PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS BUDAYA LOKAL

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS BUDAYA LOKAL

A. Pengertian Pembelajaran inkuiri menurut Sumantri (1999:164), merupakan cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Dengan melalui metode ini dapat membantu siswa untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Suchman (1996 : 3), pembelajaran inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. Konsep dasar lain juga disampaikan Widja (1985:48), metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalaman- pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip. Konsep tersebut juga didukung oleh Nasution (1992:128), menyatakan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.

pembelajaran inkuiri menitikberatkan pada pemberian kesempatan pada siswa untuk berperan aktif peserta didik dalam menyelesaikan masalah melalui pembuktian yang dilakukan oleh siswa. Hal ini juga dipertegas oleh Trowbridge dan Bybee ( 1973 : 210) menyatakan bahwa, dengan pendekatan inkuiri maka pembelajaran menjadi lebih berpusat pada anak, proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan

Dengan demikian

konsep konsep

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar

kreativitas dalam memecahkan

sendiri,

mengembangkan

siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri memiliki tujuan iringan (nutrunant effect) yaitu: (1) memperoleh keterampilan untuk memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan, mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta mengambil simpulan); (2) lebih berkembangnya daya kreativitas anak; (3) belajar secara mandiri; (4) perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo, 2002:101).

masalah,

sehingga

Dalam perkembangan dunia pendidikan sekarang ini, metode pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting yaitu: (1) menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa, (2) membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya, (3) memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa, (4) penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya,(5) tidak menjadikannya guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar ( Sumantri, 1999:166).

Agar pelaksanaan pembelajaran inkuiri dapat mencapai hasil yang optimal maka diperlukan syarat–syarat. Adapun syarat pembelajaran inkuiri adalah : (1) suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi atau tidak ada hambatan untuk mengemukakan pendapatnya; (2) inkuiri berfokus pada hipotesis, siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif artinya tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak atau kebenarannya selalu bersifat sementara; (3) penggunaan fakta sebagai evidensi, di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya (Gulo, 2002:85).

Sehubungan dengan tujuan dan syarat pembelajaran inkuiri maka peranan utama guru sebagai berikut: (1) motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir; (2) fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa; (3) administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas; (4) pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan; (5) manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; (6) rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa (Gulo, 2002: 86).

Manfaat lain yang didapat dari penerapan pembelajaran inkuiri yaitu dapat mengembangkan kemampuan intelektual, pengembangan

pengembangan keterampilannya. Langkah pembelajaran inkuiri meliputi (1) merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) mengumpulkan bukti ; (4) menguji hipotesis, dan; (5) menarik simpulan (Gulo,2004 : 94)

emosional

dan

B. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Proses Inkuiri ( Gulo, 2004 : 94)

Pembelajaran inkuiri diawali dari sebuah permasalahan yang perlu dikaji oleh siswa. Sebelum melakukan pengamatan untuk mengambil data, siswa perlu merumuskan hipotesis yaitu dugaan sementara atas jawaban berdasarkan literatur- literatur. Setelah melakukan pengamatan di lapangan maka hasil data informasi melalui wawancara dan pengamatan dapat digunakan untuk menguji dugaan dan ditarik simpulan.

Model pembelajaran yang dapat diadaptasi dalam pembelajaran sosiologi antropologi untuk mengembangkan wawasan pengetahuan peserta didik dengan penekanan proses pengamatan secara langsung dengan budaya lokal. Pembelajaran model inkuiri berbasis budaya lokal adalah pendekatan pembelajaran pada masalah autentik terkait budaya

dapat menyusun pengetahuannya, menumbuhkembangkan kemandirian, serta meningkatkan percaya diri pada siswa (Abbas. 2000:12).

lokal

sehingga

siswa

Model pembelajaran tersebut memiliki kelebihan sebagai berikut: (1) dengan metode pembelajaran inkuiri akan melatih siswa berani mengemukakan pendapat dan menemukan sendiri pengetahuannya berdasarkan hasil pengamatan langsung, (2) model pembelajaran ini dikemas menjadi proses membangun bukan menerima pengetahuan artinya siswa membangun pengetahuan secara mandiri melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan berbagai sumber, dengan demikian pembelajaran berpusat pada siswa. Penerapan pembelajaran model inkuiri terdiri dari

5 langkah sebagai berikut : Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri No Langkah Pembelajaran

Kegiatan Guru Berbasis Masalah

1 Orientasi siswa pada Guru menjelaskan tujuan

masalah dan mampu pembelajaran, menjelaskan merumuskan masalah logistik yang dibutuhkan dan

memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas

2 Mengorganisir siswa Guru membagi siswa dalam dalam belajar

kelompok Guru membantu siswa dalam mendefinisikan danmeng- organisasikan tugas–tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji

