IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh DEWI PERTIWI NIM : E.1106109 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi) IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI

Oleh : DEWI PERTIWI NIM. E.1106109

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dosen Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 19 April 2010 Dosen Pembimbing

PIUS TRIWAHYUDI, S.H., M.Si. NIP. 195602121985031004

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi) IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI

Disusun oleh : DEWI PERTIWI NIM : E.1106109

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta Pada :

Hari

Tanggal

DEWAN PENGUJI

Anggota MENGETAHUI

Dekan,

Moh. Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001.

PERNYATAAN

Nama

: Dewi Pertiwi

NIM

: E 1106109

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Mei 2010 yang membuat pernyataan

Dewi Pertiwi NIM. E.1106109.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN daRi PeRJUANGAn Ku...

Karya ini aku persembahkan untuk :

§ Mama yang sangat aku cintai dan aku sayangi, semua ini dapat terjadi karena cintamu mah...ade baru setengah perjalanan mah, baru ini yang

bisa ade persembahKan untuk mama....masih butuh banyak doa dan semangad yang tiada henti dari mama, semua kebahagiaan dan perjuangan ini ade Tiwi persembahkan untuk mama tersayang....muuaah

§ Alm. Papa ku tercinta, terima kasih pah untuk semua hal baik yang telah kau tanamkan, semua pesan-pesan Papa selalu membekas dipikiran

adek pah, bahwa suatu saat nanti ade bisa sperti mbak mayang dan bisa jadi kebangaan papa, mama n mbak mayang...impian papa akan terwujud sebentar lagi pah...

§ Mbak mayang, my lovely sister...terima kasih untuk kasih sayang dan semangad tiada henti dan keyakinan klo kita bisa jadi kebanggaan

mama dan papa...ade bangga punya kakak yg bs jadi sgalanya bwt keluarga...Karna Kita bermula dan berakhir bersama keluarga...Muaahhh

§ Keluarga besar Uzt. Ningcik di Jakarta, terima kasih untuk semua dukungan dan kasih sayang...mungkin baru ini yang bisa Tiwi tunjukin klo

Tiwi bisa seperti mbak mayang...Tiwi ga akan bisa jadi sperti ini tanpa cinta dan pengorbanan kalian smua....

§ Keluarga Besar Prapto Rahardjo di Solo dan dimanapun...terimakasih telah memberikan kasih sayang dan paradigma kesuksesan yang

begitu berharga...

§ Genk kepompong...MeLi, DeVi, Qnoy, GeMBOng, Wisnu, Yhowel.

Guyz, thnks for everything krna lw smua udh ngebikin gw selalu ngerasa kangen ma kampus karna tingkah2 dan perilaku aneh kalian smua dan yang pasti gw bkal kangen bgt dgn urusan kmpus lw smua yang slalu ngerpotin gw...haaaaaa.. LuPh U All GuyZ...i’ll be miss u guyZ..muuuuuaaaaahhhhh

§ Bwt JelEk Quw...mkacih y bwt semangat dan pengertian yang slalu km brikan bwt aq..^^....

kita ktmu d Jakarta.....hohohoho

§ Mas Anang....terima kasih untuk semua semangat dan dukunganya.....maaf jika dek Tiwi selalu merepotkan yuaa hee...

Buat semuanya yang udah memberikan semangad dan doa bwt kelancaran skripsi ku wlaupun bgtu bnyak cobaan dan hambatan bwt menyelesaikan skrpsi ini...Finnaly,slesai juga.....Dan ga lupa juga bwt smua sahabat-sahabat gw yg djkrta...kalian segalanya bwt gw....

MOTTO....

Ujian karakter yang sejati bukanlah berapa banyak yang kita ketahui dalam melakukan berbagai hal, tapi bagaimana kita bersikap ketika tidak tahu harus melakukan apa. (Chicken Soup for the Soul)

Hal lain bisa mengubah kita tapi kita bermula dan berakhir bersama keluarga....

Percayalah hidup layak dijalani dan keyakinan mu akan membantu mewujudkannya....

