heteronenitas manusia dan linngkunganya, sedangkan muara keadilan kepada Allah adalah produk hukum yang menempatkan
keadilan sesuai dengan proporsinya. Pendapat ini sejalan dengan ungkapan Freidmenn, bahwa”
selama standar prinsip keadilan tidak berpegang pada agama maka pedoman itu tidak akan mencapai ideal prinsip keadilan. Padahal
sebuah prinsip adalah standar yang tidak akan berubah. Perubahan hanya pada tataran operasional saja. Sedangkan prinsip yang utama
tidak akan berubah. Pengertian hukum Islam yang demikian luas dengan
berbagai hal yang terkait dengan demikian luas dengan berbagai hal yang berkaitan dengan hukum menjadi singkat dalam ungkapan
Mac Donald yang menyebuthukum Islam adalah ‘The Science of all things, human and devine”
24
. Pandangan Mac Donald tersebut merupakan kristalisasi dari sistem hukum yang mampu melihat
pluralitas sebagai realitas empiris. Pluralritas disini bukan hanya manusi dalam bentuk hubungan garis horizontal, tetapi plural yang
yang menyangkut hubungan horizontal dan vertikal.
3. Keadilan Menurut Pemikiran Pemikir Hukum Adat
Alam pemikiran masyarakat hukum adat pada umumnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya yang bersifat magis- religius. Alam
pikiran yang mempertautkan antara yang nyata dengan yang tidak nyata.
24
Mac Donald, Development of Muslem Theology, Jurisprudence and Constitusional Theory Beirut Khayats Oriental Reprint 1965 Hal 66
Antara alam fana dengan alam baka, antara kekuatan manusia dengan kekuatan tuhan antara hukum manusia dengan hukum Tuhan. Alam
pikiran yang demikian ini meliputi azas ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kebersamaan kemasyarakatan, sehingga hukumadat dapat
dikatakan sebagai hukum yang berfalsafah Pancasila.
25
Hukum adat dengan karakteristik falsafah Pancasila merupakan perwujudan dari
kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sehingga hukum adat merupakan hukum yang sangat beragam tetapi merupakan satu kesatuan
yang utuh dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika Pada umumnya masyarakat hukum adat sangat sukar berfikir
secara rasional tetapi lebih dipengaruhi oleh pola pikir yang komunal magis religius. Alam pikiran ini menempatkan menempatkan kehidupan
manusia merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari alam. Kehidupan manusia taut menaut dengan keadaan alam apabila alam
mengalami kegoncangan berarti menusia melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan hukum alam.
26
Terjadinya bencana bencana merupakan ulah dari perbuatan manusia yang tidak mematuhi hukum telah
ditetapkan Tuhan kepada manusia, sehingga manusia menerima laknat dari Tuhan. Baik buruknya keadan alam ditentukan oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Hukum adat sebagaimana dikemukakan oleh Holleman, hukum
adat mempunyai empat cirri umum yang dipandang sebagai dari satu
25
Hilman Hadikusuma ,Hukum Pidana Adat,Bandung:Alumni1979 hlm 20-21
26
Imam Sudayat ,Hukum Adat Sketsa Azas Yogyakarta: Liberty,1981 hlm 117
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
27
Adapun empat cirri tersebut adalah pertama Religius magis yaitu perpaduan pikiran yang mengandung
logika animisme yaitu pandangan yang berhubungan dengan alam gaib. Kedua adalah Komun yaitu sifat yang mementingkan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi. Sifat yang ketiga adalah Tunai yaitu kebiasaan dalam masyarakat dalam jual beli bersifat tunai yaitu hak dan
kewajiban dilakukan dalam waktu yang sama. Yang keempat adalah kongkrit yaitu dalam melakukan perbuatan harus bersifat nyata.
C. Landasan Teoritis
Salah satu cirri yang menonjol dari hukum pada masyarakat modern adalah penggunaan secara sadar hukum dalan masyarakat. Hukum tidak hanya
dipakai untuk menkokohkan pola kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Hukum dalam masyarakat modern adalah untuk
mengarahkan pada tujuan-tujuan yang akan dikehendaki, dan untuk menghapuskan kebiasaan yang dipandang telah tidak sesuai dalam kehidupan
masyarakat.
28
Hukum sebagai kontruksi sosial, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Yang
menimbulkan persepsi yang berbeda tentang hukum. Pandanga klasik hukum itu bersifat netral otonom dan tidak terkait dengan pengaruh di luar hukum.
Berbeda dengan pendapat Hans Kelsen hukum dilihat dari kebenaran formal pandangan ini menetapkan bahwa kebenaran hukum hanya melihat kebenaran
27
Imam Sudiyat , Asas-Asas Hukum Adat, Bekal Pengantar ,Yogyakarta: Liberty1982 hlm 30- 31
28
Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum Bandung PT Citra Aditya Bakti 1991 hlm 206