterampilan dan kegiatan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara lebih operasional, kontiniyu dan terarah.
g) Petugas bimbingan akan memiliki pengertian tentang kewajiban dan kewenagannya serta apa yang harus dikerjakannya.
h) Dalam pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah akan dapat dihindari overlapping antara petugas bimbingan dengan staf
lainnya. 41
41 . Prayitno, Panduan Umum Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kopetensi, (Jakarta: pusat kurikulum balitbang, depdiknas,2002), h. 16-17
Fungsi program pelayanan konseling yang dijalankan dan dilaksanakan oleh guru pembimbing dapat membantu serta mengatasi perkembangan-perkembangan yang mesti dijalani oleh peserta didik. Sehingga siswa dapat menjalani tugas-tugas perkembangannya sebagaimana mestinya.
Kemudian penyusunan program pelayanan konseling memberikan keuntungan bagi pihak sekolah, maupun bagi petugas yang memberikan bimbingan kepada peserta didik, serta dapat meningkatkan kerjasama dengan personil sekolah yang terkait pada suatu instansi pendidikan seperti konsultasi dan koordinasi. Dengan keadaan demikian pelayanan konseling menggambarkan hubungan kerjasama konselor, guru, kepala sekolah dan personil sekolah lainnya serta orang
tua dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. 42 Dengan adanya banyak keuntungan yang didapat dari program
bimbingan yang dilaksanakan. Maka bisa dikatakan bahwa program bimbingan yang telah disusun termasuk kepada yang sudah baik, dan sesuai dengan yang ditentukan, selain hal tersebut dengan adanya program bimbingan dan konseling sesuai dengan peranan dan fungsinya, keberadaan bimbingan dan konseling di instansi pendidikan bukanlah sesuatu yang diragukan lagi.
Lebih lanjut Nurihsan dan Akur Sudianto, menyatakan program bimbingan dan konseling yang dirumuskan secara matang akan
42 . Dewa Ketut Sukardi, Op, Cit, h.184-185 42 . Dewa Ketut Sukardi, Op, Cit, h.184-185
a. Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan.
b. Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan – kegiatan bimbingan yang dilakukan.
c. Terlaksananya program bimbingan, kegiatan bimbingan secara lancar, efesien dan efektif. 43
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa, perumusan dan perencanaan yang matang dari suatu program bimbingan dan konseling dapat memberi mamfaat kepada pelaksana bimbingan. Manfaat tersebut adalah: 1) Dapat memberikan pelayanan konseling terarah, 2) Memudahkan mengontrol dan menevaluasi dari setiap layanan konseling yang dilaksanakan, 3) Kegiatan pelaksanaan layanan tersebut dapat berjalan lancar, efesien dan efektif.
7. Langkah-langkah merancang program yang efektif
Dalam melaksanakan sesuatu perlu adanya lagkah-langkah agar mudah dan terarah, begitu juga halnya dalam merancang program pelayanan konseling. Dalam merancang program pelayanan konseling menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh seorang konselor sekolah dalam merancang program pelayanan konseling, yaitu:
a. Analisis kebutuhan dan permasalahan
b. Adanya penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai.
c. Analisis situasi dan kondisi sekolah
d. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan.
` 43 Nurihsan dan Akur Susianto,manajemen bimbingan dan konseling di SMA,(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005),h.28 ` 43 Nurihsan dan Akur Susianto,manajemen bimbingan dan konseling di SMA,(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005),h.28
f. Penetapan personil-personil yang akan melaksanakan kegiatan- kegiatan yang telah ditetapkan.
g. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan bimbingan yang dilaksanakan.
h. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha- usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan
itu. 44
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam merancang program pelayanan konseling yang efektif mesti memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : Pertama, analisis kebutuhan dan permasalahan. Dengan artian seorang konselor sekolah sebelum merancang program pelayanan konseling mesti melakukan studi kebutuhan terlebih dahulu.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah dalam menganalisis kebutuhan siswa, untuk program konseling diantaranya: tes IQ, mengadministrasikan AUM Umum, AUM PTSDL, ITP, Sosiometri, Angket, Legger siswa, Absen siswa dan lainnya, sedangkan untuk program bimbingan dapat dilakukan dengan cara. Kedua, sebelum merancang program layanan bimbingan konseling konselor sekolah mesti mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai dalam program pelayanan yang dibuat. Dengan artian sebelum merancang program layanan bimbingan dan konseling, terlebih dahulu konselor sekolah membuat tujuan-tujuan yang akan dicapai dengan adanya program tersebut. Juga konselor sekolah dalam merumuskan tujuan program pelayanan mesti
44 Ibid, h. 28 44 Ibid, h. 28
yang demokratis serta bertanggung jawab. 45 Sedangkan menurut UU No.20/2003 pasal 1 ayat 3 SPN adalah agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keberagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangasa, dan
Negara 46 .” Ketiga, analisis situasi dan kondisi sekolah. Dengan artian sebelum
merancang program pelayanan konseling konselor sekolah mesti melakukan analisis tempat lingkungan sekolah tempat konselor berada. Adapun yang perlu dianalisis oleh konselor sekolah adalah sarana dan prasarana yang tersedia, dana yang ada dan lainnya. Keempat, jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Dengan artian sebelum merancang program pelayanan konseling konselor sekolah mesti memperhatikan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan. Apakah jenis layanan tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. Hal ini merupakan lanjutan dari analisis situasi
45 Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan , (Jakarta,,2007),h.5
46 Ibid, h. 5 46 Ibid, h. 5
Kelima, metode dan tekhik yang akan digunakan dalam kegiatan. dengan artian dalam merancang program pelayanan konseling, konselor sekolah mesti menetapkan metode dan tekhik yang cocok sekaitan dengan pelayanan yang diberikan. Adapun contoh-contoh metode yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah adalah metode ceramah, diskusi, tekhnik drama, studi banding atau langsung pada objek layanan dan lainnya.
Keenam, penetapan personil-personil yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan. Dengan artian setelah ditetapkan
metode atau tekhik yang akan digunakan maka tahap selanjutnya konselor sekolah dalam merancang program mesti menetapkan personil-personil atau ahli lain yang akan diikut serta kan dalam pelaksanaan layanan nantinya. Contoh, dari kepolisian terkait dengan materi obat-obatan terlarang dan kenakalan remaja, dari kedokteran sekaitan dengan materi jasmani dan kesehatan siswa serta pihak-pihak lainnya.
Ketujuh, persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan bimbingan yang dilaksankan. Dengan artian setelah ditentukan metode
yang digunakan dan pihak atau ahli lain yang akan melaksanakan layanan, maka tahap selanjutnya konselor sekolah mesti mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan layanan tersebut serta biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan layanan tersebut.
Setelah konselor sekolah mempersiapkan aspek-aspek di atas maka tahap selanjutnya konselor sekolah mesti memikirkan hambatan-hambatan yang akan ditemui dan konselor sekolah mesti memikirkan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, sehingga program yang dirancang bisa dilaksanakan dengan baik, efektif dan tepat sasaran.
Lebih lanjut, Prayitno dan Erman Amti menyatakan bahwa dalam menyusun program perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Merangkum seluruh program satuan layanan dan kegiatan pendukung pelayanan konseling yang telah dilaksanakan tahun lalu.
2) Mengkaji lebih jauh kebutuhan seluruh siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan, kegiatan yang dilakukan diantaranya aplikasi instrumentasi, berdiskusi sesama siswa dan sesame guru pembimbing.
3) Memadukan kedua kegiatan tersebut dan menyusun konsep rencana program.
4) Mendiskusikan konsep rencana program dengan guru pembimbing lain, koordinator BK dan kepala sekolah.
5) 47 Memfinalisasi program yang dimaksudkan.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa dalam merancang program ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan, diantaranya: pertama-tama konselor sekolah merangkum seluruh program satuan layanan dan kegiatan pendukung pelayanan konseling yang telah dilaksanakan tahun lalu. Hal ini bertujuan untuk melihat apa kendala dan hambatan yang ditemukan dalam program pelayanan yang telah dibuat
47 Prayitno dan Erman Amti, op.cit, h.361 47 Prayitno dan Erman Amti, op.cit, h.361
Setelah konselor sekolah merangkum seluruh program satuan layanan dan kegiatan pendukung pelayanan konseling yang telah dilaksankan tahun lalu. Tahap selanjutnya konselor sekolah mengkaji lebih jauh kebutuhan seluruh siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa adalah dengan melaksanakan kegiatan pendukung, seperti aplikasi instrumentasi (tes IQ, tes gaya belajar, AUM Umum, AUM PTSDL, ITP dan instrument-instrumen lainnya) baik tes maupun non tes. Himpunan data, kegiatan pendukung yang ini dapat dilakukan dengan cara kerja sama dengan personil sekolah yang ada, seperti kepala sekolah, wali kelas, tenaga administrasi, guru mata pelajaran dan lainnya.
