Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel adalah sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Variabel merupakan komponen utama dalam masalah, kerangka teoritis, dan hipotesis (Sularso, 2003). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan definisi manipulasi aktivitas riil seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Roychowdhury (2006). Manipulasi aktivitas riil didefinisikan sebagai penyimpangan dari aktivitas operasi normal yang didorong oleh keinginan manajer untuk menyesatkan stakeholders sehingga percaya bahwa beberapa tujuan laporan keuangan telah terpenuhi dengan operasi normal. Dalam mengukur tindakan manipulasi aktivitas riil yang dilakukan perusahaan, terdapat tiga teknik yaitu dengan management of sales , overproduction dan reduction of discretionary.

Berdasarkan model Dechow et al. (1998), Roychowdhury (2006) menggambarkan arus kas kegiatan operasi normal sebagai fungsi linear dari penjualan dan perubahan penjualan dalam suatu periode. Sebelum pengujian hipotesis akan dilakukan analisis regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2006):

CFO t /A t-1 = α 0 + α 1 *(1/A t-1 ) + β 1 *(S t / A t-1 ) + β 2 *(ΔS t / A t-1 ) + ε t

Keterangan: CFO t = Arus kas kegiatan operasi pada tahun t,

A t-1 = Total aktiva pada tahun t- 1 ,

= Penjualan bersih pada tahun t, dan

ΔS t

=S t –S t-1 .

Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan operasi abnormal, maka untuk setiap observasi tahun arus kas kegiatan operasi abnormal adalah selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan arus kas kegiatan operasi normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi dari model persamaan [1] di atas.

Roychowdhury (2006) mendefinisi biaya produksi sebagai PROD t = COGS t + ΔINV t . Model untuk biaya produksi normal tahunan

adalah:

PROD t /A t-1 = α 0 + α 1 *(1/A t-1 ) + β 1 *(S t /A t-1 ) + β 2 *(ΔS t /A t-1 ) + β 3 *(ΔS t-1 /A t-1 ) +ε t

[2] Keterangan:

PROD t /A t-1 = Biaya produksi pada tahun t, dimana PROD t = COGS t +

∆INV t ,

A t-1 = Total aktiva pada tahun t-1,

= Penjualan bersih pada tahun t, dan

ΔS t

= S t -S t-1 .

Sama halnya dengan arus kas kegiatan operasi, nilai koefisien estimasi dari persamaan regresi di atas digunakan untuk menghitung nilai biaya produksi normal. Biaya produksi abnormal diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya produksi aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum periode pengujian dengan biaya produksi Sama halnya dengan arus kas kegiatan operasi, nilai koefisien estimasi dari persamaan regresi di atas digunakan untuk menghitung nilai biaya produksi normal. Biaya produksi abnormal diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya produksi aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum periode pengujian dengan biaya produksi

Untuk menghitung tingkat normalitas biaya diskresioner peneliti menggunakan model regresi berikut yang mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2006):

DISEXP t /A t-1 =α 0 +α 1 *(1/A t-1 ) + β*(S t-1 /A t-1 )+ε t

Keterangan:

DISEXP t = Biaya diskresioner pada tahun t,

A t-1 = Total aktiva pada tahun t-1, dan

S t-1

= Penjualan bersih pada tahun t-1.

Biaya diskresioner merupakan jumlah dari biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, biaya penjualan, serta biaya administrasi dan umum. Nilai koefisien estimasi dari persamaan [3] digunakan untuk menghitung nilai biaya diskresioner normal. Biaya diskresioner abnormal diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya diskresioner aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum periode pengujian dengan biaya diskresioner normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi dari model persamaan [3] di atas.

2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dari total saham yang beredar.

b. Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari total saham yang beredar.

c. Komposisi komisaris independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Komposisi komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan.

d. Kesesuaian komite audit

Menurut Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Dalam penelitian ini kesesuaian komite audit merupakan variabel dummy, bila ketua komite audit perusahaan sampel merupakan komisaris independen maka dinilai 1, dan bila tidak maka dinilai 0.