3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk penyelidikan individual mengumpulkan informasi yang maupun kelompok

sesuai,melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang dikaji

4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam

No Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru Berbasis Masalah menyajikan hasil

merencanakan dan karya

menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video, dan model, membantu mereka membagi tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk mengevaluasi proses

melakukan refleksi atau pemecahan masalah

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan

Sumber : Abbas, 2000:14–15

C. Keefektifan Pembelajaran Model Inkuiri Pembelajaran

adalah pendekatan pembelajaran pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun

model

inkuiri

pengetahuannya, menumbuh kembangkan kemandirian, serta meningkatkan percaya diri pada siswa (Abbas. 2000:12). Menurut Slavin ( 1994: 310 ) untuk mengetahui

pembelajaran model ditentukan empat indikator yaitu: kualitas pembelajaran (quality of instruction), kesesuaian tingkat pembelajaran (appropriate level of instruction ), insentif ( incentive ), dan waktu ( time ).

tingkat

keefektifan

Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi atau keterampilan yang disajikan sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan mudah. Dengan kata lain, makin kecil tingkat kesalahan yang diperoleh makin efektiflah tingkat pembelajaran. Penentuan tingkat efektivitas pembelajaran tergantung pada pencapaian tujuan pembelajaran, biasanya disebut ketuntasan belajar. Kesesuaian tingkat belajar adalah sejauh mana guru memastikan kesiapan siswa untuk Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi atau keterampilan yang disajikan sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan mudah. Dengan kata lain, makin kecil tingkat kesalahan yang diperoleh makin efektiflah tingkat pembelajaran. Penentuan tingkat efektivitas pembelajaran tergantung pada pencapaian tujuan pembelajaran, biasanya disebut ketuntasan belajar. Kesesuaian tingkat belajar adalah sejauh mana guru memastikan kesiapan siswa untuk

(siswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pengetahuan baru tersebut). Dengan kata lain materi pelajaran yang diberikan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Intensif adalah seberapa besar seorang guru memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajar. Semakin besar motivasi yang diberikan guru kepada siswa maka keaktifan siswa semakin besar pula. Dengan demikian pembelajaran akan lebih efektif.

baru

Pembelajaran akan efektif apabila siswa dapat menyelesaikan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Konsekuensinya bahwa dalam pembelajaran sangat perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pelajaran dan pengetahuannya. Semakin aktif siswa maka ketercapaian ketuntasan pembelajaran semakin besar, sehingga semakin efektiflah pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran model inkuiri dikatakan efektif apabila memenuhi paling sedikit dua dari tiga persyaratan adalah (1) belajar siswa secara klasikal sudah tuntas; (2) tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai;(3) respon siswa terhadap pembeajaran positif.

D. Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal merupakan

proses pembelajaran yang memadukan metode inkuiri yaitu menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui pengamatan yang melibatkan budaya lokal. Yang dimaksud budaya menurut Koentjoroningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam rangka khidupan masyarakat yang dijadikan milik diri proses pembelajaran yang memadukan metode inkuiri yaitu menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui pengamatan yang melibatkan budaya lokal. Yang dimaksud budaya menurut Koentjoroningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam rangka khidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

budaya merupakan pembelajaran yang melibatkan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya lokal sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan.

inkuiri

berbasis

Pelajaran sosiologi lebih banyak berhubungan dengan masalah dan gejala yang muncul di masyarakat. Pembelajaran sosiologi yang selama ini diterapkan lebih didominasi di dalam kelas dengan pembahasan dan informasi dari guru cenderung berjalan satu arah yaitu proses transfer knowledge. Dengan berlakunya kurikulum 2013, paradigma pembelajaran sudah berubah pada pembelajaran berpusat pada siswa, bahkan guru sifatnya sebagai salah satu sumber belajar, bukan satu- satunya sumber belajar. Belajar dalam konteks kurikulum 2013 sudah menuntut penggunaan berbagai sumber belajar, termasuk lingkungan masyarakat sekitar sebagai wadah melakukan pengamatan. Terkait dengan hal tersebut, peserta didik dapat melakukan proses pengamatan terhadap budaya- budaya lokal di sekitar peserta didik, melakukan wawancara dengan narasumber yang relevan. Dari proses pengamatan, perserta didik juga berlatih berkomunikasi, melalui kegiatan menanya dan akhirnya mendapatkan sekumpulan informasi baik dalam bentuk informasi lesan, tertulis maupun rekaman dalam bentuk video. Informasi-informasi tersebut dijadikan peserta didik sebagai bahan melakukan asosiasi atau pengolahan informasi dalam bentuk diskusi di dalam kelas. Hasil diskusi secara kelompok digunakan sebagai bahan peserta didik melakukan proses presentasi kelas. Kegiatan ini Pelajaran sosiologi lebih banyak berhubungan dengan masalah dan gejala yang muncul di masyarakat. Pembelajaran sosiologi yang selama ini diterapkan lebih didominasi di dalam kelas dengan pembahasan dan informasi dari guru cenderung berjalan satu arah yaitu proses transfer knowledge. Dengan berlakunya kurikulum 2013, paradigma pembelajaran sudah berubah pada pembelajaran berpusat pada siswa, bahkan guru sifatnya sebagai salah satu sumber belajar, bukan satu- satunya sumber belajar. Belajar dalam konteks kurikulum 2013 sudah menuntut penggunaan berbagai sumber belajar, termasuk lingkungan masyarakat sekitar sebagai wadah melakukan pengamatan. Terkait dengan hal tersebut, peserta didik dapat melakukan proses pengamatan terhadap budaya- budaya lokal di sekitar peserta didik, melakukan wawancara dengan narasumber yang relevan. Dari proses pengamatan, perserta didik juga berlatih berkomunikasi, melalui kegiatan menanya dan akhirnya mendapatkan sekumpulan informasi baik dalam bentuk informasi lesan, tertulis maupun rekaman dalam bentuk video. Informasi-informasi tersebut dijadikan peserta didik sebagai bahan melakukan asosiasi atau pengolahan informasi dalam bentuk diskusi di dalam kelas. Hasil diskusi secara kelompok digunakan sebagai bahan peserta didik melakukan proses presentasi kelas. Kegiatan ini