ABSTRAK

DEWI PERTIWI, 2010. IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI. Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai bagaimana perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak di kawasan Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi sesuai dengan peraturan perlindungan anak dan bagaimana harmonisasi pengaturan mengenai larangan memperkerjakan anak dan sanksinya dalam peraturan perundang-undangan.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan tehnik studi pustaka. Tehnik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deduksi dengan menggunakan interpretasi sistematis.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1). Undang-Undang Ketenagakerjaan yang ada saat ini belum mampu memberikan perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak di Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi. Hal ini dikarenakan pekerja rumah tangga anak merupakan pekerja disektor informal bukan pekerja disektor formal, seperti yang termasuk di dalam pasal-pasal dalam ketentuan undang-undang tersebut. Sehingga Pekerja Rumah Tangga Anak dikawasan Perumahan tersebut belum mendapatkan perlindungan sebagai pekerja. (2) Belum adanya harmonisasi aturan diantara undang-undang yang ada mengenai larangan memperkerjakan anak dan sanksinya dalam peraturan perundang- undangan. Ketentuan sanksi Undang-Undang Ketenagakerjaan yaitu pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 5 tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah), Undang-Undang Perlindungan Anak Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah), Undang-Undang Penghapusan Kekerasaan Dalam Rumah Tangga dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak RP 15.000.000 (lima belas juta rupiah)”, sementara itu Perda DKI Jakarta hanya dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000.

Kata kunci: Pekerja Rumah Tangga Anak, Perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan rahmatNya sehingga memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN

TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI”

Salah satu tujuan penulisan hukum ini adalah untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan hukum ini. Ucapan terima kasih terutama penulis tujukan kepada :

1. Allah SWT, yang tak henti-hentinya memberikan nikmat dan rahmatNya kepadaku. Ya ALLAH hanya dengan pertolonganmu segala tujuan dan impian hidupku bisa tercapai. Terima kasih Ya Allah SWT atas segala nikmat dan pertolongan mu yang telah Engkau berikan kepada hamba.

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Prasetyo Hadi Purwandoko, S.H., M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum UNS.

4. Ibu Dr. I Gusti Ayu Ketut RH, S.H., M.M. selaku ketua bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum UNS.

5. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan hukum ini yang selalu memberikan bimbingan, arahan, nasehat serta motivasinya kepada penulis.

6. Ibu Djuwityastuti S.H. selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

7. Bapak Harjono, S.H., M.H. selaku Ketua Program Non Reguler.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Ibunda tercinta yang sampai saat ini belum terbalas olehku atas semua pengorbanannya untukku. Thanks for everything Mom.

10. Keluarga Besar “Annisa” yang slalu memberikan kehangatan dan keceriaan seperti di rumah. Bwat Mbak Endah, Mbak Lala, Nene, dan semua personil annisa family, terima kasih bwat smua dukunganya.

11. Seluruh keluarga besarku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu semoga silaturrahmi selalu terjaga.

12. Sahabat-sahabatku di kampus Nana, Mega, Dewi, Putri, Ucup dan semua temen-temen yang telah memberikan semangat dan dukungan tiada henti.

13. Dewi teman seperjuanganku dalam satu bimbingan skripsi, makasih wi bwt semangat dan dukungannya.

14. Seluruh teman-teman angkatan 2006 FH UNS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, seneng banget bisa mengenal kalian semua.

15. Semua pihak yang belum disebutkan dan telah membantu serta mendoakan penulis dalam penyelesaian penulisan hukum ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang dan semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

4. Tinjauan Tentang Pembatasan Kerja dan Perlindungan Bagi Anak................................................... 33

5. Tinjauan tentang Pengertian Pekerja Rumah Tangga Anak, Jam Kerja, Tempat Kerja, Upah, Libur,dan Perlindungan Bagi Pekerja Rumah Tangga Anak.............. 38

B. Kerangka Pemikiran................................................................. 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................ 46

B. Pembahasan Peraturan Perundang-undangan Mengenai Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Rumah Tangga Anak Di Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi.............. 51

C. Harmonisasi Pengaturan Tentang Larangan Memperkerjakan Anak Dan Sanksinya Dalam Peraturan Perundang-undangan............................................... 64

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.................................................................................. 84

B. Saran......................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................86 LAMPIRAN

ABSTRACT

DEWI PERTIWI. E 1106109. 2010. THE IMPLEMENTATION OF PROTECTION FOR CHILDREN DOMESTIC WORKER IN BUMI NASIO INDAH HOUSING OF BEKASI CITY. Law Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

This research aims to examine and to answer the problem of whether or not the protection for children domestic worker in Bumi Nasio Indah Housing of Bekasi City is consistent with the regulation of children protection and to find out how the regulation harmonization is about the restriction of children exploitation and the punishment in the legislation.

