Kajian Umum Tentang Otoritas Jasa Keuangan

2. 5. Kajian Umum Tentang Otoritas Jasa Keuangan

2.5.1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

Terjadinya proses globalisasi dalam dunia keuangan menjadikan semakin kompleksnya keadaan dalam sektor ini. Selain itu adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. Banyak pula terjadinya penyimpangan maupun moral hazard, serta belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang terintegrasi.

49 Wijoyo Santoso; Shinta; Darmansyah; Hilde, Pemanfaatan Sekuritisasi Aset Dalam

Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan tersebut dikenal dengan nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Undang-Undang tentang OJK memuat ketentuan tentang organisasi tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Hamud Balfas mengemukakan bahwa alasan didirikannya OJK disebabkan karena pengawasan atas industri jasa keuangan dengan struktur dan sistem seperti sekarang dianggap sudah tidak memadai lagi. Sehingga dengan dibentuknya OJK maka terdapat lembaga yang sifatnya satu atap yang mengawasi perbankan, pasar modal, asuransi, dana pensiun, lembaga keuangan non bank.

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang baru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dimana lembaga ini didirikan untuk melakukan pengawasan terhadap industri jasa keuangan secara terpadu. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU

OJK menyebutkan bahwa, “Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,

pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang- 50 undang ini”.

2.5.2. Tujuan, Fungsi, Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

Secara keseluruhan tujuan, fungsi, tugas, dan wewenang OJK telah dijelaskan dalam Pasal 4 - 9 Undang-Undang OJK. 51 Untuk mewujudkan capaian

OJK, maka OJK perlu memiliki beberapa kewenangan, baik dalam rangka pengaturan maupun segi pengawasan bagi sektor jasa keuangan. Kewenangan OJK dalam hal pengaturan ini sangat diperlukan untuk mengimplementasikan

50 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa 50 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada Lembaga Jasa Keuangan. 52 Secara substansial kewenangan OJK merupakan amanat konstitusi yang

memiliki tujuan agar sektor keuangan berjalan secara tertib, teratur, adil, transparan, serta akuntabel yang pada akhirnya mampu mewujudkan sistem

keuangan yang stabil dan berkelanjutan. 53

2.5.3. Asas-Asas Otoritas Jasa Keuangan

Terdapat beberapa asas yang terapkan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan, antara lain sebagai berikut:

1) Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK.

2) Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

3) Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan 3) Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan

4) Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan.

5) Asas integritas, yaitu asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK.

6) Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Selain itu, dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya OJK juga memperhatikan asas-asas yang termuat dalam penjelasan umum Undang-Undang

OJK yang meliputi asas-asas sebagai berikut: 54

1) Asas independensi, yaitu independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.

3) Asas kepentingan umum, yaitu asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum.

4) Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Perundang- undangan.

5) Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan.

6) Asas integritas, yaitu asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.

7) Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada publik.