KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Berlian Cristiani NIM. E1106014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi) KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

Oleh : Berlian Cristiani NIM. E1106014

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Maret 2010 Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

ISMUNARNO, S.H, M.Hum SITI WARSINI, S.H., MH. NIP. 196604281990031001

NIP. 194709111980032002

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi) KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

Oleh : Berlian Cristiani NIM. E1106014

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

: DEWAN PENGUJI

1. (Winarno Budyatmojo, SH, MS) : ............................................................. Ketua

2. (Siti Warsini, SH, MH) : ............................................................. Sekretaris

3. (Ismunarno, SH, M.Hum) : ............................................................. Anggota

Mengetahui, Dekan,

MOH. JAMIN, S.H, M.Hum NIP. 19610930 198601 1001

PERNYATAAN

Nama

: Berlian Cristiani

NIM

: E1006014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI

ASPEK VIKTIMOLOGI adalah betul-betul karya sendiri hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya besedia menerima sanksi akademik pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya dari penulisan hukum atau skripsi ini.

Surakarta, ..........Maret 2010 yang membuat pernyataan

Berlian Cristiani NIM. E1106014

ABSTRAK

BERLIAN CRISTIANI, E 1106014. 2010. KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI. Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo selain itu juga untuk mengatahui kesesuaian penanganan di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo dari sudut pandang viktimologi.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo. Jumlah responden 2 orang yaitu : 1) Bapak Titus Lado selaku pemilik yayasan dan 2) Sri Poni Wirasti selaku mantan pengguna narkoba. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dan penelitian kepustakaan. Analisis data kualitatif dengan model interaktif data yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo menggunakan metode utama dalam penanganan korban narkoba yaitu rehabilitasi dengan metode kerohanian dan sosial. Kemudian metode-metode penanganan yang digunakan juga tidak melanggar dan telah sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dalam hal rehabilitasi korban narkoba. Meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan dalam penanganan korban narkoba namun metode-metode penanganan yang di gunakan sudah cukup efektif untuk menyembuhkan para korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo.

Bahwa dilihat dari sudut pandang viktimologi penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo sudah sesuai. Dalam penanganan korban sangat mengedepankan hak-hak asasi korban untuk kembali hidup normal tanpa ketergantungan narkoba. Kemudian di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo sangat melindungi korban dari ketergantungan narkoba dengan melakukan bimbingan rohani dan sosial. Jadi dengan mengedepankan hak-hak asasi korban dan melakukan perlindungan terhadap korban maka telah sesuai dengan hal-hal yang dipelajari dalam viktimologi.

ABSTRACT

MOTTO

“Ora et Labora” Belajar dan Berdoa.

“Perbuatan paling baik adalah berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain, one for all….all for one”.

(Mario Teguh) “Masa lalu hanyalah pembelajaran, Jadilah manusia super dengan belajar dari masa lalu dan berjuang sekuat tenaga untuk mencapai sesuatu”.

(Mario Teguh) “Iman seperti juga cinta, teruji pada saat yang sulit. Semakin mahal harga yang

harus dibayar untuk iman kita, maka semakin cemerlanglah kilau yang ditampakkanya”

(Penulis) “Tangan yang lamban membuat miskin, tapi tangan orang orang rajin menjadikan kaya”

(Amsal 10 : 4) “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan akan memperoleh harta yang berharga”

( Amsal 12 : 17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia dan hidanyah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.

Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya. Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ismunarno, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah memberikan kelancaran dan bimbingan serta arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Siti Warsini, S.H., M.H selaku pembimbing II yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini

4. Bapak Edy Herdyanto, SH, M.H, selaku pembimbing akademik penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS.

6. Bapak Titus Lado Selaku pemilik sekaligus pendiri Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo dan Sri Poni Wirasti selaku mantan pengguna narkoba.

7. Orang tuaku Ir. Djoko Parmono dan Erly Suwarni, terimakasih untuk doa restunya, Cinta dan kasihnya serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

8. Mas Agung, mas Joko dan Mbak Novi, ponakan-ponakanku Dandy, Arya, Tian, Rika, Aiztria serta terkhusus alm. Mbak Ria terima kasih atas segala doanya.

9. Om Ruslan, terima kasih atas segala masukannya, dan motivasinya.

10. Saudara-saudara ku, Yuli, Bayu, Septian, Wulan terima kasih atas doa dan Support nya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabatku MeyMey, Ayu, Winda, Agung, Desthian Yoga, Yudi, Tika, Deden, Wibisono Rachmat, S.H., Yudha, Tian yang selalu menemaniku, memberikan doa dan dorongan serta tempat curahan hati.