Setelah konselor sekolah menganalisis program pelayanan konseling tahun ajaran laludan setelah konselor melaksanakan studi kebutuhan terhadap siswa. Tahap selanjutnya konselor sekolah baru bisa merancang program pelayanan konseling berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tersebut. Setelah program dirancang, tahap selanjutnya konselor sekolah mendiskusikan konsep rencana belajar dengan guru pembimbing lainnya, koordinator BK dan kepala sekolah. Ini bertujuan agar program yang disusun diakui keberadaannya dan juga program pelayanan konseling yang dibuat mendapatkan masukan dari segala aspek civitas akademi sekolah. Setelah didiskusikan denga civitas akademi Setelah konselor sekolah menganalisis program pelayanan konseling tahun ajaran laludan setelah konselor melaksanakan studi kebutuhan terhadap siswa. Tahap selanjutnya konselor sekolah baru bisa merancang program pelayanan konseling berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tersebut. Setelah program dirancang, tahap selanjutnya konselor sekolah mendiskusikan konsep rencana belajar dengan guru pembimbing lainnya, koordinator BK dan kepala sekolah. Ini bertujuan agar program yang disusun diakui keberadaannya dan juga program pelayanan konseling yang dibuat mendapatkan masukan dari segala aspek civitas akademi sekolah. Setelah didiskusikan denga civitas akademi
Agar pelayanan konseling yang akan dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik haruslah melalui perencanaan yang matang. Menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto manfaat yang diperoleh dari perencanaan program yang matang adalah :
a. Dengan adanya perencanaan yang matang akan memberikan kejelasan arah pelaksanaan pelayanan konseling, sehingga tidak ada pelayanan yang diberikan secara tidak sengaja.
b. Dengan adanya perencanaan yang matang akan memudahkan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan pelayanan.
c. Dengan adanya perencanaan yang matang, program pelayanan
akan dapat dilaksanakan secara lancar, efisien dan efektif. 48
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwasanya, jika program pelayanan dirancang dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa maka manfaat yang akan diperoleh adalah: pertama, dengan adanya perencanaan yang matang akan memberikan kejelasan arah pelaksanaan pelayanan konseling yang akan dilakukan oleh konselor sekolah, sehingga tidak ada pelayanan yang diberikan secara tidak sengaja atau tanpa perencanaan terlebih dahulu. Seterusnya dengan adanya perencanaan yang matang akan memudahkan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan pelayanan yang telah terlaksana dan yang belum terlaksana. Juga dapat mengetahiu setelah layanan diberiakan sejauh mana diaplikasikan oleh siswa. Manfaat terakhir yang bisa diperoleh jika merancang program
48 Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, op.cit. h.28 48 Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, op.cit. h.28
Lebih lanjut, dalam program pelayanan konseling mesti ada penilaian. Hal ini bertujuan agar konselor sekolah memiliki acuan yang jelas sekaitan dengan penilaian yang akan dilakukan setelah pelaksanaan layanan. Pelayanan ini dapat dilakukan denga tiga tahap, yaitu:
A. Laiseg (penilaian segera), dimana penilaian ini dilakukan setelah layanan diberiakn maka guru pembimbing memberiakn lembaran penilaian kepada peserta layanan.
B. Laijapen (penilaian jangka pendek), dimana penilaian ini dilakukan setelah seminggu atau sebulan layanan diberiakan.
C. Laijapang (penilaian jangka panjang), dimana penilaian ini dilakukan setelah satu semester atau setahun setelah layanan
diberikan. 49 Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat perkembangan peserta
layanan atau siswa setelah mendapatkan layanan dari konselor sekolah. Juga dalam sebuah program pelayanan konseling mesti ada kegiatan lanjutan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan konselor untuk memberikan layanan lanjutan setelah layanan pertama diberiakan. Menurut Riska Ahmad dan Marwisni Hasan ada tiga hal pokok yang harus diberikan dalam kegiatan lanjutan, yaitu:
49 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional , Kompetensi Supervisi Manajerial
Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta, 2008)
1. Memberikan tindak lajut “singkat atau segera”, misalnya berupa pemberian penguatan, penugasan kecil (siswa diminta melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya).
2. Menempatkan dan mengikut sertakan siswa yang bersangkutan dalam jenis layanan tertentu (misalnya dalam bimbingan dan konseling kelompok).
3. Berbentuk program satuan layanan atau kegiatan pendukung yang baru, sebagai kelanjutan atau pelengkap layanan. 50