This study belongs to a normative law research that is descriptive in nature using statutory approach as well as direct approach to the Resource. The data of research employed was secondary one including the primary, secondary, and tertiary law materials. The data was collected using literary study. Technique of analyzing data employed was deductive method using systematic interpretation.

The result of research shows that: (1) The current labor Act has not been able to give protection to the children domestic workers in the Bumi Nasio Indah Housing of Bekasi city. It is because the domestic worker is the one in informal sector rather than formal sector, as included in the articles of such provision of acts. Thus, the children domestic workers in that housing area have not gotten protection as the worker. (2) There has not been a regulation harmonization between the current act about the restriction of employing children and the punishment in the legislation. The punishment provision of Labor Act is the imprisonment for at least 2 years and maximum 5 years and/or fine of minimum Rp 200,000,000 (two hundred millions) and maximum Rp 500,000,000 (five hundred millions), that of Children Protection Act is imprisonment for maximum

5 years and/or fine of maximum Rp 100,000,000 (one hundred millions), that of Violence Elimination in Household Act with imprisonment for maximum 5 years or fine of maximum Rp 15,000,000 (fifteen millions), meanwhile the DKI Jakarta’s Local regulation only impose the imprisonment for maximum 3 months and find of maximum Rp.50,000.

Keywords: Children domestic worker, Protection for the Children domestic worker

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah Negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut menjaga ketertiban dunia. Guna mewujudkan tingkat kesejahteraan sosial rakyat yang memadai, diperlukan intervensi faktor-faktor pembentukan kualitas hidup yang setara dengan perkembangan peradaban manusia pada jamannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa proses menuju tercapainya tingkat kesejahteraan tertentu akan ditentukan oleh standar nilai yang berlaku pada kurun waktu tersebut. Pada setiap jaman memiliki kesejahteraan tersendiri, yang disepakati secara luas dengan mengacu pada nilai-nilai universal.

Anak sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang boleh merampas hak tersebut. Hak asasi anak diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Deklarasi PBB tahun 1948 tentang Hak-hak Asasi Manusia, Deklarasi ILO di Philadelphia tahun 1944, Konstitusi ILO, Deklarasi PBB tahun 1959 tentang Hak-hak Anak, Konvensi PBB tahun 1966 tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Konvensi PBB tahun 1989 tentang Hak-hak Anak. Dengan demikian semua Negara di dunia secara moral dituntut untuk menghormati, menegakkan dan melindungi hak tersebut. Salah satu bentuk hak asasi anak adalah jaminan untuk mendapat perlindungan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan (Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, 2001 : 51).

Dengan melihat keadaan perekonomiaan yang semakin sulit dan tidak mendukung untuk memenuhi kebutuhan selain sandang dan pangan, mengharuskan seseorang untuk melakukan berbagai cara agar dapat Dengan melihat keadaan perekonomiaan yang semakin sulit dan tidak mendukung untuk memenuhi kebutuhan selain sandang dan pangan, mengharuskan seseorang untuk melakukan berbagai cara agar dapat

Pengambilan lokasi di Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi menjadi pertimbangan tertentu bagi Penulis dalam mengambil lokasi tersebut. Dimana di daerah perumahan tersebut, banyak terdapat Pekerja Rumah Tangga yang masih anak-anak yaitu berumur kurang dari 18 tahun, dan sering mendapatkan perlakuan yang kasar dari majikannya disebabkan karena seringnya terjadi perselisihan antara Pekerja Rumah Tangga Anak dan Majikan, yang menjadi pemicu utama terjadinya tindak kekerasaan dan eksploitasi tersebut. Selain itu, mengenai Jam kerja anak juga merupakan suatu permasalahan yang mendasar dalam kasus Pekerja Rumah Tangga Anak yang bisa mencapai 24 jam sehari tanpa diizinkan istirahat. Hal ini dikarenakan anak-anak tersebut berada dalam satu rumah dengan majikan. Berbeda pula dengan anak-anak yang berada di jalan atau pengamen jalanan. Anak-anak tersebut bisa bekerja sesuai dengan kebutuhannya. Seorang Pekerja Rumah Tangga Anak bekerja hingga 24 jam sehari dengan tidak diimbangi upah yang seharusnya, dimana pada kenyataanya upah tersebut tetap berada di bawah dari standar upah pekerja yaitu hanya Rp. 300.000 perbulan. Misalnya saja, seperti wawancara yang dilakukan oleh Riset Human Rights Watch kepada beberapa pekerja rumah tangga anak. (hrw.org,15 November 2009).