12. Terima kasih untuk doa dan dukungannya yang disertai cintamu untuk Verly Pradana.

13. Teman-teman FH UNS, Retno, S.H., Hermin, S.H., Yuke, Ronggo, S.H., Andika, Prima, Ajay, Jefri, Abi, Taufik, Anung, Rodi, Pras, , , . “VIVA JUSTICIA, KAMI BANGGA ADA DI SINI”.

14. Teman-temanku semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih buat dukungan kalian semua dan sukses selalu. Penulis menyadari penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan,

mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Dengan lapang dada penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini

Surakarta, Maret 2010

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Model Analisis Interaktif ..................................................... 12 Gambar 2 : Bagan Kerangka Berpikir... ........................................................... 48 Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Yayasan Sinai Sukoharjo .................... 55

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap negara tentu menghendaki rakyatnya untuk selalu hidup sehat jasmani dan rohani, karena tidak seorang pun yang berpandangan senang sakit dalam hidupnya. Hidup produktif artinya melakukan kegiatan yang menghasilkan baik langsung maupun tidak langsung yang hasilnya dapat dinikmati diri sendiri maupun oleh orang lain, kegiatan itu dilakukan secara sosial dalam hubungannya seseorang hidup bermasyarakat, sedang kegiatan yang dilakukan secara ekonomis adalah kegiatan yang ada hubungannya dengan uang seperti bekerja. Negara tidak boleh bersikap pasif terhadap kondisi rakyat yang hidup dengan kesehatan apa adanya tetapi harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesehatan rakyatnya.

Apabila setiap orang selalu dapat konsisten untuk hidup sehat maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang sehat, karena suatu bangsa yang sehat secara otomatis negaranya menjadi kuat dan ini terkait dengan ketahanan nasional. Tetapi pada kenyataannya saat ini Negara Indonesia sedang dihadapkan pada suatu masalah berkaitan dengan kesehatan yang serius dan perlu penanganan yang cepat yaitu penyalahgunaan narkoba.

Bahaya pemakaian narkotika sangat besar pengaruhnya terhadap orang, masyarakat, dan negara, sebab kalau terjadi pemakaian narkotika secara besar-besaran dimasyarakat, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang rapuh. Penyalahgunaan narkotika sering dilakukan oleh anak muda khususnya para remaja yang jiwanya masih labil dan lebih mudah untuk terpengaruh dengan hal-hal buruk. Sikap labil anak muda atau para remaja tersebut karena mereka masih dalam tahap pencarian jati diri, dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan bekal agama yang Bahaya pemakaian narkotika sangat besar pengaruhnya terhadap orang, masyarakat, dan negara, sebab kalau terjadi pemakaian narkotika secara besar-besaran dimasyarakat, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang rapuh. Penyalahgunaan narkotika sering dilakukan oleh anak muda khususnya para remaja yang jiwanya masih labil dan lebih mudah untuk terpengaruh dengan hal-hal buruk. Sikap labil anak muda atau para remaja tersebut karena mereka masih dalam tahap pencarian jati diri, dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan bekal agama yang

Narkoba adalah kepanjangan dari Narkotika dan Obat berbahaya lainnya. Selain narkotika yang digolongkan barang berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Narkotika dalam pengertian opium telah dikenal dan dipergunakan masyarakat Indonesia khususnya warga Tionghoa dan sejumlah besar orang Jawa sejak tahun 1617. Selanjutnya diketahui bahwa mulai tahun 1960-an terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada awal 1970-an mulai muncul penyalahgunaan narkotika dengan cara menyuntik. Orang yang menyuntik disebut morfinis. Sepanjang tahun 1970-an sampai tahun 1990- an sebagian besar penyalahguna kemungkinan memakai kombinasi berbagai jenis narkoba (polydrug jser), dan pada tahun 1990-an heroin sangat populer dikalangan penyalahguna narkotika. (Hari Sasangka, 2003:16)