Objek-objek pengamatan yang dapat diamati dalam proses pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal adalah objek multikultur masyarakat di sekitar peserta didik. Secara khusus di wilayah Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, terdapat objek-objek budaya lokal seperti kesenian Kuda Lumping, Sintren (Laes), kegiatan Nyadran (sedekah bumi) dan Merti Desa melalui wayang kulit. Peserta didik dapat melakukan pengamatan, perekaman, wawancara dan akhirnya menganalisis bagaimana sejarahnya, fungsi-fungsi dan tujuan kegiatan, nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan dan nilai ekonomis. Peserta didik dapat menggali potensi-potensi budaya lokal sebagai aset wilayah sebagai desa wisata.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik melakukan pengamatan dengan objek-objek budaya lokal. Pembelajaran inkuiri berbasis budaya merupakan pembelajaran yang melibatkan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya lokal sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan. Prinsip strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1. siswa akan bertanya jika merekah dihadapkan pada masalah yang membingungkan

2. siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir merekah.

3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah merekah miliki.

4. Pembelajaran Inkuiri dalam kelompok dapat memperkaya pikiran dan membantu siswa dalam belajar mengenai pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang lain.

Karakteristik dari Strategi Pembelajaran Inkuiri

1. Adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas.

2. Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk pembelajaran inkuiri.

3. Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis. Keunggulan strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal antara lain:

1. Strategi Pembelajaran Inkuiri berbasis budaya lokal merupakan Strategi Pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui pendekatan ini dianggap lebih bermakna.

2. Strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar merekah.

3. Strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingka laku berkat adanya pengalaman.

4. keuntungan lain adalah pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memilki kemampuan diatas rata- rata. artinya, siswa yang memilki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan strategi pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal antara lain:

1. Guru yang belum terbiasa akan mengalami kesulitan mengontrol kegiatan siswa, karena lebih banyak pada penugasan-penugasan untuk melakukan wawancara, survey, dan observasi di luar sekolah.

2. Pembelajaran ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Kadang-kadang

mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannnya dengan waktu yang telah ditentukan.

dalam

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit diimplimentasikan oleh setiap guru.

E. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal Untuk mengimplementasikan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, guru perlu melakukan perencanaan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara umum pelaksanaan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dilakukan di luar kelas dan di dalam kelas.

Gambar 1. Siswa secara Berkelompok Melakukan Observasi, Wawancara tentang Budaya Lokal

Proses pembelajaran di luar kelas, peserta didik mendapatkan tugas untuk melakukan wawancara, melakukan observasi atau pengamatan dengan alat-alat perekam berupa video terhadap kejadian-kejadian di masyarakat. Sebagai contoh, peserta didik secara berkelompok melakukan wawancara layaknya seorang reporter untuk mendapatkan data tentang seni kuda lumping di Singorojo. Mereka melakukan wawancara tentang asal-usul kesenian tersebut, bagaimana pengelolaannya, bagaimana proses pewarisan budaya tersebut pada generasi berikutnya, bagaimana pengaruh kesenian tersebut terhadap pelestarian nilai-nilai di masyarakat, dampaknya terhadap perekonomian setempat dan potensi apa yang dapat dikembangkan dari kesenian kuda lumping tersebut. Setelah peserta didik melakukan observasi, wawancara, dan rekaman untuk memperoleh data yang akurat, selanjutnya hasilnya didiskusikan di dalam kelas dan melakukan presentasi.

Gambar 2. Siswa Melakukan Pengamatan dan Mencoba Gamelan Sebagai Bentuk Kecintaan terhadap Budaya Lokal

Gambar 3. Siswa Melakukan Presentasi berdasarkan Hasil Pengamatan, dan wawancara di Lapangan

Berikut ini salah satu contoh Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal pada materi kelompok sosial kelas XI Semester 1.