Koreksi asidosis dan elektrolit

77 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXIV dalam 50 mL NaCl 0,9, 1 mL = 0,1 unit insulin hingga terjadi perbaikan klinis dan laboratorium. Perbaikan laboratorium ditandai dengan pH 7,3; bikarbonat 15 mEqL dan atau anion gap mendekati normal. Pemberian insulin bolus tidak dianjurkan karena akan meningkatkan risiko terjadinya edema serebri. Pada penderita yang sensitif terhadap insulin maka dapat diberikan dosis yang lebih rendah yaitu sebesar 0,05 unitkgBBjam. 5,6,12 Selama proses resusitasi kadar gula darah akan turun secara bertahap. Pemberian insulin akan menurunkan kadar gula darah sekitar 36-90 mgdL jam. Target gula darah yang diharapkan selama proses resusitasi dan terapi insulin intravena berkisar antara 250-300 mgdL dan untuk menjaga gula darah dalam kadar tersebut seringkali diperlukan tambahan glukosa dengan kosentrasi 5 dan jika perlu dapat ditambahkan glukosa dengan kosentrasi 10 atau 12,5. Jika penurunan gula darah terlalu cepat melebihi 90 mgdL jam maka dapat dipertimbangkan pemberian tambahan infus glukosa tanpa harus menunggu kadar glukosa darah 250-300 mgdL. 5,6,12 Penggantian insulin dari intravena ke subkutan dapat dilakukan jika keadaan ketoasidosis telah teratasi dan penderita dapat minum per oral tanpa muntah. Saat terbaik pengalihan insulin intravena ke subkutan adalah sebelum waktu makan tiba. Insulin intravena dihentikan 60 menit setelah pemberian insulin rapid subkutan atau 60-120 menit setelah pemberian insulin reguler. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan insulin subkutan diserap dan bekerja dengan baik. Pengalihan insulin intravena ke subkutan diikuti dengan penghentian cairan intravena secara bertahap. Selanjutnya kadar gula darah harus tetap dipantau hingga diperoleh dosis insulin yang paling tepat sesuai dengan target gula darah yang diinginkan. 5,11

4. Koreksi asidosis dan elektrolit

Asidosis metabolik pada KAD terjadi akibat akumulasi benda keton dalam sirkulasi. Pada KAD juga dapat terjadi asidosis laktat karena perfusi perifer yang buruk, gangguan fungsi jantung, gagal ginjal dan hipoksia. Asidosis akibat KAD merupakan asidosis dengan peningkatan anion gap. Perhitungan anion gap dapat dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini. 12-14 Anion gap = [Na + ]-{[Cl - ]+[HCO 3 - ]} Normal = 12±2 Pemberian cairan dan insulin akan memperbaiki asidosis. Asidosis yang terjadi pada KAD biasanya tidak memerlukan koreksi. Satu penelitian oleh Salvodelli dkk. 4 menunjukkan pemberian cairan dan insulin saja akan 78 Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Anak mengatasi asidosis yang terjadi. Pemberian bikarbonat justru meningkatkan risiko terjadinya hipokalemia, hipertonisitas sekunder, dan meningkatkan risiko terjadinya edema serebri. Koreksi asidosis hanya dilakukan pada KAD berat dengan pH 6,9 yang disertai gangguan kontraktilitas jantung, vasodilatasi perifer, serta adanya hiperkalemi yang mengancam jiwa. 5,6,12-14 Koreksi elektrolit yang terpenting adalah natrium, kalium dan fosfat. Pada KAD sering terjadi pseudohiponatremiaa, hiperkalemi dan hiperfosfatemia. Natrium Pada KAD terjadi pseudohiponatremia karena dua faktor; pertama karena sebagian besar glukosa tertahan di ruang ekstraseluler mengakibatkan perpindahan cairan secara osmotik sehingga terjadi proses dilusi hiponatremia. Kedua karena terjadi peningkatan fraksi lemak dalam serum sehingga terkesan terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam darah. 6 Koreksi natrium Na + corr secara umum dilakukan jika kadar dalam serum rendah 132 mEqL atau natrium tidak meningkat pada saat gula darah menurun. Setiap kenaikan 100 mgdL gula darah diatas 100 mgdL akan menyebabkan penurunan kadar natrium serum sebesar 1,6 mEqL. 4 Koreksinya 1 mmolL=1mEqdL dilakukan dengan memakai rumus: 5-7,12 Bila kadar Na + corr 160 mEqL maka rehidrasi harus dilakukan lebih lambat lagi menjadi 48-72 jam. 11 Na + corr = [Na + terukur] + 1,6 x [glukosa -100 mgdL] 100 atau Na + corr = [Na + terukur] + 1,6 x [glukosa -5,6 mM] 5,6 Kalium Pemberian kalium sangat penting dalam tata laksana KAD. Hipokalemia 3,5 mEqL terjadi akibat defisit aktual total kalium dalam tubuh terutama hilangnya kalium dari pool intraseluler. 7 Pemberian insulin dan koreksi asidosis menyebabkan kalium masuk ke dalam sel sehingga menurunkan kadar kalium serum. Penurunan pH darah sebesar 0,1 akan menaikkan konsentrasi kalium darah sebanyak 0,6 mEqL. 5 Untuk melakukan koreksi kalium terlebih dahulu harus dipastikan adanya produksi urin untuk memastikan tidak terjadi gangguan fungsi ginjal. Jika pemberian kalium dilakukan bersamaan dengan pemberian cairan rehidrasi maka konsentrasi yang digunakan adalah 20 mEqL dan jika pemberian kalium disertai dengan insulin intravena maka konsentrasi yang dianjurkan adalah 40 mEqL. Preparat kalium yang digunakan dapat berupa kalium klorida, kalium 79 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXIV fosfat atau kalium asetat. Kecepatan pemberian tidak boleh melebihi 0,5 mEq kgjam. 3 Jika terjadi hiperkalemia 5,5 mEqL tunda pemberian kalium setidaknya sampai ditemukan produksi urin. 5,6,12 Fosfat Pada KAD terjadi deplesi fosfat akibat diuresis osmotik dan memburuk dengan koreksi asidosis dan pemberian insulin. Keadaan hipofosfatemia 1 mgdL menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan dan menyebabkan rabdomiolisis atau anemia hemolitik. 4,7 Gangguan oksigenasi terjadi akibat menurunnya kadar 2,3 difosfogliserat 2,3 DPG. 4 Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa penambahan fosfat dalam cairan rehidrasi memiliki manfaat klinis. Pemberian fosfat tidak akan banyak memberi manfaat secara klinis bahkan dapat menimbulkan keadaan hipokalsemia dan hipomagnesemia. 4,7 Pemberian cairan dan insulin yang adekuat tidak saja akan membantu kalium ekstrasel masuk ke dalam sel namun juga membantu fosfat untuk masuk ke intrasel. 5,6,12

5. Pemantauan