Akibat penyalahgunaan narkotika terhadap masyarakat adalah kenyataan bahwa orang-orang yang kecanduan narkotika akan melakukan cara apa saja dalam memenuhi kebutuhannya mengkonsumsi narkotika tersebut. Pelajar atau mahasiswa, pengangguran atau orang yang berpenghasilan rendah yang menggunakan narkotika akan terpaksa melakukan berbagai tindakan kriminal baik dalam lingkup kejahatan narkotika maupun tindak kejahatan di luar narkotika. Semakin meningkatnya kriminalitas (kuantitas kejahatan) yang berhubungan dengan penggunaan dan perdagangan narkotika sudah barang tentu akan mengganggu ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, untuk itu dibutuhkan sosialisasi tentang jenis-jenis narkotika serta bahaya narkotika terhadap masyarakat. Upaya penyalahgunaan narkotika yang timbul Akibat penyalahgunaan narkotika terhadap masyarakat adalah kenyataan bahwa orang-orang yang kecanduan narkotika akan melakukan cara apa saja dalam memenuhi kebutuhannya mengkonsumsi narkotika tersebut. Pelajar atau mahasiswa, pengangguran atau orang yang berpenghasilan rendah yang menggunakan narkotika akan terpaksa melakukan berbagai tindakan kriminal baik dalam lingkup kejahatan narkotika maupun tindak kejahatan di luar narkotika. Semakin meningkatnya kriminalitas (kuantitas kejahatan) yang berhubungan dengan penggunaan dan perdagangan narkotika sudah barang tentu akan mengganggu ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, untuk itu dibutuhkan sosialisasi tentang jenis-jenis narkotika serta bahaya narkotika terhadap masyarakat. Upaya penyalahgunaan narkotika yang timbul

Dalam penelitian ini penulis hanya akan mengkaji salah satu dari upaya penanggulangan narkotika yaitu rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkotika sesuai dengan sudut pandang viktimologi. Seseorang yang sudah mengalami ketergantungan terhadap narkotika harus cepat dilakukan pengobatan dan perawatan melalui fasilitas rehabilitasi.

Tujuan dari rehabilitasi itu sendiri adalah untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial dari orang-orang yang kecanduan narkotika, sehingga dengan adanya tujuan tersebut,diharapkan seorang pecandu narkotika yang masuk ketempat rehabilitasi dalam keadaan ketergantungan narkotika selanjutnya didalam rehabilitasi diberikan program-program pemulihan, sehingga setelah keluar dari tempat rehabilitasi orang yang kecanduan narkotika tersebut dapat sembuh dan kembali ditengah keluarganya serta dalam lingkungan masyarakat.

tergantung dari keanekaragaman jenis narkotika yang disalahgunakan. Upaya penanggulangan yang bersifat pengobatan atau rehabilitasi belum bersifat optimal, hal ini dapat dilihat oleh tingginya angka kekambuhan bagi mereka yang sudah rehabilitasi. Hal tersebut terjadi biasanya karena korban narkotika ketika berada dalam pengawasan rehabilitasi, mereka tidak dapat menemukan bahkan memakai narkotika dan ketika sudah keluar dari tempat rehabilitasi mereka akan sangat dengan mudah mendapatkan dan menggunakannya kembali.

Keanekaragaman

pengobatan

Berbicara mengenai viktimologi yang membahas kejahatan terhadap korban, kriminolog sepakat bahwa kejahatan merupakan produk dari masyarakat. Selama masyarakat masih mengadakan interaksi satu dengan yang lain selama itupula kejahatan akan tetap muncul. Ada korban ada kejahatan dan sebaliknya, ada kejahatan ada korban. Rangkaian kata ini menyatakan, apabila terdapat korban kejahatan, jelas terjadi suatu Berbicara mengenai viktimologi yang membahas kejahatan terhadap korban, kriminolog sepakat bahwa kejahatan merupakan produk dari masyarakat. Selama masyarakat masih mengadakan interaksi satu dengan yang lain selama itupula kejahatan akan tetap muncul. Ada korban ada kejahatan dan sebaliknya, ada kejahatan ada korban. Rangkaian kata ini menyatakan, apabila terdapat korban kejahatan, jelas terjadi suatu