"Setiap hari majikan saya marah dan menendang saya dan mencubit saya. Hampir setiap hari. Saat saya mengepel lantai, saya tidak menggunakan alat pel, hanya memakai tangan dan kain pel, dan kemudian majikan saya menendang saya supaya saya mengepel lebih jauh ke dalam. Dia biasa mencubit bahu saya. - Ratu, 15 tahun-.

“Saya bekerja mulai dari jam 4 pagi dan tidak diperbolehkan istirahat”. Beberapa orang menganggap kami pembantu dan bukan pekerja. Padahal kami adalah pekerja. Kami punya gaji tetap. Saya sebenarnya punya peranan “Saya bekerja mulai dari jam 4 pagi dan tidak diperbolehkan istirahat”. Beberapa orang menganggap kami pembantu dan bukan pekerja. Padahal kami adalah pekerja. Kami punya gaji tetap. Saya sebenarnya punya peranan

Menurut survei Universitas Indonesia dan International Labour Organization (ILO) pada tahun 2002-2003, ada sekitar 688.000 anak-anak di bawah usia 18 tahun bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga di Indonesia.

Seorang anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk perlakuan yang salah baik bentuk kekerasaan dan pemerasan, eksploitasi, dan penelantaraan terhadap anak, baik yang mencakup hak sipil, ekonomi, sosial dan budaya anak. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya dengan tidak diperbolehkannya bekerja kepada seorang anak sebelum usia tertentu, tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan, pendidikan maupun yang dapat mempengaruhi perkembangan tubuh, jiwa atau akhlaknya. Tetapi dalam kenyataanya sampai saat ini masih banyak terdapat anak yang tidak mendapatkan perlindungan dari pekerjaan- pekerjaan terburuk seperti Pengamen, Pemulung, Buruh Konveksi, Industri makanan, Pekerja Rumah Tangga Anak, Pekerja Seksual, Pertanian, Anak jalanan, Industri minuman keras, zat berbahaya, Pemulung, Perkebunan, dll tanpa mempertimbangkan akan pengaruh bagi anak, baik secara mental maupun fisik anak (www.institutperempuan.or.id).

Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, Pemerintahan Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi Internasional mengenai hak anak dan penghapusan bentuk pekerjaan terburuk anak. Disahkannya Undang- Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 yang disusun dengan mengacu atau mempertimbangkan kandungan-kandungan di dalam konvensi Hak Anak menunjukkan adanya perubahan aturan yang radikal dibandingkan kebijakan sebelumnya. Kemudian Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 telah mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000, hasil ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182, mengenai larangan dan tindakan segera untuk penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak dan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi ILO Nomor 138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja.

Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 1993 memang telah membuat suatu Peraturan Daerah mengenai Pekerja Rumah Tangga yaitu Perda DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993, mengenai hukum kontraktual yang harus diketahui suku dinas ketenagakerjaan Jakarta. Akan tetapi Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 yang menjadi acuan pokok ketenagakerjaan ini belum banyak mengatur pekerja anak disektor informal, salah satunya adalah pekerja rumah tangga anak. Dikarenakan tidak adanya satu pun perundang-undangan di Indonesia yang mengatur secara spesifik tentang pekerja rumah tangga anak, khususnya mengenai perlindungan terhadap mereka. Hanya beberapa peraturan perundang-undangan yang memiliki sedikit persinggungan tentang nya. Contohnya Undang-undang KDRT, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2000 tentang ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182, dan Perda Kota DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993 tentang pekerja rumah tangga ( http://blog Dhaneta Amriski’s).

Walaupun telah adanya Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993, ternyata belum dapat dijadikan sebagai acuan untuk memberikan perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga. Hal ini disebabkan belum adanya payung hukum yang secara spesifik dan rinci berupa pengaturan yang berisi mengenai hak dan kewajiban bagi Pekerja Rumah Tangga dan Majikan. Sehingga menjadikan akan semakin terabaikannya kasus-kasus yang terjadi dalam kasus pekerja rumah tangga anak. Lalu bagaimanakah cara Pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi pekerja rumah tangga, sementara aturan yang ada yaitu Perda DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993 belum mengatur secara rinci dan jelas mengenai perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu penulisan hukum yang berjudul:

”IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK DI PERUMAHAN BUMI NASIO INDAH KOTA BEKASI”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian digunakan untuk memperjelas agar penelitian dapat dibahas lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Rumusan masalah merupakan acuan dalam penelitian agar hasilnya diharapkan sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Pekerja Rumah Tangga Anak di kawasan Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi sudah mendapat perlindungan hukum sesuai peraturan perlindungan anak?