Kedudukan korban dalam kejahatan menurut pandangan hukum positif tidaklah mutlak, dalam arti korban bukanlah unsur terpenuhinya rumusan suatu kejahatan atau tindak pidana. Dalam pandangan sosiologis, korban memiliki posisi yang cukup vital dalam hubunganya dengan kejahatan. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai kejahatan apabila ada pihak yang dirugikan, dan pihak tersebut disebut dengan korban. Proses berubahnya suatu perbuatan dari perbuatan biasa menjadi perbuatan pidana disebut kriminalisasi, sedangkan proses berubahnya perbuatan pidana menjadi perbuatan biasa disebut dekriminalisasi. Salah satu faktor yang menyebabkan kriminalisasi atau dekriminalisasi adalah korban kejahatan. Ketika tidak terdapat korban kejahatan, suatu perbuatan yang awalnya merupakan tidak pidana bisa berubah menjadi tindak pidana, begitu juga sebaliknya. Permasalahan kedua yang akan dibahas adalah mengenai penanganan korban tindak pidana narkoba dalam perspektif viktimologis. Walaupun dalam hukum positif dinyatakan secara tegas kedudukan korban bukanlah hal mutlak dalam suatu tindak pidana, namun dalam tindak pidana narkoba ini kedudukan korban tidak ditinjau dari segi mutlak atau tidaknya, melainkan seseorang yang melakukan tindak pidana tersebut.

Dengan demikian setelah mengetahui tentang viktimologi yang mengkaji terhadap korban kejahatan baik dari dalam sudut pandang hukum positif dan sosiologis, dalam proses penanganan korban kejahatan narkoba dengan rehabilitasi apabila dikaitkan dengan aspek viktimologi harus mengutamakan penanganan secara optimal terhadap korban, dalam hal ini adalah korban narkoba. Agar setelah dilakukan rehabilitasi diharapkan para korban narkoba dapat sembuh dari ketergantungan Dengan demikian setelah mengetahui tentang viktimologi yang mengkaji terhadap korban kejahatan baik dari dalam sudut pandang hukum positif dan sosiologis, dalam proses penanganan korban kejahatan narkoba dengan rehabilitasi apabila dikaitkan dengan aspek viktimologi harus mengutamakan penanganan secara optimal terhadap korban, dalam hal ini adalah korban narkoba. Agar setelah dilakukan rehabilitasi diharapkan para korban narkoba dapat sembuh dari ketergantungan

TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba merumusakan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo ?

2. Apakah penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental

Sinai Sukoharjo sudah sesuai dengan sudut pandang viktimologi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui kesesuaian penanganan di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo dengan sudut pandang viktimologi

2. Tujuan subyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan bagi penyusunan skripsi sebagai syarat mencapai gelar sarjana di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.

c. Untuk memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu data yang dapat menunjang penyelesaian penelitian itu sendiri, sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu diperlukan suatu metode tertentu. Metode adalah pedoman cara seseorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan- lingkungan yang dihadapi. (Soerjono Soekanto, 2006 : 6).

Metode penelitian adalah cara yang teratur dan berpikir secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan guna menguji kebenaran maupun Metode penelitian adalah cara yang teratur dan berpikir secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan guna menguji kebenaran maupun

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris. Penelitian

empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi penelitian.

2. Sifat Penelitian Penelitian yang penulis susun adalah termasuk penelitian

yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusunan kerangka baru. (Soerjono Soekanto, 2006 : 10).

Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan yang dapat didasarkan penelitian data itu.

3. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu

pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilaku yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. (Soerjono Soekanto, 2006 : 250).

4. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis

melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di yayasan rehabilitasi mental Sinai di Sukoharjo yang merupakan wadah bagi korban-korban penyalahgunaan narkoba untuk diberikan pengobatan dalam bentuk rehabilitasi.

5. Jenis dan Sumber Data Secara umum, maka di dalam penelitian biasanya dibedakan

antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder. (Soerjono Soekanto, 2006 : 51).

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh

secara langsung melalui penelitian lapangan, baik dengan wawancara dan observasi terhadap responden dalam penelitian.

b. Data Sekunder Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh

secara tidak langsung, tetapi melalui penelitian kepustakaan. Sumber data adalah tempat ditemukan data. Adapun data dari

penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu pertama sumber data primer yaitu Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai di Sukoharjo, kedua sumber data sekunder yang terdiri dari : penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu pertama sumber data primer yaitu Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai di Sukoharjo, kedua sumber data sekunder yang terdiri dari :

undangan. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 pasal 1 ayat (3) dan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 996/MENKES/SK/VIII/2002

tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (Napza)

Sarana

4) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b. Bahan Hukum Sekunder Yaitu hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil

penelitian, artikel koran dan internet serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.

c. Bahan Hukum Tersier atau Penunjang Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya bahan dari media internet, kamus dan sebagainya. (Soerjono Soekanto, 2006:52).

6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal

yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data Primer Untuk mendapatkan data primer, adalah dengan cara

wawancara. Dalam penelitian ini penulis akan secara langsung mewawancarai pembina Yayasan Rehabiltasi mental Sinai Sukoharjo. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terpimpin, terarah, dan mendalam sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti guna memperoleh hasil berupa data dan informasi yang lengkap dan seteliti mungkin. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah Bapak dan Ibu Titus Lado, selaku Pembina Yayasan Rehabilitasi Mental di Sukoharjo.

b. Data Sekunder Untuk memperoleh data sekunder adalah dengan penelitian

atau kepustakaan atau library research guna memperoleh bahan- bahan hukum.

7. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan

pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. (Lexy J Moleong, 2002: 103). Penulis menggunakan model analisis interaktif (interaktif model of analysis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui 3 tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Dalam pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. (Lexy J Moleong, 2002: 103). Penulis menggunakan model analisis interaktif (interaktif model of analysis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui 3 tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Dalam

a. Reduksi Data Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan

perhatian yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.

b. Penyajian Data Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan

riset dapat dilaksanakan.

c. Menarik Kesimpulan Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi

berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan- pencacatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi- konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan. (HB. Sutopo, 2002:37).

Berikut ini penulis memberikan ilustrasi bagan dari tahap analisis data :

Pengumpulan data

Reduksi data Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Gambar 1 : Bagan Model Analisis Interaktif

F. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB 1

: PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua memuat 2 (dua) sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori ini terdiri dari :

a. Tinjauan Umum tentang Korban

b. Tinjauan Umum tentang Narkotika

c. Tinjauan Umum tentang Penyalahgunaan Narkotika

d. Tinjauan Umum tentang Penanganan Korban

e. Tinjauan Umum tentang Rehabilitasi Narkoba

f. Tinjauan Umum tentang Viktimologi

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memuat deskripsi lokasi penelitian yaitu Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai di Sukohoharjo hasil penelitian, yaitu : penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo dan kesesuaian penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai di Sukoharjo dari sudut pandang viktimologi.

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Korban

a. Pengertian korban

Korban merupakan orang yang menderita (mati,dsb) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003 : 595). Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. Mereka disini yang dimaksud dapat berarti : individu, atau kelompok baik swasta maupun pemerintah. (Arif Gosita, 1993 : 41)

Menurut Badar Nawawi, korban adalah orang-orang, baik secara individual maupun kolektif, yang menderita kerugian akibat perbuatan (tidak berbuat) yang melanggar hukum pidana yang berlaku di suatu negara, termasuk peraturan-peraturan yang melarang penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu korban termasuk juga orang-orang yang menjadi korban dari perbuatan-perbuatan (tidak berbuat) yang walaupun belum merupakan pelanggaran terhadap hukum pidana nasional yang berlaku, tetapi sudah merupakan pelanggaran menurut norma-norma hak asasi manusia yang diakui secara internasional. (Muhandar, 1997 : 51-52)

Korban adalah orang-orang yang baik secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi atau ganguan substansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui suatu perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan. (Muladi, 2005: 108)

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 pasal

1 ayat (3) dan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, mendefinisikan korban: “orang perseorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan, baik fisik, mental, maupun emosional, kerugian ekonomi atau mengalami pengabaian, pengurangan, atau perampasan hak-hak dasarnya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yang berat, termasuk ahli warisnya”.

Dalam perspektif viktimologi, pada fase new victimology Waidner and wolfgang Werdenich dalam jurnal internasionalnya yang berjudul “the victims” memberikan pengertian tentang korban sebagai berikut:

...those person who are threatened, injured or destroyed by an act or omission of another (man, structure, organization, or institution) and consequently, a victim would be any one who has suffered from or been threatened by punishable act (ot only criminal act but also other punisable acts as misdemeanors, economic offenses, non-fulfilment of work duties) or from an accident (accident at work, at home, trafict accident, etc). Suffering may be caused by another man (man made victim) or another structure where people are also involved. (Waidner and Wolfgang Werdenich, The Victim, The Victimization of dependent drug user , vol 4, No. 10.1177/1477370807080719: 2007)