2. Apakah sudah terdapat harmonisasi pengaturan mengenai larangan memperkerjakan anak dan sanksinya dalam peraturan perundang- undangan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk memberikan suatu manfaat dan untuk menemukan intisari hukum dari gejala hukum yang terkandung didalam objek yang diteliti melalui suatu kegiatan ilmiah. Tujuan merupakan target yang ingin dicapai sebagai hasil dari pemecahan permasalahan yang dihadapi. Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah:

1. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum yang diberikan

kepada Pekerja Rumah Tangga Anak dikawasan perumahan tersebut.

b) Untuk mengetahui bagaimana harmonisasi pengaturan mengenai larangan memperkerjakan anak beserta sanksinya dalam peraturan perundang- undangan.

2. Tujuan Subjektif

a) Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b) Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori mengenai perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a) Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data

sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b) Untuk memberi sumbangan pikiran dalam mengembangkan ilmu hukum pada umumnya dan hukum administrasi Negara pada khususnya.

c) Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a) Memberi jawaban atas masalah yang diteliti.

b) Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya suatu penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang hendak dicapai sebelumnya. Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto 2006: 6). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian Di dalam penulisan penelitian ini, penulis akan menggunakan jenis

penelitian normatif. “Metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuwan hukum dari sisi normatifnya” (Johnny Ibrahim, 2005: 57). Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan (library research), berdasarkan data sekunder. Penelitian ini mengkaji hukum sebagai norma.

2. Sifat Penelitian Dilihat dari sifatnya, penelitian yang akan dilakukan menggunakan

penelitian preskriptif. “Penelitian preskriptif ini, memberikan saran bagaimana seharusnya tindakan Pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak di Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22).

3. Pendekatan Penelitian “Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan

perundang-undangan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian” (Johnny Ibrahim, 2005: 302). Dalam penelitian ini penulis terfokus untuk perundang-undangan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian” (Johnny Ibrahim, 2005: 302). Dalam penelitian ini penulis terfokus untuk

4. Jenis Data. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

data sekunder. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya. Ciri umum data sekunder antara lain (Amirudin dan Zainal Asikin, 2006: 30):

a) pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera;

b) baik bentuk maupan isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, sehingga peneliti kemudian, tidak mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengolahan, analisis maupun konstruksi datap

c) tidak terbatas oleh waktu dan tempat.

5. Sumber Data Sumber data merupakan tempat data diperoleh atau ditemukan.

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer “Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas” (Peter Mahmud Marzuki, 2005:

141). Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa peraturan-peraturan yang mengatur mengenai perlindungan bagi Pekerja Anak yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasaan dalam Rumah Tangga dan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993, untuk menemukan fakta hukum.

b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder berfungsi memberi penjelasan mengenai

bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 141). Bahan tersebut dapat berupa tulisan-tulisan atau karya-karya akademisi, ilmuwan atau praktisi hukum dan disiplin hukum lain yang relevan, antara lain meliputi buku-buku, jurnal, literatur, laporan penelitian Human Rights Watch dan lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier merupakan pendukung data sekunder dari

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu:

1) kamus hukum;

2) kamus Besar Bahasa Indonesia

3) data informasi yang diperoleh dari Internet dan media massa.

6. Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan, mereduksi, dan memilih data yang digunakan dalam penelitian. Tehnik yang akan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan, mereduksi, dan memilih data yang digunakan dalam penelitian. Tehnik yang akan

7. Tehnik Analisis Data Analisis data dalam suatu penelitian adalah menguraikan atau

memecah masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh kemudian diolah kedalam pokok permasalahan yang diajukan. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tehnik analisis deduksi. Metode deduksi adalah metode yang berpangkal dari pengajuan premis mayor yang kemudian diajukan premis minor, kemudian dari kedua premis tersebut ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 47).

Pada analisis deduksi ini, premis mayornya adalah Untuk permasalahan pertama, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan apakah dapat memberikan perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak. Untuk permasalahan kedua, prinsip legalitas dari Fuller, dan validitas norma dari Hans Kelsen.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasaan dalam Rumah Tangga dan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993. Sedangkan premis minornya yaitu Pekerja Rumah Tangga Anak di Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi.