Artinya adalah orang yang diperlakuakn, terluka atau menderita oleh perlakuan atau kelalaian dari orang lain, struktur, organisasi atau institusi dan konsekuensinya korban akan menjadi salah satu yang selalu menderita atau diperlakukan oleh sikap yang menghakimi bukan hanya karena sikap kriminal tapi juga hukuman lainnya sebagai pelanggaran hukum, serangan ekonomi, tidak terpenuhinya pekerjaan (kecelakaan saat bekerja, dirumah, kecelakaan dijalan, dll) menderita dikarenakan orang lain yang membuat atau struktur lain dimana orang lain terlibat.

b. Pengertian Korban Secara Umum

Mengenai pengertian korban sangat sulit bagi kita untuk menemukan atau memberikan pengertian secara khusus arti dari korban, karena ada berbagai macam jenis korban yang terdapat di dalam masyarakat sebagai suatu tindakan atau perbuatan seseorang baik dilakukan dibawah pengendalian manusia seperti korban kejahatan maupun di luar kendali manusia yang disebabkan oleh gejala alam, maupun korban penyalahgunaan kekuasaan. Setiap peristiwa atau kejadian yang menimbulkan korban baik karena tindakan manusia maupun kejadian yang disebabkan oleh alam sering kali menimbulkan permasalahan dan bencana yang dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang masalah korban kejahatan yaitu victimology. Pengertian korban tidak hanya dari kejahatan konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan pencurian tetapi juga mencakup korban dari kejahatan non konvensional seperti terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika ilegal, meliputi pula pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Korban adalah orang-orang yang secara individual atau kolektif telah mengalami penderitaan fisik atau mental, penderitaan Korban adalah orang-orang yang secara individual atau kolektif telah mengalami penderitaan fisik atau mental, penderitaan

Korban adalah mereka yang menderita jasmaninya dan rohaninya sebagai akibat dari tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepanetingan bagi diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita, mereka disini dapat berarti individu, kelompok atau badan hukum swasta atau pemerintah. (Arif Gosita, 1993:63). Seperti yang tercantum dalam jurnal internasional “persons who individually or collectively, have surffered harm, including pysical or mental injury, emotional suffering, economic loss or substantial impairment or their fundamental rights, troughs actor omissions that are in violation of criminal laws operative within member States, including those laws proscribing criminal abuse power” ( Gila Chen, Journal of Offender Rehabilitation, Natural Recovery from drug and alcohol of addiction among israeli prisoners , vol 43 (3) pp 1-17 : 2006)

Dari pengertian jurnal internasional diatas, jelas bahwa korban adalah orang yang mengalami penderitaan karena sesuatu hal. Yang dimaksud dengan sesuatu hal disini adalah meliputi orang, institusi atau lembaga, struktur.

Korban pada dasarnya tidak hanya orang-perorangan atau kelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan- perbuatan yang menimbulkan kerugian/penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di dalamnya keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan orang- Korban pada dasarnya tidak hanya orang-perorangan atau kelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan- perbuatan yang menimbulkan kerugian/penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di dalamnya keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan orang-

c. Pengertian korban secara khusus

Dalam tindak pidana narkotika, masalah korban perlu dipahami secara cermat, hal ini disebabkan karena orang yang melakukan penyalahgunaan narkotika merupakan korban sekaligus pelaku penyalahgunaan narkotika. Sebagai korban penyalahgunaan narkotika perlu mendapatkan pengobatan dan /atau perawatan ditempat

penanggulangan penyalahgunaan narkotika melalui usaha rehabilitatif.

Korban dari penyalahgunaan narkotika yang perlu dilakukan upaya rehabilitatif adalah secara umum orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan yang disebabkan karena kecemasan, depresi dan ketidakmampuan menerima kenyataan hidup yang dijalani sehingga dengan mengkonsumsi narkotika diyakini dapat membuat terlepas dari masalah yang dihadapinya, begitu juga terhadap para remaja yang masih labil dan mudah terpengaruh dengan kondisi lingkungannya sebagai wujud untuk mencari jati dirinya sehingga mulai terpengaruh untuk mengkonsumsi narkotika. Orang-orang yang dalam kriteria ini perlu dilakukan dengan terapi yang serius dan intensive. Sedangkan orang-orang yang mempunyai sifar anti sosial yang selalu menentang norma-norma masyarakat, mempunyai sifat egosentris yang kental dalam dirinya akibatnya melakukan apapun semaunya, orang yang ini dalam perilakunya disamping sebagai pemakai juga sebagai pengedar sehingga orang-orang yang termasuk dalam kriteria ini selain dilakukan terapi juga harus menjalani pidana pidana penjara sesuai dengan besar kecilnya tindak pidana yang dilakukannya.

d. Hak dan kewajiban Korban

Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh korban adalah antara lain sebagai berikut :

1) Hak :

a) Korban berhak mendapatkan kompensasi atas penderitaannya, sesuai dengan kemampuan memberi kompensasi si pembuat korban dan taraf keterlibatannya / atau peranan si korban dalam terjadinya kejahatan dan berhak menolak kompensasi untuk kepentingan pembuat korban (tidak mau diberi kompensasi karena tidak memerlukannya) dan mendapatkan kompensasi untuk ahli warisnya bila si korban meninggal dunia

b) Berhak mendapat pembinaan dan rehabilitasi serta mendapat kembali hak miliknya dan berhak menolak menjadi saksi bila hal ini akan membahayakan dirinya

c) Berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman pihak pembuat korban bila melapor dan menjadi saksi dan berhak mendapatkan bantuan penasehat hukum dan mempergunakan upaya hukum

2) Kewajiban :

a) Tidak sendiri membuat korban dengan mengadakan pembalasan dan berpatisipasi dengan masyarakat mencegah pembuatan korban lebih banyak lagi

b) Mencegah kehancuran si pembuat korban baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain dan ikut serta membina pembuat korban b) Mencegah kehancuran si pembuat korban baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain dan ikut serta membina pembuat korban

d) Memberi kesempatan pada pembuat korban untuk memberi kompensasi pada pihak korban sesuai dengan kemampuannya dan menjadi saksi bila tidak membahayakan diri sendiri dan ada jaminan. (Arif Gosita, 1993 : 52-53)

2. Tinjauan Umum Tentang Narkotika

a. Pengertian Narkotika

Secara umum yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh. Istilah narkotika yang dipergunakan disini sama artinya dengan “drug”, yaitu sejenis zat apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh- pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu :

1) Mempengaruhi kesadaran

2) Memberikan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia dapat berubah :

a) Penenang dan Perangsang (bukan rangsangan sex)

b) Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu membedakan antara khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat).

Menurut Sudarto dalam buku Kapita Selekta Hukum Pidana mengatakan bahwa : perkataan narkotika berasal dari Menurut Sudarto dalam buku Kapita Selekta Hukum Pidana mengatakan bahwa : perkataan narkotika berasal dari

Menurut UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 1 ayat 1 “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan”

b. Pengolongan dan Jenis Narkotika

1) Penggolongan Narkotika

Penggolongan Narkotika dalam Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) yang menyebutkan bahwa narkotika dapat digolongkan menjadi :

a) Narkotika Golongan I Yang dimaksud dengan narkotika golongan I

adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Beberapa contoh jenis narkotika yang termasuk dalam golongan I antara lain :

(1) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian- bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

(2) Opium mentah yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengilahan sekedar untuk pembungkus

pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.

dan

(3) Opium masak terdiri dari : (a) Candu, hasil yang diperoleh dari opium

mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan

dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

lain,

(b) Jicing, sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

(c) Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

(4) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythoxylon dari keluarga Erythoxylaceae termasuk nuah dan bijinya.

(5) Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythoxylon dari keluarga Erythoxylaceae yang menghasilkan kokain secara lansung atau melalui perubahan kimia.

(6) Kokain mentah, semua hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

(7) Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasish.

(8) Heroin

b) Narkotika Golongan II Narkotika golongan II adalah narkotika yang

berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

mengakibatkan ketergantungan.

potensi

tinggi

Beberapa contoh jenis narkotika yang termasuk dalam golongan II narkotika antara lain Alfasetilmetadol, alfametadol,

alfentanil, benzitidin, betametadol, dihidromorfina, drotebanol, ekgonina (termasuk ester dan derivatnay yang setara dengan ekgonina dan kokaina), fentanil, metadona, metopon, morfina, petidina.

c) Narkotika Golongan III Narkotika golongan III adalah narkotika yang

berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Beberapa contoh jenis narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Beberapa contoh jenis narkotika yang

Dihidrokodenia, Etimorfina, Kodeina, Nikokodina, Norkodeina, Polkodina.

2) Jenis Narkotika

Ada beberapa jenis narkotika, baik yang alami maupun narkotika olahan / sintetis, yaitu antara lain :

a) Candu Candu atau disebut juga dengan opium merupakan

sumber utama dari narkotika alam yang berasal dari sejenis tumbuh tumbuhan yang dinamakan Papaver Somniferum. Narkotika jenis candu ini termasuk depressants yang mempunyai pengaruh hypnotics dan tranglizers. Depressants yaitu merangsang sistem saraf parasimpatis, dalam dunia kedokteran dipakai sebagai penghilang rasa sakit yang kuat.