Dengan silogisme maka diperoleh jawaaban masalah atau simpulan mengenai ada tidaknya perlindungan dan harmonisasi pengaturan Dengan silogisme maka diperoleh jawaaban masalah atau simpulan mengenai ada tidaknya perlindungan dan harmonisasi pengaturan

Penelitian hukum yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan cara menggunakan interpretasi sistematis, yaitu menafsirkan makna dengan menghubungkan ketentuan hukum yang satu dengan yang lain yang dinilai mempunyai hubungan (Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993: 16-17). Dalam hal ini, penulis menjelaskan mengenai belum adanya payung hukum yang memberikan secara jelas dan rinci mengenai perlindungan bagi pekerja rumah tangga anak, khususnya di Perumahan Bumi Nasio Indah Kota Bekasi, walaupun telah terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai larangan memperkerjakan anak seperti Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasaan dalam Rumah Tangga dan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1993.

F. .Sistematika Penulisan Hukum.

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Kajian pustaka memuat tinjauan tentang Hukum, Teori Efektivitas dan Kesadaran Hukum dalam Masyarakat, Tinjauan mengenai Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan tentang Pengertian Hubungan Kerja, Pihak yang Terkait dalam Hubungan ketenagakerjaan, Upah, dan Perlindungan bagi Pekerja. Tinjauan tentang Pengertian Anak, Hak Anak, Larangan Memperkerjakan Anak, Pembatasan Kerja dan Perlindungan Bagi Anak. Tinjauan tentang Tinjauan tentang Pengertian Pekerja Rumah Tangga Anak, Jam kerja, Tempat Kerja, Upah, Libur, dan Perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Anak.

BAB III

: PEMBAHASAN.

Dalam bab ketiga ini berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hasil penelitian berisi sajian data sekunder yang penting dan relevan yang diperoleh dari objek penelitian yang meliputi: perlindungan hukum yang diberikan kepada Pekerja Rumah Tangga Anak di kawasan perumahan tersebut, dan untuk mengetahui harmonisasi

mengenai larangan memperkerjakan anak dan sanksinya dalam peraturan perundang-undangan. Dalam bab ini penulis mencoba untuk menyajikan pembahasan berupa jawaban atas pertanyaan dalam perumusan masalah, yaitu :

pengaturan

1. Apakah Pekerja Rumah Tangga Anak di kawasan perumahan tersebut sudah mendapat perlindungan hukum sesuai peraturan perlindungan anak?

2. Apakah sudah terdapat harmonisasi pengaturan mengenai larangan memperkerjakan anak dan sanksinya dalam peraturan perundang-undangan?

BAB IV

: PENUTUP.

Berisi Kesimpulan dan Saran sehubungan dengan hasil penelitian yang telah didapat.

Daftar Pustaka. Lampiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Hukum, Teori Efektivitas dan Kesadaran Hukum dalam masyarakat, dan Teori Hukum Ketenagakerjaan.

a) Pengertian Hukum. Indonesia sebagai negara hukum, tentu memiliki peraturan- peraturan yang mengatur tingkah laku dan memberikan batasan-batasan dalam sikap tindak manusia untuk mencapai tujuan hukum itu. Hukum adalah kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiasaan, dimana suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai anggota atau sebagai subyeknya (oxford english dictionary) (Lili Rasjidi. 1993). Hukum mencakup setiap aturan bertindak, atau setiap standard atau pola dimana perbuatan-perbuatan (baik yang melalui perantara rasio atau kerja-kerja alamiah) ada atau harus disesuaikan.

Sebagai ilmu normatif (ilmu tentang norma), ilmu hukum mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang-bidang tertentu, misalnya bagaimana pola hidup bersama antar manusia yang didasarkan atas norma keadilan. Norma-norma tersebut pada gilirannya akan dijelmakan dalam peraturan-peraturan konkret bagi suatu masyarakat tertentu. Dengan demikian, penjelajahan ilmiahnya diarahkan kepada hukum tertentu atau hukum positif (Johnny Ibrahim. 2005: 49).

Pengertian hukum mempunyai isi dan batas-batas yang jelas serta dirumuskan secara pasti. Pengertian hukum memilki kadar kepastian yang relatif kurang, maka pengisiannya untuk menjadi pasti diserahkan kepada praktek penafsiran, terutama oleh pengadilan. Pengertian hukum yang mempunyai kadar kepastian yang kurang itu disebut sebagai standar hukum ( Satjipto Rahardjo, 2000: 43-45). Unsur yang penting dan pkok Pengertian hukum mempunyai isi dan batas-batas yang jelas serta dirumuskan secara pasti. Pengertian hukum memilki kadar kepastian yang relatif kurang, maka pengisiannya untuk menjadi pasti diserahkan kepada praktek penafsiran, terutama oleh pengadilan. Pengertian hukum yang mempunyai kadar kepastian yang kurang itu disebut sebagai standar hukum ( Satjipto Rahardjo, 2000: 43-45). Unsur yang penting dan pkok

b) Teori Efektivitas dan Kesadaran Hukum dalam masyarakat. Teori yang dikemukakaan Fuller adalah untuk mengukur apakah kita pada suatu saat dapat berbicara mengenai adanya suatu sistem hukum. Ukuran tersebut diletakannya pada delapan asas yang dinamakan Principle of legality , yaitu:

1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan. Artinya adalah tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc

2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan

3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena pabila yang demikian itu ditolak, amak peraturan itu tidak bisa dipakai untuk menjadi pedoman tingakh laku. Membolehkan pengaturan secara berlaku surut berarti merusak integritas peraturan yang ditujukan untuk berlaku bagi waktu yang akan datang

4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti

5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentanan satu sama lain.

6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan

7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk mengubah peraturan sehingga menyebabkan seoranga akan kehlangan orientasi

8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaanya sehari-hari.

Fuller dalam buku Bambang Sunggono, mengatakan bahwa kedelapan asas yang diajukannya itu sebenarnya lebih dari sekedar persyaratan bagi adanya suatu sistem hukum, melainkan memberikan pengkualifikasian terhadap sistem hukum yang mengandung suatu moralitas tertentu. Kegagalan untuk menciptakan sistem yang demikian itu tidak hanya melahirkan sistem hukumyang buruk, melainkan sesuatu yang tidak bisa disebut sebagai sistem hukum sama sekali.

Prinsip kelima yang berbunyi ”suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama lain” paralel atau ekuivalen dengan sinkronisasi aturan. Sinkronisasi atauran adalh mengkaji sampai sejauh mana suatu peraturan hukum positif tertulis tersebut telah sinkron atau serasi dengan peraturan lainnya. Ada dua jenis cara pengkajian sinkronisasi aturan yaitu:

a. Secara Vertikal. Apakah suatu perundangan-undangan tersebut sejalan apabaila ditinjau dari sudut strata atau hierarki peraturan perundang- undangan yang ada.

b. Secara horizontal. Ditinjau peraturan perundang-undangan yang kedudukannya sederajat dan yang mengatur bidang yang sama (Bambang Sunggono, 2006: 94).

Salah satu fungsi hukum, baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak atau perilaku teratur adalah dengan membimbing perilaku manusia, sehingga hal itu menjadi salah satu ruang lingkup studi hukum secara ilmiah. Studi terhadap hukum secara ilmiah dengan sendirinya untuk mempelajari sampai sejauh manakah pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau prilaku manusia (Soerjono Soekanto, 1988: 3).

Di dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan praktek hukum sering kali timbul masalah-masalah yang menyangkut kebenaran kaidah hukum dan efektivikasi kaidah-kaidah hukum tersebut. Efektivikasi hukum itu akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapai yakni efektivitas Di dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan praktek hukum sering kali timbul masalah-masalah yang menyangkut kebenaran kaidah hukum dan efektivikasi kaidah-kaidah hukum tersebut. Efektivikasi hukum itu akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapai yakni efektivitas

Salah satu pengaruh hukum adalah timbulnya ketidaktaan pada hukum. Oleh karena itu, masalah pengaruh hukum tersebut tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum, namun mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku, baik yang sifatnya positif maupun negatif (artinya wujudnya kepatuhan ataupun ketidaktatan). Pengaruh dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku manusia kadang-kadang dapat diukur secara kuantitaif, dengan catatan bahwa hasil pengukurannya tadi tidak selamanya akan dapat diterapkan secara umum (Soerjono Soekanto, 1988: 4).