Opinium dapat membuat euforia yang hebat, perasaan nyaman yang meningkat, daya khayal dan berbicara lebih tinggi. Apabila penggunaan candu ini dalam waktu jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan dalam kemampuan mental dan fisik, kehilangan nafsu makan dan berat badan.

b) Ganja Berasal dari bunga dan daun-daun sejenis tumbuhan

rumput bernama cannabis sativa. Merupakan tanaman yang tumbuh liar didaerah beriklim tropis. Sebutan lain dari ganja oleh para junky yaitu cimeng, gelek, budha stick, mary jane, mariyuana, hasish (minyak atau lemak rumput bernama cannabis sativa. Merupakan tanaman yang tumbuh liar didaerah beriklim tropis. Sebutan lain dari ganja oleh para junky yaitu cimeng, gelek, budha stick, mary jane, mariyuana, hasish (minyak atau lemak

Ganja terbagi 2 (dua) jenis yaitu : ganja jenis jantan, ganja ini kurang bermanfaat, hanya diambil seratnya untuk pembuatan tali. Ganja jenis betina, jenis ganja ini dapat berbunga dan berbuah, biasanya digunakan untuk pembuatan rokok ganja.

c) Morphine Merupakan zat utama yang bekhasiat narkotika

yang terdapat pada candu mentah dengan jalan diolah secara kimia melalui penyulingan. Efek dari morphine 10 kali lebih kuat dari opium atau candu, dimana seorang pecandu untuk memperoleh rangsangan yang diingininya selalu memperlukan penambahan dosis dari pemakaian sebelumnya yang lambat laun dapat membahayakan jiwa.

Morphine pada umumnya digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit yang sangat kuat, biasa digunakan pada waktu melakukan pembedahan atau pasien yang menderita luka bakar, menolak, penyakit mejan (diare) morphine juga dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia), menurunkan rasa kesadaran (hipnotis, sedasi) atau sebagai obat tidur apabila rasa sakit menghalang- menghalangi kemampuan untuk tidur.

d) Heroin Heroin merupakan obat semi sintetik yang

dihasilkan dari reaksi kimia morphine yaitu dengan nama kimia asetil-morin yang lebih efektif yang diduga tidak mengandung sifat adiktif, tetapi pada kenyataannya heroin memberikan efek ketergantungan lebih cepat, membangkitkan rasa kantuk dan euforia serta memberikan halusinasi yang lebih kuat dari morphine.

e) Cocaine Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut

erythroxylon coca. Untuk memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun coca lalu dekeringkan terlebih dahulu sebelum diolah di pabrik dengan menggunakan bahan kimia cocaine termasuk golongan tanaman perdu atau belukar yang tingginya kira-kira sampai dua meter, daunnya berwarna hijau kekuning-kuningan, tidak berduri, tidak bertangkai, berhelai daun satu, tumbuh satu-satu pada cabang atau tangkai, buahnya berbentuk lonjong berwarna kuning-merah atau merah saja apabila sudah masak.

f) Metadon Metadon termasuk golongan narkotika olahan

seperti heroin dan morphine, tetapi tanpa adanya efek sedative yang kuat. Metadon dapat digunakan sebagai obat pengganti (substitusi) heroin dalam terapi ketergantungan heroin.

g) Kodein Kodein dapat terbuat secara alami dari ekstrak

opium (candu) juga dapat diperoleh dari hasil olahan dari morphine tetapi tidak memiliki efek sekeras efek dari morphine . Kodein biasa digunakan sebagai penghilang rasa sakit sedang atau untuk mengobati batuk yang parah.

Kodein merupakan golongan opiat yang banyak dijual bebas dan legal. Tetapi kodein dapat disalahgunakan dengan cara mengkombinasikan antara kodein dengan obat tidur yang efeknya menyerupai heroin. Kodein juga banyak digunakan sebagai obat pengganti heroin dalam proses terapi ketergantungan heroin.

Dari berbagai jenis narkotika tersebut diatas, ada beberapa jenis yang paling banyak disalahgunakan yaitu : Heroin / Putauw, morphine, ganja, kokain.

3) Pengaturan Narkotika