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa seseorang taat apabila ia bersikap tindak atau berprilaku sesuai dengan harapan pembentuk hukum, sebagaimana dipahaminya. Friedman menyatakan, bahwa (Lawrence M. Friedman 1975: 47):

”Compliance is, in other words, knowing conformity with a norm or command, a deliberate instance of legal behavior that bends toward the legal act that evoked it. Compliance and deviance are two poles of a continuum. Of the legal behaviour in the middle, one important type might ”Compliance is, in other words, knowing conformity with a norm or command, a deliberate instance of legal behavior that bends toward the legal act that evoked it. Compliance and deviance are two poles of a continuum. Of the legal behaviour in the middle, one important type might

Peristiwa-peristiwa sosial tersebut senantiasa menyangkut kejadian-kejadian yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia pribadi, hubungan antara manusia pribadi dengan kelompok manusia, atau antara suatu kelompok tertentu dengan kelompok lainnya. Secara sosiologis hubungan-hubungan tersebut lazimnya dinamakan interaksi sosial. Di dalam interaksi sosial senantiasa terjadi proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang mengadakan interaksi tersebut. Secara sosiologis, apabila terjadi interaksi sosial yang berulang kali sehingga terjadi pola- pola tertentu, maka akan timbul kelompok sosial.

Hal ini disebabkan oleh karena dampak sosial mencakup faktor- faktor yang menyangkut diri manusia pribadi maupun segi sosial budaya nya. Kesemuanya itu kemudian terhimpun di dalam kekuataan-kekuataan ekspresif dan normatif.

Efektivitas hukum tidak dapat dilepaskan dari tipe-tipe penyelewengan atau delik yang ada dalam masyarakat. Tipe-tipe penyelewengan tersebut merupakan kategorisasi secara teoritis terhadap pelbagai jenis penyelewengan yang terjadi dalam suatu masyarakat tertentu (Soerjono Soekanto, 1988: 68).

Dengan mengutip pendapat Roscou Pound, pada bukunya Soerjono Soekanto, maka Lafavre menyatakan, bahwa pada hakekatnya diskresi berada di antara hukum dan moral. Atas dasar uraian tersebut dapatlah dikatakan, bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara ”tritunggal”yaitu nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi keserasian antara nilai- nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang menganggu kedamaian pergaulan hidup. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang- undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecendrungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer.

Selain itu, ada kecendrungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Permasalahan pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor- faktor yang mungkin mempengaruhinya.

Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada undang-undang saja.

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur daripada efektivitas penegakan hukum.

Dengan demikian bahwa gangguan terhadap penegakan hukum yang berasal dari undang-undang mungkin disebabkan, karena:

a. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang

b. Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang

c. Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta penerapannya (Soerjono Soekanto, 2005: 17-18).

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai dengan aspirasi masyarakat. Mereka harus berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Kecuali, dari itu, maka golongan sasaran atau masyarakat luas. Golongan panutan juga harus dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat di dalam memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum yang baru serta memberikan keteladanan yang baik (Soerjono Soekanto, 2005: 34).

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal tersebut tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya (Soerjono Soekanto, 2005: 37).

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Hukum dijadikan sebagai pembatas perilaku dalam bermasyarakat, seperti hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan hal-hal Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Hukum dijadikan sebagai pembatas perilaku dalam bermasyarakat, seperti hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan hal-hal

Faktor kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi- konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan. Sehingga faktor kebudayaan juga sangat berpengaruh dalam penegakan hukum yang dijadikan sebagai dasar berlakunya hukum tersebut dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 59).

Oleh karena itulah, kelima faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap penegakan hukum yang mempunyai pengaruh baik positif maupun negatif, untuk mengetahui apakah hukum tersebut dapat berlaku secara efektif atau tidak dan apa yang menyebabkan hukum tersebut tidak dapat berlaku secara efektif. Akan tetapi, diantara semua faktor tersebut, maka faktor penegak hukumlah yang menempati titik sentral. Hal ini disebabkan, karena undang-undang disusun oleh penegak hukum, penerapannya dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegak hukum dianggap sebagai golongan panutan hukum oleh masyarakat luas.

1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan. “Hukum ketenagakerjaan adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan hukum antara Pekerja atau Organisasi Pekerja dengan Majikan atau Pengusaha atau Organisasi Majikan dan Pemerintah, termasuk di dalamnya adalah proses-proses dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan untuk merealisasikan hubungan tersebut menjadi kenyataan”(Darwan Prist. 1994 :1).

Hukum Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- undang nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa Ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

Jadi, pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang ruang lingkupnya hanya berkenaan dengan hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam hubungan kerja saja.

2. Tinjauan tentang Pengertian Hubungan Kerja, Pihak yang Terkait dalam Hubungan ketenagakerjaan, Upah, dan Perlindungan bagi Pekerja.